Laporan Sediaan Milk Cleanser e7

February 28, 2018 | Author: chynt | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

formulasi pembuatan milk cleanser...

Description

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan yang disoroti oleh farmasis tidak hanya kesehatan badan saja, akan tetapi kesehatan kulit juga, oleh karena itu muncul produk–produk farmasis dibidang kecantikan karena kulit wajah langsung dapat terlihat dan mendapat sorotan dari orang lain secara langsung maka penampilan kulit wajah harus kita jaga. Dengan demikian pemakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan sangat bermafaat bagi kesehatan tubuh. 1.2 Rumusan Masalah Didalam pelaksanaan praktikum ini, permasalahan yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana menghasilkan suatu sediaan kosmetika pembersih berupa milk cleanser yang diformulasikan dalam bentuk cream bertipe o/w dengan tujuan mampu membersihkan kulit dan memiliki efek pelembab, namun tetap memenuhi kriteria persyaratan mutu yang aman, stabil, acceptable, dan efektif. 1.3 Tujuan Membuat sediaan kosmetika berupa milk cleanser yang diformulasikan dalam bentuk cream bertipe o/w dengan tujuan mampu membersihkan kulit dan memiliki efek pelembab. Melakukan proses evaluasi terhadap sediaan yang dihasilkan meliputi tes organoleptis, pH, homogenitas, spreading. 1.4 Manfaat Memahami dengan benar mengenai definisi, jenis, berbagai istilah yang terkait dengan kosmetika, mengetahui dan memahami penyusunan formula dan cara pembuatan sediaan kosmetika yang berupa milk cleanser yang diformulasikan dalam bentuk cream bertipe o/w, untuk mampu membersihkan kulit dan memiliki efek pelembab. Mengetahui, memahami, serta mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan yang dihasilkan sesuai dengan prosedur yang ada, untuk mengetahui apakah sediaan tersebut memenuhi persyaratan mutu sediaan, sehingga sediaan tersebut layak diedarkan dikalangan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kosmetika 

Tinjauan Tentang Kosmetika Secara garis besar, ilmu kosmetika mencakup beberapa istilah penting yang erat kaitanya dengan penyusun formula sediaan kosmetika seperti :



Kosmetologi Menurut Jellinek, kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum, biologi, dan mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan kosmetika. Kosmetika adalah ilmu yang berhubungan dengan pembuatan penyimpanan, aplikasi, penggunaan, efek, dan efek samping kosmetika.



Kosmetika Menurut Federal Food and Cosmetic Act (1958) sesuai dengan definisi dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/ Men.Kes./Per/IX/76, kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan, atau disemprot pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik, dan mengubah rupa dan tidak termasuk dalam golongan obat (tidak menggunakan fungsi tubuh atau kulit ). Zat tersebut tidak boleh mengganggu faal kulit atau kesehatan tubuh secara keseluruhan. Secara garis besar, pemakaian kosmetika bertujuan untuk memperbaiki penampilan dari si pemakai, karena dapat berfungsi sebagai berikut : a. Perawatan Kebersihan sehari – hari, misalnya : sabun, cream, pembersih, shampo, pasta gigi, dan pelembab. b. Memperbaiki Penampilan, misalnya ; make-up, pewarna rambut/kuku, pengeriting rambut. c. Pengharum, misalnya ; parfum, penyegar mulut. d. Pelindung, misalnya tabir surya. e. Menutup ( masking ) cacat dikulit.



Kosmetik Adalah kosmetika yang mengandung obat, dimana didalamnya ditambahkan bahan – bahan aktif sebeperti zat – zat anti baketri atau jasad renik ( hexaklorofen ), anti jerawat ( sulfur, resorcinol ), anti pengeluaran kringat ( alluminium klorida ), gatal, anti ketombe, plasenta, atau hormon ( estrogen ), dan lain – lain dengan tujuan profilaksis, disinffektan, terapi, dan lain – lain.



Kosmetika Tradisional Adalah kosmetika yang terdiri dari bahan – bahn yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional. Disamping itu terdapat kosmetika semitradisional, yaiutu kosmetika yang pengolahannya dilakukan secara modern, dengan mencapurkan zat –zat kimi sintetik kedalamnya seperti ; bahan pengawet, pengemulsi, dan lain – lain.

Berikut adalah kegunaan kosmetika bagi kesehatan, yang berkaitan dengan dunia kefarmasian : 1. Pemeliharaan dan perawatan kulit a. Pembersih Kotoran yang menmpel pada kulit perlu dibersihkan, agar kulit tetap sehat dan mampu melakukan fungsinya dengan baik. b. Pelembab Pada kulit kering yang terjadi pada keadaan kelembapan udara sangat rendah, pengupan air dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau kelainan kulit tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar. Kosmetik pelebab dapat mengurangi kekeringan kulit dengan cara menutupnya. c. Pelindung Pada keadaan tertentu, kulit memerlukan perlindungan tambahan. Pertama pada polusi yang bersifat iritan yang sangat kuat. Kedua pada pajanan sinar matahari yang mengandung sinar UV secara lagsung dan lama. d. Penipisan Penipisan kulit kadang perlu dilakukan pada keadaan kulit menebal dan agak kasar, misalnya pada gangguan keratinisasi kulit, pada keadaan kotor dan berminyak, sehingga lapisan tanduk tidak mudah terlepas atau pada tempat terjadi gesekan kulit, sehingga keratinisasi bertambah cepat.

2. Rias (decorative) Kosmetika rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan seseorang. Kulit yang hitam dapat menjadi lebih putih, kulit yang terlalu terang dapat dirias menjadi lebih gelap. Kulit yang belang atas cacat dapat ditutup, kulit yang lubang dapat ditutup dengan dempul, hidung yang pesek dapat dipoles agar terlihat lebih mancung, mata yang sipit dapat diukir agar terlihat lebih lebar, sebaliknya mata yang belok dapat disamarkan agar terlihat kecil. Demikian pula rambut yang beruban bisa jadi hitam, yang hitam bisa jadi pirang, yang lurus bisa jadi keriting, yang keriting bisa jadi lurus. Kuku yang berwarna pucat bisa dirias jadi merah, ungu,atau hitam. 3. Wangi – wangian (parfum) Diperlukan untuk menutupi bau badan yang mungkin kurang sedap bagi orang lain, atau untuk memperelok penampilan. 4. Kosmetik medik Untuk menambah kegunaan kosmetika, dibuatlah berbagai kosmetik yang mengandung zat bekerja lebih dalam dan biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur, heksan, kloroform dan merkuri. Golongan ini disebut kosmetika medik (kosmedik). Setelah melihat beberapa kegunaan / manfaat kosmetika berdasarkan golongannya diatas, maka hendaklah juga ditelaah mengenai efek samping dari kosmetika, karena pada dasarnya tidak ada suatu produk pun yang sempurna. Dari definisi dicantumkan bahwa kosmetika tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi faal tubuh manusia. Struktur dari fungsi kulit dipengaruhi oleh lingkungan termasuk kosmetika. Adapun pengaruh tersebut ada yang kehendaki dan ada yang tidak dikehendaki yang biasa disebut dengan efek samping. 



Jenis kosmetika yang menimbulkan efek samping meliputi : 1. Kosmetika tata rias 2. Kosmetika perawatan kulit 3. Deodorant / anti perspiran 4. Kosmetika pewarna rambut 5. Kosmetika rias wajah Adapun faktor mempengaruhi timbulnya efek samping adalah sebagai berikut : 1. Itensitas kosmetika dengan tubuh 2. Lokalisasi pemakaian kosmetika. 3. pH kosmetika. 4. Bahan campuran kosmetika yang mudah menguap. 5. Pemakaian kosmetika yang meliputi : a. Cara pemakaian yang salah.

Menggosok keras permukaan kulit



Pemakaian masker pada kulit kering.

 b. c. d. e.

Kondisi kulit yang tidak normal. Usia pemakai kosmetik. Jenis kelamin Keturunan riwayat atopi

2.2 Persyaratan Mutu Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan USP XXII/XXI dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi di Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1. Aman Diartikan sebagai bermanfaat secara fisiologis/psikologis, tanpa efek samping yang merugikan atau dengan efek samping yang telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi. Dikatakan aman apabila bahan aktif kadarnya tidak melebihi yang tertera pada masing-masing monografi di Farmakope IV atau USP. 2. Efektif Diartikan sebagai jumlah kecil, hasil kerja optimal (pembelian dosis sekecil mungkin dapat memberikan efek terapi yang optimum dalam waktu singkat dengan toksisitas dan efek samping yang optimum). 3. Acceptable Diartikan sebagai prediksi pemenuhan persepsi psikologi konsumen pemakai. Sediaan mempunyai penampilan, bentuk, estetik yang baik dan menarik sehingga menimbulkan rasa senang dan nyaman pada pemakaiannya (USP XXI p. 1347-1347) 1. Bau

: Ditambah parfume.

4. Stabilitas Fisika Diartikan sebagai sediaan dikatakan stabil secara kimia apabila integeritas atau keutuhan kimiawi dan potensi kimia tetap, seta tidak mengalami perubahan pH (USP XXII p.1703). Tiap zat mempertaruhkan kebutuhan kimiawi dari kadar yang tertera pada kadar etiket dalam batas aman yang diinginkan (FI ed 3 p. 1107) 5.

Stabilitas Mikrobiologi Diartikan sebagai sediaan tidak ditumbuhi mikroba, sesuai dengan persyaratan tertentu dan jika sediaan tersebut mengandung anti mikroba, maka harus tetap efektif selama waktu yang ditentukan (dari awal pembuatan sampai ke tangan pasien) (USP

XXII p.1703) untuk menghambat pertumbuhan mikroba sehingga sediaan perlu ditambah pengawat. Pada sediaan tidak boleh ada Salmonella sp , Escherichia coli, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, Clostridium sp, dan Candida albican. (Lachman ed.3 p.964). 6.

Stabilitas Toksikologi Diartikan sebagai tidak boleh menunjukan adanya kejala kenaikan toksisitas atau perubahan pada sediaan selama penyimpana dalan waktu tertentu. (USP XXII p.1703).

7. Stabilitas Farmakologi Diartikan sebagai tidak mengalami perubahan efek farmakologi yang menyimpang dari yang direncanakan atau dari tujuan pengobatan sampai batas waktu yang ditentukan (USP XXII p.1703). 8. Stabilitas Kimia Diartikan sebagai sediaan dikatakan stabil secara kimia apabila integritas atau keutuhan kimiawi dan potensi kimia tetap, serta tidak mengalamiperubahan pH ( USP XXII, p.1703 ). Tiap zat mempertahankan kebutuhan kimiawi dari kadar yang tertera pada kadar etiket dalam batas aman yang diinginkan ( FI ed 3,p.1107).

2.3 Pemilihan Bahan Tambahan 1.

Asam stearat (HPE 6th ed, p.697) ● Karakteristik kimia Formula empiric : C18H36O2

Berat molekul : 284,47 ● Karakteristik fisik -

Berupa padatan kristal yang keras, berwarna putih/kuning, kadang berminyak/serbuk putih kekuningan, dengan bau dan rasa yang lemah.

-

Titik leleh ≥54°C

-

Kelarutan : mudah larut dalam benzene, CCl4, kloroform, dan eter. Larut dalam etanol, Heksan dan propilenglikol. Praktis tidak larut dalam air.



Inkompaktibel dengan hampir semua logam hidroksida dan semua materi yang bersifat oksidator, naproxen. Mengakibatkan kerusakan penyalutan tablet dengan film.



Karakteristik lain : Merupakan materi yang stabil, dapat ditambahkan antioksidan. Konsentrasi pada ointment dan cream = 1-20%.



Fungsi : Sebagai emulsifying agent, solubilizing agent dan lubrikan pada tablet dan kapsul.

2. Methyl Paraben ( HPE 6th ed, p.441) 

Pemerian berupa kristal-kristal tidak berwrna atau serbuk kristalin putih. Tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki sedikit rasa terbakar.



Kelarutan : -

1 : 2 dalam etanol

-

1 : 3 dalam etanol 95%

-

1 : 6 dalam etanol 50%

-

1 : 10 dalam eter

-

1 : 60 dalam gliserin

-

1 : 200 dalam minyak kacang

-

1 : 5 dalam propylenglikol

-

1 : 400 dalam air 25°C

-

1 : 50 dalam air 50°C

-

1 : 30 dalam air 80°C

-

Praktis tidak larut dalam mineral oil



Fungsi : pengawet antimikroba



Pengunaan : pengawet ( karena dalam formula yang berupa cream terdiri dari 2 fase yaitu fase air dan fase minyak yang keduanya merupakan bahan yang mudah ditumbuhi jamur, bakteri maupun mikroorganisme lain.



Inkompaktible / potensi berkurang dengan adanya kehadiran surfaktan non ionic seperti tween 80

3. Propil paraben/ nipasol ( HPE 6th, p. 596) 

Formula empirik

: C10H1203



Berat molekul

: 180,20



Pemerian

: serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.



Fungsi

: Sebagai pengawet pada sediaan kosmetik, makanan, produk

farmasi yang lain. 

Kelarutan

: 1:1,1 dalam etanol, 1:5,6 dalam etanol 50%, 1:250 dalam

gliserin, 1:2500 dalam air, mudah larut dalm aseton dan eter, 1:3330 dalam mineral oil, 1:70 dalam peanut oil, 1:3,9 dalam propilenglikol, 1:4350 dalam air 15°C. 

Konsentrasi untuk sediaan topical 0,01%-0,8%. Nipasol mengalami penurunan potensi dengan adanya surfaktan non-ionic

4.

Extract Aloe vera (Farmakpoe Indonesia ed IV p. 75) Pemerian : Bau khas, sedikit asam dan tidak enak, warna coklat Fungsi

: Emollient, dapat bercampur dengan air (FI V p.80)

Karakter : Aloe memiliki kemampuan berpenetrasi ke dalam kulit, kandungan selulosa seperti ligrin, senyawa aspirin dalam aloe vera berfungsi sebagai antiseptik, memperbaiki jaringan kulit, mempunyai kandungan vitamin C dan selerium yang tinggi dan berfungsi sebagai antioksidan, mengandung senyawa antrakuinon, vitamin A, vitamin B-complex, B2, lesitin magnesium, kalsium fosfat, kalium, zat besi. Digunakan untuk mengobati luka bakar karena radiasi, kerusakan kulit, terbakar matahari dan dermatitis (Aloe vera- Deane Tenney hal 6-9). 70% ekstrak aloe vera berguna sebagai bakterisidal untuk S.aureus, 80% bakterisidal untuk E.coli, Pseudomonas aeruginosa, S.agalactiae.

5.

Squalane   

6.

Fungsi : Emolient Transparan, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau saat dingin Tidak praktis larut dalam air Glycerin (Handbook Pharmaceutical Excipient 6th edition, p.283)

   

Fungsi : Antimicrobial preservative ; emolient; humectant Humectant < 30% Larut dalam air Dosis oral 1.0-1.5 g/kg BB Cetyl Alcohol (Handbook Pharmaceutical Excipient 6th edition, p.155)

7. 

Pemerian : wax yang berwarna putih, berbentuk ranul, kubus, atau casting. Berbau



khas lemah dan berasa tajam. Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan dapat meningkat dengan adanya peningkatan kelarutan, praktis tidak larut dalam air, dapat bercampur



ketika meleleh dengan lemak, parafin likuid dan padat, dan isopropil miristat. Fungsi : Coating agent; emulsifying agent; stiffening agent. BHT / Butyl Hydroxy Toluene (Handbook Pharmaceutical Excipient 6th

8.

edition, p.75) 

Organoleptis : putih / putih kekuningan, serbuk kristal



Kelarutan : tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, mudah larut dalam aseton, benzene, etanol (95%), eter, metanol, dan toluen



BM : 220,35



Fungsi : antioksidan

9.

Parfum White Moon 

Fungsi : Memberi bau pada sediaan sehingga akseptabilitas dari konsumen pada sediaan meningkat.

BAB III FORMULASI SEDIAAN 3.1

Formulasi sediaan (Harry’s Cosmeticology p.58) R/ Aloe Vera extract Squalanee

2% 5%

Cethyl alcohol

2%

Stearic acid

6%

Glycerin

2%

Sorbitan monoleat

5%

Tween 80

7,64%

BHT

0,1%

Nipagin

0,18%

Nipasol

0,02%

Asam sitrat

0,77%

Na fosfat

2,25%

White moon fragrance q.s Purified water ad 3.2

100%

Spesifikasi Sediaan 1. Organoleptis : -

Warna

: Kuning kecoklatan

-

Bau

: White moon

-

Bentuk

: Krim

2. pH

: 6,0

3. Ukuran partikel

: < 9,0 µm

4. Berat jenis

:

5. Mudah menyebar di kulit 6. Sediaan homogen 7. Jenis emulsi

3.3

Tabel Penimbangan

: Minyak dalam air (O/W)

BAHAN Ekstrak aloe vera Cetyl alcohol Squalane Asam Stearat Gliserin Sorbitan monoleat Tween 80 BHT Nipasol Nipagin Asam Sitrat Na Fosfat (Na2PO4.2H2O) White moon

KADAR 2% ±5% 2% 5% 6% 5% 2,36% 7,64 % 0,1% 0,02% 0,18 % 0,77%

TIAP 100 g 2,1 g 2g 5g 6g 5g 2,36 g 7,14 g 0,1 g 0,02 g 0,18 g 0,77 g

TIAP 150 g 3,15 g 3g 7,5 g 9g 7,5 g 3,54 g 11,46 g 0,15 g 0,03 g 0,27 g 1,155 g

2,25%

2,25 g

3,375 g

qs

qs

qs

100 mL

150 ml

fragrance Aqua purificata ad

3.4

Perhitungan dapar  Asam sitrat 36,85 100 x 100 ml = 36,85 ml 21 gram 1000 ml

x 36,85 ml = 0,774 gram = 0,77 %

 Na fosfat (Na2PO4.2H2O) 63,15 x 100 ml 100 ml 21 gram 1000 ml

= 63,15 ml

x 63,15 ml= 2,248 gram = 2,25 %

(Netherland’s Pharmacopoeia 5th ed. Hal. 727)

3.5 Perhitungan HLB butuh (Dispensing of Medication-formely Husa’s Pharmaceutical Dispensing p.528-530) Fase Minyak Parafin Liquidum Asam Stearat Cetyl alcohol Total Sorbitan Monoleat

4,3

Kadar 5% 6% 2% 13%

HLB 11 17 15

Perhitungan 5/15x11 = 3,67 6/15x17 = 6,8 2/15x15 = 2 12,47

2,53



2,53/10,7 x 10 g = 2.36 g

8,17 +



8,17/10,7 x 10 g = 7,64 g

12,47 Tween 80

15

10,7

3.6

Cara kerja

NO

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

CARA PEMBUATAN Menara cawan, kemudian timbang Squalane 5 g Menimbang asam stearat 9 g, masukkan cawan no 1 Menimbang span 80 3,54 g, masukkan cawan no 1 Menimbang nipasol 0,03 g, masukkan cawan no 1 Menimbang BHT 0,15 g, masukkan cawan no 1 Menimbang cetyl alcohol 3 g, masukkan cawan no 1 Cawan no 1dipanaskan di waterbath suhu 70o-80oC ad leleh Menara kaca arloji, timbang glycerin 7,5 g Menimbang nipagin 0,27 g di neraca digital (8+9)  aduk ad larut Kalibrasi beaker glass untuk mengukur air panas 20 ml Menimbang Na fosfat (Na2HPO4.2H2O) 3,375 g (11+12)  aduk ad larut Menimbang asam sitrat 1,16 g (13+14)  aduk ad larut Menimbang ekstrak aloe vera 3,15 g Menara kaca arloji, timbang tween 80 11,46 g (10+15)  campur ad homogeny (17+18)  campur ad homogen Setelah no 7 leleh, pindahkan ke mortir panas tambah no 19 aduk ad terbentuk massa cream (16+ 20)  campur ad homogeny No. 21 + white moon fragrance, campur ad homogen Menimbang total sediaan, masukkan ke botol 100 ml dan beri

21. 22. 23.

HASIL

Massa yang melebur

Terbentuk

massa

cream Homogen

etiket/label Sisa no 23 dibuat evaluasi sediaan

24.

3.7

KERANGKA OPERASIONAL

Fase minyak:

Fase air:

Menimbang:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

a. Kalibrasi air panas 20ml b. timbang Na fosfat 3,375 g dan As. Sitrat 1,155 g c. a+b aduk ad larut

Nipagin 0,27 g

Menimbang Squalane 7,5 g, As.stearat 9 g, Span 80 3,54 g, BHT 0,15 g, Nipasol 0,03 g Cethyl alcohol 3 g

Aduk ad homogen Panaskan diatas waterbath 70°80°C ad leleh.

Glycerin 7.5 g Campur ad homogen & larut

Menimbang Tween 80 11,46 g, camp ad homogen

Masukkan dalam mortir panas Mencampur kuat ad terbentuk massa cream Menimbang Ekstrak Aloe vera 3,15g

Campur ad homogen Ditimbang keseluruhan Masukkan botol 100 ml

Sisa sediaan untuk evaluasi

BAB IV HASIL EVALUASI 4.1 Rancangan evaluasi sediaan 1.

Organoleptis 

Bentuk : Milky lotion



Bau



Warna : Coklat kekuningan



Rasa

2.

: White moon

: Dioleskan di kulit

pH sediaan Alat

: pH meter khusus sediaan semisolida

Prinsip kerja : Mengukur pH sediaan dan membaca pH yang tertulis pada display layar perangkat. Cara kerja

:

a. Kaliberasi pH meter 1. Siapkan larutan buffer pH 4.0 dan 7.0; 2. Pasang electrode kombinasi; 3. Tombol ditekan untuk menyalakan alat; 4. Elektrode dimasukan pada buffer pH 4.0 kemudian diatur tombol sebelah kanan alat sampai digital menunjukkan angka 4.0; 5. Elektrode dikeluarkan dari buffer 4.0, dicuci dengan aquadem dan keringkan; 6. Elektrode dimasukkan pada buffer pH 7.0 kemudian diatur tombol kiri sampai menunjukkan angka 7.0; 7. Elektrode dikeluarkan dari buffer 7.0, dicuci dengan aquadem, keringkan, pHmeter siap dipakai. b.

Pengukuran pH sediaan 1. Suspensi dimasukkan dalam beaker glass secukupnya; 2. Elektrode dimasukkan dalam suspensi; 3. Angka yang muncul pada dicatat; 4. Diulang sebanyak 3 kali, sebelumnya elektrode dibilas dahulu. 3.

Homogenitas Alat

: Kaca arloji

Prinsip kerja : Sediaan dioleskan pada kaca arloji & damati dengan cahaya lampu apakah sediaan homogen atau tidak . 4. Uji berat jenis Alat

: Gelas ukur, beaker glass

Prinsip

: Mengukur berat dan volume krim dengan gelas ukur yang sudah dikalibrasi volume dan ditimbang berat kosongnya. Timbang lagi krim, masukkan dalam beaker glass, tambahkan air kalibrasi sedikit demi sedikit ad tanda, sisa air pada gelas ukur merupakan volume krim.

Cara kerja

`:

1. Timbang piknometer kosong pada timbangan analitik; o

2. Sediaan didinginkan sampai 20 C; 3. Isi piknometer dengan sediaan sampai penuh kemudian timbang

juga dengan timbangan analitik; 4. Bobot jenis sediaan dihitung dengan rumus :

m1

: massa pinometer dan sediaan

m2

: massa piknometer kosong

ρ

: berat jenis sediaan

Vpikno: volume piknometer 5. Uji ukuran partikel Alat

: Mikroskop Optik, Mikrometer okuler dan obyektif, Gelas obyek dan gelas penutup.

Cara Kerja

:

a. Kaliberasi micrometer okuler terhadap obyektif 1. Mikrometer okuler yang akan dikaliberasi dipasang di dalam lensa okuler; 2. Micrometer obyektif di pasang di bawah lensa obyektif; 3. Skala 0.00 pada micrometer obyektif dihimpitkan hingga segaris dengan salah satu skala pada skala okuler; 4. Sejumlah skala pada skala obyektif yang segaris dengan sejumlah skala pada skala okuler di catat, lakukan tiga kali replikasi; 5. Micrometer obyektif dilepas. b. Pembuatan preparat 1. Sediaan suspensi diteteskan pada gelas obyek; 2. Ratakan menggunakan gelas penutup kemudian tutup dengan gelas penutup. c. Amati ukuran partikel sebanyak 500 kali, kemudian catat. d. Catat ukuran partikel terbesar dan terkecil untuk membuat interval kelas; e. Hitung diameter tengahnya berupa dln, dsn,dvn,dsl,dvs, dan dwm. 6. Uji penyebaran Prinsip

: Sediaan dioleskan pada kulit dan diamati apakah mudah menyebar atau tidak.

7. Uji jenis emulsi o/w Alat

: Mikroskop cahaya medan terang, kaca arloji

Prinsip

:

1. Sediaan ditambahkan metilen blue, dicampur ad homogen, lalu diamati dibawah mikroskop dan akan terlihat warna merah pada lensa 2. Sediaan ditambahkan air (di kaca arloji)  sediaan dapat campur dengan air. 8. Uji viskositas Alat

: Viskometer VT-04F

Cara Kerja

:

1. Letakkan viskometer pada posisi yang benar dengan mengatur letak gelembung udara tepat di tengah lingkaran; 2. Masukkan sediaan ke dalam cup; 3. Masukkan spindle ke dalam sediaan, hubungkan dengan rotor dengan cara mengencangkan uliran; 4. Turunkan posisi spindle beserta rotornya sampai batas tanda tercelup pada spindle; 5. Siapkan rpm yang dikehendaki; 6. Tekan rem dan nyalakan putaran rotor, lepaskan rem perlahan-lahan, biarkan sampai mencapai 3-5 kali putaran; 7. Tekan rem, pada saat penunjuk tampak pada piringan, catat dan lepaskan rem; 8. Hitung viskositas sediaan.

BAB V HASIL EVALUASI 5.1 Hasil Evaluasi Sediaan Kosmetik Milk Cleanser dengan Efek Pelembab 1. Organoleptis : - Warna : Coklat kekuningan - Bau : White moon - Bentuk : Krim semisolid 2. pH Rancangan : 4,5-6,2 Hasil evaluasi : 6,0 3. Berat jenis 2 gram =0,9091 g /ml 2,2 ml 4. Uji homogenitas Hasil evaluasi 5. Uji spreadibility

: Sediaan terlihat homogen pada kaca arloji.

Hasil evaluasi

: Sediaan dapat mudah menyebar setelah dioleskan di kulit.

6. Uji viskositas Hasil evaluasi : 250 dpa = 25000 cps 7. Uji Ukuran Partikel (Mikromeritik) Perhitungan pengukuran mikromeritik N 1 o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 5 5 2 6 5 2 3 1 5 6 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 6 9 7 5 6 4 1 8 6 0 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 9 8 5 5 8 3 2 0 8 8 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 2 6 6 8 1 6 4 6 2 9 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 5 8 0 8 2 3 8 6 8 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 6 6 0 6 7 5 5 6 5 2 8 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 7 5 4 9 0 7 5 8 3 1 7 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 8 9 8 5 3 6 4 2 5 0 8 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 9 4 4 0 6 8 2 3 4 9 0 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 8 5 2 8 9 8 4 2 8 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 5 3 5 6 4 4 3 2 3 8 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 6 7 8 4 4 3 4 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 0 7 8 7 8 5 5 5 5

1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 4 8 1 8 9 5 7 7 8 4 0 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 5 6 0 9 3 6 6 8 7 7 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 6 7 6 0 4 7 5 8 8 8 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 7 8 8 2 6 8 3 0 9 6 5 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 8 6 0 4 8 6 3 6 2 6 6 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 9 4 1 4 9 0 2 9 1 7 8 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 0 3 3 3 8 3 4 3 4 7 6

Dibagi 10 kelas =

nilai tertinggi−nilai terenda h 19−10 = =1,9 10 kelas 10

Rentang Diamete r (μm)

Nilai Tengah Rentang (μm)

Jumlah partikel ada setiap rentang (n)

(nd)

(nd2)

(nd3)

(nd4)

10-11,9

10,95

3

32,85

359,7075

3938,797

43129,8285

12-13,9

12,95

8

103,6

1341,62

17373,98

224993,028

14-15,9

14,95

20

299

4470,05

66827,25

999067,35

16-17,9

16,95

31

525,45

8906,378

150963,1

2558824,52

18-19,9

18,95

34

644,3

12209,49

231369,7

4384456,59

20-21,9

20,95

22

460,9

9655,855

202290,2

4237978,9

22-23,9

22,95

31

711,45

16327,78

374722,5

8599881,23

24-25,9

23,95

24

574,8

13766,46

329706,7

7896475,87

26-27,9

26,95

13

350,35

9441,933

254460,1

6857699,18

28-29,9

28,95

14

405,3

11733,44

339682,9

9833821,21

30-31,9

30,95

Jumlah

0

0

0

0

0

200

4108

88212,7

1971335

45636327,7

1. Diameter nilai tengah angka panjang (dln) Σnd 4108 = =20,54 Dln = Σn 200 2. Diameter nilai tengah angka permukaan (dsn) Σnd 2 88212,7 = =21,00151185 Dsn = Σn 200





3. Diameter nilai tengah angka volume (dvn) 3 Σnd 3 3 1971335 =99,28078868 Dvn = = Σn 200





4. Diameter nilai tengah panjang permukaan (dsn) Σnd 2 88212,7 = =21,47339338 Dsn = Σnd 4108 5. Diameter nilai tengah volume permukaan (dvs) Σnd 3 1971335 = =22,34751912 Dvs = Σnd 2 88212,7 6. Diameter nilai tengah massa berat / volume (dwn) Σnd 4 45636327,7 = =23,14996066 Dwn = Σnd 3 1971335

Grafik Nilai tengah (d) VS Jumlah Partikel (n) 40 35 30 25 Nialai Tengah (d) 20 15 10 5 0 5

31 20

34

31 22

24 13 14

8 3 10

0 15

20

25

Jumlah Partikel (n)

30

35

Grafik Histogram 35 30 25 20 Nilai Tengah (d)

15 10 5 0

Axis Title

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Dari hasil evaluasi sediaan, dapat diketahui organoleptis yakni warna dan bentuk sediaan kurang sesuai dengan spesifikasi organoleptis yang diinginkan. Sediaan berwarna coklat dan memiliki konsistensi yang kurang baik. Sediaan berbau harum dan untuk mendapatkan bau harum tersebut dibutuhkan parfum white moon dalam jumlah yang lebih banyak dari yang diperkirakan. Semula diperkirakan jumlah white moon yang ditambahkan 2-3 tetes saja, tetapi dibutuhkan sekitar ± 3 ml untuk menutupi bau tidak enak dari ekstrak aloe vera. Sediaan dapat menyebar merata di kulit dan dengan mudah dapat mengangkat kotoran dari kulit saat di hapus dengan tissue. Partikel dalam sediaan tidak terdistribusi merata. Kurva yang didapatkan tidak berbentuk lonceng. Hal ini dikarenakan penggerusan bahan aktif kurang homogen.

Didapatkan jumlah partikel terbanyak 34 pada rentang diameter 18 – 19,9. Dan partikel dengan jumlah paling sedikit 0 pada rentang diameter 30 – 31,9. Saat sediaan diletakkan dikaca obyek dan disinari dengan cahaya, terlihat partikelpartikel sediaan tersebut homogen. Saat sediaan dicampur homogen dengan metilen blue, muncul warna biru pada fase air yang berada dibagian luar partikel, sedangkan bagian dalam yang merupakan fase minyak yang tidak berwarna/bening. Selain itu, saat sediaan ditambahkan air dan di aduk, sediaan dapat tercampur dengan air. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat termasuk dalam emulsi jenis o/w (oil in water). Sediaan kami memiliki viskositas sebesar 25000 cps, hasil tersebut tidak sesuai dengan rancangan evaluasi sediaan. Hal ini dikarenakan kesalahan dalam penimbangan bahan sehingga sediaan menjadi lebih kental dari rancangan evaluasi yang sudah kami persiapkan.

6.2 Kesimpulan Sediaan krim tidak layak untuk diproduksi karena : 1. Sediaan ini belum memenuhi persyaratan mutu yang ada (aman, efektif, acceptable atau dapat diterima, stabilitas fisika, stabilitas kimia, stabilitas mikrobiologi, stabilitas farmakologi, stabilitas toksikologi). 2. Tipe emulsi yang kami buat sesuai dengan spesifikasi kami yaitu emulsi tipe o/w. 3. Viskositas sediaan 25000 cps, belum memenuhi rancangan evaluasi sediaan akhir.

DAFTAR PUSTAKA Mitsui, Takeo, Ph.D., New Cosmetic Science., Kibbe A.H., 2000 Moore, R.J. 1982. Harry’s Cosmeticology 7th edition.United States : Chemical Publishing. p.58 Sean C. SWEETMAN, 2009, MARTINDALE : The Complete Drug Reference, 36th ed, Pharmaceutical Press Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi 4, Jakarta Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi 3, Jakarta USP Convention, United States Pharmacopoeia, XXIX., Rockville Dispensing of Medication-formely Husa’s Pharmaceutical Dispensing p.528-530 Raymond C. ROWE, Paul J. SHESKEY., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients., London: Pharmaceutical Press

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF