Laporan Sementara PKL Industri LAFI AD 2014-1
February 13, 2019 | Author: Mega Wati | Category: N/A
Short Description
duyjv.glkh;...
Description
LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI AD) LAPORAN SEMENTARA PKL INDUSTRI DI SUSUN OLEH : ANGKATAN 2014 Elvina Adriani
Nur Ilma
Gerad Geraldi
Puspita Sari
Hasnawati
Ronawati
I Nyoman Edi
Sutriyana
Irnawati
Suriyati
Jenianty Tasikola
Sy. Gina
M. Vikram
Widya Ayu Lestari
Merlin
Yuyun Ariska
Megawati R. Surat
Zulfaidah
Nela Kurniawati Nurul Ulzmi Nur Aminah
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA) PELITA MAS PALU 2017 BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan agar tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, baik secara jasmani, rohani dan sosial sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Industri farmasi memegang peranan penting bagi apoteker untuk mengaplikasikan ilmu dan keahliannya selain rumah sakit pemerintah maupun apotek. Peranan penting dari industri farmasi dimana apoteker melakukan pekerjaan
kefarmasian
pengendalian
mutu
terutama
sediaan
menyangkut
farmasi,
pengadaan,
menyimpan,
pengolahan,
pendistribusian,
dan
pengembangan obat. Industri farmasi mempunyai sasaran utama diantaranya memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas,
dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Dalam menghasilkan obat jadi yang memenuhi
persyaratan
yang
telah
ditetapkan
sesuai
dengan
tujuan
penggunaannya, setiap industri farmasi harus menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Aspek CPOB diantaranya personil yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di industri farmasi. Apoteker sebagai personil yang profesional harus memahami penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan, baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan serta upaya untuk memberikan wawasan yang luas tentang industri farmasi bagi mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi dan Pengetahuan Alam Palu bekerja sama dengan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) Bandung memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan mahasiswi untuk mengenal lingkungan kerja dan memperluas pengetahuan tentang Industri Farmasi melalui program Praktek Kerja Lapangan Industri farmasi STIFA Pelita Mas Palu yang dilaksanakan 01 - 28 Februari 2017. 1.2
Tujuan PKL Industri Farmasi 1.
Menjelaskan prinsip-prinsip produksi, pengendalian kualitas (Quality Control) dan penjaminan kualitas (Quality assurance) obat, dan distribusi obat.
2.
Untuk membekali mahasiswa dengan wawasan pengetahuan dan keterampilan mengenai seluruh aspek dalam industri farmasi terutama yang berhubungan dengan bagian produksi, pengawasan
mutu, serta bidang penelitian dan pengembangan dengan pedoman CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik dan Benar) sehingga dapat menghasilkan calon-calon lulusan yang siap memasuki dunia kerja. 3.
Agar mahasiswa dapat mengevaluasi, membandingkan antara hasil pengamatan di lapangan dengan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah, sehingga akan diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa terjun dimasyarakat.
4.
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung bentuk aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah.
5.
Seorang
tenaga
farmasi,
dimana
pun
ia
menjalankan
profesionalnya apakah diapotek atau dirumah sakit, apalagi di industri farmasi, perlu dibekali pengalaman kerja diindustri farmasi (obat, obat tradisional dan kosmetika) atau perbekalan farmasi (obat, bahan obat dan alat kesehatan) atau perbekalan kesehatan (sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan lainnya)
BAB II GAMBARAN UMUM LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFIAD)
2.1
SEJARAH LAFIAD Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
berasal dari MSL (Militaire Scheikunding Laboratorium). Lembaga ini berfungsi sebagai tempat pemeriksaan obat-obatan bagi kebutuhan tentara Belanda. Panitia pengalihan dibentuk pada tanggal 23 Januari 1950, sehingga pada tanggal 1 Juni 1950 dilakukan serah terima dari MSL kepada TNI AD yang menjadi dasar dalam penetapan hari jadi Lafi Ditkesad melalui
SK
No.Skep/23/1/1997tanggal 31 Januari 1997. Setelah serah terima pada tanggal 1 Juni 1950 MSL terbagi menjadi dua :
1. Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang kemudian berkembang menjadi Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD). 2. Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan Darat (DOAD). Berdasarkan SK Ditkesad No. Kpts/61/10/IX/1960 tanggal 13 September 1960 terhitung mulai tanggal 8 Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LAFIAD). Pada tanggal 15 Oktober 1970 LAFIAD dipisah kembali menjadi : 1. LAFIAD yang akhirnya menjadi Lebaga Farmasi Jawatan Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Jankesad). 2. Depot Obat Angkatan Darat (DOAD) berkembang menjadi Depot Alat Peralatan Kesehatan (Dopalkes) dan berakhir menjadi Depot Pusat Perbekalan Ksehatan (Dopusbekkes)mJankesad. Selanjutnya tahun 1985 antara Lafi Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan kembali menjadi Lafi Ditkesad hingga 31 Maret 2005 dan mulai 1 April 2005 dipisah lagi menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat II Ditkesad. Lokasi pembangunan gedung baru dimulai pada tahun 1998, berlokasi di dua tempat (18,714m²) yang beralamat di Jl. Gudang utara 25 Bandung (Gedung lama) dengan luas 6.562 m² dan di Jl. Gudang utara 26 Bandung (Gedung baru bersertifikat CPOB) dengan luas 12.152 m². 2.2
VISI DAN MISI LAFIAD
2.2.1
VISI Menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan
obat bermutu bagi TNI. 2.2.2
MISI
A. Memberikan jasa informasi yang terbaik terhadap penggunaan obat (Rational Use of Drugs).
B. Membantu fungsi pelayanan kesehatan atas ketersediaan obat atau produk kesehatan lainnya bagi prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya. C. Terlibat secara aktif dalam fungsi dukungan kesehatan pada penggunaan kekuatan untuk prajurit tugas operasional. D. Memanfaatkan
kapasitas
atau
kemampuan
produksi
untuk
kepentingan strategi. 2.3
TUJUAN LAFI DITKESAD A. Terwujudnya kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS AD sehingga selalu siap tugas serta keluarganya sehat terayomi. B. Terwujudnya satuan kesehatan lapangan yang tangguh dalam dukungan kesehatan. C. Terwujudnya instalasi kesehatan yang prima dalam pelayanan kesehatan. D. Meningkatnya kemampuan lembaga produksi dalam mendukung bekal kesehatan. E. Meningkatnya kemampuan penelitian dan pengembangan dalam mendukung pembinaan kesehatan melalui kaidah-kaidah ilmiah.
F. Meningkatnya pelaksanaan fungsi organisasi di satuan kesehatan.
2.4
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI LAFI DITKESAD Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat ( Lafi Ditkesad)
adalah badan pelaksana di tingkat Ditkesad yang berkedudukan langsung di bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Ditkesad), yang mempunyai Tugas pokok
membantu
Ditkesad
dalam
menyelenggarakan
pembinaan
dan
melaksanakan fungsi produksi, penelitian dan pengembangan obat. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Lafi Ditkesad menyelenggarakan fungsifungsi sebagai berikut : 1. Melaksanakan fungsi utama a. Fungsi produksi; meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang produksi obat. b. Fungsi pengawasan mutu; meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pemeriksaan fisik, kimiawi, mikrobiologi, terhadap bahan baku, bahan pembantu, sarana pendukung, produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses produksi. c. Fungsi penelitian dan pengembangan; meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan metode produksi, pengawasan ,utu, formulasi, uji produk, alat utama atau bantu dan pengembangan kemampuan personil.
d. Fungsi pemeliharaan; meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan di bidang pemeliharaan, perawatanm, perbaikan, pengembangan peralatan produksi, pengawasan mutu dan utilitas. e. Fungsi penyimpanan; meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di bidang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku, bahan penolong, peralatan untuk proses produksi dan produk jadi serta menyalurkan produk jadi ke Gudang Pusat II Ditkesad. 2.5
STRUKTUR ORGANISASI LAFI DITKESAD Keputusan kepala staf TNI AD No kep /11/2004 tanggal 30 januari 2004
tentang organisasi dan tugas lafi Ditkesad telah mengalami perkembangan mengenai struktur organisasi yang bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kinerja personil dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Struktur tersebut telah diterapkan sejak bulan April 2005, dengan susunan organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Kalafi. Kalafi dijabat oleh seorang pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Kolonel CKM (Drs. Budiman Gunawan Apt., MARS), Dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab kepada Dirkesad. 2. Wakil Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Wakalafi dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Darat (Drs. Wawan Kusdiawan, Apt) berpangkat Letnan Kolonel CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggng jawab kepada Kalafi.
Perwira Ahli Lembaga Farmasi, disingkat Pa Ahli Lafi dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel CKM, dalam melaksanakantugas kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi.PaAHLI terdiri dari : a. Perwira Ahli Madya Manajemen Industri ( Drs, Joeda Purwanto, Apt ), disingkat Pa Ahli Madya Jemen In. b. Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi
(Meiske
Sigarlaki,
S.H),disingkat Pa Ahli Madya Tekfi. Perwira Ahl Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( aya Sophya,S,Sos), disungkat Pa Ahli Madya Bagian administrasi Logistik, disingkat Bagminlog. Kabagminlog dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel CKM, dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi. Kabagminlog dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua kepala seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berangkat Mayor CKM. Terdiri dari: a. Kepala Seksi Perencanaan Anggaran dan Pengadaan, disingkat Kasirengar Ada. b. Kepala Seksi Pengendalian Materil, disingkat Kasidalmat. c. Amdal.
2.6
SERTIFIKASI CPOB LAFI DITKESAD Lembaga Farmasi Angkatan Darat merupakan salah satu badan peaksana di
tingkat Ditkesad yang bertugas melaksanakan fungsi penelitian, pengembangan dan produksi obat-obatan, yang mengharuskan lembga ini mengikuti peraturan
pemerintah melalui keputusan MenKes RI No. 43/MenKes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat Yang Baik yang mengharuskan seluruh industri farmasi melaksanakan seluruh kegiatan sesuai dengan tuntutan CPOB. Dengan
pertimbangan
efisiensi
dan
efektivitas
maka
dimulailah
pembangunan gedung baru di Jl. Gudang Utara No. 26 Bandung dengan rancangan bangun sesuai CPOB dan perkembangan teknologi dibidang industri farmasi pembangunan gedung baru ini dilaksanakan setelah Rncana Induk Pembangunan (RIP) dalam rangka sertifikasi CPOB Lafi Ditkesat mendapatkan persetujuan dari Dirjem POM Depkes RI dengan surat keputusan No. 02.01.2.4.96.665 tanggal 28 Februari 1996. Pembangunan dan pekerjaan yang sudah dilaksanakan Lafi Ditkesad pada saat ini adalah : 1. Bangunan a. Bangunan Instalasi Produksi Betalaktam. b. Bangunan Instalasi Produksi Non Betalaktam. c. Bangunan Instalasi Pengawasan Mutu. d. Fasilitas sumber air PDAM dan air baku farmasi untuk seluruh kebutuhan Instalasi Produksi (betalaktam dan non betalaktam), Instalasi Pengawasan Mutu dan perkantoran. e. Fasilitas gardu listrik mencakup seluruh kebutuhan Instalasi Produksi, Instalasi Pengawasan Mutu dan perkantoran. f. Fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mampu mengolah limbah cair pabrik. g. Unit ketel uap yang mencakup kebutuhan seluruh pabrik. h. Kompresor udara bertekanan yang mampu mendukung seluruh kebutuhan pabrik.
i. Air Handling System (AHS) untuk unit produksi betalaktam, ruang laboratorium mikrobiologi dan Instalasi Pengawasan Mutu dan unit produksi Non Betalaktam sudah terpasang dan memenuhi syarat CPOB. 2. Peralatan Peralatan untuk betalaktam, non betalaktam dan Instalasi Pengawasan Mutu sudah terpasang dan memenuhi syarat CPOB. 3. Dokumen Prosedur Tetap (Protap) Dokumen protap yang sudah dibuat dan dilaksanakan terdiri dari betalaktam. 4. Pelatihan CPOB Pelatihan CPOB umum, kalibrasi atau validasi telah dilaksanakan berkala minimal 1 tahun. 5. Sertifikat CPOB Sertifikat CPOB yang diterima oleh Lafi Ditkesad sampai bulan Februari 2007 ditujukan untuk sediaan betalaktam dan non betalaktam, dan sebagian non betalaktam. a. Sertifikat CPOB untuk sediaan betalaktam : 1. Tablet antibiotik Penisilin dan turunannya 2. Tablet salut antibiotik Penisilin dan turunannya 3. Kapsul keras antibiotik Penisilin dan turunannya 4. Suspensi kering oral antibiotik penisilin dan turunannya 5. Serbuk steril injeksi antibiotik Penisilin dan turunannya b. Sertifikat CPOB untuk sediaan non betalaktam : 1. Tablet biasa non antibiotik 2. Tablet salut non antibiotik 3. Kapsil keras non antibiotik 4. Serbuk oral non antibiotik 5. Cairan obat luar non antibiotik Sertifikat ini merupakan pengakuan Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang berlaku selama industri menjalankan prinsip CPOB yang telah ditetapkan. 1.7 PRODUKSI
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Bahan awal di area penyimpanan hendaklah di beri label yang tepat. Label hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan Nomor batch atau kontrol ynag diberikan pada saat penerimaan bahan Status bahan misalnya karantina, sedang di uji, di luluskan, di tolak Tanggal kadaluarsa atau tanggal uji ulang bila perlu Jika digunakan sisstem penyimpanan dengan komputerisasi yang divalidasi lengkap, maka semua keterangan diatas tidak perlu dalam bentuk tulis yang terbaca pada label.
Pembuatan obat hendaklah melewati proses validasi karena memperkuat pelksanaan CPOB dan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin. Berikut adalah proses pembuatan sediaan obat : 1. Pengolahan Semua bahan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan semua wadah dan peralatan yang berisi produk hendaklah diberi label dengan benar, yang menunjukkan tahap
pengolahan semua pengawasan selama proses yang dipersyaratkan hendaklah dicatat dengan akurat pada saat pelaksanaannya dalam semua tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikan kepada masalah pencemaran silang untuk sistem komputerisasi yang kristis hendaklah disiapkan sistem pengganti manakala terjadi kegagalan. 2. Pencampura dan granulasi Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem pengendali debu, kecuali digunakan sistem tertutup, parameter operasional yang kritis misalnya waktu, kecepatan dan suhu untuk tiap proses pencampuran, pengadukan dan pengeringan, hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk dan dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam catatan batch. Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering fluit bat tidak boleh dipakai untuk produk yaang berbeda tanpa pencucian terlebih dahulu untuk produk yang beresiko tinggi atau yang dapat menimbulkan sensitisasi hendaklah digunakan kantong filter khusus sebagai masing-masing produk. Udra yang masuk kedalam pengering ini hendaklah disaring. Hendaklah dilakukan pengamanan untuk mencegah pencemaran silang untuk debu yang keluar dari alat pengering tersebut. Pembuatan dan pengguanaan larutan atau suspensi hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga resiko pencemaran atau pertumbuhan mikroba dapat diperkecil. 1. Mesin pencetak sediaan obat a. Pencetak tablet
Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk mrenghindari campuran baur antara produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam ruang terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk produk yang samaa atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruang tanpa pemisah untuk mencegah bur perlu dilakukan penggendalian yang memadai baik secara fisik, prosedur maupun penandaan.hendaklah harus selalu tersedia alat timbang yang aakurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauaan bobot tablet selama proses. Tablet yang diambil dari ruangan pencetak tablet untuk keperluan pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi kedalam batch yang bersangkutan. Tablet yang ditolak atau yang disingkirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatat pada catatan pengolahan batch. Tiap kali sebelum dipakai punch dan die hendaklah diperiksa kehausan dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaknya disimpan. b. Pengisian kapsul keras Cangkang kapsul hendaklah diperlukan sebagai bahan awal. Cangkang kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan dan kerapuhan atau efek lain yang disebabkan oleh kelembaban. Hendaklah diberikan perhatian
khusus untuk menghindari campuran baur selama proses penandaan kapsul. Bila mana dilakukan penandaan pada produk atau bets yang berbeda dalaam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan pemisahan yang memadai. c. Cairan, krim dan salep (non-steril) Produk cairan, krim dan salep hendaklah diproduksi sedemikian rupa, agar terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lainnya. Penggunaan sistem tertutup untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan. Area produksi dimana produk atau wadah bersih tanpa tutup terpapar kelingkingan hendaklah diberi fentilasi yang lebih efektif dngan udara yang disaring. Tangki, wadah, pipa, dan pompa yang digunakan hendaklah didesign dan
dipasang
sedemikian
rupa,
sehingga
memudahkan
pembersihan dan bila perlu disanitasi, penggunaan peralatan dari kaca dapat mungkin dihindari. Baja tahan karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang bersentukan dengan produk. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan hendaklah diberikan pada transfer bahan melalui pipa untuk memastikan bahan tersebut ditransfer ketujuan yang benar ketelitian sistem pengukutr hendaklah diverifikasi, tongkat pengukur hanya boleh digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang bersangkutan.
Perhatian
hendaklah
diberikan
untuk
mempertahankan homogenitas campuran, suspense dan produk
lain selama pengisian. Perhatian khusus diberikan pada awal pengisian, sesudah penghentian pada akhir proses pengisian untuk memastikan produk selalu dalam keadaan homogen. d. Bahan pengemas pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan, pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti tahap bahan awal. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk, tiap penerimaan bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor yang spesifik. Bahan pengemas primer, bahan pengemas cetak, atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas
cetak
atau
bahan
cetak
tertentu
saja
yang
diperolehkan diletakkan ditempat modivikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antara tempat kodivikasi tersebut. e. Kegiatan pengemasan kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk rumahan menjadi produk jadi, hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin bahwa produk tahan dan bahan pengemas cetak akan dipakai adalah
benar. Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengemasan yang bersangkutan. Alur proses produksi tablet diLAFI-Ditkesad dengan menggunakan metode granulasi basa dimulai dengan urutan sebagai berikut: 1. Instalasi penyimpanan 2. Proses penimbangan bahan baku 3. Proses pencampuran bahan 4. Proses granulasi basa 5. Proses pengeringan 6. Proses pengayakan 7. Proses pencampuran 8. Proses pencetakan tablet 9. Proses penyalutan 10. Stripping 11. Sie kemas 12. Quality control (pengawasan mutu) Ruang produksi terdiri dari ruang pencampuran dan polishing, serta ruang stiping. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing dan mesin strip. Alur proses produksi kapsul terdiri dari tahapan sebagai berikut : 1. Instalasi penyimpanan 2. Penimbang bahan baku 3. Pencampuran / granulasi 4. Pengisian kapsul 5. Polishing 6. Stripping 7. Sei kemas 8. Quality control (pengawasan mutu) A. Sirup Kering
Alur proses produksi sirup kering hampir sama dengan alur proses produksi tablet, yang membedakan hanya pada proses pencetakan, stripping dan pengemasan. 1. Sediaan cair Sediaan cair memproduksi obat-obatan yang terdiri dari sediaan sirup, dan sediaan cair obat luar. B. Sediaan salep Ruang produksi salep terdiri dari ruang pencampuran dan ruang pengisian. Peralatan yang digunakan antara lain mesin peleleh basis (Double Jacket), mesin pencampur salep dan mesin pengisi-penutup salep otomatis. Alur proses produksi salep terdiri dari tahapan sebagai berikut : 1. Penyimpana bahan baku 2. Penimbangan bahan baku 3. Pelelehan basis 4. Pencampuran 5. Pengisian dan penutupan 6. Sei kemas 7. Pengawasan mutu C. Sediaan Sirup Ruang produksi sirup merupakan ruang kelas III yang terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian, ruang pencucian alat, peralatan yang digunakan antara lain Mixer, koloidmil, tangki pemanas(Double jacket),filter, drum styles, mesin pengisian sirup, penutup botol dan pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian (In line Process). Alur proses produksi sirup terdiri dari tahapan sebagai berikut : 1.
Penyimpanan bahan baku 2. Penimbangan bahan baku 3. Pencampuran 4. Pengisian penutupan 5. Labeling 6. Sie kemas 7. Pengawasan mutuh
D. Sediaan khusus
Sediaan khusus terdiri dari produksi Betalaktam dan sefalosforin. Produksi Betalaktam di LAFI-DITKESAD telahmendapatkan sertifikat CPOB pada tanggal 1 Juni 2000.Proses produksi Betalaktam dilakukan pada gudang yang terpisah dengan produksi Non-Betalaktam untuk menghindari terjadinya pencemaran silang. Gedung produksi Betalaktam telah dilengkapi dengan sistem pengaturan udara (Air Handling System, Air Washer, Air Shower dan ruangan penyangga (Air Lock). Lantai, dinding, dan langit-langit dilapisi oleh bahan epoksi untuk memudahkan pembersihan. Ruang kelas A terdiri dari Laminer Air Flow ( LAF) dimana dilakukan pengisian kedalam FIAL. Ruang kelas B meliputi locker, koridor kelas B, air shower,dan ruang staging steril.Ruang kelas C meliputi ruang timbang, ruang staging, ruang campur, ruang cetak tabel, ruang karantina, ruang salut filem, ruang penyetripan, ruang isi kapsul, ruang isi sirup kering, ruang cuci vial, ruang botol bersih, ruang simpan alat, ruang IPC, ruang janitor, loker kelas C Wanita dan Pria. Ruang kelas D meliputi ruang coading, ruang kemas, ruang karantina obat jadi, ruang gudang sejuk, ruang gudang botol/vial, ruang cuci botol, ruang simpan alat, ruang laundry dan loker kelas D wanita dan pria. 2.8
PERENCANAAN DAN PENGADAAN BARANG Perencanaan dan pengadaan barang untuk produksi obat LAFI-Dditkesad di
lakukan
berdasarkan data maka dari Sub-Direktorat pembinaan pelayanan
kesehatan (SUBDINYANKES) yang disusun berdasarkan masukan pola penyakit dari daera dan laporan dari masing-masing kesehatan daerah militer (KESDAM), satuan kesehatan
(SATKES) dan Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat
(RSPAD).Rencana
pengadaan
obatkemudian
dibuat
dengan
melakukan
penyesuaian antara daftar kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedian dan selanjutnya dianalisa dan dievaluasi oleh (SUBDITBINYANKES) yang dilakukan sebelum pelaksanaan .Surat keputusan Kasad No.SKEP/336/X/2005 Tanggal 17 Oktober 2005 tentang pengadaan barang/material
dan jasa di lingkungan
angkatan darat mengatur tata cara pengadaan obat yang di lakukan dengan cara pembelian obat jadi dan produksi di Lafi Ditkesad. Bagminlog membuat rencana kebutuhan produksi obat Lafi Ditkesad yang terdiri dari rencana kebutuhan bahan aktif, bahan pembantu dan bahan pengemas (embalage). Perencanaa tersebut disusun berdasarkan formula dan spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Ditkesd, disamping itu Barang bagminlog juga menyusun rencana dan anggaran untuk pemeliharaan sarana operasional yang digunakan ditiap bidang LAFIDitkesa. Pengadaan barang dilakukan melalui ditkesad yang dikirimkan ke Gudang pusat II disertai dengan surat perintah penerimaan material (PPnM). Selanjutnya tim komisi penerimaan barang secara administrasi, fisika dan kimia, dan pemeriksaan mutu dilakukan oleh instalasi wastu. Setelah batrang lulus uji mutu akan dibuatkan laporan hasil pengujian (LHP) dan berita acara (BA) penerimaan material, lalu barang di simpan diGudang pusat II dan barang yang memenuhi spesifikasi yang di tetapkan akan ditolak dan dikembalikan kepada pemasok.
2.9
PENYIMPANGAN BARANG Penyimpanan barang dilaksanakan oleh instalasi simpan. Barang-barang
yang berkaitan dengan semua proses kerja yang berlangsung diLAFI-Ditkesad, baik produksi, pengawasan mutu, pengemasan, administrasi maupun proses pendukung lainnya merupakan tanggung jawab Instalasi simpan. Barang-barang diGudang tersebut disimpan berdasarkan jenis, sifat atau keadaan bahan dan pengeluaranya sesuai dengan sistem Firsh In-firs out atau FIFO, First Expired First Out (FEFO) dan First Unstabel First Out (FUFO). 2.10 PENGEMASAN Pengemasan dilakukan pada produksi ruahan tablet, kapsul, sirup, dan salep, pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang sudah distripp, dipilih yang baik kemudian dimasukkan kedalam sak plastic lalu dislep. BERIKUT INI MERUPAKAN OBAT-OBATAN YANG DIPRODUKSI Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFIAD) A. SEDIAAN TABLET 1. Buscofiad Komposisi: Hyoscine-N-butylbromide 10 mg 2. Clofenad Komposisi: Natrium Diklofenak 25 mg, 50 mg 3. Dexad / Dexamethasone Komposisi: Dexamethason 0,5 mg 0,75 mg 4. Dextro 5 Komposisi: Dextromethorhan HBr 15 mg 5. Fimol Komposisi: Parasetamol 500 mg 6. Ifenad 7. Imodiad Komposisi: Loperamid Hcl 2 mg 8. Lafihistin Komposisi : Interhistin50 mg
9. Lafitens 10. Metron Komposisi : Metronidazole 250 mg, 500 mg 11. Neo lafimag 12. Neo diare Komposisi : Kaolin 550 mg, pectin 20 mg 13. Neo stop flu 14. Neurolagad Komposisi :Methampyrone 500 mg, Thiamine HCl 50 mg, Pyridoxine HCl 10 mg, Cyanocobalami10 mg, Trimethyxanthine 50 mg. 15. Neurobiad Komposisi : Vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) 100 mg. Vitamin 6 (Pyridoxol Hydrocholride) 100 mg,Vitamin 12 5000 mg. 16. Solvonad 17. Sultrim B.
SEDIAAN KAPLET 1. Amox 500 mg Komposisi : Amoxicillin 500 mg 2. Ampi 500 mg Komposisi : Ampicillin 500 mg 3. Floxad 500 mg Komposisi : Ciprofloxacin 500 mg 4. Ponstan Komposisi : Asam mefenamat 500 mg 5. Yudhavit
C.
SEDIAAN KAPSUL 1. Sangobiad Komposisi : Besi glukomat 250 mg, Mangan sulfat 0,2 mg, Tembaga sulfat 0,2 mg, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1 mg, Vitamin B12 dengan faktor intrisik 7,5 mg, sorbitol 25 mg/kap. 2. Thiamfi 250 mg Komposisi : Thiamfenicol 250 mg
D.
OBAT TETES MATA
1. Lafodine sol 10% 60 ml 2. Lafodine sol 10% 1000 ml
E.
SEDIAAN SIRUP 1. Amox 125 mg/ 5 ml Komposisi : Amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilin anhidrat 125 mg 2. Ampi 125 mg/ 5 ml Komposisi : Ampicillin trihydrate 3. Lafodil DMP Komposisi : Dextromethorphan HBr 10 mg, diphenhydramin HCl 12,5 mg, ammon Cl 100 mg, Na citrate 50 mg, menthol 1 mg. 4. Sultrim
2.11 QUALITY CONTROL (PENGENDALIAN MUTU) Ada beberapa komponen penunjang dalam proses pengendalian mutu diantaranya adalah : 1. Pengawasan Mutu Pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu (standar) dapat tercermi dalam hasil akhir dengan kata lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan atau kwalitas dari arang yangdihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian dalam hal pengawasan mutu
semua produk harus
diawasi
dengan standar
dengan
penyimpangan yang terjadi harus dicatat serta dianalisis agar dpat
digunakan untuk tidakan-tindakan perbaikan pada masa yang akan datang. Setiap Industri Farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu, pengawasan mutu adalah agian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dengan pengujian, serta dengan
organisasi,
dokumentasi
dan
prosedur,
pelulusannya
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan da relefan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat trend dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. 2. Personalia Jumlah personil pada tiap tingkatan harus memadai dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta kemampuan sesuai dengan tugasnya. Personil juga harus memilki kesehatan mental dan fisik, sehingga mampu menyelesaikan tugasnya secara profesional, memiliki sifat dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB. Aspek personalia meliputi organisasi, kualifikasi, tanggung jawab dan pelatihan. 3. Bangunan Dan Fasilitas Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran dan rancang
bangun
kontruksi
serta
letak
yang
memadai
agar
memudahkan
dalam
pelaksanaan
kerja,
pembersihan
dan
pemeliharaan yang baik. Tiap sarana kerja hendaklah memadai sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat menurunkan mutu obat dapat dihindarkan. 4. Peralatan Peralatan yang dipergunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancang bangun dan kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjamin secara seragam dari bets ke batch serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya. 5. Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. 2.12. QUALITY ASSURANCE Adalah suatu system pengendalian kualitas yang harus dipenuhi didalam pembuatan produk dari mulai proses awal hingga akhir sehingga didapatkan out put produk dengan kualitas yang terjamin. Tujuan dari quality assurance yaitu untuk memberikan kepuasan dan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk yang dipakai telah memenuhi standard dengan kualitas yang baik dan handal.
LAFIAD ( Lembaga Direktorat Kesehatan Angkatan Darat ) dalam pembuatan produk, menggunakan CPOB ( Cara Pembuatan Obat Yang Baik ) sebagai pedoman atau penunjang, sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang terjamin serta handal. Adapun persyaratan dari CPOB ( Cara Pembuatan Obat Yang Baik ) anatara lain : A. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara systematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah di tetapkan. B. Tahap proses yang krisis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi. C. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB. D. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia. E. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar. F. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan cara pencatat, selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah, yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. G. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat Batch secara lengkap, disimpan secara komprehensiv, dan dalam bentuk yang mudah diakses. H. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu obat. I. tersedia sistem penarikan batch obat manapun dari peredaran.
J. Keluhan terhadap produk yang beredar di kaji, penyebab cacat mutusi
di
investigasi serta di lakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan. 2.13 SARANA PENUNJANG Sarana penunjang merupakan salah satu media atau objek yang sifatnya mendukung dalam suatu tempat atau unit kerja. 2.13.1 PEDOMAN CPOB Cara Pemberian Obat yang Baik ( CPOB ) adalah baikan dari pemastian mitu yang memastikan bahwa obat di buat dan di kendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan dan persyaratan dalam izin edar dan spesifikasi produk. persyaratan dasar dari CPOB antara lain : A. semua proses pembuatab obat di jabarkan dengan jelas, di kaji secara sistemis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah di tetapakan B. Tahap proses yang kritis dalam pembutan, pengawasan proses dan sarana penunjang serta perubahan yang signifikan. C. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk : Personil yang terkualifikasi dan terlatih 1. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai 2. Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai 3. Bahan, wadah dan label yang benar 4. Prosedur dan intruksi yang di setujui dan 5. tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai D. Prosedur dan intruksi di tulis dalam bentuk intruksi dengan bahasa yang jelas, tidak berwarna ganda, dapat di terapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia.
E. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar F. Pencatatan di lakukan secara manual atau dengan cara pencatat, selama pembuatan yang menunjukan bahwa semua langkah, yang di persyaratkan dalam prosedur intruksi yang di tetapkan benar-benar di laksanakan dan jumlah serta mutu produk yang di hasilkan sesuai dengan yang di harapkan G. Catatan pembutan termasuk distribusi yang memungkinkan penulusuran riwayat Batch secara lengkap. di simpan secara komprehensif, dalam bentuk yang mudah diakses H. Pemyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu obat I. Tersedia sistem penarikan kembali Batch obat manapun dari peredaran J. Keluhan terhadap produk yang beredar di kaji, penyebab cacat muu di investigasi serta di lakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan penggulangan kembali keluhan 2.14 PENANGANAN LIMBAH Penanganan limbah industri meliputi : air washer, Dust collextor. IPAL instalasi pengolahan limbah). Boiler. Water System 1. Air washer Suatu mesin otomatis untuk pemberian cairaban dengan sistem: 1 Pengapungan 2. Flokulasi dimana debu di kalutkan 3. spraying dimana terjadi pengkabutan air. Kolom 1 dan 2 di buang dan kolom 3 hanya berisi air sisa 2. Dust Collektor Suatu nesub oenumbang debu yang berukuran besar atau bersudar padat, mis sisa-sisa untuk kapsul, tablet-tablet patah, sistem bejerja dengan cara pendorongan debu halus kedalam kantung debu, dalam waktu tertentu dan berat tertentu, debu di uraikan
3. IPAL ( instalasi pengolahan air limbah) Khusus untuk limbah produksi cincun β laktam, limbah cairan terlebih dahulu di destruksi untuk memecah cincin β laktam sebelum di alirkan ke kolam sedimentasi awal tahapan pengolahan kolam sedimentasi awal terdiri dari kolam limbah β laktam dan kimbah non β laktam ekualisasi aeresi : di mana terdapat bakteri pengurai. di beri tmbahan O2 denagn sistem goncangan air oleh mesin dan NPK untuk kehidupan bakteri, Clarifier sebagai sedimentasi II, koagulasi, di beri PAC Poly( alumuniun chlorida ) untuk menggumpalkan limbah dan menjernihkn air limbah. Flokulsi. di beri PE ( polly elekrolik ) untuk mengecilkan gumpalan dan menjernihkan air. sistem bidang miring dilengkapi dengan dasar yang tidak rata, dengan sistem ini lumpur tidak terbawa dan air yang ukuran partikelnyalebih kecil akan mengalir ke bak kontrol. Penampungan sedimen lumpur, diberi sabutsabut kesat sebagai filter. Dari sini dialirkan lagi ke bak penampungan untuk dialirkan lagi ke bak ekualisasi awal• Bak kontrol, tempat akhir pembuangan air limbah. Dari sini dianalisa COD, BOD, pH dan TDS. Jika telah memenuhi syarat air dapat dialirkan ke kolam yang menuju masyarakat. 4. Boiler Suatu mesin pemanas dengan bahan baku air demineral dan metodenya fire tab atau water tube. Boiler dibersihkan dengan chemichal compoun food grade dan pengelola harus bersertifikasi.
5. Water system• Air baku konsumsi PDAM diolah menjadi air baku farmasi. Terdiri dari 2 pretreatment: media dan sistem• Media : Air PDAM dialirkan ke dinding 1 untuk keperluan toilet, dinding 2 untuk pencucian botol, dinding 3 untuk dialirkan ke poma 1• Sistem : 1. Pompa, terdiri dari pompa tarik dan pompa kembali sesuai dengan kebutuhan tekanan ke dinding 2. Sand filter berisi zeolit atau silka untuk menyaring kotoran besar. 3. Bad carbon untuk mengabsorbsi bau. 4. Penukar ion untuk menghilangkan mineral dengan resin penukar ion sampling product : pH 5-7 TDS < 10 ppm tidak terjadi konduktivitas mikroba < 500 ppb1. RO (Reverse Osmosis) 2. HPW (High Purified Water) 3. Sanitasi dengan pemanasan 85ºC. 4. Mesin pengelolah TOC (Total Organic Compound) TOC = IC (Indicator Carbon) – TC (Total Carbon). Adapun tahapan penanganan limbah adalah sebagai berikut : A. Bak Penampung Awal B. Bak Sedimentasi Pertama C. Bak Equalisasi D. Bak Aerasi dan Stabilisasi E. Bak Sedimentasi Kedua (clarifer) F. Bak Koagulasi G. Bak Flokulasi H. Bak Pengendapan Akhir (Bak Sedimentasi Ketiga) I. Bak Kontrol (Bak Pembuangan Akhir)
BAB III KEGIATAN MAHASISWA PKL INDUSTRI Kegiatan PKL Industri rombongan mahasiswa STIFA pada kunjungan yang dilakukan, mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu menjelaskan tujuan umum dan tujuan khusus. Kegiatan dimulai pada pukul 09.00 pagi, dimana mahasiswa menuju langsung ke Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFIAD), perjalanan singkat membawa rombongan tiba di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFIAD) dan langsung diterima oleh staf yang langsung dibawa menuju keruangan auditorium. Adapun tujuan umum dan khusus disampaikan langsung oleh dosen pendamping dari STIFA pada saat observasi yang dilakukan mahasiswa di tempat proses produksi baik betalaktam dan non betalaktam dan juga proses pengolahan limbah. Dari beberapa materi yang disampaikan oleh staf yang ada di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (LAFIAD), yaitu tentang sejarah dari lembaga farmasi direktorat kesehatan angkatan darat (LAFIAD), beberapa produk yang diproduksi di LAFIAD serta cara pembuatan produk-produk unggulan dari LAFIAD dan fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat di LAFIAD, sehingga hal ini sesuai dengan tujuan umum serta khusus dari PKL industri farmasi yang diantaranya mengenai prinsip-prinsip produksi (proses produksi dari setiap sediaan, hingga menghasilkan suatu produk yang berkualitas sesuai dengan
pedoman CPOB), pengendalian mutu (quality control) yang meliputi pengawasan mutu, personalia, bangunan serta fasilitas , peralatan, dan sanitasi hygine dan penjaminan kualitas (quality assurance) obat dan distribusi obat. Tujuan umum serta khusus dibuat agar mahasiswa mengerti dan memahami serta mampu mengimplementasikannya setelah menjadi lulusan yang siap memasuki dunia kerja, khususnya di bidang industri farmasi yaitu pabrik obat modern. Beberapa materi yang diberikan di atas, tentunya sangat bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa seputaran tentang pabrik obat yang dapat menghasilkan produk-produk yang bermutu, dari produk-produk yang dihasilkan hingga cara pembuatannya. Setelah menerima materi, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada pembawa materi dalam diskusi. Sehingga beberapa pertanyaan yang terangkat dari mahasiswa seputaran materimateri yang didapatkan maupun mengenai seputaran lembaga farmasi direktorat kesehatan angkatan darat (LAFIAD) sendiri. Adapun pertanyaan yang disampaikan kepada pembina di lapangan ketika proses observasi dilakukan oleh mahasiswa yang meliputi apa yang di observasi oleh mahasiswa itu sendiri seperti Fasilitas Instal produksi, Fasilitas Injeksi, Fasilitas Instal Wastu, Fasilitas LITBANG, Dan Utility. Kemudian rombongan mahasiswa melakukan kunjungan ke tempat pengujian sampel, lalu ke tempat produksi pembuatan obat antara lain tablet, kapsul, sirup, salep dan injeksi yang di produksi oleh lembaga farmasi direktorat kesehatan angkatan darat (LAFIAD).
Hasil pengamatan yang di peroleh adalah sebagai berikut : A. RuangInSwasTu 1. R. instrument, digunakan untuk menyimpan peralatan yang tidak tahan Terhadap kelembapan (
View more...
Comments