Laporan Sistem Pengapian Elektronik

September 23, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Sistem Pengapian Elektronik...

Description

SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

LAPORAN PRAKTIK SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

JST/OTO/OTO318/02 LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF

Disusun oleh : CHAMDAN NOR ICHWAN TS DWI

13504241036

PRASETYO

13504241040 MUHAMMAD REZKY FATHURROCHIM KELAS

13504241043

: A3

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 B. ISI LAPORAN

I.

JUDUL LAPORAN Laporan ini berjudul “SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK” yang telah dipraktikkan dan diketahui hasil analisanya.

II. KOMPETENSI Sistem Pengapian Elektronik

III.

SUB KOMPETENSI

Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat : 1.

Memasang sistem pengapian elektronik sebagai pengganti pengapian konvensional.

2.

Memeriksa komponen sistem pengapian elektronik.

3.

Mengidentifikasi keuntungan penggunaan sistem pengapian elektronik.

IV.

ALAT DAN BAHAN

1.

Alat Utama

2.

Alat Ukur

: - 1 set Toolbox : - 1 buah Multimeter

: - 1 buah Feeler Gauge : - 1 buah Timing Light : - 1 set Engine Tuner (Seri EA-800) 3.

Alat Bantu

: - 1 set Alat Tulis

: - 1 set Majun 4. V.

Bahan

: - 1 buah Engine Stand Kijang 5 K

KESELAMATAN KERJA

1.

Berdoa sebelum melaksanakan kegiatan praktik.

2.

Menjaga kebersihan alat, bahan, tangan, dan lingkungan praktik.

3.

Hati-hati saat bekerja dengan obyek yang berhubungan dengan arus listrik dan saat menghidupkan mesin.

4.

Gunakan alat praktikum sesuai dengan fungsinya.

5.

Laksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.

6.

Tanyakan pada instruktur apabila mengalami permasalahan praktikum.

7.

Bersihkan alat dan bahan praktik, kemudian kembalikan alat dan bahan praktik ke tempat semula.

8. VI.

Bersihkan area praktik setelah selesai melakukan kegiatan praktik. DASAR TEORI

Perbandingan Rangkaian Pengapian

Perbedaan utama antara pengapian elektronik dengan yang menggunakan kontak poin adalah pada bagian rangkaian primer. Kontak poin digantikan oleh pembangkit sinyal elektronik dan sebuah unit pengendali pengapian elektronik. Pembangkit sinyal digunakan untuk memberikan impuls listrik untuk memberikan sinyal saat pengapian pada unti pengendali pengapian elektronik. Unit pengendali akan mensaklarkan rangkaian primer pengapian sebagai sinyal oleh pembangkit sinyal. Gambar 01. Perbandingan Rangkaian

Keuntungan sistem pengapian elektronik -

Tidak menggunakan kontak poin.

-

Tidak memerlukan perawatan kontak poin.

-

Sudut Dwell ditetapkan oleh unit pengapian.

-

Saat pengapian lebih tepat.

-

Percikan bunga api lebih besar dan lebih lama sangat berguna untuk mengendalikan emisi gas buang. Sistem pengapian elektronik memanfaatkan transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Jika pada sistem pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan secara mekanis dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem pengapian elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis melalui suatu power transistor yang difungsikan sebagai saklar ( switching transistor). Gambar 02. Rangkaian Sistem Pengapian Elektronik Pada sistem pengapian transistor signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan breaker point (platina) dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil. Signal Generator Signal generator berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam igniter untuk memutuskan arus primer ignition coil pada saat pengapian yang tepat.

Pembangkit pulsa sistem pengapian elektronik Ada beberapa cara untuk menghasilkan pulsa sinyal pada distributor. a)

Pembangkit pulsa.

b) Pembangkit efek Hall. c)

Sensor optik. Dalam laporan ini akan dibahas pemnangkit pulsa sistem pengapian elektronik dengan sensor penghimpun magnet (magnetic pick-up sensor). Sensor Penghimpun Magnet (Pembangkit Pulsa) Konstruksi Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada pick up coil, pick up coil kemudian membangkitkan arus bolak-balik (AC) dan signal rotor yang menginduksi tegangan AC di dalam pick up coil sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak jumlah silinder. Gambar 03. Konstruksi Pembangkit Pulsa Cara kerja

