Laporan Sistem Transpor Dan Darah

March 27, 2019 | Author: Ghina Mutiara | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

sistem trasnspor dan darah...

Description

SISTEM TRANSPOR DAN DARAH OBSERVASI PEMBULUH DARAH KAPILER, GOLONGAN DARAH, SEL DARAH, MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH (MENGHITUNG SEL DARAH MERAH DAN MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH ), HAEMOGLOBIN DARAH, TEKANAN DARAH, KONTRAKSI OTOT JANTUNG LAPORAN

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dra. Soesy Asiah Soesilawati, MS. dan Dr. H. Saefudin, M. Si.

oleh: Kelompok 3 Biologi A 2015

Fadhil Muhamad

(1505692)

Fadillah Utami

(1505063)

Fatimah Dini Hanifah

(1507549)

Ghina Mutiara Abas

(1503486)

Liella Kartika

(1504017)

 Nethasya Oktapriska

(1504624)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2017

A. JUDUL

Sistem Transpor dan Darah: Observasi Pembuluh Darah Kapiler, Golongan Darah, Sel Darah, Menghitung Jumlah Sel Darah (Menghitung Sel Darah Merah dan Menghitung Sel Darah Putih), Haemoglobin Darah, Tekanan Darah, Kontraksi Otot Jantung.

B. WAKTU PELAKSANAAN

Hari, tanggal

: Selasa, 10 & 17 Oktober 2017

Waktu

: 09.30-12.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Fisiologi, Gedung FPMIPA A UPI.

C. TUJUAN

1. Mempelajari aliran darah pada ekor kecebong. 2. Mempelajari cara-cara untuk menentukan golongan darah A, B, O dan Rh. 3. Mengamati dan membedakan eritrosit dan leukosit pada darah berbagai jenis hewan. 4. Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih dengan menggunakan hemocytometer. 5. Menentukan konsentrasi haemoglobin dalam darah. 6. Menghitung tekanan darah sistole dan diastole. 7. Mengetahui aktivitas jantung dengan menggunakan EKG.

D. DASAR TEORI

Dalam proses kehidupan organisme diperlukan makanan dan O2 untuk melaksanakan metabolisme di seluruh tubuh dan dihasilkan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Pada hewan metazoa (bersel banyak) yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya manusia peredaran darahnya sudah melalui  pembuluh. Sistem metazoa disusun oleh organ-organ berupa jantung pembuluh pembuluh darah dan d an darah. Ada dua sistem peredaran darah dan pembuluh, yakni sistem peredaran darah terbuka dan tertutup. Sistem peredaran darah terbuka

(lakuner) kita jumpai pada moluska dan Arthopoda. Sedangkan sistem peredaran darah tertutup terdapat pada annelida dan vertebrata. Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda. Pada sistem peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua kali dalam satu kali  peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru kemudian ke mbali ke  jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium (Campbell, 2010). Terdapat beberapa jenis pembuluh pada katak yaitu: 1. Arteri pulmonalis. Pembuluh ini membawa darah yang telah dideoksigenasi yang baru saja dialirkan dari paru-paru. dari paru-paru. 2. Arteri

sistemik.

Arteri

sistemik

membawa

darah

menuju arteriol dan menuju arteriol

kemudian ke pembuluh ke pembuluh kapiler, di kapiler, di mana zat nutrisi dan gas ditukarkan. 3. Aorta. Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan membawa banyak oksigen. 4. Arteriol. Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan dengan  pembuluh kapiler. 5. Pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler adalah pembuluh yang menghubungkan cabang-cabang pembuluh nadi dan cabang-cabang pembuluh balik yang terkecil dengan sel-sel tubuh. Pembuluh nadi dan pembuluh balik itu  bercabang-cabang, dan ukuran cabang-cabang cab ang-cabang pembuluh itu semakin jauh dari  jantung semakin kecil. Pembuluh kapiler sangat halus dan berdinding tipis. Dinding kapiler adalah endotel selapis tipis sehingga gas dan molekul seperti oksigen, air, protein dan lemak dapat mengalir melewatinya dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik dan hidrostatik. 6. Pembuluh Vena. Pembuluh balik atau vena adalah pembuluh adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. Darahnya banyak mengandung karbon dioksida. Umumnya terletak dekat permukaan tubuh dan tampak kebiru-biruan.

Dinding pembuluhnya tipis dan tidak  elastis.  jika diraba, denyut jantungnya tidak terasa. Pembuluh vena mempunyai katup sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut, aliran darah tetap mengalir menuju jantung. Jika vena terluka, darah tidak memancar tetapi merembes. Dari seluruh tubuh,  pembuluh darah balik  bermuara menjadi satu pembuluh darah balik besar, yang disebut vena cava. Pembuluh darah ini masuk ke jantung melalui serambi kanan. Setelah terjadi  pertukaran gas di paru-paru,  darah mengalir ke jantung lagi melalui vena  paru-paru. Pembuluh vena ini membawa darah yang kaya oksigen (Riandam, 2007). Pada masa larva (berudu/kecebong), sistem peredaran transportasinya menyerupai sistem transportasi pada ikan. Setelah mengalami metamorfosis menjadi katak, sistem transfortasinya mengalami perubahan yang sesuai dengan kehidupan di lingkungan darat. Sistem sirkulasinya yang serupa ikan  berupa sistem peredaran darah tertutup atau peredaran darah tunggal. Pada sisitem peredaran darah tunggal darah melalui jantung hanya satu kali  peredaran. Darah dari seluruh tubuh yang mengandung karbon dioksida mengalir ke sinus venosus, kemudian masuk ke atrium. Sinus venosus adalah ruang atau rongga jantung yang terletak diantara ventrikel dan atrium. Pada saat jantung mengendur, darah mengalir melalui klep, masuk kedalam ventrikel. Dari ventrikel darah diteruskan ke konus ateriosus, kemudian menumju aorta ventralis dan dilanjutkan ke insang. Di Insang, aorta  bercabang-cabang

menjadi

kapiler-kapiler

(Pembuluh-pembuluh

kecil).

Kapiler-kapiler insang melepaskan karbon dioksiada dan mengambil oksigen dari air. Dari kapiler-kapiler insang, darah mengalir ke aorta dorsalis yang  bercabang-cabang.

Dari

cabang-cabang

aorta

dorsalis

ini

darah

mendistribusikan ke kapiler-kapiler seluruh bagian tubuh. Selain darah juga mengambil kabron dioksida untuk dibawa kembali ke jantung melalaui vena kava dan sinus venosus (Wiwi, 2006).

Fungsi penggolongan darah manusia sangat besar manfaatnya, yaitu untuk transfusi darah dan membantu penyelidikan tindak kriminal. Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut dengan donor. Kepada orang yang memerlukan yang disebut dengan resipien. Dalam proses transfusi darah diusahakan agar aglutinogen pada darah donor tidak berjumpa dengan zat antinya yang terdapat di dalam plasma darah resipien. Pada umumnya transfusi darah dapat dilakukan dalam keadaan sebagai berikut : kecelakaan dan tubuh luka  parah, tubuh yang terbakar, penyakit kronis, kekurangan darah yang akut, pada saat

tubuh

kehilangan

banyak

darah,

misalnya

pada

waktu

operasi

(Prawirohartono, 1995). Sistem penggolongan darah ABO dan Rh ditentukan secara genetik dan didasarkan pada respon antigen-antibodi. Pada sistem ABO, aglutinogen A dan B menentukan penggolongan darah. Plasma berisi aglutinin A dan B yang bereaksi dengan aglutinogen yang merupakan benda asing bagi seseorang. Pada sistem Rh, individu mempunyai aglutinogen Rh, yang dinyatakan sebagai Rh+ dan yang tidak mempunyai dinyatakan sebagai Rh- (Winatasasmita, dkk, 2017). Darah vertebrata merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel-sel yang tertanam dalam matriks cair yang disebut plasma. Yang terlarut di dalam plasma adalah ion-ion dan protein, juga sel-sel yang berfunsi dalam regulasi osmotik, transpor, dan pertahanan tubuh (Campbell, 2008). Plasma darah mengandung 90% air dan berbagai zat terlarut/tersuspensi di dalamnya. Zat tersuspensi tersebut mencakup beberapa jenis bahan berikut: a. Garam-garam, merupakan komponen esensial darah yang sebagian ion-ion ini menjadi buffer bagi darah, menjadikan darah normal memilki pH 7,4;  b. Protein plasma, membantu mempertahankan keseimbangan osmotik antara darah dan cairan interstitial, dan berkontribusi terhadap viskositas darah; c. Bahan lain, seperti zat sisa metabolisme, sari-sari makanan, hormon, gas respiratori, dan lain-lain (Isnaeni, 2006). Unsur-unsur selular yang tertanam dalam plasma darah terbagi menjadi 2 : sel-sel darah merah yang berfungsi mentranspor O2 dan sel-sel darah putih yang

 berfungsi dalam pertahanan tubuh. Terdapat juga platelet tau trombosit,  berbentuk fragmen-fragmen yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak. Pada darah manusia terdapat 5-6 juta sel darah merah dalam setiap mikroliternya. Fungsi utamanya adalah mentraspor O2, hal tersebur berkaitan dengan strukturnya yang menyerupai cakram kecil, bikonkaf   lebih tipis di bagian tengah daripada di bagian tepi. Bentuk ini memperbesar area permukaan sehingga meningkatkan laju difusi O2 melintasi membran-membran plasmanya. Selain itu, karakteristik eritrosit pada mamalia dewasa tidak memiliki inti sel yang berfungsi agar hemoglobin tersimpan dalam ruang yang lebih besar. Dalam satu eritrosit mengandung 250 juta molekul hemoglobin dimana satu molekul hemoglobin dapat berikatan dengam empat molekul O2 yang juga meningkatkan laju difusi O2 (Campbell, 2008). Darah merupakan cairan tubuh yang terspesialisasi. Darah memiliki empat komponene; plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Darah memiliki banyak fungsi penting, diantaranya sebagai alat transportasi oksigen dan nutrien, mencegah kehilangan darah dengan proses pembekuan darah, sebagai antibodi yang melawan infeksi, dan mengatur suhu tubuh. Darah yang mengalir didalam vena, arteri, dan kapiler atau keseluruhan darah merupakan campuran antara 55 persen plasma darah dan 45 persen sel darah. Sekitar 7 sampai 8 persen dari total massa tubuh merupakan darah (American Society Of Hematology, Tanpa Tahun). Sel darah merah atau yang lebih dikenal sebagai eritrosit, merupakan komponen seluler pada darah yang berperan sebagai ‘pengantar’ oksigen dari  paru-paru ke jaringan tubuh lain. Sel darah manusia dewasa berukuran kecil,  bulat, dan bikonkaf; berbentuk seperti donat tanpa lubang ditengah melainkan lekukan kedalam. Selnya fleksibel dam mengasumsikan bentuk lonceng saat melewati pembuluh darah yang sangat kecil. Sel darah merah ini ditutupi dengan membran yang terdiri lipid dam protein, tidak memiliki nukleus, dan

mengandung hemoglobin —   protein kaya pigmen merah yang dapat mengikat oksigen (Bhutia, 2016). Fungsi dari sel darah merah dan hemoglobin adalah untuk membawa oksigen dari paru-paru atau insang menuju selurh jaringan tubuh dan untuk membawa karbon dioksida, sampah produk metabolisme, ke paru-paru, dimana dia akan di ekskresikan (Bhutia, 2016). Pada invertebrata, pigmen pembawa oksigen tersebut dibawa bebas di plasma; sementara pada vertebrata terkonsentrasikan di dalam sel darah merah, sehingga  pertukaran oksigen dan karbondioksida yang berbentuk gas lebih efisien. Hal ini  juga menampilkan kemajuan evolusi. Sel darah merah pada mamalia beradaptasi dengan ketiadaan nukleus —   jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel menjadi lebih rendah sehingga sebagian besar oksigen dapat dibebaskan ke dalam jaringan lain. Bentuk bikonkaf dari sel ini membuat pertukaran oksigen lebih efisien (Bhutia, 2016). Sel darah merah berkembang di sumsum tulang belakang dalam beberapa tahap: dari Hemositoblas, sebuah sel multi potensial pada mesenkim, akan menjadi erithroblas (normoblas); selama dua dampai lima hari dari proses  perkembangan, erithroblas perlahan diisi oleh hemoglobin, dan nukleus dan mitokondrianya (partikel sitoplasma yang menyediakan energi untuk sel) menghilang. Pada tahap akhir sel tersebut disebut retikulosit, dimana sel sepenuhnya menjadi sel darah merah. Rata-rata umur sel darah merah manusia mencapai 100-120 hari; jumlah sel darah merah per milimeter kubik mencapai kurang-lebih 5,2 juta sel pada orang dewasa (Bhutia, 2016). Meskipun sel darah merah biasanya bulat dan sebagian kecil berbentuk oval  pada orang normal, pada kondisi hereditas tertentu proporsi bentuk sel darah merah oval menjadi lebih banyak. Beberapa penyakit juga disebabkan oleh  bentuk sel darah merah yang abnormal — misalnya oval pada anemia pernisius,  bulan sabit pada anemia bulan sabit, dam dengan proyeksi yang memberi kesan  berduri pada kelainan akanthositosis. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin bervariasi tergantung individu dan kondisi: sebagai contoh, pada

orang yang hidup di dataran rendah dan yang memiliki penyakit polisitemia,  jumlah keduanya akan lebih tinggi dibanding rata-rata normalnya. Pada saat kelahiran, sel darah merah berjumlah sangat banyak; jumlahnya berkurang setelah kelahiran dan kemudian meningkat kembali saat tingkat dewasa saat  pubertas (Bhutia, 2016). Sel darah putih, atau leukosit, merupakan komponen seluler darah yang tidka memiliki hemoglobin, memiliki nukleus, dapat bergerak, dan melindungi diri melawan infeksi dam penyakit dengan cara memakan materi asing dan smpah serpihan seluler dengan cara menghancurkan agen infeksius dan sel kanker, atau dengan menghasilkan anti bodi (Rogers, 2017). Manusia dewasa yang sehat memiliki kurang lebih 4500 sampai 11000 sel darah putih per milimeter kubik dari darah. Jumlah sel darah putih mengalami fluktuasi tiap harinya; berkurang saat beristirahat dan meningkat saat melakukan kegiatan berat. Pengurangan abnormal sel darah putih dikenal sebagai leukositosis, sementara peningkatan jumlah sel darah putih secara abnormal dikenal sebagai leukopenia. Peningkatan jumlah sel darah putih merupakan respon terhadap aktifitas fisik secara intens, kejang, reaksi emosional akut, nyeri, kehamilan, persalinan, dan penyakit tertentu seperti infeksi dma intoksikasi. Sementara penurunan jumlah sel darah putih merupakan respon terhadap jenis infeksi atau obat tertentu, juga berhubungan dengan kondisi tertentu, seperti anemia kronis, malnutrisi, atau anafilaksis (Rogers, 2017). Meskipun sel darah putih ditemukan didalam sirkulasi, kebanyakan beraksi diluar sirkulasi darah, seringnya didalam jaringan dimana mereka melawan infeksi; beberapa yang berada didalam aliran darah hanya melakukan transit dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai sel hidup, kelangsungan hidup mereka  berantung pada produksi energi kontinyu mereka. Sistem metabolisme sel darah  putih lebih kompleks dari sel darah merah, dan setara seperti sel umumnya. Sel darah putih memiliki nukleus dan dapat menghasilkan asam ribonukleik (RNA), dan dapat mensintesis protein. Sel darah putih sangat terdiferensiasi sesuai fungsi khusus mereka dan mereka tidak mengalami pembelahan sel (mitosis) di aliran

darah; Namun, beberapa mempertahankan kemampuan mitosisnya. Berdasarkan  penampilan dibawah mikroskop cahaya, sel-sel darah putih dikelompokan menjadi tiga kelas utama — limfosit, granulosit, dan monosit — yang masingmasing memiliki fungsi yang agak berbeda (Rogers, 2017). Limfosit, yang kepannya terbagi menjadi limfosit-B dan limfosit-T,  bertanggungjawab pada pengenalan spesifik pada benda asing dan peniadaan selanjutnya dari inang. Limfosit-b mensekret antibodi, yang merupakan protein yang mengikat mikroorganisme asing pada jaringan tubuh dan menjadi perantara  penghancurannya. Sementara itu, limfosit-t mengenali sel-sel yang terinfeksi atau yang terinfeksi secara virial dan menghancurkannya, atau berfungsi sebagai sel  penolong untuk membantu produksi antibodi oleh limfosit-b. Pada grup ini juga terdapat sel pembunuh alami (natural killer/ NK cell), dinamakan begitu karena kemampuannya yang dapat membunuh berbagai sel target. Pada manusia sehat, sekitar 25-33 persen dari sel darah putih merupakan limfosit (Rogers, 2017). Granulosit, sel putih yang paling banyak, menyingkirkan organisme besar seperti protoza atau cacing dan juga merupakan mediator utama alergi dan  bentuk peradangan lainnya. Sel-sel ini mengandung banyak butiran sitoplasma, atau vesikula skeretoris, yang menyimpan banyak bahan kimia yang penting dalam respon kekebalan tubuh. Mereka juga memiliki mutilobed, dan karena ini mereka sering disebut sebagai sel polimorfonukleae. Berdasarkan bagaimana reaksi mereka terhadap pewarnaan di laboratorium, granulosit terbagi menjadi tiga kategori: neutrofil, eosinofil, dan basodil. Neutrofil merupakan granulosit terbanyak dengan presentasi 50%-80% dari semua sel darah putih. Neutrofil sering kali menjadi sel pertama yang sampai pada bagian infeksi, dimana mereka menelan

dan

menghancurkan

mikroorganisme

menular

melalui

proses

fagositosis. Eosinofil dan basofil, serta sel jaringan yang disebut sel mast,  biasanya datang kemudian. Butiran atau granul pada basofil dan sel mast yang terkait mengandung sejumlah bahan kimia, termasuk histamin dan leukotrien yang

penting

dalam

mendorong

respon

inflamasi

alergi,

eosinofil

menghancurkan dan juga membantu memodulasi respon inflamasi (Rogers, 2017). Monosit, yang merupakan 4%-8% dari jumlah sel darah putih dalam darah,  berpindah dari darah ke temoat infeksi, dimana mereka berdiferensiasi lebih jauh sebagai makrofag. Sel-sel ini merupakan penyapu jalan yang memfagositkan secara keseluruhan atau membunuh mikroorganisme sehingga menjadikannya efektif pada penghancuran langsung dari patogen dan membersihkan puing-puing seluler dari tempat infeksi. Neutrofil dan makrofag merupakan fagosit utama dari sel tubuh, tetapi makrofag berukuran lebih besar dan hidup lebih lama dibanding neutrofil. Beberapa makrofag sangat penting sebagai sel antigen-presenting (pengada antigen) — sel yang memfagositkan kemudian menurunkan mikroba kemudian memberikan organisme ini pada limfosit — sehingga mengaktifkan respon imun yang spesifik (Rogers, 2017). Tipe spesifik dari sel yang terhubung dengan penyakit berbeda dan mencerminkan fungsi khusus dari jenis sel pertahanan tubuh. Secara umum, bayi yang baru lahir memiliki jumlah sel darah putih yang tinggi lalu kemudian  berangsur menurun sampai jumlah yang dimiliki oleh orang dewasa selama masa kanak-kanak. Pengecualian terjadi pada jumlah limfosit yang saat kelahiran  berjumlah sedikit, lalu bertambah dan mencapai tingkat tertinggi dalam empat tahun pertama kehidupan, dan kemudian turun secara bertahap ke tingkat dewasa yang stabil (Rogers, 2017). Jumlah darah dalam tubuh manusia memiliki kadarnya masing-masing. Meskipun pada sel darah putih yang jumlahnya fluktuatif, jumlah yang abnormal  baik kekurangan maupun kelebihan memiliki efek serius bagi tubuh. Hal ini menunjukan bahwa jumlah sel darah perlu diperhatikan dan dihitung secara seksama untuk menghindari hal yang yang tidak diinginkan (Sampolo, 2017). Penghitungan sel darah merupakan tes laboratorium yang menentukan jumlah sel darah merah maupun sel darah putih pada volume tertentu pada darah. Penerjemahannya bervariasi menurut jenis kelamin, usia, keadaan fisiologis, dan kesehatan umum individu. Namun individu normal mengandung rata-rata

5.000.000 sel darah merah dan 7.000 sel darah putih per mili meter kubik. Jumlah darah diferensial merupakan presentase dari setiap jenis sel darah putih  per 100 sel darah putih dihitung; sel darah putih orang dewasa normal mengandung sekitar 55% neutrofil, 30% limfosit, dan presentasi kecil pada eosinofil, basofil, dan neutrofil (Sampolo, 2017). Penghitungan darah juga mencakup penentuan jumlah trombosit, volume oleh  persen sel darah merah dalam darah utuh (dikenal sebagai hematokrit), tingkat sedimentasi sel darah merah, konsentrasi hamoglobin sel darah merah dan ukuran rata-rata sel darah merah (Sampolo, 2017). Haemoglobin merupakan protein yang banyak mengandung zat besi dan memiliki afinitas terhadap oksigen untuk membentuk oksihaemoglobin di dalam eritrosit. Dari mekanisme tersebut dapat berlangsung proses distribusi oksigen dari pulmo menuju jaringan. Pada hemoglobin manusia dewasa normal (haemoglobin A), terdapat 2 jenis rantai polipeptida yang dinamakan rantai α dan rantai β. Pada rantai α, masing-masing mengandung 141 gugus asam amino, sedangkan pada rantai β masing-masing mengandung 146 rantai asam amino. Sehingga hemoglobin A dinamai α2β2. Akan tetapi tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan haemoglobin A, sekitar 2,5% haemoglobin merupakan hemoglobin A2, tempat rantai β diganti oleh rantai δ (α2δ2) (Ganong, 2001). Sel darah merah mengandung sekitar 35% berat hemoglobin. Haemoglobin inimengandung dua rantai α dan dua rantai β serta empat gugus heme, yang masing-masing berikatan dengan rantai polipeptida. Masing-masing gugus heme dapat mengikat 1 molekul oksigen karena sejumlah besar haemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, 100 ml darah mamalia, jika dioksigenasi penuh, dapat membawa 21 gas O2. jumlah O2 yang diikat oleh hemoglobin bergantung kepada empat faktor: (1) tekanan parsial (2) pH (3) konsentrasi 2,3difosfogliserat (DPG) dan (4) konsentrasi CO2 (Lehninger, 1995). Meskipun ukurannya kecil, satu eritrsosit mengandung sekitar 250 juta molekul haemoglobin. Karena setiap mlekul hemoglobin berikatan dengan empat

molekul-molekul O2, satu eritrosit dapat mentranspor sekitar satu miliar molekul-molekul O2. Saat eritrosit melewati bantalan-bantalan kapiler paru-paru, insang, atau organ-organ respirasi yang lain, O2 berdifusi ke dalam eritrositeritrosit dan berikatan dengan haemoglobin. Di dalam kapiler-kapiler sistemik, O2 berdisosisi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh ( Campbell, 2008). Haemoglobin mempunyai berat molekul 64.450 dan merupakan suatu molekul yang dibentuk oleh 4 rantai polipeptida, dimana pada tiap polipeptida melekat pada gugus heme. Heme adalah suatu turunan porfirin yang mengandung  besi (Fe). Polipeptida ini dinamai secara bersama sebagai bagian dari globin dari molekul haemoglobin. Adapun fungsi dari haemoglobin ini adalah sebagai alat transportasi O¬2 serta membawa hasil akhir proses respirasi CO2. Sintesis Haemoglobin berlangsung dalam sumsum tulang. Sintesis haemoglobin dimulai  pada tahap eritroblast dan berlangsung hingga tingkat retikulosit dan kemudian menjadi eritrosit matur. Sel darah muda yang telah keluar dari sumsum tulang tetap membentuk haemoglobin pada hari berikutnya. Sintesis tersebut dimulai dari kondensasi glisin dan suksinil koenzim A (CoA) dibawah aksi enzim kunci δ-aminolevulinic acid sintetase (ALA-sintetase) untuk membentuk ALA (Amino Levulinic

Acid)

selanjutnya

ALA

mengalami

dehidrasi

menjadi

 phorphobilinogen oleh enzim ALAD (ALA Dehidratase). Setelah melewati  beberapa tahapan reaksi, senyawa phophobilinogen men galami perubahan bentuk menjadi protoporfirin. Salah satu senyawa protoporfirin, yaitu protoporfirin IX akan berikatan dengan Fe membentuk heme. Heme bereaksi dengan globin dimana 4 molekul heme berikatan dengan satu molekul globin dan ion logam Fe¬2+ dengan bantuan enzim ferrochelatase membentuk hemoglobin (Sadikin, 2001).Cairan yang memberikan tekanan suatu gaya disebut tekanan hidrostatis. Gaya tersebut diberikan oleh darah terhadap dinding pembuluh disebut tekanan darah. Tekanan ini jauh lebih besar di dalam arteri dibandingkan dengan di dalam vena, dan paling besar di dalam arteri ketika jantung berkontraksi selama sistol ventrikel. Tekanan darah adalah gaya utama yang mendoromg darah dari jantung

melalui arteri dan arteriola ke hamparan kapiler. Cairan selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah (Campbell, 2004). Tekanan darah mengacu pada gaya yang diberikan pada pembuluh-pembuluh darah oleh darah yang mengalir di dalamnya. Tekanan dinyatakan sebagai gaya  per unit luas pembuluh darah. Karena tekanan tersebut biasanya diukur dengan alat yang menggunakan kolom air raksa, tekanan darah dinyatakan sebagai tinggi kolam air raksa yang disebabkan oleh tekanan darah (Fried, 2002). Tekanan darah ditentukan sebagai oleh curah jantung dan sebagian lagi oleh oleh derajat resistensi periferal terhadap aliran darah arteriola, yang merupakan  penyempitan (leher botol) pada system sirkulasi. Kontraksi otot polos dalam dinding arteriola akan menyempitkan pembuluh yang sangat kecil itu, yang meningkatkan resistensi, dan dengan demikian meningkatkan tekanan darah di daerah hulu arteri. Ketika otot polos beralaksasi, arteriola berdilatasi, darah yang mengalir melalui arteriola meningkat, dan tekanan darah arteri akan menurun. Implus, saraf, hormone dan sinyal-sinyal lain mengontrol otot dinding arteriola tersebut. cekaman, baik secara fisik maupun emosional, dapat meningkatkan tekanan darah dengan cara memicu respons saraf dan hormon yang akan menyempitkan pembuluh darah. (Campbell,2004) Tekanan darah (biasanya diukur sebagai tekanan arteri) dihasilkan oleh dua  peristiwa utama. Yang pertama adalah gaya yang diberikan denyut jantung pada darah yang meninggalkan ventrikel; yang kedua adalah resistensi peripheral (tekanan balik) terhadap gaya yang pertama, diberikan oleh arteri dan yang lebih signifikan oleh arteriola. Sudah jelas bila tidak ada pompa, tak mungkin ada tekanan dan tekanan darah pun akan nol. Barangkali yang sering tidak diketahui dengan jelas adalah bahwa jika tidak ada resistensi periferal, juga tidak ada tekanan. Resistensi periferal terutama dihasilkan oleh kontriksi arteriola-arteriola di bagian terluar system sirkulatoris. (Fried, 2002). WHO telah menetapkan bahwa tekanan darah normal berkisar100−  140 mmHg untuk tekanan sistolik dan 60 − 90 mmHg  untuk tekanan diastolik. Tekanan darah tinggi oleh WHO didefinisikan jika tekanan darah secara

konsisten melebihi 160/95 mmHg ketika beristirahat. Tekanan darah antara 140 − 160 mmHg untuksistolik dan 90 − 95 mmHg untuk diastolik disebut batas hipertensi (borderlinehypertension) (Lilyana, 2008). Sel otot jantung bersifat autoritmik yaitu sebagai otot yang mempunyai daya rangsang untuk dirinya sendiri, sehingga menyebabkan aksi potensial yang spontan yang menyebabkan proses kontraksi. Adanya aksi potensial akan menimbulkan depolarisasi membrane serat otot dan berjalan lebih d alam kedalam serat otot pada tempat dimana potensial aksi dapat mendepolarisasi sarkolema dan sitem tubulus T, sehingga ion kalsium dari cairan ekstrasel masuk (Biologiedukasi, 2016).

E. ALAT DAN BAHAN

1. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Observasi Pembuluh Darah Kapiler. Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum Observasi Pembuluh Darah Kapiler No. 1. 2. 3. 4. 5.

Nama Alat Mikroskop Kapas Cawan Petri Papan dari kayu Gelas piala

Jumlah 1 buah Secukupnya 1 buah 1 buah 1 buah

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum Observasi Pembuluh Darah Kapiler No. 1. 2. 3.

Nama Bahan Kecebong hidup Urethan 2% Air

Jumlah 1 ekor 5 ml Secukupnya

2. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Golongan Darah. Tabel 3. Alat yang digunakan pada praktikum Golongan Darah No. 1. 2. 3. 4.

Nama Alat  Blood lancet  Tusuk gigi Gelas objek Alat tulis

Jumlah 5 buah 5 buah 5 buah 1 buah

5. 6. 7.

Kamera HP Buku Tulis Kapas

1 buah 1 buah Secukupnya

Tabel 4. Bahan yang digunakan pada praktikum Golongan Darah No. 1. 2. 3.

Nama Bahan Alkohol 70% Antisera A, B, & O Anti Rh serum

Jumlah Secukupnya 1 set 5 tetes

3. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Sel Darah. Tabel 5. Alat yang digunakan pada praktikum Sel Darah No 1. 2. 3. 4. 5.

Nama Alat Mikroskop Kaca Objek  Blood Lancet Cawan Petri Pipet Tetes

Jumlah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah

Tabel 6. Bahan yang digunakan pada praktikum Sel Darah No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nama Bahan Kapas Alkohol 70% Zat Pewarna Kertas Hisap Aquades Eter

Jumlah Secukupnya 1 ml 1 ml 1 lembar Secukupnya Secukupnya

4. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah. Tabel 7. Alat yang digunakan pada praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah No. 1. 2. 3. 4. 5.

Nama Alat  Hemocytometer  Mikroskop  Blood lancet Kertas lensa Pipet

Jumlah 1 set 1 unit 1 unit 1 lembar 1 unit

Tabel 8. Bahan yang digunakan pada praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah No. 1. 2. 3. 4.

Nama Bahan Larutan Hayem Larutan Turk Alkohol 70% Akuades

Jumlah 5 ml 5 ml Secukupnya Secukupnya

5. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Haemoglobin Darah. Tabel 9. Alat yang digunakan pada praktikum Haemoglobin Darah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Nama Alat Haemometer Sahli Standar Tallquist Kapas  Blood lancet Cawan petri Pipet tetes Kertas isap

Jumlah 1 set 1 buah Secukupnya 6 buah 1 buah 1 buah 5 buah

Tabel 10. Bahan yang digunakan pada praktikum Haemoglobin Darah No. 1. 2. 3. 4.

Nama Alat Darah HCl 0,1N Aquades Alkohol

Jumlah 1 ml 2 ml Secukupnya Secukupnya

6. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Tekanan Darah. Tabel 11. Alat yang digunakan pada praktikum Tekanan Darah No. 1. 2.

Nama Alat Spygmomanometer  Stethoscope

Jumlah 1 unit 1 unit

7. Alat dan Bahan yang digunakan saat praktikum Kontraksi Otot Jantung. Tabel 12. Alat yang digunakan pada praktikum Kontraksi Otot Jantung No. 1. 2.

Nama Alat Peralatan EKG Kapas

Jumlah 1 unit Secukupnya

Tabel 13. Bahan yang digunakan pada praktikum Kontraksi Otot Jantung No 1. 2.

Nama Bahan EKG krim Alkohol 70%

Jumlah Secukupnya 2 ml

F. LANGKAH KERJA

Diagram 1. Langkah Kerja Praktikum Observasi Pembuluh Darah Kapiler

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum dipersiapkan

Kecebong dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi larutan urethan 2%. tunggulah sampai kecebong tersebut tidak sadar 

Pembuluh darah pada ekor kecebong yang tampak transparan diamati di bawah mikroskop

Kecebong yang sudah terbius dipindahkan ke dalam cawan  petri yang telah diisi sedikit air 

Diagram 2. Langkah Kerja Praktikum Golongan Darah Ujung jari dioleskan kapas yang telah direndam dalam alkohol 70%

Masing-masing tetesan antisera dan darah diaduk dengan tusuk gigi yang berbeda dan terpisah

Dibiarkan  beberapa saat

Jari tersebut ditusuk dengan menggunakan blood lancet steril

Jari tersebut dipijit  perlahan hingga keluar darah dari luka tadi

Antisera A, antisera B dan anti Rh diteteskan pada setiap darah yang  berbeda

Darah yang keluar diteteskan diatas gelas objek sebanyak 3 tetes dibagian yang  berbeda

Diperhatikan yang terjadi pada masingmasing campuran darah dan antisera

Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan

Diagram 3. Langkah Kerja Praktikum Sel Darah Hewan yang sudah dibius kemudian ditusuk untuk diambil setetes darahnya

Apusan dibuat dengan menyemirkan setetes darah pada kaca objek dengan kaca objek lain secara merata

Diteteskan alkohol 70% dan biarkan 3-5 menit lalu biarkan kering di udara

Apusan darah dibiarkan kering di udara

Setelah itu zat pewarna diteteskan pada apusan dan dibiarkan kering

Kemudian cuci dengan aquades, dikeringkan, lalu diamati menggunakan mikroskop cahaya

Diagram 4. Langkah Kerja Praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah Menghitung sel darah merah menggunakan  pipet pengencer dengan skala 101.

Ujung jari diulas dengan alkohol 70%, lalu ditusuk dengan blood lancet .

Ketika pendarahan  berlangsung dengan baik, darah dihisap dengan  pengencer Hayem skala 101 dengan tepat.

Kedua ujung pipet dipegang menggunakan telunjuk dan ibu  jari, lalu dikocok selama 2 menit.

Sel darah merah dijumlahkan.

Darah dibiarkan mengalir dengan  bebas tanpa memijit ujung jari.

Darah yang keluar diisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5 atau 1,0. kemudian ujung pipet dibersihkan dengan kertas saring

5 tetes pertama larutan dibuang setelah 2 menit, lalu ujung pipet diletakkan diantara gelas objek dan gelas hemocytometer, hingga larutan darah mengalir dengan  bebas diantaranya.

Sel darah didiamkan selama 2 menit hingga mengendap. lalu diamati di bawah mikroskop.

Diagram 5a. Langkah Kerja Praktikum Haemoglobin Darah dengan Metode Sahli Alat dan bahan yang akan digunakan dalam  praktikum dipersiapkan

Larutan darah + HCl diaduk dalam tabung agar tercampur dengan rata

Tabung Sahli diisi dengan HCl sebanyak 2 ml

Ujung jari  praktikan yang akan ditusuk dibersihkan menggunakan alkohol

Ujung jari  praktikan ditusuk menggunakan blood lancet 

Darah + HCl didiamkan dalam tabung selama ± 3 menit

Dimasukkan ujung selang  pada dasar tabung sahli dan meniup seluruh darah yang terdapat  pada selang secara hati-hati agar pinggir tabung tidak terkena darah

Darah  praktikan diisap menggunakan selang haemometer sepanjang garis  berwarna biru  pada tabung kecil yang terdapat pada selang

Aquades ditambahkan sedikit demi sedikit hingga warna larutan sama dengan warna batang standar yang terdapat di kanan kiri sampel larutan. Ketika menambahkan aquadest, tidak lupa untuk mengaduk sampel

Skala yang terdapat  pada tabung Sahli diamati dan dicatat hasil pengukuran kadar Hb darah

Diagram 5b. Langkah Kerja Praktikum Haemoglobin Darah dengan Metode Tallquist

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam  praktikum dipersiapkan

Darah diteteskan pada kertas isap

Kadar 100% pada skala Tallquist sesuai dengan 15,89 oksi hemoglobin dalam 100 cc darah

Warna darah segera dibandingkan dengan warna pada kertas skala Tallquist

Diagram 6. Langkah Kerja Praktikum Tekanan Darah Manset dibalut  pada lengan atas (kanan atau kiri) yang mengandung  brachialis kira-kira 2,5 cm diatas sikut orang yang diperiksa

Stethoscope ditempelkan diatas arteri brachialis

Tekanan manset terus diturunkan, suara yang terdengar akan hilang. Suara hilang menunjukan diastole, manometer diperhatikan.

Suara yang pertama timbul menunjukan tekanan sistole, lalu skala manometer diperhatikan

Orang yang akan diperiksa duduk dengan tenang, tangan kiri diletakkan seolaholah sejajar dengan  jantung

Diagram 7. Langkah Kerja Praktikum Kontraksi Otot Jantung Setelah alkohol kering, EKG krim dioleskan pada  bagian dada,  pergelangan tangan dan kaki sesuai dengan kode warna elektroda.

Bagian tubuh yang akan diperiksa dibersihkan dengan menggunakan kapas beralkohol 70%

Setelah elektroda terpasang EKG dioperasionalkan secara manual

Memilih LEAD EKG dengan cara menekan LEAD dan FEED untuk mengubah sesuai kebutuhan, lalu tekan tombol start/stop

Memilih operasi  pada posisi M pada setiap panelnya

G. HASIL PENGAMATAN

Tabel 14. Hasil Pengamatan Praktikum Observasi Pembuluh Darah Kapiler No. 1.

Keterangan Pembuluh Darah pada Ekor Kecebong

Gambar

Gambar 1. Pembuluh darah pada ekor kecebong (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Tabel 15. Hasil Pengamatan Praktikum Golongan Darah Nama Anggota Kelompok Fadillah

Anti A

Anti B

Tidak menggumpal

Tidak menggumpal

Anti Rh

Menggumpal

Keterangan

Hasil

Golongan darah O, Rh+ Gambar 1. Golongan darah O Rh+ (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Fadhil

Menggumpal

Menggumpal

Menggumpal

Golongan darah AB, Rh+ Gambar 2. Golongan darah AB Rh+ (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Fathimah

Tidak menggumpal

Tidak menggumpal

Menggumpal

Golongan darah O, Rh+ Gambar 3. Golongan darah O Rh+ (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Ghina

Tidak menggumpal

Tidak menggumpal

Menggumpal

Golongan darah O, Rh+ Gambar 4. Golongan darah O Rh+ (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Liella

Menggumpal

Tidak menggumpal

Menggumpal

Golongan darah A, Rh+

Tabel 16. Hasil Pengamatan Praktikum Sel Darah No

Hewan

Gambar Hasil Pengamatan

Keterangan

a

1.

Ikan b

Gambar 5. Sel darah Cyprinus carpio (Dok. Kelompok 8A, 2017)

a. Eritrosit  b. Leukosit

a. Eritrosit  b. Leukosit c. Trombosit

b

2.

a

Katak

Gambar 6. Sel darah Rana sp. (Dok. Kelompok 1A, 2017) b

a. Eritrosit  b. Leukosit c. Trombosit 3.

Ayam

a

Gambar 7. Sel darah Gallus gallus (Dok. Kelompok 6A, 2017)

4.

Mencit

a

c

a. Eritrosit  b. Leukosit c. Trombosit

b

Gambar 8. Sel darah Mus musculus (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Tabel 17. Hasil Pengamatan Praktikum Menghitung Jumlah Sel Darah Nama Praktikan

Jenis Kelamin

Tinta

P

Jumlah Sel Darah Merah

Jumlah Sel Darah Putih

Keterangan

 Normal

2.930.000 mm3 Gambar 9. (Dok. Kelompok 4A, 2017)

5.390 mm3 Gambar 10. (Dok. Kelompok 4A, 2017)

Tabel 18. Hasil Pengamatan Praktikum Haemoglobin Darah Nama

Jenis Kelamin

Fadillah

Perempuan

Konsentrasi Hb Sahli Tallquist 70% x 15,8 = 11,06 gr/dL

Gambar 11. Konsentrasi Haemoglobin Fadillah (Dok. Kelompok 3A, 2017) 60% x 15,8 = 9,48 gr/dL

Ghina

Perempuan

Gambar 12. Konsentrasi Haemoglobin Ghina (Dok. Kelompok 3A, 2017) 70% x 15,8 = 11,06 gr/dL

Liella

Perempuan

Gambar 13. Konsentrasi Haemoglobin Liella (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Nama

Jenis Kelamin

Dian

Perempuan

Konsentrasi Hb Sahli Tallquist 14,6 gr/dL

-

Gambar 14. Konsentrasi Haemoglobin Dian (Dok. Kelompok 3A, 2017)

Tabel 19. Hasil Pengamatan Praktikum Tekanan Darah Nama

Jenis Kela min

Tekanan Darah

Keterangan

Sistole

Diastole

Ghina

P

110

92

-

Fadillah

P

110

90

-

Fadhil

L

110

70

-

Liella  Nethasya

P P

100 80

80 70

-

Tabel 20. Hasil Pengamatan Praktikum Kontraksi Otot J antung No. 1.

Keterangan Hasil EKG

Gambar

Gambar . Hasil EKG (Dok. Kelompok 3A, 2017)

H. PEMBAHASAN

1. Observasi Pembuluh Darah Kapiler Pada praktikum kali ini, observasi pembuluh darah kapiler dapat di  pelajari melalui aliran darah pada bagian ekor kecebong dengan mengamati di bawah mikroskop, karena pada bagian ekor kecebong memiliki tubuh yang transparan sehingga memudahkan kami untuk mengamati aliran darah serta  bagian-bagian pembuluhnya. Terlihat saat dilakukannya pengamatan, aliran

darah seperti aliran zat cair yang bergerak dengan arah dan kecepatatan yang  berbeda-beda. Ada yang ke depana ada juga yang ke belakang, ada yang alirannya cepat tetapi ada juga yang lambat. Darah dari arteri akan mengalir dengan cepat ke cabang-cabang arteri yang kaya dengan oksigen yang disebut arteriol. Arteriol merupakan cabangcabng dari pembuluh arteri yang diameternya lebih kecil. Darah dari arteriol tersebut akan terus mengalir agak lambat ke kapiler dan menuju ke bagian ekor. Darah dari bagian arteri ini mengalir dengan cepat karena dinding pada arteri

tebal

dan

mempunyai

tekanan

yang

sangat

besar

sehingga

memungkinkan darah dapat disalurkan ke kapiler-kapiler darah. Kapiler darah merupakan pembuluh darah yang berdiameter sangat kecil dan  bercabang-cabang yang menghubungkan antara arteriola dan venula serta memiliki tekanan yang sangat rendah sehingga memungkinkan darah mengalir dengan lambat. Kemudian dari pembuluh kapiler ini darah mengalir sangat lambat menuju venula. Darah akan terus mengalir ke pembuluh vena dan mengalir ke arah kepala. Darah yang berada pada bagian pembuluh vena kaya dengan CO2  dan memiliki dinding yang tipis dan elastis serta tekanan yang dengan pembuluh arteri. 2. Golongan Darah Pada percobaan penentuan golongan darah menggunakan sistem ABO. Golongan darah pada kelompok kami beragam. Dari praktikum yang telah kami lakukan untuk menentukan golongan darah digunakan anti serum A dan B juga anti Rh. Anti serum merupakan aglutinin. Golongan darah A dilihat apabila terjadi penggumpalan darah pada anti serum A dan tidak memberikan aglutinasi pada anti serum B. Hal ini disebabkan cara kerja dari anti serum A adalah sama dengan aglutinin α, sehingga ia bertindak sebagai zat penggumpalan. Apabila aglutinin ini  bertemu dengan antigen A yang justru memiliki aglutinin β, maka tidak lain akan terjadi penggumpalan. Begitu juga pada golongan darah B dilihat apabila terjadi penggumpalan darah pada anti serum B dan tidak memberikan

aglutinasi pada anti serum A. Hal ini disebabkan cara kerja dari anti serum B adalah sama dengan aglutinin β, sehingga ia bertindak sebagai zat  penggumpalan. Apabila aglutinin ini bertemu dengan antigen B yang justru memiliki aglutinin α, maka tidak lain akan terjadi penggumpalan. Pada golongan darah AB, penggumpalan terjadi pada kedua anti serum yaitu A dan B. Bisa juga menggunakan anti serum AB agar lebih yakin. Sedangkan pada golongan darah O sama sekali tidak terjadi penggumpalan dikedua anti serum A dan B. Anti Rh digunakan untuk mengetahui suatu antigen apakah positif atau negatif. Jika terjadi penggumpalan maka Rh tersebut adalah positif. 3. Sel Darah Pengamatan praktikum sel darah bertujuan untuk mengetahui  perbedaan bentuk eritrosit dan leukosit dari beberapa hewan yaitu, ikan mas (Cyprinus carpio), katak ( Rana sp.), ayam (Gallus gallus), dan mencit ( Mus musculus). Pertama-, untuk dapat melihat sel darah kita harus membuat apusan darah yang cara pembuatannya telah dijelaskan pada bagian langkah kerja. Lalu, apusan yang sudah dibuat diamati dengan menggunakan mikroskop. Hasil yang kami amati, baik pada ikan, katak, ayam dan mencit eritrosit jumlahnya lebih banyak dibandingkan leukosit. Pada ikan bentuk eritrosit lonjong dengan inti yang jelas karena terwarnai oleh zat pewarna, leukositnya berwarna ungu juga terdapat inti di bagian tengah. Eritrosit katak memiliki bentuk yang lonjong dengan inti di tengahnya begitu juga dengan  bentuk leukosit. Begitu juga pada ayam, eritrosit bentuknya lonjong dengan inti sel pada bagian tengah. Sedangkan pada mencit dan kelompok hewan mamalia lain, eritrosit tidak memiliki inti sel. Pada awal pembentukan eritrosit mamalia, sel memiliki inti, ribosom, dan mitokondria. Hilangnya organel tersebut terjadi karena pada proses  pendewasaannya, lama kelamaan bagian tersebut hilang untuk memberi ruang yang lebih besar bagi hemoglobin. Jadi, ada lebih banyak ruang untuk mengangkut oksigen dan memperbesar laju difusi O2.

4. Menghitung Jumlah Sel Darah Untuk menghitung jumlah sel darah merah menggunakan rumus ne x p x 50.  Ne= jumlah eritrosit dalam 5 kotak, p= besarnya pengenceran. Jadi

untuk menghitung jumlah sel darah merah Tinta dengan menggunakan rumus yaitu 293 x 200 x 50 = 2.930.000 mm3. Sedangkan untuk menghitung jumlah sel darah putih menggunakan rumus nl x p x 2,5.  Nl= jumlah leukosit dalam 4 kotak, p= besarnya  pengenceran. Untuk menghitung jumlah sel darah putih Devi dengan menggunakan rumus yaitu 98 x 22 x 2,5= 5.390 mm3. Berdasarkan hasil pengamatan, dengan mengamati sel darah merah dan sel darah putih praktikan yaitu Tinta. Tinta memiliki jumlah sel darah merah 2.930.000 mm3  termasuk ke dalam kategori normal, dan sel darah  putih yang dimiliki oleh tinta sebanyak 5.390 mm3 termasuk kedalam kategori normal. Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak. Nilai normal sel darah merah pada pria yaitu 4,6-6,2 juta mm3, sedangkan pada wanita yaitu 4,2-5,4 juta mm3. Sel darah merah berbentuk bulat pipih yang bagian tengahnya cekung atau bikonkaf, tidak memiliki inti sel, dan memiliki warna merah. Pada Tinta jumlah sel darah putih yaitu 5.390 mm3  dan berada pada kategori normal. Karena nilai normal jumlah sel darah putih pada bayi baru lahir 9.000-30.000 mm3, bayi atau anak-anak 9.000-12.000 mm3, dan pada orang dewasa yaitu 4.000-10.000 mm3. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat

 bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler atau diapedesis. Sel darah putih dibedakan menjadi dua macam yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit dibedakan menjadi neutrofil, basofil, dan eosinofil. Sedangkan agranulosit dibedakan menjadi limfosit dan monosit. 5. Haemoglobin Darah Pada pratikum kali ini perhitungan kadar hemoglobin menggunakan metode sahli, didapat kadar Hemoglobin adalah 14,6 mg/dL. Kadar hemoglobin OP normal. Dengan menggunakan metode Tallquist didapat kadar hemoglobin adalah 60% dan 70%. Hal ini dapat disimpulakan kadar hemoglobin OP adalah di bawah normal / rendah. Perbedaan hasil antara metode sahli dan metode tallquist karena pada metode tallquist ada perhitungan menggunakan rumus, yaitu 100% cara talquist bernilai 15,8 gram. Jadi, . Nilai normal metode talquist adalah 80 %-100 %. 6. Tekanan Darah Pada perhitungan tekanan darah dari setiap anggota kelompok tiga didapatkan hasil sebagai berikut: tekanan darah yang dimiliki Ghina adalah 110/92 mm Hg; tekanan darah yang dimiliki Fadillah adalah 110/90 mm Hg; tekanan darah yang dimiliki Fadhil adalah 110/70 mm Hg; tekanan darah yang dimiliki Liella adalah 100/80 mm Hg; dan tekanan yang dimiliki oleh  Nethasya adalah 80/60 mm Hg. Jika dibandingkan dengan klasifikasi hipertensi menurut WHO, hasil  perhitungan tekanan darah yang kami dapatkan dari tekanan darah Ghina, Fadillah, Fadhil, dan liell menunjukan tekanan darah normal. Sedangkan  pada tekanan darah Nethasya sudah memasuki tekanan darah rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tekanan darah berbeda pada setiap orang adalah kekuatan memompa jantung, banyaknya darah yang beredar, dan kekentalan darah. Selain tiga faktor yang telah disebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan faktor ini tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan.

7. Kontraksi Otot Jantung

I. JAWABAN PERTANYAAN

1. Observasi Pembuluh Darah Kapiler a. Apakah yang menyebabkan perbedaan kecepatan aliran pada pembuluh darah tersebut? Pada pembuluh darah manakah aliran darah selalu tetap dan pada pembuluh darah mana yang berubah-ubah? Jawab: Ketebalan dinding pembuluh darah, besarnya pembuluh darah, dan

tekanan dan kecepatan aliran pembuluh darah. Pada pembuluh arteri aliran darahnya tetap, sedangkan pada pembuluh vena aliran darahnya  berubah-ubah.  b. Adakah pengaruh suhu terhadap kecepatan jalannya aliran darah, kalau ada bagaimana pengaruhnya? Jawab: Ada. Jika suhu semakin dingin, maka aliran darah semakin cepat, karena

adanya proses oksidasi terkait proses tubuh untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 2. Golongan Darah a. Buatlah diagram hubungan transfusi antara golongan darah ABO, mana yang dimaksud donor universal dan resifien universal? Jawab: A

A

O

O

AB

AB

B

B

Diagram 8. Skema Transfusi Darah Yang dimaksud dengan donor universal adalah golongan darah O yang dapat memberikan (mendonorkan) darahnya kesemua jenis golongan darah, hal ini terjadi karena golongan darah O tidak memiliki antigen. Sedangkan resifien universal adalah golongan darah AB yang dapat menerima darah dari semua jenis golongan darah, hal ini dapat terjadi karena golongan darah AB memiliki 2 jenis antigen, namun tidak memiliki aglutinin.  b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, antibodi, aglutinogen dan aglutinin serta zat dan jelaskan hubungannya dengan transfusi darah? Jawab:

1) Antigen adalah protein asing atau zat yang menimbulkan rangsangan terhadap tubuh untuk membentuk antibodi. Terdapat pada sel darah merah. 2) Antibodi adalah zat pelindung yang dihasilkan tubuh. Terdapat dalam  plasma darah. 3) Aglutinogen adalah protein darah yang terdapat dalam eritrosit dan  berfungsi sebagai antigen. 4) Aglutinin adalah protein darah yang terdapat dalam plasma darah sebagai anti bodi. Ada dua macam aglutinin, yaitu: aglutinin α (zat anti A) , dan aglitinin β (zat anti B). Hubungannya

dengan

transfusi

darah

adalah

darah

manusia

dapat

digolongkan berdasarkan aglutinogen dan aglutinin. Dalam transfusi darah, donor harus memperhatikan jenis aglutinogen (antigen) yang dimilikinya. Sedangkan, pada resipien yang perlu diperhatikan adalah aglutininnya (antibodi). c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan erythroblastosis fetalis? Jawab:

 Erythroblastosis fetalis adalah peningkatan penghancuran sel darah merah  janin akibat antibodi (sel pertahanan tubuh) ibu yang masuk ke janin lewat

 plasenta dan menghancurkan antigen (tanda pengenal benda asing) yang terdapat di sel darah merah janin. Penyakit ini penyebab penting terjadinya anemia (kurang darah) dan jaundice (bayi kuning) pada bayi baru lahir. 3. Sel Darah Berdasarkan hasil pengamatan anda, apakah perbedaan sel darah merah dan sel darah putih? Bagian mana dari sel darah tersebut yang menyerap warna? Jawab:

Perbedaan yang mencolok antara eritrosit dan leukosit terlihat pada kelompok hewan mamalia, ditandai dengan ketiadaan inti sel pada eritrosit. Sedangkan  pada kelompok Pisces, Amphibia, dan Aves eritrosit memiliki inti sel. Struktur leukosit pada seluruh hewan strukturnya sama, memiliki inti baik leukosit granulosit dan agranulosit. Bagian sel yang terwarnai adalah inti sel, dan sel eritrosit mencit terwarnai seluruhnya. 4. Menghitung Jumlah Sel Darah a. Adakah perbedaan jumlah sel darah merah atau pun jumlah sel darah  putih dari masing-masing praktikan yang diperiksa? Kenapa demikian? Kemukakan hal-hal yang memungkinkan adanya perbedaan tersebut! Jawab:

Ada. Karena jumlah eritrosit dan leukosit dapat dipengaruhi oleh  beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu Umur, kondisi lingkungan dan musim.  b. Dalam percobaan tersebut di atas digunakan pengenceran baik pada  perhitungan sel darah merah maupun sel darah putih, mengapa demikian? Jelaskan jawabab anda! Jawab:

Pengenceran dilakukan untuk memudahkan pengamatan agar sel darah tidak menumpuk. 5. Haemoglobin Darah a. Apakah fungsi Hb? Apakah juga terdapat pada hewan-hewan rendah? Jawab:

Hb berperan dalam mengangkut O2 (oksigen) dari paru-paru, membentuk oksihemoglobin  yang beredar pada seluruh jaringan tubuh, mengangkut CO2  (karbondioksida) dari jaringan menuju paru-paru, menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh. Hb dapat ditemukan pada berbagai makhluk invertebrata, dimana berada dalam keadaan terlarut langsung di dalam plasma.  b. Apakah tujuan membiarkan darah selama 10 menit pada cara Sahli? Jawab:

Agar Hb bereaksi dengan HCl sehingga dapat terbentuk asam hematin dan kadar asam ini dapat dihitung dan yang sekaligus kadar Hb juga dapat diketahui. c. Jelaskan hubungan konsentrasi Hb dengan stamina seseorang? Jawab:

Bila konsentrasi Hb darah berkurang, maka jumlah O2  yang diikat dan diedarkan juga akan berkurang. Dengan demikian, stamina tubuh akan mengalami penurunan yang ditandai dengan wajah pucat, mulut kering dan cepat lelah. d. Sebutkan faktor rendanya Hb seseorang! Jawab:

1) Defisiensi zat, misalnya Fe dan Vitamin B Kompleks. 2) Cacat pada sel darah merah. 3) Pendarahan. 4) Reaksi imunitas berlebih. 6. Tekanan Darah a. Apakah yang dimaksud dengan tekanan darah sistole dan diastole? Jawab:

Tekanan darah sistole adalah tekanan darah saat jantung sedang memompakan darah. Sedangkan, tekanan darah diastole adalah tekanan darah saat jantung menerima darah.  b. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat mempertahankan tekanan darah? Jawab:

1) Kekuatan memompa jantung. 2) Banyaknya darah yang beredar. Dinding pembuluh darah adalah elastik dapat mengembung, maka harus diisi lebih supaya dapat dibangkitkan suatu tekanan. Pemberian cairan seperti plasma atau garam akan menyebabkan tekanan naik kembali. 3) Vikositas (kekentalan) darah. Disebabkan oleh protein plasma dan  jumlah sel darah yang berada di dalam aliran darah. Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh. c. Mengapa dengan bertambahnya usia tekanan darah juga naik? Jawab:

Karena seiring bertambahnya usia tubuh akan mengalami elastisitas pada  pembuluh darah, sehingga tekanan darah secara otomatis akan naik.

J. SIMPULAN

1. Observasi Pembuluh Darah Kapiler\ Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan  bahwa sistem transportasi pada kecebong merupakan sistem transportasi tungggal, aliran darah pada kecebong di mulai dari jantung masuk ke arteri, dari arteri di alirkan ke arteriola menuju kapiler darah ke arah ekor, dari kapiler darah akan masuk ke bagian pembuluh venula menuju vena dari vena akan di salurkan menuju kepala. Darah dari arteri akan mengalir dengan cepat ke cabang-cabang arteri yang kaya dengan oksigen yang disebut arteriol lalu ke pembuluh kapiler. Kemudian dari pembuluh kapiler ini darah mengalir sangat lambat menuju venula. Darah akan terus mengalir ke pembuluh vena dan mengalir ke arah kepala. Ketebalan dinding pembuluh darah, besarnya pembuluh darah, dan tekanan dan kecepatan aliran pembuluh darah dapat menyebabkan perbedaan kecepatan aliran pada pembuluh darah. Pada pembuluh arteri aliran darahnya tetap, sedangkan pada pembuluh vena aliran darahnya berubah-ubah.

2. Golongan Darah Salah satu cara untuk menentukan golongan darah adalah dengan cara memberikan anti serum pada darah yang telah dikeluarkan dengan menggunakan blood lancet. Sistem yang digunakan adalah sistem ABO. Golongan darah ABO dapat dilihat dari penggumpalan darah setelah ditetesi dengan antisera dan dihomogenkan menggunakan tusuk gigi. 3. Sel Darah Eritrosit pada mamalia tidak memiliki inti sel, meski pada awalnya terdapat inti yang kemudian pada proses pendewasaannya hilang untuk memberikan ruag lebih besar bagi hemoglobin. Pada Pisces, Amfibi, dan Aver eritrosit memiliki inti sel dan berbentuk oval/lonjong. Leukosit pada semua hewan yang diamati memiliki bentuk yang sama. Dibagi menjadi leukosit granulosit diantaranya ; neurofil, eosinofil, dan  basofil. Dan pada leukosit agranulosit terdapat ; monosit dan limfosit. 4. Menghitung Jumlah Sel Darah Dengan menggunakan hemocytometer untuk menghitung sel darah merah dan sel darah putih yaitu sel darah merah Tinta berjumlah 2.930.000 mm3, sedangkan untuk sel darah putih yang dimiliki oleh Tinta berjumlah 5.390 mm3. Kedua jumlah sel darah merah dan sel darah putih tersebut termasuk kedalam jumlah yang normal. 5. Haemoglobin Darah Dalam penetuan kadar HB, metode sahli lebih akurat dibandingkan metode Tallquist, disebabkan karena metode sahli membutuhkan ketelitian visualisasi dalam membandingkan warna yang diperoleh dengan warna pada  batang standar sahli. Kadar hemoglobin OP normal yaitu 14,6 g/dL (cara sahli) dan 98% (cara talquist), ketetapan kadar hemoglobin normal talquist 80% - 100% sedangkan hemoglobin normal cara sahli untuk pria adalah 14 –   18 g/dL , dan untuk wanita adalah 12 –  15 g/dL.

6. Tekanan Darah Tekanan darah terdiri tekanan darah sistole dan diastole. Tekanan darah sistole adalah tekanan darah saat jantung sedang memompakan darah. Sedangkan, tekanan darah diastole adalah tekanan darah saat jantung menerima darah. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah kekuatan memompa jantung, banyaknya darah yang beredar, dan kekentalan darah. Selain tiga faktor yang telah disebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah dan faktor ini tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan. 7. Kontraksi Otot Jantung Pemeriksaan EKG merupakan tes diagnostik umum yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi jantung dengan cara merekam atau mengukur aktivitas listrik dari jantung sebagaimana jantung berkontraksi, serta pada batas tertentu dapat mengidentifikasi jika terdapat peredaran atau aliran darah yang tidak normal.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF