[Laporan] Skenario d Blok 26 2017
May 16, 2019 | Author: Muhammad Farhan Habiburrahman | Category: N/A
Short Description
Tutorial Skenario D Blok 26 2017 membahas mengenai Program Promosi Kesehatan Tingkat Puskesmas. Beta PDU FK Unsri 2014...
Description
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO D BLOK 26 TAHUN 2017
Disusun Oleh: Kelompok 2 Tutor: Bahrun Indawan Kasim, M.Kes
Maulia Sari Khairunisa
04011181419016 04011181419016
Radhiyatul Husna
04011181419032 04011181419032
Muhammad Arma
04011181419056 04011181419056
M. Farhan Habiburrahman
04011181419066 04011181419066
Eriska Geriana Permatasari Saing 04011181419076 04011181419076 Melpa Yohana Sianipar
04011181419078 04011181419078
Suci Ramadhani
04011181419204 04011181419204
Azora Khairani Kartika
04011281419082 04011281419082
Masagus M I N A
04011281419124 04011281419124
Erlina Purnamayani
04011281419126 04011281419126
PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat menyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial skenario D dalam blok 26 Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2017. Disini kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematik yang mulai dariklarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran. Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, orang tua, tutor dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.Semoga laporan ini dapat dap at bermanfaat bagi para pembaca.
Palembang, 24 Mei 2017
Kelompok B2
2
DAFTAR ISI COVER ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ ........................................... ..................... 1 KATA PENGANTAR ............................................................. ................................................................................... ............................................. ......................... .. 2 DAFTAR ISI ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ .................................... .............. 3 BAB I. PENDAHULUAN ..................................... ........................................................... ............................................ ........................................... ..................... 4 BAB II. LAPORAN ............................... ...................................................... ............................................. ............................................. .................................... ............. 5
I.
SKENARIO .............................................. .................................................................... ............................................ ..............................5 ........5
II.
KLARIFIKASI ISTILAH ......................................... ............................................................... ............................................. ......................... .. 5
III.
IDENTIFIKASI MASALAH ........................................... .................................................................. ....................................... ................ 6
IV.
ANALISIS MASALAH ........................................... ................................................................. ............................................ ......................... ... 7
V.
LEARNING ISSUE .................................................. ........................................................................ ............................................ ........................ 41
VI.
KERANGKA KONSEP ........................................... ................................................................. ............................................ ........................ 67
BAB III. PENUTUP ................................................. ........................................................................ ............................................. ..................................... ............... 68
A. KESIMPULAN............. KESIMPULAN................................... ............................................ ............................................ ............................................. ....................... 68
DAFTAR PUSTAKA................................ PUSTAKA...................................................... .............................................. ............................................6 ....................69 9
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Blok Ilmu Kesehatan Masyarakatadalah blok ke-26 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Kasus yang dipelajari tentang promosi kesehatan.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
C. Data Tutorial
1.
Tutor
: Bahrun Indawan Kasim, M.Kes
2.
Moderator
: Erlina Purnamayani
3.
Sekretaris
: Azora Khairani Kartika dan Muhammad Arma
4.
Waktu
: 1. Senin, 22 Mei 2017 Pukul 10.00 – 12.30 WIB 2. Rabu, 24 Mei 2017 Pukul 10.00 – 12.30 WIB
4
BAB II LAPORAN
I.
SKENARIO Pimpinan Puskesmas “Rambutan” yaitu dr. Andi yang baru bertugas 4 bulan. Dalam 7 hari ini ada 5 orang anak Sekolah Dasar yang didiagnosa Demam Berdarah Dengue yang dirujuk ke Rumah Sakit dan beberapa orang yang diobservasi Demam Berdarah Dengue. Dr. Andi mengadakan pertemuan dengan seluruh staf Puskesmas untuk melihat jadwal kegiatan Promosi Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan di wila yah Puskesmas dan PHBS di Sekolah Dasar tersebut. Dari hasil pertemuan dengan staf Puskesmas adalah dalam 3 bulan ini kegiatan promosi kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan tidak dilaksanakan, sampah menumpuk karena pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir terhambat sehingga banyak sampah yang masuk selokan sehingga menghambat saluran air dan hasil pemantauan banyak jentik-jentik nyamuk di rumah-rumah penduduk. Setelah melihat permasalahan yang ada, dr. Andi berkoordinasi dengan Pak Camat. Pak Camat sebagai penanggung jawab wilayah segera mengadakan pertemuan dengan Kepala Desa, Pak RT, Kepala Sekolah, Tokoh Agama, Kader Kesehatan Dokter Kecil, untuk mengadakan Survei Mawas Diri dan dilanjutkan dengan Musyawarah Masyarakat Desa dan diharapkan menurunkan penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Rambutan.
II. KLARIFIKASI ISTILAH No. Klarifikasi
Definisi
1.
Jenis penyakit demam akut yang disebabkan oleh
Demam Berdarah
salah satu dari empat cerotife virus lagi dengan dengus flavi virus. Penyakit ini ditemukan manusia oleh nyamuk aedes aegypti. 2.
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah poliklinik di tingkat kecamatan tempat rakyat menerima pelayanan, penyuluhan, mengenai keluarga berencana.
3.
Promosi Kesehatan
Suatu proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan
derajat
kesehatannya,
termasuk
didalamnya adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat 5
merealisasikan cita-citanya, mencukupi kebutuhankebutuhannya
serta
mengubah
atau
mengatasi
lingkungannya. 4.
PHBS
Perilaku Hidup Bersih Sehat adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadarannya sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
5.
Survei Mawas Diri
Kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan pengkajian masyarakat kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala desa dan petugas kesehatan.
6.
Kepala Desa
Pimpinan tertinggi dari pemerintah desa.
7.
Pak Camat
Pemimpin kecamatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati atau walikota.
8.
Rukun Tetangga
Pembagian wilayah di Indonesia dibawah rukun warga. Rukun tetangga bukanlah termasuk pembagian administrasi
pemerintahan,
dan
pembentukannya
adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam
rangka
pelayan
kemasyarakatan
yang
ditetapkan oleh desa atau kelurahan. 9.
Kepala Sekolah
Tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah.
10.
Tokoh Agama
Orang-orang penting yang memimpin sekelompok umat
beragama
dalam
menjalankan
kegiatan
beribadah atau kegiatan keagamaan yang lainnya.
III. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Pimpinan Puskesmas “Rambutan” yaitu dr. Andi yang baru bertugas 4 bulan. Dalam 7 hari ini ada 5 orang anak Sekolah Dasar yang didiagnosa Demam Berdarah Dengue yang dirujuk ke Rumah Sakit dan beberapa orang yang diobservasi Demam Berdarah Dengue. 2. Dr. Andi mengadakan pertemuan dengan seluruh staf Puskesmas untuk melihat jadwal kegiatan Promosi Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan di wilayah Puskesmas dan PHBS di Sekolah Dasar tersebut. Dari hasil pertemuan dengan staf Puskesmas adalah dalam 3 bulan ini kegiatan promosi kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan 6
lingkungan tidak dilaksanakan, sampah menumpuk karena pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir terhambat sehingga banyak sampah yang masuk selokan sehingga menghambat saluran air dan hasil pemantauan banyak jentik-jentik nyamuk di rumahrumah penduduk. 3. Setelah melihat permasalahan yang ada, dr. Andi berkoordinasi dengan Pak Camat. Pak Camat sebagai penanggung jawab wilayah segera mengadakan pertemuan dengan Kepala Desa, Pak RT, Kepala Sekolah, Tokoh Agama, Kader Kesehatan Dokter Kecil, untuk mengadakan Survei Mawas Diri dan dilanjutkan dengan Musyawarah Masyarakat Desa dan diharapkan menurunkan penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Rambutan.
IV. ANALISIS MASALAH 1.
Pimpinan Puskesmas “Rambutan” yaitu dr. Andi yang baru bertugas 4 bulan. Dalam 7 hari ini ada 5 orang anak Sekolah Dasar yang didiagnosa Demam Berdarah Dengue yang dirujuk ke Rumah Sakit dan beberapa orang yang diobservasi Demam Berdarah Dengue. a. Bagaimana siklus penularan DBD?
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
7
Gambar 1. Pola Penularan DBD
b. Bagaimana cara penangangan dan pencegahan DBD? Penanggulangan dan Promosi Kesehatan
Upaya penanggulangan DBD telah dilaksanakan sejak tahun 1968, namun diprogramkan secara teratur sejak tahun 1974 dengan dibentuknya Subdit Arbovirosis di Departemen Kesehatan. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan antara lain meliputi: 1) Pelatihan dokter, 2) Pemberantasan vektor dan 3) Penyuluhan kepada masyarakat. Mengingat vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia, maka cara yang dapat dilakukan sampai saat ini ialah 8
dengan memberantas nyamuk penularnya (vektor). Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa maupun jentiknya. Pada tahun 1969-1980 pemberantasan vektor menggunakan insektisida dengan fogging terutama bila terjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 1988, selain fogging juga dilaksanakan abatisasi massal untuk membunuh jentik, yang dilakukan sebelum musim penularan di daerah endemis. Sejak tahun 1989/1990 dilaksanakan pemberantasan DBD secara terpadu, yaitu terdiri dari penanggulangan fokus, fogging massal sebelum musim penularan dan abatisasi setiap tiga bulan di kelurahankelurahan endemis. Di kelurahan-kelurahan lain dalam wilayah kecamatan yang sama, dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk melaksanakan PSN DBD. Cara tersebut mulai diterapkan secara intensif pada tahun 1991/1992, namun luas wilayah yang ditanggulangi masih sangat terbatas. Namun demikian, hingga saat ini upaya pemberantasan DBD belum berhasil di Indonesia, sehingga penyakit ini masih sering terjadi dan menimbulkan KLB di berbagai daerah. Permasalahan utama dalam upaya menekan angka kesakitan adalah masih belum berhasilnya upaya penggerakan peran serta masyarakat dalam PSN DBD melalui Gerakan 3M yang mulai diintensifkan sejak 1992. Oleh karena itu, untuk meningkatkan upaya pemberantasan penyakit DBD pada tahun 2004 baik selama KLB maupun sesudah KLB dan untuk tahun-tahun yang akan datang diperlukan adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus-menerus serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada:
Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
Penyuluhan perorangan: 1. Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu 2. Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas 3. Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya 9
diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.
Cara Melakukan Penyuluhan Kelompok 1. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan sebagainya. 2. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:
Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.
Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta
Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.
Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik ( flipchart ) atau leaflet/poster
Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang dibahas Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami.
Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan 1. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir :
W1/laporan KLB (wabah)
W2/laporan mingguan wabah
SP2TP : LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).
2. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim 10
bersama-sama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.
Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harus dilakukan: 1. Pengobatan/perawatan penderita 2. Penyelidikan epidemiologi 3. Pemberantasan vector 4. Penyuluhan kepada masyarakat 5. Evaluasi/penilaian penanggulangan KLB
Pemberantasan vektor
Empat prinsip dalam membuat perencanaan pemberantasan vektor, yaitu: 1.
Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam, dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.
2.
Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vektor pada tingkat yang rendah untuk memungkinkan penderita- penderita pada masa viremia sembuh sendiri.
3.
Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi, yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.
4.
Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya.
c. Apakah kasus di skenario termasuk KLB?
KLB adalah kepanjangan dari Kejadian Luar Biasa. Kejadian Luar Biasa adalah suatu bentuk status yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjelaskan atau mengklarifikasi kejadian merebaknya suatu wabah penyakit, baik yang menular maupun tidak menular. Status KLB hanya bisa diberikan oleh negara berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Apabila timbul atau terjadi peningkatan suatu wabah penyakit atau kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu tertentu pada suatu daerah tertentu maka status Kejadian Luar Biasa bisa ditetapkan oleh Pemerintah. Penetapan status Kejadian Luar Biasa didasarkan atas beberapa kriteria atau unsur sebagai berikut di bawah ini. 11
Unsur/Kriteria Dasar Penetapan Status Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia:
Munculnya suatu penyakit menular yang tidak dikenal karena belum ada
a.
sebelumnya Terjadi suatu peningkatan yang signifikan suatu infeksi penyakit atau kematian
b.
terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakit. Adanya peningkatan jumlah orang yang menderita atau menemui ajalnya karena
c.
suatu penyakit sebanyak dua kali lipat atau lebih dibandingkan periode sebelumnya. Dalam kurun waktu satu bulan terdapat penderita baru suatu penyakit dua kali
d.
lipat atau lebih daripada angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
d. Apa fungsi dan peran Puskesmas (UKM, UKP)?
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkatpertama dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
A. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Tingkat Pertama
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial danupaya kesehatan masyarakat pengembangan.Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
pelayanan promosi kesehatan;
pelayanan kesehatan lingkungan;
pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
pelayanan gizi; dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
12
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
untuk
mendukung
pencapaian
standar
pelayanan
minimal
kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
B. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) Tingkat Pertama
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:
rawat jalan; pelayanan gawat darurat;
pelayanan satu hari (one day care);
home care; dan/atau
rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimanadilaksanakan sesuai dengan standar proseduroperasional dan standar pelayanan. Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau 13
dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk
sumber
pembiayaannya,
serta
ikut
menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi : Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan pelayanan kesehatan langsung 14
kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor- sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.
e. Apa tugas Pemimpin Puskesmas secara umum ?
Pemimpin Puskesma mempunyai tugas pokok dan fungsi: memimpin, mengawasi dan mengkoordinir kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional. I.
Tugas Pokok
Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik. II. Fungsi
1.
Sebagai seorang Dokter
2.
Sebagai Manajer
III. Kegiatan pokok
1.
Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.
2.
Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien dalam rangka rujukan menerima menerima konsultasi.
3.
Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.
4.
Mengkoordinir pengembangan PKMD.
5.
Membina karyawan/karyawati puskesmas dalam pelaksanaan tugas seharihari.
6.
Melakukan
pengawasan
melekat
bagi
seluruh
pelaksanaan
kegiatan/program. 7.
Mengadakan koordinasi dengan Lintas Sektoral dalam upaya pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas.
8.
Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
9.
Menyusun perencanaan kegiatan Puskesmas dengan dibantu oleh staf Puskesmas.
10. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas. 11. Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kabupaten, baik berupa laporan rutin maupun khusus. 12. Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan. 13. Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas, Pustu, PKD, Puskesling, Posyandu dan di masyarakat. 15
14. Sebagai dokter (fungsional) melaksanakan tugas pelayanan pemeriksaan dan pengobatan pasien Puskesmas. IV. Kegiatan Lain
Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskemas.
f. Bagaimana sistem rujukan dari Puskesmas ke RS?
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni: a. Rujukan upaya kesehatan perorangan Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 16
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan kejadian luar
biasa
(KLB),
bantuan
penyelesaian
masalah
hukum
kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.
Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Skema azas rujukan
2. Dr. Andi mengadakan pertemuan dengan seluruh staf Puskesmas untuk melihat jadwal kegiatan Promosi Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan di wilayah Puskesmas dan PHBS di Sekolah Dasar tersebut. Dari hasil pertemuan dengan staf Puskesmas adalah dalam 3 bulan ini kegiatan promosi kesehatan yang berhubungan
dengan
kesehatan
lingkungan 17
tidak
dilaksanakan,
sampah
menumpuk karena pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir terhambat sehingga banyak sampah yang masuk selokan sehingga menghambat saluran air dan hasil pemantauan banyak jentik-jentik nyamuk di rumah-rumah penduduk.
a. Bagaimana konsep Promosi Kesehatan?
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya. Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.
Gambar 3. Strategi Promosi Kesehatan
PRECEDE/PROCEED adalah Model partisipasi masyarakat yang berorientasi menciptakan masyarakat yang berhasil mengubah perilaku akibat intervensi promosi kesehatan. Model “PRECEDE/PROCEED” berfungsi sebagai “frame”. Tujuannya untuk membangun program, menyediakan struktur organisasi & proses perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi.Tiga tahap dalam perencanaan program menggunakan PRECEDE/PROCEED 18
1. Fluiditas: menggunakan langkah secara berurutan dan konsisten 2. Fleksibilitas - beradaptasi dengan kebutuhan stakeholder 3. Fungsi - berguna untuk menaksir perubahan per ilaku
Tahapan Precede:
Tahap 1: Diagnosis Sosial: adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhan kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya
Tahap 2: Diagnosis Epidemiologi: identifikasi siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku dll), bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut
Tahap 3: Perilaku dan diagnosis lingkungan: identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan sekaligus diidentifikasi masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup
Tahap 4: Pendidikan dan diagnosis organisasi: faktor predisposisi (predisposing factor) seperti: pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang faktor penguat (reinforcing factor) seperti perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang keputusan) yang dapat mendorong orang untuk berperilaku
Tahap 5: Administrasi dan Kebijakan diagnosis: analisis kebijakan, sumber daya dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.
Tahapan Proceed:
Tahap 6: Implementasi: Tindakan mengubah tujuan program ke dalam tindakan melalui perubahan kebijakan, regulasi dan organisasi
Tahap 7: Evaluasi Proses: Pengukuran implementasi untuk mengontrol, meyakinkan dan meningkatkan kualitas program
Tahap 8: Evaluasi Dampak: dampak program diamati langsung
Tahap 9: Evaluasi Hasil: efek jangka -panjang program 19
Gambar 4. Langkah Intervensi Promosi Kesehatan
Menurut Ewles dan Simnett (1994) dalam bukunya Maulana (2009), ada lima pendekatan promosi kesehatan, yaitu:
Pendekatan medik Pendekatan ini mempunyai tujuan yaitu membebaskan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara medik, seperti penyakit infeksi, kanker, dan jantung. Pendekatan ini melihat intervensi kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan. Pendekatan ini memberikan arti penting terhadap tindakan pencegahan medik, dan merupakan tanggung jawab profesi kedokteran, membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
Pendekatan perubahan perilaku Pendekatan ini bertujuan mengubah sikap dan perilaku individual masyarakat, sehingga mereka mengadopsi gaya hidup sehat. Pendekatan ini meyakinkan kita bahwa gaya hidup sehat merupakan hal penting bagi klien.
Pendekatan pendidikan Pendekatan ini bertujuan memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku kesehatan, dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.
Pendidikan berpusat pada klien Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan
20
membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai kepentingan dan nilai mereka.
Pendekatan perubahan sosial Pendekatan ini pada prinsipnya mengubah masyarakat, bukan pada perilaku setiap individu. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah masyarakat, memiliki komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik diberbagai tingkat.
b. Apa saja sasaran dari Promosi Kesehatan?
1. Sasaran primer Dapat berupa pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah prilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi prila ku yang bersih dan sehat. 2. Sasaran Sekunder Adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lainlain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehtan, penjabat pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media masa. Diharapkan mereka
mampu
menjadi
panutan
dalam
mempraktiskan
PHBS,
turut
menyebarluaskan PHBS, dan dapat juga sebagai kelompok penekan guna mempercepat terbentuknya PHBS 3. Sasaran Tersier Adalah para pembuat kebijakan public yang berupa peraturan perundangundangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
c. Apa misi dan strategi Promosi Kesehatan?
- Misi promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi 3 butir, yaitu: a. Advokat. Melakukan advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan politik. b. Menjembatani. Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sector yang terkait dengan kesehatan.Dalam melaksanakan programprogram kesehatan perlu kerja sama dengan program lain di lingkungan kesehatan maupun sector lain yang terkait.
21
c. Memampukan. Memberikan kemampuan kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri.Hal ini berarti masyarakat diberikan keterampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. - Strategi promosi kesehatan: Strategi dari promosi kesehatan dapat dilakukan yaitu : a. Strategi global (berdasarkan WHO) yaitu advokasi,dukungan sosial,dan pemberdayaan masyarakat. b. Strategi berdasarkan Piagam Ottawa dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu:
Kebijakan berwawasan kesehatan
Lingkungan yang mendukung
Berorientasi pelayanan kesehatan
Keterampilan individu
Gerakan masyarakat
d. Apa saja cakupan Promosi Kesehatan?
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari dimensi aspek pelayanan kesehatan, dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan.
Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga), pada tatanan sekolah, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, dan di institusi pelayanan kesehatan
Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark. 1. Promosi kesehatan ( health promotion) 2. Perlindungan khusus (specific protection) 22
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) 4. Pembatasan cacat (disability limitation) 5. Rehabilitasi (rehabilitation) e. Bagaimana Promosi Kesehatan yang harus dilakukan Puskesmas?
Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas agar mampu mengidentifikasi 43 masalah-masalah kesehatan yang
disandang
pasien/klien
Puskesmas
dan
menyusun
rencana
untuk
menanggulanginya dari sisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan promosi kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluangpeluang di dalam gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung Puskesmas. Puskesmas
merupakan
unit
pelaksana
teknis
dari
dinas
kesehatan
kabupaten/kota. Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas juga merupakan tanggung jawab dari dinas kesehatan kabupaten/kota. Dengan demikian, sangat diperlukan keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas, khususnya dalam langkah penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator dari dinas kesehatan kabupaten/kota agar mampu melaksanakan: (1) Pengenalan Kondisi Puskesmas, (2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas, (3) Musyawarah Kerja, (4) Perencanaan Partisipatif, (5) Pelaksanaan Kegiatan dan (6) Pembinaan Kelestarian. PENGENALAN KONDISI PUSKESMAS
Sebelum memulai promosi kesehatan di Puskesmas, perlu dilakukan pengenalan kondisi institusi kesehatan untuk memperoleh data dan informasi tentang PHBS di Puskesmas tersebut, sebagai data dasar (baseline data). Yang digunakan sebagai standar adalah persyaratan Puskesmas yang Ber-PHBS (8 indikator proksi). Pengenalan kondisi Puskesmas ini dilakukan oleh fasilitator dengan dukungan dari Kepala dan seluruh petugas Puskesmas. Pengenalan kondisi Puskesmas dilakukan melalui pengamatan (observasi), penggunaan daftar periksa (check list), wawancara, pemeriksaan lapangan atau pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang ada. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN PHBS 23
Pengenalan kondisi Puskesmas dilanjutkan dengan identifikasi masalah, yaitu masalah-masalah kesehatan yang saat ini diderita oleh pasien/pengunjung dan masalah-masalah kesehatan yang mungkin akan terjadi (potensial terjadi) jika tidak diambil tindakan pencegahan. Masalah-masalah kesehatan yang sudah diidentifikasi kemudian diurutkan berdasarkan prioritas untuk penanganannya. Identifikasi masalah dilanjutkan dengan Survai Mawas Diri, yaitu sebuah survai sederhana oleh petugas-petugas kesehatan di Puskesmas yang dibimbing oleh fasilitator. Dalam survai ini akan diidentifikasi dan dibahas: - Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku. Dari segi PHBS harus digali lebih lanjut data/informasi tentang latar belakang perilaku. - Potensi yang dimiliki Puskesmas untuk mengatasi masalahmasalah kesehatan tersebut. - Kelompok-kelompok Kerja (Pokja) apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, jika perlu. - Bantuan/dukungan yang diharapkan: apa bentuknya, berapa banyak, dari mana kemungkinan didapat (sumber) dan bilamana dibutuhkan. Selain untuk menggali latar belakang perilaku pasien/pengunjung, survai ini juga bermanfaat untuk menciptakan kesadaran dan kepedulian para petugas Puskesmas terhadap masalah kesehatan (termasuk infeksi nosokomial) khususnya dari segi PHBS. MUSYAWARAH KERJA
Musyawarah Kerja yang diikuti oleh seluruh petugas/karyawan Puskesmas, diselenggarakan sebagai tindak lanjut Survai Mawas Diri, sehingga masih menjadi tugas fasilitator untuk mengawalnya. Dalam rangka pembinaan PHBS di Puskesmas, Musyawarah Kerja bertujuan: - Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih dan kemungkinan akan diderita/dihadapi pasien/ pengunjung serta langkah-langkah untuk mengatasi dan mencegahnya. - Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalahmasalah kesehatan yang hendak ditangani. - Mencapai kesepakatan tentang pokja-pokja yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan kembali, jika diperlukan.
24
- Memantapkan data/informasi tentang potensi Puskesmas serta bantuan/dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber bantuan/dukungan tersebut. - Menggalang semangat dan partisipasi seluruh petugas/ karyawan untuk mendukung pembinaan PHBS di Puskesmas. PERENCANAAN PARTISIPATIF
Setelah
diperolehnya
kesepakatan,
fasilitator
mengadakan
pertemuan-
pertemuan secara intensif dengan petugas kesehatan guna menyusun rencana pemberdayaan pasien dalam tugas masing-masing. Pembuatan rencana dengan menggunakan tabel berikut:
Tabel 1 . Pembuatan rencana
Di luar itu, fasilitator juga menyusun rencana bina suasana yang akan dilakukannya di Puskesmas, baik dengan pemanfaatan media maupun dengan memanfaatkan
pemuka/tokoh.
Untuk
bina
suasana
dengan
memanfaatkan
pemuka/tokoh digunakan tabel berikut.
Tabel 2 . Bina suasana
PELAKSANAAN KEGIATAN
Segera setelah itu, kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti pemberdayaan pasien/pengunjung dan advokasi dapat dilaksanakan. Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan dana dilakukan jika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari Puskesmas, dari pihak donatur atau dari pemerintah. Pembinaan PHBS di Puskesmas dilaksanakan dengan pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana dan advokasi. - Pemberdayaan Pemberdayaan
dilaksanakan
oleh
para
petugaskesehatan
yang
melayani
pasien/pengunjung (dokterkecil, perawat, bidan, l aboran, penata rontgen,apoteker, 25
dan lain-lain). Pemberdayaan dilaksanakan di berbagai kesempatan, terintegrasi dalam pelayanan masing-masing petugas kesehatan kepada pasien/ pengunjung - Bina Suasana Bina suasana di Puskesmas selain dilakukan oleh fasilitator, juga oleh pemuka/tokoh yang diundang untuk menyampaikan pesan-pesan. Para pemuka/ tokoh berperan sebagai motivator/kelompok pendorong (pressure group) dan juga panutan dalam mempraktikkan PHBS di Puskesmas. Bina suasana juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan media seperti billboard di halaman, poster di dinding ruangan, pertunjukan filem, pemuatan makalah/berita di majalah dinding, serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman obat/taman gizi dan lain-lain. - Advokasi Advokasi dilakukan oleh fasilitator dan Kepala Puskesmas terhadap pembuat kebijakan dan pemuka/tokoh masyarakat agar mereka berperanserta dalam kegiatan pembinaan PHBS di Puskesmas.Para pembuat kebijakan misalnya, harus memberikan dukungan kebijakan/pengaturan dan menyediakan sarana agar PHBS di Puskesmas dapat dipraktikkan. Para pemuka /tokoh masyarakat diharapkan untuk ikut serta melakukan motivasi terhadap pasien/pengunjung institusi kesehatan, berperan sebagai kelompok pendorong dan berperilaku sebagai panutan dalam hal PHBS di Puskesmas. Advokasi juga dilakukan terhadap para penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu upaya pembinaan PHBS di Puskesmas. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di Puskesmas tersebut di atas harus didukung oleh kegiatan-kegiatan (1) bina suasana PHBS di Puskesmas dalam lingkup yang lebih luas (kabupaten/kota dan provinsi) dengan memanfaatkan media massa berjangkauan luas seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet; serta (2) advokasi secara berjenjang dari dari tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota dan dari tingkat kabupaten/kota ke kecamatan.
f. Bagaimana peran Puskesmas dalam pengendalian vektor?
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581/Menkes/SK/VII/1992: “upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan
26
epidiomologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.” 1. Cara memberantas nyamuk dewasa Fogging (pengasapan). Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan fogging
(pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan seharihari di rumah tangga. Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk (dewasa) saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembang biakannya Karena itu cara yang tepat adalah memberantas jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD yaitu singkatan dari Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Fogging tertutup adlah pada saat fogging dilakukan semua pintu dan jendela ditutup rapat – rapat. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging terbuka adalah pada saat fogging / pengasapan dilakukan semua pintu dan jendeladibuka lebar – lebar. Dilakukan sekitar jam 7.00 – 10.00 dan jam 15.00 – 18.00. Fogging fokus adalah fogging yang dilakukan dititik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 m atau ± 20 rumah sekitarnya. Dilakukan dua siklus dengan jarak seminggu, diikuti abatisasi. Fogging fokus dilakukan setelah penyelidikan epidemiologi positif. Syarat PE /penyelidikan epidemiologi ( + ):
Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ada 2 kasus DBD lainnya
Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan ada kasus demam tanpa sebab jelas
Dalam radius 100 m dari rumah penderita DBD ditemukan 1 kasus meninggal karena sakit DBD
2. Cara memberantas jentik Aedes aegypti PSN DBD dilakukan dengan cara 3M, yaitu:
Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan, atau menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas, dan lain-lain.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (yang dikenal dengan istilah 3M plus), seperti: 27
Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/r usak
Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain misalnya dengan tanah
Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menapung air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk tempat- tempat lain yang dapat menampung air hujan di pekaranga, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain.
Lakukan larvasidasi, yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G (DBD)) di tempat- tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air
Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk
Pasang kawat kasa di rumah
Pencahayaan dan ventilasi memadai
Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah
Tidur menggunakan kelambu, dan
Gunakan obat nyamuk (bakar, gosok) dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk.
Perlindungan perseorangan: Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah. Yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain lain. 1. Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan) Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang nyamuk, vas bunga dikosongkan tiap minggu, menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi tersebut, tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu sebelum diisi kembali. Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah DBD maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu: 1) Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk, dan 2) Fogging dengan malathion atau f onitrothion.
28
2. Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah membantu : a) Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk, b) Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.
Larvasidasi
Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam tempat- tempat penampungan air. Bila menggunakan Abate disebut Abatisasi. Cara melakukan larvasidasi: 1. Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif: Temephos 1%) – Takaran penggunaan bubuk Abate 1 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter cukup dengan 10 gram bubuk Abate 1 G dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan, satu sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram Abate 1 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi. Takaran tidak perlu tepat betul. 2. Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada – alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi
5
gram
Altosid
1,3
G.
Selanjutnya
tinggal
membagikan
atau
menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul. 3. Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat betul.
Angka Bebas Jentik
Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal. 29
Cara-cara memeriksa jentik: i) Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya, ii) Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5-1 menit, jika ada jentik ia akan muncul kepermukaan air untuk bernapas, iii) Di tempat yang gelap gunakan senter/battery. iv) Periksa juga vas bunga, tempat minum nurung, kaleng-kaleng, plastik, ban bekas dan lain-lain. Contoh formulir hasil pemeriksaan jentik : HASIL PEMERIKSAAN JENTIK RT/RW: desa/kelurahan : Jentik No Nama Kepala Keluarga/pengelola bangunan Alamat (RT/RW)
Keterangan (+) (-)
…………, ……………………… 20… Petugas Jumantik, ( ………………………………………………… ) Catatan:
Satu lembar formulir di isi untuk kurang lebih 30 KK (kepala keluarga)
Melaporkan hasil pemeriksaan jentik (ABJ) ke puskesmas sebulan sekali. Tabel 3. Formulir hasil pemeriksaan jentik
g. Bagaimana program pemberantasan sarang nyamuk?
Surat Nomor PM.01.11/MENKES/591/2016 tanggal 8 November 2016 mengatur tata laksana Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dengan Gerakan satu rumah satu (Juru Pemantau Jentik) Jumantik. Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dan penyakit Virus Zika dilakukan dengan pemutusan rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopicus. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain melakukan pemantauan jentik nyamuk dan PSN 3M Plus disetiap rumah secara rutin untuk memberantas sarang nyamuk yaitudengan: - menguras tempat-tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat pemampungan air minum, penampungan air di lemari es, dan dispenser; 30
- menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum/gentong air, kendi air dan lainnya; dan - memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air seperti botol plastik, kaleng, ban bekas karena berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes. Selain itu, ditambah dengan Plus pada 3M Plus yang merupakan segala bentuk kegiatan pencegahan daru gigitan nyamuk, seperti: - Menaburkan atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan yang sulit dibersihkan - Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk - Menggunakan kelambu saat tidur - Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk - Menanam tanaman pengusir nyamuk - Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah - Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk, dan - Mulai menggunkaan air pancur shower untuk mandi, dengan tujuanmengurangi bak mandi Kemenkes juga mengajak masyarakat untuk mengaktifkan kembali Gerakan satu Rumah Satu Jumantik. Jumantik adalah orang yang melakukan pemerikasaan, pemantauan dan pemberantasan jentik nyamuk khususnya Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Hal ini dilakukan dengan: - Mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitar untuk menjadi Jumantik Rumah dan melakukan pemantauan jentik nyamuk serta PSN 3M Plus di rumah masing-masing; - Berkoordinasi dengan ketua/Pengurus RT setempat membentuk Jumantik Lingkungan dan Koordinator Jumantik; dan - Berkoordinasi dengan Ketua/Pengurus RT dan RW setempat membentuk Supervisor Jumantik.
h. Apa saja program kesehatan yang ada di Sekolah Dasar?
Secara garis besar kegiatan pelayanan kesehatan di SD dan MI adalah : 1)
PENYULUHAN KESEHATAN Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan secara integrasi dengan semua pihak sesuai kebutuhan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan praktis 31
dalam rangka pemutusan rantai penularan penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa / guru yang ditekankan pada upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam proses pembelajaran. Contoh kegiatan : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemberantasan kecacingan, pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). 2)
IMUNISASI Setiap tahun Imunisasi dilakukan pada bulan november yang dikenal sebagai bulan imunisasi asan sekolah (BIAS). Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit difteri dan tetanus dengan imunisasi Difteri Tetanus Toxoid (DT) dan Tetanus Toxoid (TT). Semua anak SD/MI kelas I menerima imunisasi DT, siswa kelas VI menerima imunisasi TT.
3)
DOKTER KECIL Adalah peserta didik yang ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah. Peserta didik yang dapat menjadi dokter kecil telah menduduki kelas IV, V, berprestasi di kelas, berwatak pemimpin, bertanggungjawab, bersih, berperilaku sehat serta telah mendapat pelatihan dari petugas puskesmas / Tim Pembina UKS. Kegiatan yang dilakukan dokter kecil diantaranya : Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi Mengenali penyakit secara awal Pengobatan sederhana Menimbang dan mengukur tinggi badan Memeriksa ketajaman penglihatan Memeriksa kebersihan gigi dll
4)
P3K dan P3P Kegiatan yang dilakukan pada PP adalah melakukan pengobatan sederhana dan PP baik pada penyakit, kecelakaan dan penanganan diare.
5)
PENJARINGAN KESEHATAN Penjaringan kesehatan dilakukan bagi siswa kelas I yang baru masuk dan hasilnya akan dimanfaatkan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi 32
kegiatan UKS. Inti dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah, antara lain status gizi anak, kesehatan indra penglihatan dan pendengaran yang merupakan faktor penting bagi anak dalam proses pembelajaran. Penjaringan kesehatan dilakukan secara bertahap pada siswa sekolah yang baru masuk yaitu :
Tahap awal penjaringan dilakukan di sekolah oleh guru di bantu dokter kecil : pengenalan gejala sederhana, baik melalui pengamatan maupun wawancara dengan siswa dan orangtua mereka.
Tahap berikutnya dilakukan oleh tenaga paramedis dengan prosedur cara pengamatan.
Tahap ketiga penjaringan kesehatan dilakukan oleh dokter dan akan jelas memisahkan kasus yang telah diseteksi pada tahap pertama dan kedua untuk menetapkan tindak lanjut penanganan kasus.
6)
PEMERIKSAAN BERKALA Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugs kesehatan, guru UKS, dokter kecil kepada seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan, untuk memantau, memellihara serta meningkatkan status kesehatan mereka. Kegiatan
yang
dilakukan
berupa
penimbangan
BB,
pengukuran
TB,
pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru UKS dengan dokter kecil, pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan. 7)
PENGAWASAN WARUNG SEKOLAH Untuk terselengggaranya warung sekolah/kantin yang sehat tentunya harus didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan mengenai gizi, kebersihan dll, pembinaan ini dilakukan oleh tenaga kesehtan dan sekolah : guru UKS dan dokter kecil.
8)
DANA SEHAT Dana sehat / dana UKS adalah dana yang diperuntukkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan UKS. Komponen pokok dari dana UKS adalah hal yang berhubungan dengan dana tersebut dan pengelolaannya. a) Dana Yang dimaksud dana disini adalah uang atau barang yang diterima atau dikumpulkan oleh Tim Pelaksana UKS baik dari peserta didik, komite sekolah, pemerintah maupun dari masyarakat untuk pelaksanaan program 33
UKS di sekolah. b) Pengelola Pada organisasi Tim Pelaksana UKS harus ada bendahara yang bertugas melakukan pembukuan/pengelolaan dana UKS yang dicatat/dibukukan dalam buku khusus untuk pendanaan UKS c) Pengelolaan dana UKS Dana yang diperoleh dan digunakan oleh Tim Pelaksana UKS harus dikelola dengan baik. Untuk keperluan tersebut maka harus ditetapkan bendahara (guru atau anggota Komite sekolah) untuk menyiapkan pembukuan yang meliputi
pencatatan
alihan
dana
dan
barang,
bagaimana
cara
pertanggungjawabannya dan pelaporannya. 9)
MEMANTAU KESEGARAN JASMANI Kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisisen. Untuk mengetahui dan menilai tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan melasanakan pengukuran dengan tes kesegaran jasmani. Dengan memakai instrumen Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. TKJI untuk kelompok umur 6 – 9 tahun adalah :
Lari 30 meter (mengukur kecepatan)
Gantung siku tekuk (mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu)
Baring duduk 30 detik (mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut)
Loncat tegak (mengukur tenaga explosif)
Lari 600 meter (mengukur daya tahan jantung paru)
TKJI untuk kelompok umur 10 – 12 tahun adalah :
Lari 40 meter (mengukur kecepatan)
Gantung siku tekuk (mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu)
Baring duduk 30 detik (mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut)
Loncat tegak (mengukur tenaga explosif)
Lari 600 meter (mengukur daya tahan jantung paru)
10) UKGS Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah pelayanan kesehatan gigi yang dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari tiga macam pelayanan : 34
UKGS Tahap I :
pendidikan
dan
penyuluhan
kesehatan
gigi
dan
mengadakan kegiatan menggosok gigi masal minimal untuk kelas I,II,III dibimbing guru dengan memakai pasta gigi mengandugn fluoride minimal sekali sebulan.
UKGS Tahap II : UKGS tahap I ditambah penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru, pelayanan medik dasar atas permintaan dan rujukan bagi yang memerlukan.
UKGS Tahap III : UKGS tahap II ditambah pelayanan medik dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I,III,V dan VI.
11) PROGRAM UKS Usaha Kesehatan Sekolah mempunyai 3 (tiga) program, yaitu : 1) pendidikan kesehatan, 2) pelayanan kesehatan, dan 3) menciptatakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (kesehatan lingkungan di sekolah)
i. Apa saja tugas kader kesehatan di Sekolah Dasar? 6,7,8 Kegiatan Dokter Kecil 1.
Menggerakkan teman asal saling mengadakan : o
Pengamatan kebersihan dan kesehatan pribadi
o
Penimbangan dan pengukuran tinggi badan
o
Penelitian penglihatan
o
Pemeriksaan cacar, BCG
o
Pemeriksaan kesehatan gigi
2.
Pengenalan dini penyakit dan tanda-tandanya
3.
Pengobatan sederhana
4.
Pengamatan kebersihan ruang UKS, warung dan kebun sekolah
5.
Pengamatan hygiene/ sanitasi, rumah dan sekolah, halaman ruang kelas, perlengkapan, persediaan air bersih, tempat cucian, WC, kamar mandi, tempat sampah, saluran pembuangan.
6.
Penjagaan kesehatan terhadap kecelakaan : kotak P3K, alat pemadam kebakaran, alat bermain, lapangan bermain.
7.
Pencatatan dan pelaporan.
8.
Rujukan. 35
j. Apa saja indikator PHBS di Sekolah Dasar?
Terwujudnya Institusi Pendidikan Ber-PHBS, dengan indikator: 1. Tersedia sarana untuk mencuci tangan menggunakan sabun. 2. Tersedia sarana untuk mengosumsi makanan dan minuman sehat. 3. Tersedia jamban sehat. 4. Tersedia tempat sampah. 5. Terdapat larangan untuk tidak merokok. 6. Terdapat larangan untuk tidak menonsumsi NAPZA. 7. Terdapat larangan untuk tidak meludah di sembarang tempat. 8. Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin.
Beberapa indikator PHBS di sekolah dasar (Depkes, 2011), meliputi: 1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah 2. Menggunakan jamban jika buang air kecil dan buang air besar ketika di sekolah 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Mengikuti kegiatan olahraga 5. Jajan di kantin sekolah 6. Memberantas jentik nyamuk 7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan 8. Tidak merokok disekolah
k. Apa tujuan dan sasaran dari PHBS?
PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi, dan pemeliharaan kesehatan. Perilaku-perilaku tersebut harus dipraktikkan dimana pun seseorang berada di rumah tangga, di institusi pendidikan, di tempat kerja, di tempat umum, dan di fasilitas pelayanan kesehatan – sesuai dengan situasi dan kondisi yang dijumpai. 1. PHBS di Rumah Tangga Di rumah tangga, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Rumah Tangga Ber-PHBS, yang mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS), pengelolaan limbah cair di 36
rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah, dan lain-lain. 2. PHBS di Institusi Pendidikan Di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan, dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Institusi Pendidikan Ber-PHBS, yang mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi napza, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain. 3. PHBS di Tempat Kerja Di tempat kerja (kantor, pabrik, dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja BerPHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi napza, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain. 4. PHBS di Tempat Umum Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga, dan lainlain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi napza, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain. 5. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi napza, tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.
37
3.
Setelah melihat permasalahan yang ada, dr. Andi berkoordinasi dengan Pak Camat. Pak Camat sebagai penanggung jawab wilayah segera mengadakan pertemuan dengan Kepala Desa, Pak RT, Kepala Sekolah, Tokoh Agama, Kader Kesehatan Dokter Kecil, untuk mengadakan Survei Mawas Diri dan dilanjutkan dengan Musyawarah Masyarakat Desa dan diharapkan menurunkan penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Rambutan. a. Apa saja tugas Pak Camat sebagai penanggung jawab wilayah kecamatan?
Camat mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi : o
mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
o
mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
o
mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan;
o
mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
o
mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan;
o
membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
o
melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
Peran camat dalam mengatasi permasalahan kesehatan dapat berupa: o
Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat bekerja sama dengan unsure-unsur terkait dari perangkat yang ada dari kelurahan serta dinas-dinas terkait, contohnya Dinas Kesehatan.
o
Pembinaan terhadap lembaga kemasyarakatan
o
Pengendalian dan bantuan, sarana-sarana kesehatan, penyedia air bersih, penyedian jamban keluarga, pelayanan kesehatan (puskesmas dan polindes), serta pengolahan sampah.
b. Apa yang dimaksud dengan kader kesehatan?
Seorang kader kesehatan adalah warga tenaga sukarela dalam bidang kesehatan yang langsung dipilih oleh dan dari para masyarakat yang tugasnya membantu dalam pengembangan kesehatan masyarakat. Kader kesehatan disebut juga sebagai promotor kesehatan desa atau disingkat prokes. Batasan pengertian kader kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI di bidang Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat yaitu kader kesehatan adalah warga dari masyarakat lingkungan 38
setempat yang dipilih masyarakat dan juga ditinjau oleh masyarakat serta dapat bekerja dengan sukarela.
c. Apa yang dimaksud dengan Survei Mawas Diri, beserta tujuan dan fungsinya?
SMD adalah kegiatan pengenalan masalah kesehatan yang terkait dengan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. SMD dilakukan oleh kader dan toma. Frekuensi SMD sesuai dengan hasil kesepakatan pada saat pertemuan desa, minimal dilakukan 1 kali setahun. Dalam langkah ini, para pemuka masyarakat (misalnya para Pengurus RW/RT, Pemuka Agama, Tim Penggerak PKK) dibimbing untuk melakukan pengenalan masalah-masalah kesehatan yang sering melanda masyarakatnya. Oi sini diobservasi dan digali penyebab-penyebab dari masalah tersebut (termasuk aspek perilakunya) serta potensi-potensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Dengan melakukan SMD diharapkan para pemuka masyarakat menjadi sadar (mawas diri) bahwa di masyarakatnya terdapat berbagai masalah kesehatan. Namun demikian di masyarakatnya juga terdapat potensi sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
d. Siapa saja yang terlibat dalam Survei Mawas Diri?
Sasaran Survei Mawas Diri (SMD) Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapat menggambarkan kondisi masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku pada umumnya di desa/kelurahan.
Pelaksana Survei Mawas Diri (SMD) 1. Kader yang telah dilatih tentang apa SMD, cara pengumpulan data (menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara pengamatan, cara pengolahan/analisa data sederhana & cara penyajian. 2. Tokoh masyarakat di desa
e. Apa hasil yang diharapkan dari Survei Mawas Diri?
Mengetahui masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang paling menonjol di masyarakat.
39
Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung upaya mengatasi masalah kesehatan/ Untuk menggali sumber daya yang ada / dimiliki desa
Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.
Agar masyarakat menjadi sadar akan adanya masalah, karena mereka sendiri yang melakukan pengumpulan fakta & data,
Hasil SMD dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun pemecahan masalah yang dihadapi
f. Apa yang dimaksud dengan Musyawarah Masyarakat Desa, beserta tujuan dan fungsinya?
Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari Survei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD adalah sebagai berikut: •
Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
•
Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan.
•
Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.
g. Apa saja kegiatan dan hasil yang diharapkan dari Musyawarah Masyarakat Desa?
MMD merupakan pertemuan perwakilan warga desa/kelurahan, Tim Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan Pokjanal Kecamatan membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD), prioritas masalah yang akan diatasi, menggali potensi sumber daya yang dimiliki dan penyusunan rencana intervensi. Frekuensi pertemuan MMD minimal dilakukan 3 kali per tahun. Dalam langkah ini para pemuka masyarakat dibimbing membahas hasil SMO dalam musyawarah kecil di antara mereka, untuk dirumuskan dan direncanakan jalan keluarnya (pemecahannya). Dalam hal ini petugas kesehatan juga dapat membantu melakukan advokas i ke berbagai pihak untuk menggalang dukungan (kebijakan sumber daya). Hasil rumusan para pemuka masyarakat ini kemudian dibahas lebih lanjut dengan masyarakat dalam musyawarah besar. Musyawarah besar dapat berlangsung beberapa kali sampai dihasilkan suatu rencana kongkrit mengatasi masalah yang ada. 40
h. Bagaimana cara melakukan advokasi pada kasus?
Pada awalnya, advokasi dilakukan terhadap pemerintah, namun kini advokasi juga dapat dipahami sebagai usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif (John Hopkins University, 1999). Oleh sebab itu, sasaran advokasi adalah para pembuat atau penentu kebijakan publik, baik pemerintah maupun swasta, maka disebut juga sasaran tertier. Kegiatan advokasi dapat dilakukan melalui pendekatan individual, misalnya "lobbying", presentasi, seminar, dan sebagainya untuk memperoleh dukungan kebijakan terhadap program yang akan dilaksanakan. Advokasi dilakukan oleh fasilitator dan Kepala Puskesmas terhadap pembuat kebijakan dan pemuka/tokoh masyarakat agar mereka dapat membrikan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan dan diusulkan. Advokasi juga dilakukan terhadap para penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu pelaksanaan program-program di Puskesmas.
i. Bagaimana cara bina suasana pada kasus?
BINA SUASANA KELOMPOK Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi, organisasi Wanita, organisasi Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
V. LEARNING ISSUE I.
DBD
A.
Pendahuluan Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit akut
yang disebabkan oleh virus Dengue. Wabah Demam Dengue pertama kali ditemukan di Batavia pada tahun 1779 dan dinamakan knokkelkorts. Adapun Demam Berdarah Dengue 41
pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953. sedangkan di Indonesia kasus Demam Berdarah Dengue pertama ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta. B.
Definisi Demam Dengue (DF) adalah penyakit Febris-virus akut, seringkali disertai
dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam serta leukopeni sebagai gejalanya. Demam berdarah Dengue (DHF) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi; fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syok Dengue (DSS) dan dapat menjadi fatal. C.
Epidemiologi Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 – 15 per 100.000 penduduk (1989 – 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
Sejak Bulan Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DBD di
seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus DHF tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) dan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%). Angka mortalitas dari Demam Berdarah Dengue di Indonesia dibandingkan dengan WHO dapat dilihat pada tabel berikut: Tahun Angka Kematian 1968
41,3%
1984
3,0 %
1998
1,9 %
2003
+ 2,0 %
WHO
20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Demam Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama 7 hari, di tandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut: - Nyeri kepala - Nyeri retro-orbita -
Mialgia/artralgia
-
Ruam kulit
-
Manifestasi perdarahan (petechie atau uji bendung positif)
-
Leukopenia. Dan peneriksaan serologi dengue positif, atau di emukan pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama. Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD adalah pada DBD di temukan adanya kebocoran plasma. Sindrom Syok Dengue (SSD). Seluruh kriteria di atas untuk DBD disertai dengan kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi cepat lemah, tekanan darah turun (45% dari total leukosit). Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8. Hematokrit
:
kebocoran
plasma
dibuktikan
dengan
ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam. Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari. IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. H.
Diagnosis Banding Diagnosis di pertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan demam
tifoid,campak,influenza,chikungunyah dan leptospirosis.
I.
Klasifikasi Derajat Penyakit Virus Dengue
DF/DHF Derajat DF
Gejala Merupakan
penyakit
Laboratorium demam
-
leukopeni
Serologi
akut selama 2-7 hari, ditandai
-
trombositopenia
dengue
dengan 2 atau lebih manifestasi
-
tidak
ditemukan
positif
bukti
kebocoran
klinis sebagai berikut:
-
Nyeri kepala
-
Nyeri retro-orbital 48
plasma
-
DHF
I
Myalgia/artralgia
Gejala di atas + uji Bendung
-
trombositopenia
positif
-
ditemukan
bukti
kebocoran plasma
DHF
II
Gejala
di atas +
perdarahan
spontan
-
trombositopenia
-
ditemukan bukti kebocoran plasma
DHF
III
Gejala
di
atas
+
kegagalan
-
trombositopenia
sirkulasi (kulit dingin dan lembab,
-
ditemukan
serta gelisah)
DHF
IV
Syok
berat
bukti
kebocoran plasma
disertai
dengan
-
trombositopenia
tekanan darah dan nadi tidak
-
ditemukan
terukur
bukti
kebocoran plasma
Tabel 5. DHF derajat III dan IV disebut juga sebagai si ndroma syok dengue (DSS). J.
Penatalaksanaan Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DHF. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika cairan asupan oral tidak dapat dipertahankan, maka dibutuhkan asupan cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna. Protokol penatalaksanaan pasien DHF pada pasien dewasa adalah sebagai berikut: Protokol I. Penanganan tersangka (probable) DHF dewasa tanpa syok Seseorang yang tersangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila: -
Hb, Ht, dan trombosit normal, atau trombosit antara 100.000-150.000/m 3 pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit tiap 24 49
jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera kembali ke instalasi gawat darurat. -
Hb, Ht, dan trombosit
View more...
Comments