Ketika benda logam mengganggu keseimbangan medan magnet, tegangan listrik terbentuk pada lilitan kawat. Tegangan ini dibangkitkan pada lilitan kawat. Sinyal tegangan ini diperkuat oleh mikrokomputer. Gambar 04. Konstruksi Sensor Posisi Poros Engkol Sensor posisi poros engkol (CP, Crankshaft position) adalah salah satu contoh dari penghimpun magnet. Sensor CP mempunyai perangkat penghimpun magnet. Sensor CP biasanya di tempatkan pada blok engine. Cincin pulsa poros engkol ditempatkan pada poros engkol. Tonjolan logam ditempatkan di bagian pinggiran cincin pulsa Saat cincin pulsa berputar, tonjolan sejajar dengan ujung sensor posisi poros engkol. Tonjolan logam tersebut memotong medan magnet. Gangguan terhadap medan magnet membangkitkan tegangan sinyal tegangan pada lilitan kawat. Sinyal tegangan ini diperkuat oleh ECU. Penghimpun magnet yang digunakan pada sistem pengendali elektronik mencakup: -

Sensor posisi poros engkol.

-

Sensor kecepatan kendaraan.

-

Penghimpun saat pengapian. Tegangan yang dihasilkan pembangkit pulsa adalah arus bolak-balik (AC). Saat kecepatan meningkat, tegangan dan frekwensinya juga meningkat. CPU memantau frekwensi sinyal untuk menghitung kecepatanporos dan posisinya.

Gambar 05. Bentuk Gelombang Pembangkit Pulsa

Perubahan

terjadi

dalam

perencanaan

pembangkit

pulsa,

tetapi

semuanya

menggunakan dasar kerja yang sama. Gambar 06. Perubahan Rancangan Pembangkit Pulsa Prinsip Pembangkitan EMF Garis gaya magnet (magnetic flux) dari magnet permanen mengalir dari signal rotor melalui pick up coil. Celah udara antara rotor dengan pick up coil yang berubah-ubah akan menyebabkan kepadatan garis gaya magnet pada pick up coil berubah. Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick up coil. Gambar 07. Diagram Pembangkitan EMF Igniter

Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi EMF yang dibangkitkan oleh signal generator. Signal amplifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer ignition coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang diperkuat. Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disatukan di dalam igniter.Sirkuit pembatas arus (current limiting circuit) untuk mengatur arus primer maksimum. Gambar 08. Rotor Position To Pick-Up Coil VII.

LANGKAH KERJA

1. Memeriksa oli pelumas, air pendingin, kabel baterai dari kekendoran dan memastikan baterai dalam keadaan baik.

Gambar 09. Memeriksa Air Radiator

2. Menghidupkan mesin hingga mencapai temperature kerja.\

Gambar 10. Menghidupkan Mesin

3. Mengambil data yang meliputi: putaran mesin, tegangan baterai, tegangan primer koil, sudut dwell dan timing pengapian (saat vacuum dilepas dan kondisi terpasang).

Gambar 11. Pengambilan Data pada Engine Tuner

4. Membandingkan data dengan spesifikasi engine yang ada. Jika tidak sesuai, lakukan perbaikan yang diperlukan. Melakukan kembali pengukuran pada langkah 3 hingga diperoleh data sesuai spesifikasi, lalu mematikan mesin. 5. Melepas kabel negatif baterai, kemudian melepaskan platina dari breaker plate.

Gambar 12. Platina yang Telah Terlepas dari Breaker Plate

6. Memasang pick up coil pada breaker plate dan reluctor pada poros distributor. Menyetel gap antara reluctor dan breaker plate ± 0,4 mm.

Gambar 13. Pick Up Coil dan Reluctor yang Telah Terpasang

Gambar 14. Menyetel Gap Antara Reluctor dan Breaker Plate

7. Mengukur tahanan pick up coil dengan menggunakan multimeter. 8. Memasang modul pengapian pada coil.

Gambar 15. Memasang Modul Pengapian pada Coil

9. Memeriksa kembali rangkaian yang telah dipasang, kemudian menghidupkan mesin. 10. Mengambil data seperti pada langkah nomor 3, meliputi: putaran mesin, tegangan baterai, tegangan pick up coil, sudut dwell dan timming pengapian (saat vacuum dilepas dan kondisi terpasang). 11. Membandingkan data yang diperoleh dengan data sebelumnya seperti pada langkah nomor 3, kemudian mendiskusikan hasilnya dengan anggota kelompok. 12. Setelah selesai, melepas semua komponen sistem pengapian elektronik dan pasang kembali sistem pengapian konvensional. Memastikan mesin dapat bekerja dengan baik.

Gambar 16. Melepas Komponen Sistem Pengapian Elektronik

13. Setelah selesai kegiatan praktikum, mematikan mesin, membersih-kan alat dan bahan praktik. 14. Mengembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya dan membersihkan tempat praktikum. VIII.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Rangkaian Sistem Pengapian Elektronik Gambar 17. Rangkaian Sistem Pengapian Elektronik a. Mesin mati Gambar 18. Saat Mesin Mati Pada saat kunci kontak ON maka arus mengalir dari battery Ü R1 Ü R2 Ü massa. Saat ini transistor mendapat tegangan sangat kecil sehingga tidak mampu meng “ON”kan transistor, yang menyebabkab kumparan primer tidak dialiri arus. b.

Mesin hidup (tegangan positif dihasilkan pada pick up coil) Gambar 19. Saat Mesin Hidup (Tegangan Positif)

Bila mesin dihidupkan, maka signal rotor pada distributor akan berputar, menghasilkan tegangan AC dalam pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah positif, tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari battery, untuk menaikkan tegangan pada titik Q di atas tegangan kerja transistor, dan transistor ON. Akibatnya arus primer ignition coil mengalir ke transistor dari collector ke emitter. c.

Mesin hidup (tegangan negatif dihasilkan pada pick up coil) Gambar 20. Saat Mesin Hidup (Tegangan Negatif) Bila tegangan yang dihasilkan dalam pick up coil adalah negatif, tegangan ini akan mengurangi tegangan battery pada titik P sehingga tegangan pada titik Q turun di bawah tegangan kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus primer terputus dan terjadi induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder

2. Pemeriksaan Kerja Sistem Pengapain Konvensional Putaran Mesin Putaran idle ±750 rpm Putaran menengah ± 2000 rpm Putaran Tinggi ± 3500 rpm

Tegangan

Tegangan

Sudut

Baterai

Primer Coil

Dwell

8,5 V

7V

52 º

11 V

6V

54 º

11,5 V

5V

56 º

Timming Pengapian Vacuum

Vacuum

dilepas

Terpasang

> 0 º setelah

8 º sebelum

TMA

TMA

> 0 º setelah

20 º sebelum

TMA

TMA

> 0 º setelah TMA

> 20º sebelum TMA

Keterangan : pada system pengapian konvensional, ketika rpm mesin tinggi maka timming pengapian diajukan secara mekanik oleh governor advance dan juga sentrifugal advance. Karena masih secara mekanik, maka besarnya pengajuan saat pengapian terlalu besar. Serta pada pengapian konvensional memerlukan tegangan primer koil yang besar pula, hal ini menyebabkan tegangan pada baterai menjadi berkurang.

3. Pemeriksaan Kerja Sistem Pengapian Elektronik

Putaran Mesin Putaran idle ±750 rpm Putaran menengah

Tegangan

Tegangan

Sudut

Baterai

Primer Coil

Dwell

13 V

0,75 V

14 º

13, 5 V

1,6 V

22 º

Timming Pengapian Vacuum

Vacuum

dilepas

Terpasang

> 0 º setelah

10 º sebelum

TMA

TMA

> 0 º setelah

15 º sebelum

± 2000 rpm Putaran Tinggi ± 3500 rpm

15 V

1,8 V

30 º

TMA

TMA

> 0 º setelah

20º sebelum

TMA

TMA

Keterangan : pada pengapian elektronik, pada rpm mesin tinggi timming pengapian selain diajukan secara mekanik juga dikontrol secara elektronik oleh modul pengapian, akibatnya saat rpm mesin tinggi timming pengapian masih tepat. Pada pengapian elektronik juga hanya membutuhkan tegangan yang kecil di primer koil, akibatnya baterai tidak terlalu terbebani dan tegangan batterai tidak terlalu berkurang banyak. Penjelasan : dari kedua tabel diatas terlihat perbedaaan mencolok salah satunya pada sudut dwell. Jika pada sistem pengapian konvensional sudut dwell berkisar 52-56 derajat sedangkan pada sistem pengapian elektronik sudut dwell berkisar 14-30 derajat. Hal ini disebabkan karena pada sistem pengapian konvensional membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai arus besar dimana untuk menghasilkan medan magnet di inti koil, maka sudut dwellnya besar. Sedangkan pada sistem pengapian elektrik hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk mencapai arus besar dimana untuk menghasilkan medan magnet di inti koil, maka sudut dwellnya kecil. IX.

PERTANYAAN DAN TUGAS

a.

Buatlah uraian secara singkat perbandingan antara system pengapian konvensional dan system pengapian elektronik! b. Jelaskan minimal 2 keuntungan dan kerugian system pengapian elektronik! Jawaban :

a.

System pengapian konvensional berbeda dengan system pengapian elektronik. Perbedaan utama antara system pengapian konvensional dan system pengapian elektronik adalah pada rangkaian primernya. Pada system pengapian konvensional menggunakan kontak point (platina) untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil yang berfungsi sebagai sensor timming pengapian yang tepat. Sedangkan pada pengapian elektronik peran platina telah digantikan oleh pembangkit sinyal elektronik dan unit pengendali pengapian elektronik. Dalam system pengapian yang dipakai untuk praktik disebut pick up sensor dan modul pengapian. Pembangkit sinyal digunakan untuk memberikan sinyal saat pengapian pada modul pengendali pengapian elektronik. Modul pengapian akan mensaklarkan rangkaian primer pengapian sebagai sinyal oleh pembangkit sinyal.

b. Keuntungan dan kerugian system pengapian elektronik. Keuntungan :  Tidak menggunakan kontak point. Dalam system pengapian elektronik, fungsi platina digantikan oleh pick up sensor, hal ini tentu akan sangat menguntungkan karena bebas perawatan dan tidak memerlukan penyetelan celah platina karena hanya perlu menyetel celah antara reluctor dan breaker plate yaitu sebesar ± 0,4 mm.





 

Sudut dwell ditetapkan oleh unit pengapian. Jika pada pengapian konvensional sudut dwell diatur oleh celah platina, namun pada system pengapian elektronik tidak. Hal ini tentu akan menghilangkan efek platina mengambang saat mesin berputar pada rpm yang tinggi seingga sudut dwell selalu tepat. Percikan bunga api lebih besar dan lebih lama. Hal ini sangat berguna untuk memberikan performance pada kendaraan agar optimal dan juga mengendalikan emisi gas buang karena campuran bahan bakar dan udara terbakar dengan sempurna. Kerja system pengapian elektronik lebih stabil karena tidak terjadi keausan komponen. Timming pengapian lebih tepat karena timming dikontrol secara elektronik dan secara mekanik, bukan seperti pada pengapian konvensional yang hanya menggunakan control mekanik saja. Kerugian :

 

X.

Harga komponen yang relative lebih mahal jika dibandingkan dengan harga komponen pada system pengapian konvensional. Pengaturan saat pengapian masih secara konvensional yaitu masih menggunakan sentrifugal advancer dan governor advancer. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data hasil praktik dan pembahasan diperoleh kesimpulan, pada pemeriksaan sistem pengapian konvensional didapatkan hasil: semakin tinggi kecepatan putaran engine, maka tegangan baterai semakin tinggi, tegangan primer koil semakin rendah, dan sudut dwell relatif stabil (kenaikan kecil). Pada pemeriksaan sistem pengapian elektrik didapatkan hasil: semakin tinggi kecepatan putaran engine, maka tegangan baterai semakin tinggi, tegangan primer koil semakin tinggi, dan sudut dwell semakin tinggi pula. Keuntungan dari sistem pengapian elektronik adalah tidak menggunakan konatk point, sudut dwell ditentukan oleh unit pengapian, percikkan bunga api lebih besar dan lebih lama, kerja sistem pengapian lebih stabil, dan timming pengapian lebih tepat.

XI.

SARAN Kepada mahasiswa disarankan untuk selalu memperhatikan posisi kunci kontak pada praktik ini karena jika tidak diperhatikan maka akan terjadi kecelakaan kerja yaitu tersetrum ketika memegang kabel tegangan tinggi coil ketika kunci kontak masih dalam kondisi “ON”.

C. BAGIAN AKHIR LAPORAN DAFTAR PUSTAKA Anonim.https://qtussama.wordpress.com/materi-kelas-xi-kendaraan-ringan/sistem-pengapian/. Dalam artikel yang berjudul “ Sistem Pengapian” yang diakses pada hari Rabu, 18 Februari 2015 pukul 22.32 WIB.

KOIL INDUKTOR PENGAPIAN Dalam sebuah koil pengapian terdapat dua buah gulungan pada sebuah inti besi. Satu gulungan yang berada di sisi luar merupakan gulungan primer, dan satu lilitan lagi yang jauh lebih kecil diameternya dan lebih banyak jumlahnya berada pada sisi dalam dan dinamakan lilitan sekunder. Rasio jumlah lilitan primer dan sekunder pada umumnya 1:100.

Koil dirancang untuk dialiri tegangan 12 volt pada gulungan primernya. Saat arus mengalir akan terjadi medan magnet yang kuat (digandakan oleh iti besi) yang juga akan mengelilingi gulungan sekunder. Koil selanjutnya akan menyimpan medan magnet yang besar (flux). Ketika arus yang mengalir pada gulungan primer diputuskan, maka flux atau medan magnet yang berada didalam koil akan kolaps dan mengakibatkan arus "back EMF (electro motive force)" pada gulungan primer dengan tegangan 200-300 volts. Ketika koil mengalami kolaps, perubahan medan magnetik yang cepat ini juga ditransfer ke gulungan sekunder dalam bentuk arus listrik. Karena gulungan sekunder jumlahnya 100 kali lilitan primer, maka pada saat terjadi back EMF, tegangan pada gulungan sekunder sama dengan 200-300 volt dikalikan dengan 100, yaitu 20.000 – 30.000 volt.

Tegangan tinggi ini tentu saja akan berusaha mencari titik ground atau massa-nya. Bila jarak menuju ke massa terbuka antara 0.5 – 1,5 cm, maka loncatan bunga api menuju ke ground atau massa tersebut. Semakin cepat arus pada gulungan primer diputuskan, kolaps akan terjadi lebih cepat dan bunga api akan menjadi lebih besar dan kuat. Pada sistem pengapian platina konvensional, disaat platina membuka bunga api akan memercik pada elektrona busi menuju ke ground. Namun, back EMF sebesar 200-300 volt pada gulungan primer sendiri juga akan mengakibatkan percikan kecil pada titik onoff-nya, yaitu pada platina itu sendiri. Untuk mengatasi masalah ini digunakan kondensor. KONDENSOR

Kondensor adalah kapasitor berukuran besar (dunia otomotif menyebutnya dengan istilah kondensor). Kondensor ini menyimpan arus dalam voltase yang lebih kecil. Pada saat platina membuka, muatan kecil ini akan di alirkan ke gulungan sekunder untuk memperlambat kolapsnya. Output koil akan lebih kuat bila kolaps terjadi dengan lebih cepat dan tajam. Kondensor akan memperlambat kolaps ini hanya sampai platina cukup jauh membuka sehingga arus back EMF tidak dapat mencapai jarak tersebut. Tanpa adanya kondensor, maka percikan api akibat back EMF akan merusak platina dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karenanya, kondensor ukurannya tidak boleh terlalu besar karena kolaps akan terlalu lambat dan akibatnya tidak akan ada percikan api di lilitan sekunder, utamanya pada rpm tinggi. Output koil tidak lebih dari fungsi rasio lilitan dan input voltase. Semakin besar daya yang kita masukkan ke ujung lilitan primernya, semakin besar pula outputnya di lilitan sekunder. Namun platina adalah kontak atau switch mekanik yang memmpunyai batasan arus tertentu agar ia tidak hangus terbakar. Platina pada umumnya hanya mempunyai batasan tegangan 250 volt dan arus 5 ampere. Koil dapat dialiri arus sampai 7 amper dan transistor mampu menghubungkan arus 10 sampai dengan 20 ampere. DWELL Sistem pengapian konvensional dipengaruhi oleh dwell angle. Dwell time merupakan waktu di saat platina menutup untuk mengisi arus (charging) koil. Dwell angle atau sudut dwell merupakan nilai derajad sudut putaran poros engkol atau crankshaft disaat platina masih pada posisi tertutup. Jika dwell angle ini terlalu kecil, maka koil tidak cukup waktu untuk pengisiannya di rpm tinggi. Sebaliknya jika dwell angle terlalu besar, maka koil bisa tidak terbuka sama sekali atau platina tidak bisa cukup terbuka dalam jarak yang memungkinkan koil untuk kolaps (secara tidak langsung terkait dengan "voltage rise time") Voltage rise time untuk pengapian konvensional adalah sekitar 80 microseconds, 125 untuk TCI dan sekitar 6 untuk CDI. Sudut dwell membatasi kemampuan platina untuk menyalurkan daya besar pada rpm tinggi. Oleh karenanya tim pembalap mengakalinya dengan menggunakan sistem platina ganda untuk meng-overlap dwell time tersebut. Kekurangan dari sistem pengapian konvensional adalah : Platina mengalami keatusan dan korosi mengakibatkan buruknya arus yang mengalir. Platina membatasi besar arus yang mengalir ke koil. Sudut dwell dari platina membatasi daya yang besar (membatasi waktu untuk recharge koil) Platina mulai mengambang dan membatasi rpm.

TRANSISTOR SWITCHING Trigger Platina

Dengan memindahkan switching platina sebesar 5 ampere ke sebuah semikonduktor (Power Transistor) maka beban platina akan dialihkan hanya untuk memicu atau mentriger sebuah basis dari transistor penerima sinyal sebesar beberapa miliwatt saja. Selain itu semikonduktor mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan platina konvensional, yaitu: Sangat cepat dan akurat, semakin cepat berarti semakin tinggi voltase yang dihasilkan oleh koil sehingga percikan api di busi akan lebih besar dan biru. Tahan panas dan getaran Tidak mengalami keausan karena tidak ada busur api dan gerakan secara mekanis. Jauh lebih bisa diandalkan ketahannya dan realibilitasnya dibandingkan dengan benda mekanis. Bisa dipasangkan di posisi mana saja didalam kendaraan (jauh dari jangkauan banjir). Tidak diperlukan lagi kondensor 12V DC 0,22-0,27 uF yang pada umumnya merupakan komponen fast moving dan sering membuat masalah. Trigger dengan Magnetic Pickup atau pulser Kelebihan dari sistem ini adalah tidak adanya kontak fisik dari pemberi sinyal, oleh karenanya tingkat keawetannya juga lebih tinggi.

SALAH ASUMSI TENTANG CDI Mobil anda ternyata tidak menggunakan CDI? Jangan terkejut apabila mobil BMW anda masih menggunakan sistem pengapian induksi. Banyak terjadi kesalahan asumsi di masyarakat tentang CDI (Capasitive Discharge Ignition). Sistem pengapian yang tidak menggunakan platina oleh masyarakat umum diistilahkan dengan CDI padahal belum tentu demikian. Selama koil masih dipergunakan dalam fungsinya sebagai induktor, maka sistem pengapian tetap masih sistem induksi, terlepas apakah switching powernya menggunakan switch mekanik seperti platina atau oleh perangkat elektronik/semikonduktor bahkan computerized sekalipun. Beberapa perusahaan otomotif justru memanfaatkan kesalahahkaprahan ini dalam kampanye produk mereka. Mereka menempelkan logo CDI pada mobil mereka padahal mereka menerapkan sistem pengapian induksi dengan switching transistor (transistorized ignition). Pada umumnya sistem induksi inilah yang kebanyakan dipergunakan, oleh mobil dengan teknologi injeksi elektronik sekalipun. Untuk mengetahui apakah sistem mobil anda menggunakan CDI atau Induksi koil, silahkan test pada kutup positif dari koil anda disaat kontak pada posisi on. Bila ada arus 12V, maka dipastikan mobil anda menggunakan sistem induksi. Sistem CDI menerapkan tegangan 300-1000 volt pada kutup positif dari koil dan hanya ada disaat mesin hidup dalam bentuk pulse. Mengapa harus CDI? Dalam sistem CDI, power disimpan dalam suatu rangkaian kapasitor dan kemudian dilepaskan ke kutup positif dari koil dalam bentuk tegangan tinggi +/- 300-1000 volt DC. Posisi kutup negatif dari koil selalu tersambung dengan ground atau massa. Dengan aliran tegangan 300-1000 volt, maka koil akan berfungsi sebagai trafo step-up. Dengan rasio 1:100, maka tegangan di kutup sekundernya mencapai 30.000-100.000 volt. Dengan tegangan setinggi itu, maka diperlukan kabel busi khusus, busi khusus dan distributor cap & rotor khusus. Tegangan diatas 100.000 volt akan membuat "busi biasa"

anda leleh elektrodanya. Pada sepeda motor dengan sistem magneto, menciptakan tegangan 300 volt DC adalah hal mudah karena tegangan tersebut disuplai oleh generator. Tegangan dalam hal ini tidak lebih dari jumlah lilitan atau gulungan pada generatornya saja. Namun pada mobil dengan sistem power battery, tidaklah mudah mendapatkan 300–1000 volt DC. Diperlukan konverter DC to DC untuk mendapatkan tegangan tersebut. Unit ini tentu saja berfisik besar dan mahal, oleh karenanya hanya mobil-mobil tertentu saja yang menerapkannya. Pada prinsipnya, dengan sistem induksi saja, sudah didapatkan voltase cukup untuk pengapian, mengapa harus pakai CDI yang berlebih seperti itu? Dan lagi sistem CDI sangat berbahaya bila sirkuitnya tersentuh disaat beroperasi. Namun bukankah manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas dengan apa yang didapatkannya? CDI adalah salah satu pilihan untuk pembalap.

UPGRADE KE TRANSISTORIZED IGNITION Upgrade dari sistem pengapian induksi dengan sistem platina + kondensor konvensional dapat diupgrade ke sistem switching transistor. Platina masih digunakan hanya sebagai pentrigger basis dari salah satu transistor kecil pembangkit sinyal dengan konsumsi arus dalam ukuran seperseratus miliampere. Switching kemudian akan dialihkan ke sebuah transistor power dengan rating absolute 10A/800 volt. Dengan sistem ini platina tidak akan mendapatkan stress dan panas pada titik kontaknya. Selama pegas dan lapisan cam ebonit platina tidak patah, maka platina akan tetap dapat digunakan terus. Switching dengan semikonduktor juga akan berlangsung lebih cepat daripada oleh fisik titik kontak platina, oleh karenanya pada rpm tinggi, tegangan back EMF juga akan lebih tinggi dan pada gilirannya tegangan di gulungan sekunder koil juga akan lebih tinggi. Jika anda ingin mempergunakan koil tipe kompetisi dengan masih tetap menggunakan sistem induksi, maka koil anda perlu suplai arus yang lebih besar. Platina hanya mampu menyalurkan maksimum 5 amper tanpa harus hangus terbakar. Untuk pilihan ini, anda memerlukan switching semikonduktor dengan rating 25A/1100V. MOBIL ANDA SUDAH MEMPERGUNAKAN SWITCHING TRANSISTOR? Meng-upgrade koil dari OEM ke koil kompetisi akan membahayakan sirkuit anda, terutama bila modul pengapian terintegrasi dengan sistem komputer. Dengan menggunakan produk upgrade, sinyal pulse dari ground dari unit pengapian transistor lama anda akan dipinjam sebesar seperseratus miliampere saja untuk menghidupkan unit baru dengan rating yang jauh lebih besar. Tidak ada yang perlu dirubah dari sistem perkabelan mobil anda. Hanya penambahan unit yang tidak membahayakan seperti halnya kita menambahkan relay untuk lampu saja. Bukankah tanpa relay baru kabel anda akan leleh bila anda menaikkan daya lampu lima kali lipat? UPGRADE KE CDI Unit module CDI terdiri dari DC to DC converter dengan rating tegangan 300-1.000 Volts dan unit input sensor dan pembangkit pulse 300-1.000 volt DC ke koil kutup positif. Input dari unit ini adalah pulse ground dari platina atau unit modul pengapian induksi anda yang lama. Output dari gulungan sekunder koil akan mencapai 100.000 volt atau lebih. Anda memerlukan koil, busi, kabel busi, dan distributor cap khusus untuk sistem pengapian ini. Let’s go race. Never melting the old stock spark plug!!

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF