laporan sanitasi RSUP Dr. Sardjito 2013

September 15, 2017 | Author: Lukas Andrianus Nugroho | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

laporan mengenai kegiatan sanitasi Rumah Sakit melingkupi kegiatan desinfeksi ruangan, penyediaan air bersih, pengendali...

Description

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN MATA KULIAH SANITASI RUMAH SAKIT PRAKTIK SANITASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. SARDJITO

Disusun untuk memenuhi tugas praktik mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit Semester IV

Disusun oleh : Arif Suryo Prasetyo Dwi Rahma Wati Ega Dwi Ifaafah Fajar Dian Wasisti Faradella Nofitasari Lukas Andrianus Nugroho

P07133111044 P07133111046 P07133111047 P07133111048 P07133111049 P07133111059

NONREGULER A POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Sanitasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sanitasi Rumah Sakit semester IV. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr.Hj.Lucky

Herawati,SKM,M.Sc,

selaku

Direktur

Politeknik

Kesehatan

Yogyakarta. 2. Tuntas Bagyono,SKM,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan 3. Kepala ISLRS RSUP Dr. Sardjito yang telah memberi izin pelaksanaan praktik. 4. Sri Muryani, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing praktik lapangan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 5. Seluruh staff dan karyawan unit sanitasi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam pelaksanaan praktik di RSUP Dr. Sardjito. 6. Teman-teman kelas Non Reguler A angkatan 2011 Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa di dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Yogyakarta, Mei 2013 Penulis

i

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................................

i

DAFTAR ISI .............................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang ....................................................................................

1

B.

Tujuan

..............................................................................................

3

C.

Ruang Lingkup ....................................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ...........................................................................................

5

B. Tujuan Sanitasi Rumah Sakit .............................................................

5

C. Fungsi Rumah Sakit ...........................................................................

6

D. Klasifikasi Rumah Sakit ......................................................................

6

E. Fasilitas yang Seharusnya Tersedian dan Persyaratan ....................

8

F.

8

Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit ...................................

BAB III HASIL PENGAMATAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit .........................................................

18

B. Kegiatan Praktik dan Hasil .................................................................

20

C.

24

Pembahasan .......................................................................................

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................

51

B.

53

Saran

..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ LAMPIRAN

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat dapat menjadi tempat

penularan

penyakit

serta

memungkinkan

terjadinya

pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu jenis sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan (preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dan edukatif) guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat. Pencemaran dapat terjadi karena rumah sakit menghasilkan polutan baik dalam bentuk fisik, kimia maupun bakteriologis. Selain dapat menimbulkan pencemaran, rumah sakit juga dapat menjadi tempat penularan penyakit. Penularan dapat terjadi apabila pengunjung atau pasien yang berkunjung ke rumah sakit terinfeksi oleh kuman yang terdapat di lingkungan rumah sakit. Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut Infeksi Nosokomial (Inos). Oleh karena itu, unsur-unsur penunjang proses sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Unsur penujang proses yang perlu dikelola dengan sungguh-sungguh diantaranya aspek Sanitasi Lingkungan. Sanitasi lingkungan mencakup berbagai segi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dalam lingkup rumah sakit upaya penyehatan yang dapat dilakukan antara lain:

1

2

1. Penyehatan bangunan dan ruang termasuk pencahayaan, penghawaan, kebisingan serta kelembaban 2. Penyehatan makanan dan minuman 3. Penyediaan air bersih 4. Penanganan limbah padat dan cair 5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk pencucian linen. 6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu. 7. Sterilisasi dan desinfeksi ruangan. 8. Pencegahan infeksi nososkomial. 9. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan. Upaya

diatas

bertujuan

untuk

mengurangi

terjadinya

infeksi

nosokomial yang disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah sakit karena kurang memenuhi syarat kesehatan ataupun terjadinya poencemaran lingkungan. Disamping itu pemerintah juga telah mengeluarkan Kepmenkes RI No. 1204/MenKes/SK/X/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tantang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Selain itu pemerintah telah menetapkan bahwa setiap rumah sakit harus memiliki tenaga sanitasi. Mengacu pada Kepmenkes tersebut di atas, maka salah satu dari kurikulum Jurusan Kesehatan Lingkungan adalah mengadakan Praktik Lapangan Mata Kuliah Praktek Sanitasi Rumah Sakit. Praktek lapangan kali ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito yang terletak di Jalan Kesehatan No. 1 Sekip, Bulaksumur, Yogyakarta. Tujuan dari pelaksanaan Praktek Sanitasi Rumah Sakit ini yaitu agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan memperoleh pengalaman serta menambah keterampilan di lapangan.

3

Maksud diselenggarakan Praktik Lapangan Sanitasi Rumah Sakit adalah untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan berfikir dan bertindak secara komprehensif dalam mengelola kesehatan lingkungan, menerapkan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah meliputi analisis situasi, perumusan masalah, penyusunan alternatif terbaik, penyusunan rencana operasional, implementasi monitoring dan evaluasi.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan praktik lapangan sanitasi rumah sakit bidang kesehatan lingkungan Rumah Sakit di RSUP Dr. Sardjito. 2. Tujuan Khusus a.

Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme Penyediaan Air Bersih (PAB) di RSUP Dr. Sardjito.

b.

Mahasiswa dapat melakukan desinfeksi (sterilisasi) ruangan di RSUP Dr. Sardjito.

c.

Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengolahan limbah cair di RSUP Dr. Sardjito.

d.

Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengelolaan sampah padat di RSUP Dr. Sardjito.

e.

Mahasiswa

dapat

mengetahui

mekanisme

Pengawasan

dan

Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF) di RSUP Dr. Sardjito. f.

Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pengendalian vektor dan binatang pengganggu di RSUP Dr. Sardjito.

4

g.

Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme pada instalasi binatu dan instalasi gizi di RSUP Dr. Sardjito.

C. Ruang Lingkup 1. Waktu penyelenggaraan Praktik lapangan Sanitasi Rumah Sakit di RSUP Dr. Sardjito dilaksanakan selama satu minggu terhitung mulai tanggal 27 Mei – 1 Juni 2013. 2. Lokasi Lokasi Praktik Lapangan Sanitasi Rumah Sakit dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Jalan Kesehatan No. 1 Sekip, Bulaksumur, Yogyakarta. Kegiatan dilaksanakan pada tiap-tiap sub bagian unit sanitasi di RSUP Dr. Sardjito yang meliputi Unit Penyediaan Air Bersih (PAB), Unit Desinfeksi Ruangan, Unit Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC), Unit Pengolahan Sampah, Unit Pengawasan

dan

Pemantauan

Lingkungan

Fisik

(PPLF),

Unit

Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu, Instalasi Binatu dan Instalasi Gizi. 3. Peserta Peserta

Praktik

Lapangan

Sanitasi

Rumah

Sakit

adalah

mahasiswa semester IV Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan, berjumlah 6 orang yang terdiri dari : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nama Arif Suryo Prasetyo Dwi Rahma Wati Ega Dwi Ifaafah Fajar Dian Wasisti Faradella Nofitasari Lukas Andrianus Nugroho

NIM P07133111044 P07133111046 P07133111047 P07133111048 P07133111049 P07133111059

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian 1. Sanitasi Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi lingkungan dan kesehatan lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat menimbulkan

hal-hal

yang

mengganggu

perkembangan

fisik,

kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya (Adisasmito, 2006). 2. Rumah Sakit Rumah sakit adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan serta berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian. 3. Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan biologi di rumah sakit, yang menimbulkan atau dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani, dan kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit.

B. Tujuan Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi

rumah

sakit

diselenggarakan

dengan

tujuan

agar

terwujudnya/ terciptanya kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi

5

6

syarat sanitasi dan menjamin pencegahan infeksi nosokomial dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan penderita. C. Fungsi Rumah Sakit 1. Menyediakan dan menyelenggarakan : a. Pelayanan medik b. Pelayanan penunjang medik c. Pelayanan perawatan d. Pelayanan rehabilitasi e. Mencegah penyakit dan peningkatan kesehatan 2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik. 3. Sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi di bidang kesehatan.

D. Klasifikasi Rumah Sakit Dalam

pemberian

pelayanan

kesehatan

rumah

sakit

adalah

memberikan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Sesuai dengan banyaknya jenis pelayanan rumah sakit dibedakan menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) dan Rumah Sakit Khusus (RSK). 1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.

7

2. Rumah Sakit Khusus (RSK) adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu tertentu. 3. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan perbedaan bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan. 4. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimal yang ditentukan. Penyelenggara dan atau pemilik rumah sakit dapat pemerintah atau swasta. 1. Klasifikasi RSU Pemerintah terdiri dari : a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik luas. b. Kelas BII mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas. c. Kelas BI mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik. d. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya 4 dasar lengkap. e. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar. 2. Klasifikasi RSU Swasta terdiri dari : a. RSU Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum.

8

b. RSU Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang. c. RSU Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik, dan sub spesialistik.

E. Fasilitas yang Seharusnya Tersedia dan Persyaratannya RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit dan puskesmas dari berbagai wilayah di DIY dan sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, RSUP Dr. Sardjito termasuk ke dalam kelas A. Untuk dapat mencapai kelas A harus mencakup beberapa persyaratan dan fasilitas yang dijelaskan pada Permenkes No. 340 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit pasal 6 sampai 9. Fasilitas yang harus disediakan yaitu antara lain fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima pelayanan spesialis penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis lain dan tiga belas pelayanan medik subspesialis. Selain itu,

F. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit 1. Instalasi Pengolahan Air Bersih (PAB) di RSUP Dr. Sardjito a. Instalasi Pengolahan Air Bersih (PAB) Sistem 1 di RSUP Dr. Sardjito 1) Sumur Intake Sistem 1 disuplai oleh tiga buah sumur dalam yaitu Sumur Utara, Sumur Masjid, dan Sumur Baru. Dari ketiga sumur tersebut,

9

Sumur Utara dan Sumur Baru digunakan sebagai penyuplai utama, sedangkan Sumur Masjid digunakan sebagai cadangan. 2) Bak Aerasi Air dari Sumur Utara dan Sumur Baru dialirkan ke Bak Aerasi

untuk

mengontakkan

air

dengan

oksigen

untuk

menurunkan Fe dan Mn. 3) Bak Sedimentasi Setelah selesai proses di Bak Aerasi air dialirkan ke Bak Sedimentasi. Flok-flok yang terbentuk dari proses sebelumnya diendapkan dengan media fiber 60 o. 4) Bak Filtrasi Pada Bak filtrasi berisi media pasir kuarsa dan antrasit. Pada bak ini digunakan untuk menyaring flok-flok kecil yang lolos dari Bak Sedimentasi. 5) Ground Tank Induk IPAB Setelah selesai proses pengolahan, air disimpan pada Ground Tank Induk IPAB (Tandon Bawah). Pada Ground Tank ini juga dilakukan proses desinfeksi dengan kaporit granuler 70% dari rata-rata 1,9 kg/ hari. 6) Distribusi a)

Tower IRNA I Setelah dari Ground Tank air dipompa ke Roof Tank untuk didistribusikan ke seluruh rumah sakit (kecuali GBST) dan ke Ground Tank HD. Air yang masuk ke Ground Tank HD dialirkan ke WTP HD

10

Pada WTP HD terdapat tiga tangki pengolahan, yaitu (1) Reaktor PK Diinjeksikan dengan KMnO4 untuk menghasilkan oksigen agar terjadi reaksi oksidasi. (2) Iron Manganese Filter Pada tangki ini berisi media filter iron manganese untuk mennurunkan kadar Fe dan Mn. (3) Carbon Filter Setelah dari tangki Iron Manganese Filter dialirkan pada tangki Carbon Filter untuk mengurangi bau. b) Ground Tank IRJ Dari Ground Tank Induk IPAB air dipompa ke dua tower IRJ yaitu Tower IRJ Blok I dan Tower IRJ Blok II yang selanjutnya didistribusikan ke masing-masing Blok. b. Instalasi Pengolahan Air Bersih (PAB) Sistem 2 di RSUP Dr. Sardjito 1) WTP I (Water Tretment Plant) atau WTP Domestik a) Chlorin Contact Tank (Reactor Tank) Air sumber dipompakan dengan tekanan minimal 3 bar masuk ke dalam reactor tank yang terlebih dahulu diinjeksi dengan larutan calcium hypochlorite. Dalam reactor tank, calcium

hypochlorite

yang

diinjeksikan

mengoksidasi

kandungan-kandungan logam berat seperti besi dan mangan, juga organik dan sekaligus membunuh bakteri yang ada. Hasil oksidasi ini berupa partikel suspended solid yang dapat disaring pada filter dalam treatment selanjutnya.

11

b) Sand Filter Air yang telah teroksidasi dari reactor tank lalu masuk ke dalam sand filter. Filter ini berfungsi untuk menyaring partikel atau kotoran yang terkandung dalam air. Air akan masuk dari bagian atas tabung filter melewati media filter dan keluar dari bagian bawah filter. Endapan atau partikel akan bergesekan dengan media filter dan tertahan di dalam filter bagian atas sehingga air yang keluar jernih. c) Activated Carbon Filter Dari sand filter, air masuk ke dalam activated carbon filter untuk menyerap calcium hypochlorite yang tersisa setelah proses oksidasi. Media filter ini berupa karbon aktif (sebagai media pendukung). Air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan keluar dari bagian bawah filter. 2) WTP II (Clean Water Treatment) WTP II merupakan pengolahan lanjutan dari WTP I. Air dari hasil pengolahan ini akan digunakan untuk keperluan medis seperti operasi, hidroterapi, haemodialisis, dan lain-lain. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut: a)

Sand Filter Pengolahan WTP II menggunakan 2 unit sand filter yang berfungsi untuk menyaring turbidity atau kekeruhan partikel/ suspended solid.

12

b) Carbon Filter I Pengolahan WTP II menggunakan 2 unit carbon filter yang berfungsi menghilangkan bau, warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak diperlukan c) Clean Water Tank (Ground) Berfungsi untuk menampung air dari WTP I yang akan melalui tahap pengolahan di WTP II. 3) WTP (Water Treatment Plant) RO a)

Sand Filter Pengolahan WTP II menggunakan 2 unit sand filter yang berfungsi untuk menyaring turbidity atau kekeruhan partikel/ suspended solid.

b)

Carbon Filter I Pengolahan WTP II menggunakan 2 unit carbon filter yang berfungsi menghilangkan bau, warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak diperlukan.

c) Softener Softener atau pelunak berfungsi untuk menurunkan kesadahan yang terkandung dalam air dengan metode ion exchange.

Sistem

ini

untuk

menurunkan

kesadahan

menggunakan resin. d) RO Plant Setelah melalui softener, air akan masuk ke RO Plant. Pada pengolahan RO Plant ini tidak semua air dapat digunakan, sebagian air akan di reject atau dibuang.

13

e) RO Storage Tank Digunakan untuk menampung air yang telah melalui sistem pengolahan sebelum akhirnya dialirkan ke user. 2. Desinfeksi Ruangan a.

Pengertian Desinfeksi

adalah

suatu

usaha

untuk

menekan

atau

menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia yang ada di dalam ruangan sehingga sesuai Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004. b. Tujuan Untuk menekan atau menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimia yang ada di dalam ruangan sebagai bagian untuk mengurangi adanya infeksi nosokomial. c. Metode Desinfeksi Ruangan 1)

Pengabutan/Fogging Alat : fogger, rol kabel, rak bakel, APD (masker full face, baju pelindung, sarung tangan), penutup ventilasi. Penggunaan Bahan : Ascend, Virkon, Aseptanios HP. 50, dan Hexaquart

d. Waktu Pelaksanaan Desinfeksi ruangan setiap hari sesuai dengan permintaan pada saat jam kerja.

14

e. Persyaratan Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004, konsentrasi maksimum mikroorganisme adalah: NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ruang atau unit Operasi Bersalin Pemulihan / perawatan Observasi bayi Perawatan bayi Perawatan premature ICU Jenazah/autopsi Penginderaan medis Laboratorium Radiologi Sterilisasi Dapur Gawat darurat Administrasi pertemuan Ruang luka bakar

Konsentrasi maksimum mikroorganisme per m 3 udara (CFU/m3) 10 200 200-500 200 200 200 200 200-500 200 200-500 200-500 200 200-500 200 200-500 200

3. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu a. Pengertian Pengendalian serangga dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga dan binatang pengganggu. b. Tujuan Agar keberadaan serangga dan binatang pengganggu tidak menjadi vektor penyakit serta merugikan. c. Jenis serangga dan binatang pengganggu Jenis serangga meliputi

: nyamuk, lalat, kecoa, rayap, semut

Jenis binatang pengganggu meliputi

: tikus dan kucing

15

d. Pelaksanaan Kegiatan 1) Kegiatan Surveilans 2) Kegiatan pencegahan 3) Kegiatan pemberantasan 4. Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF) a.

Pengertian Pemantauan kualitas lingkungan fisik adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya memantau kualitas lingkungan fisik di dalam ruangan maupun di luar ruangan rumah sakit, yang meliputi kegiatan pemeriksaan suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan agar sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004.

b. Tujuan Untuk mengetahui kualitas lingkungan fisik di dalam maupun di luar gedung rumah sakit dibandingkan dengan standart sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004 sebagai bagian dari upaya untuk mencegah dampak negatif dari faktor lingkungan fisik yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat maupun keselamatan kerja. c. Pelaksanaan Pemantauan 1)

Pemantauan

dilaksanakan

dengan

melakukan

pengukuran

langsung dan pengambilan sampel di dalam maupun di luar ruangan dan diperiksa di laboratorium. 2) Pengambilan dan pemeriksaan dilakukan oleh tenaga BTKL dan petugas ISLRS.

16

3) Parameter pemeriksaan: suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan. d. Persyaratan 1) Persyaratan suhu dan kelembaban berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004 adalah : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ruang atau unit Operasi Bersalin Pemulihan / perawatan Observasi bayi Perawatan bayi Perawatan premature ICU Jenazah/autopsi Penginderaan medis Laboratorium Radiologi Sterilisasi Dapur Gawat darurat Administrasi pertemuan Ruang luka bakar

Suhu (OC) 19-24 24-26 22-24

Kelembaban (%) 45-60 45-60 45-60

Positif Positif Seimbang

21-24 22-26 24-26

45-60 35-60 35-60

Seimbang Seimbang Positif

22-23 21-24 19-24 22-26 22-26 22-30 22-30 19-24 21-24

35-60 35-60 45-60 35-60 45-60 35-60 35-60 45-60

Positif Seimbang Negatif Seimbang Negatif Seimbang Positif Seimbang

24-26

35-60

Positif

Tekanan

2) Persyaratan pencahayaan berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004 adalah : Ruang Ruang pasien a. Saat tidak tidur b. Saat tidur Ruang operasi umum Meja operasi Anestesi pemulihan Endoscopy,lab Sinar X

Pencahayaan (lux)

Keterangan

100-200 Maks 50 300-500 10.000-20.000

Cahaya sedang

300-500 75-100 Minimal 60

Warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan

17

Koridor Tangga Administrator/kantor Ruang alat/gudang Farmasi Dapur Ruang cuci Toilet Ruang isolasi khusus penyakit tetanus Ruang luka bakar 3) Persyaratan

kebisingan

Minimal 100 Minimal 100 Minimal 100 Minimal 200 Minimal 200 Minimal 200 Minimal 100 Minimal 100 0,1-0,5

Malam hari

Warna biru

100-200 berdasarkan

Kepmenkes

1204/SK/X/2004 adalah : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Ruangan atau unit Ruang pasien Saat tidak tidur Saat tidur Ruang operasi, umum Anestesi, pemulihan Endoskopi, laboratorium Sinar X Koridor Tangga Kantor/loby Ruang alat/gudang Farmasi Dapur Ruang cuci Ruang isolasi Ruang Poli Gigi

Maksimum kebisingan (waktu pemaparan 8 jam dan satuan dBA) 45 40 45 45 65 40 40 45 45 45 45 78 78 40 80

cahaya

RI

No.

BAB III HASIL PENGAMATAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Prof. Dr. Sardjito, pendidik dan tokoh kesehatan, sekaligus Rektor Universitas Gadjah Mada, memiliki cita-cita luhur, yaitu didirikannya rumah sakit pemerintah yang terpusat di Yogyakarta. Gagasan itu muncul sejak tahun 1954. Saat itu, rumah sakit pemerintah masih terpencar-pencar, yaitu di Pugeran, Mangkubumen, Jenggotan, dan ada lagi yang di Loji Kecil. Hal ini membuat terpencarnya praktik mahasiswa kedokteran. Cita-cita tersebut mendapat dukungan DPRD DIY. Pada tahun 1960, DPRD mengusulkan kepada pemerintah untuk mendirikan rumah sakit. Meskipun usulnya diterima, namun realisasinya masih tersendat, karena kondisi keuangan negara yang tidak stabil. Barulah pada akhir tahun 1969, gagasan itu dapat terwujud. Rumah sakit yang direncanakan mulai dibangun pada tahun 1970. Namun, sungguh disayangkan pada tahun tersebut Prof. Dr. Sadjito meninggal dunia. Oleh sebab itu, untuk mengenang jasa-jasa beliau, rumah sakit itu diberi nama RSUP Dr. Sardjito. RSUP Dr. Sardjito dibangun sejak tahun 1970, di atas tanah seluas 8,2 Ha, berdasar SK Menteri Kesehatan RI No.126-VI-Kab-B.VIII-74 tanggal 13 Juni 1974. Luas bangunan waktu itu adalah 60.378,60 m 2. Gedung RSUP Dr. Sardjito dibangun empat lantai. Lantai dasar digunakan untuk ruang ICU dan ICCU serta poliklinik kebidanan, kandungan, dan jiwa. Lantai dua digunakan untuk poliklinik penyakit dalam, bedah, dan kandungan. Lantai tiga digunakan poliklinik bedah dan penyakit dalam,

18

19

sedangkan lantai empat untuk poliklinik mata, syaraf, kulit kelamin, dan THT. Untuk

menghubungkan

antarlantai,

Presiden

Soeharto

waktu

itu

menyumbangkan tiga buah lift. Selain itu, telah dibangun beberapa bangunan yang difungsikan untuk keperluan lainnya. RSUP Dr. Sardjito diresmikan oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 8 Februari 1982. Peresmian tersebut dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI, Menteri P dan K, Wakil Gubernur DIY, Pangkowilhan II, Pangdam VII Diponegoro, Ny. Sardjito, serta pejabat sipil militer lainnya. Pada kesempatan tersebut, Presiden Soeharto menandatangani prasasti dan sekaligus membuka selubung patung Prof. Dr. Sardjito yang diletakkan di depan pintu utama rumah sakit. Hingga sekarang, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito termasuk Rumah Sakit Umum (RSU) Pemerintah Kelas A, dan juga rumah sakit rujukan bagi daerah-daerah di sekitar kota Yogyakarta. Adapun wilayah kerja RSUP Dr. Sardjito mencakup wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah bagian selatan. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, yang mencakup : a.

Sarana pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Sardjito yaitu Instalasi Rawat

Inap

(IRNA),

Instalasi

Gawat

Darurat

(IGD),

Unit

Haemodialisa, Unit Bedah Sentral, dan lain-lain. b.

Sarana penunjang medik di RSUP Dr. Sardjito yaitu apotek, Unit Sanitasi (PAB, IPLC, PPLF), dan lain-lain.

c.

Fasilitas umum di RSUP Dr. Sardjito yaitu musholla, minimarket, bank, dan lain-lain.

20

RSUP Dr. Sardjito terletak di Jln. Kesehatan No. 1 Sekip, Bulaksumur, Yogyakarta, dengan batas-batas sebagai berikut: a.

Sebelah utara

: Kampus Fakultas Teknik UGM

b.

Sebelah timur

: Kampus Fakultas Kedokteran UGM

c.

Sebelah selatan

: Komplek pertokoan

d.

Sebelah barat

: Sungai Code

B. Kegiatan Praktik dan Hasil 1.

Pengukuran pH dan Sisa Klor Pengukuran pH dan sisa klor dilakukan di RSUP Dr. Sardjito setiap pagi. Pengukuran dilakukan di tiga titik yaitu di kantor ISLRS, WTP I, dan Tulip. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 kami melakukan pengukuran pH dan sisa klor dan didapatkan hasil sebagai berikut : Lokasi Kantor ISLRS WTP I Tulip

2.

pH Sisa klor (mg/L) 7,4 0,1 7,0 0,15 7,4 0,1 Tabel 1. Hasil pengukuran pH dan sisa klor

Pemantauan Penggunaan Air Bersih Pemantauan penggunaan air bersih dilakukan setiap hari, yaitu volume penggunaan air bersih dan debit aliran. Tabel 2. Hasil Pemantauan volume penggunaan air bersih dan debit aliran pada hari Selasa 28 Mei 2013 Lokasi Meteran Sumur Utara Meteran Sumur Baru Meteran Sumur Masjid Meteran Sumur COT

Volume (m3) Senin Selasa 55.015 55.396 115.640 116.311 282.131 282.131 337.063 337.196

Pemakaian per hari (m3) 381 671 0 133

Debit (L/s) 10 5

21

3.

Pembubuhan Kaporit Pembubuhan

kaporit

dilakukan

setiap

hari.

Kaporit

yang

dibutuhkan sebanyak 1,9 kg atau setara dengan 9 gelas takar. Untuk mengalirkan kaporit ke dalam sistem pengolahan air bersih diatur debitnya sebesar 80 ml/ 5 s. 4.

Pemeliharaan Pengolahan Air Bersih Pemeliharaan berkala yang harus dilakukan yaitu pemeliharaan pada sand filter dan carbon filter dengan cara back wash dan pembilasan. Pada Sistem II, WTP II dilakukan back wash dan pembilasan pada hari Selasa, 28 Mei 2013.

5.

Desinfeksi Ruangan Desinfeksi ruangan dilaksanakan apabila ada permintaan dari unit-unit yang membutuhkan desinfeksi ruang. Desinfeksi ruangan menggunakan bahan desinfektan Hexaquart yang dilarutkan dengan air bersih. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 terdapat empat permintaan desinfeksi ruangan. Tabel 3. Desinfeksi ruangan tanggal 28 Mei 2013 Instalasi yang Jenis Waktu Kebutuhan dilayani kasus tindakan Hexaquart (ml) Melati 5/ Kamar 2 TB 09.00-13.00 3,646 PICU/ Isolasi Timur TB 10.00-14.00 3,141 Unit Stroke/ Kamar I Pneumonia 10.15-12.15 4,22 Cendana I/ Kamar 6 TB 11.45-15.45 3,25

6.

Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu Pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilaksanakan berdasarkan permintaan dari unit yang melapor terjadinya gangguan akibat serangga dan binatang pengganggu. Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan perlu survey terlebih dahulu. Pada hari Rabu, 29

22

Mei 2013 unit ISLRS menerima permintaan dari Ruang Kepala Instalasi Teratai IRNA IV terhadap gangguan rayap. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan rayap menggunakan Prevail 100 EC dengan bahan aktif sipermetrin 100 g/ L. 7.

Inspeksi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Inspeksi sanitasi rutin pada hari Rabu, 29 Mei 2013 dilakukan di Poliklinik General Check Up (GCU) yang terdiri dari 3 ruangan, yaitu Ruang pendaftaran, ruang konsultasi dan ruang periksa. Nilai inspeksi sanitasi dihitung berdasarkan jumlah item “baik” dibandingkan dengan jumlah seluruh item penilaian. Ruang Pendaftaran =

8.

Ruang Konsultasi

=

Ruang Periksa

=

Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF) Pengendalian pencemaran lingkungan fisik RSUP Dr. Sardjito meliputi suhu basah, suhu kering, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan.

Pengukuran

lingkungan

fisik

menggunakan

slink

psychrometer, sound level meter, dan lux meter. Pada hari Rabu, 29 Mei 2013 melakukan pengukuran di Poliklinik General Check Up (GCU). Tabel 4. Hasil pengukuran fisiologis ruangan di Poliklinik GCU Suhu Suhu Kelembaban Pencahayaan Sublokasi basah kering (%) (lux) (oC) (oC) R. Pendaftaran 19 25 57 93, 67 R. Periksa 22 24 84 73, 33 R. Konsultasi 22 25 77 81, 83

Kebisingan (dB) 56, 4 46, 4 55, 0

23

9.

Instalasi Pengolahan Air Limbah Pada hari Kamis, 30 Mei 2013 melakukan back wash pada sand filter dan carbon filter di IPAL RSUP Dr. Sardjito. Selain itu, melakukan kegiatan penambahan lumpur aktif pada bak aerasi dan sirkulasi lumpur. Pada hari tersebut merupakan jadwal untuk mengeringkan lumpur pada drying bed.

10. Pengelolaan Limbah Padat Medis, Nonmedis, dan B3 Limbah padat medis berupa benda tajam dan infeksius, serta B3 dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT. Arah. Untuk limbah padat nonmedis dikelola oleh Kimpraswil Kabupaten Sleman. 11. Penyediaan makanan di Instalasi Gizi Pengolahan makanan dan minuman pada instalai gizi dibagi menjadi 2, yaitu pengolahan untuk pasien kelas VIP dan pasien bangsal. Alur

dalam

instalasi gizi adalah

penyimpanan

bahan

makanan,

penerimaan pengolahan

bahan bahan

makanan, makanan,

penyimpanan makanan jadi, pengemasan dan distribusi. 12. Instalasi Binatu Dalam instalasi binatu dibagi menjadi 2 ruang, yaitu dirty area dan clean area. Linen kotor diantarkan oleh petugas bangsal menuju instalasi binatu menggunakan troli strip merah mulai pukul 06.00-10.00 pagi. Linen bersih didistribusikan menggunakan troli strip biru mulai pukul 12.30 siang. Pengaturan jam tersebut dimaksudkan agar lalu lintas distribusi linen tetap teratur.

24

C. Pembahasan 1. Pengukuran pH dan Sisa Klor Suatu upaya yang dilakukan terhadap penyediaan air sehingga dapat dihasilkan kualitas maupun kuantitas air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan air berish sesuai Permenkes No. 416/1990 dan sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004. Pengukuran pH dan sisa klor dilakukan setiap pagi untuk mempertahankan kualitas air bersih yang digunakan oleh rumah sakit. Berdasarkan hasil pengukuran pH masih sesuai dengan baku mutu yang terdapat pada Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu berkisar antara 6,5-8,5 Berdasarkan hasil pengukuran sisa klor di tiap lokasi masih memenuhi syarat berdasarkan Permenkes RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu maksimal menunjukkan hasil di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 5 mg/ L. Pertimbangannya yaitu hasil pemeriksaan sampel secara berkala untuk parameter bakteriologis koliform sudah tidak dapat hidup dengan sisa klor kisaran 0,1-0,15 mg/ L. Hasil pemeriksaan bakteriologis ini dikeluarkan oleh laboratorium kesehatan yang telah terakreditasi di Yogyakarta seperti di BTKL dan BLK, sehingga didapat hasil yang akurat.

2. Pemantauan Penggunaan Air Bersih Pemantauan penggunaan air bersih berdasarkan volume air bersih yang digunakan untuk menyuplai seluruh kebutuhan air bersih rumah sakit. Sumber air bersih yang digunakan oleh RSUP Dr. Sardjito

25

yaitu menggunakan 4 buah sumur dalam. Untuk mengetahui konsumsi air bersih dalam sehari, caranya dengan menghitung selisih meteran dengan hari sebelumnya. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah penggunaan pada hari Senin 27 Mei 2013 yaitu sebanyak 1185 m3. Dari total penggunaan air bersih paling banyak disuplai oleh Sumur Baru sebanyak 671 m 3, sedangkan Sumur COT menyuplai air bersih paling sedikit yaitu sebanyak 133 m 3. Untuk mengukur debit dapat diperoleh dengan mengamati waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 100 L air. Berdasarkan hasil pengamatan, Sumur Baru mengalirkan air bersih dengan debit 10 m 3/ s yang diperoleh dari penghitungan jumlah air yang dialirkan (100 L) dibagi dengan waktu yang diperlukan (10 s) sehingga didapat debit tersebut. Perhitungan tersebut juga sama untuk sumur lainnya.

3. Pembubuhan Kaporit Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(ClO)2. Kaporit berfungsi untuk membunuh kuman, bakteri, dan virus yang terdapat dalam air. Pembubuhan kaporit dilakukan setiap hari. Dalam sehari RSUP Dr. Sardjito membutuhkan air antara 1.000 m3-1100 m3 dan dibutuhkan kaporit sebanyak 1.9 kg yang diperoleh dengan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

a. b.

26

c. d.

Perhitungan kebutuhan kaporit ini didasarkan atas jumlah air bersih yang harus disediakan tiap harinya. Seperti perhitungan di atas, jumlah kaporit yang dibutuhkan per hari yaitu sebesar 1,9 kg. Untuk membubuhkan kaporit perlu diatur debit aliran yang juga disesuaikan dengan volume airnya. Bak kontak kaporit yang digunakan yaitu sebesar 800 L yang digunakan untuk mengalirkan selama 24 jam. Maka untuk memudahkan dalam membubuhkan kaporit dihitung volume yang harus dialirkan selama 5 detik, yaitu sebesar 80 ml/ 5 s. Pengaturan debit aliran kaporit ini bertujuan untuk menjaga agar selama 24 jam tetap terdapat kaporit dalam perpipaan air bersih.

4. Pemeliharaan Pengolahan Air Bersih Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) di RSUP Dr. Sardjito terbagi atas 2 sistem, yaitu sistem 1 dan sistem 2. a)

Sistem 1 menyuplai 90% kebutuhan air bersih di RSUP Dr. Sardjito kecuali GBST. Sumber air pada sistem 1 terdiri dari 3 sumur, yaitu sumur utara, sumur masjid dan sumur baru. Sumur Masjid merupakan sumur cadangan, sedangkan sumur utamanya adalah sumur baru dan sumur utara. Alur pada sistem 1 yaitu: air dari sumur dialirkan menuju bak aerasi, kemudian ke bak sedimentasi untuk mengendapkan flok menggunakan media fiber 60 o, kemudian dialirkan menuju bak filtrasi, kemudian dialirkan ke ground tank

27

induk (tandon bawah) dengan proses desinfeksi dan yang terakhir adalah pendistribusian. Pendistribusian air bersih pada sistem 1 dibagi menjadi 2, yaitu ke roof tank tower IRNA I dan ke ground tank IRJ. b)

Sistem 2 menyuplai 10 % dari kebutuhan air di RSUP Dr. Sardjito. Sumber air untuk sistem 2 berasal dari 1 sumur, yaitu sumur COT. Alur pengolahan air bersih pada sistem 2 yaitu pertama air diolah pada WTP 1 (reactor tank, sand filter dan carbon filter), kemudian diolah pada WTP II ( sand filter, carbon filter dan clean water tank) dan yang terakhir diolah pada WTP RO (sand filter, carbon filter, softener, RO plant, dan RO storage tank) Pemeliharaan pada instalasi pengolahan air bersih merupakan hal

yang penting, mengingat air bersih merupakan elemen yang esensi dalam rumah sakit. Pada bagian yang memerlukan pemeliharaan berkala dalam pengolahan air bersih yaitu sand filter yang berisi pasir kuarsa dan antrasit, serta carbon filter. Sand filter dan carbon filter perlu dilakukan pemeliharaan berkala sebab selama pengolahan air lama-kelamaan akan terjadi penjenuhan dan tidak mampu menyaring lagi kotorankotoran. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemeliharaan dengan cara back wash dan pembilasan untuk dapat mengembalikan fungsi sand filter dan carbon filter. Pemeliharaan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 merupakan jadwal melakukan back wash pada WTP II. Pemeliharaan pada WTP II dilakukan dua kali selama satu minggu, yaitu hari Selasa dan Sabtu.

28

Kami melakukan backwash pada tank sand filter dan carbon filter dengan cara mengatur stop kran pada tangki sesuai dengan petunjuk yang tertera. SPO (Standar Prosedur Operasional) backwash sebagai berikut: a) Atur valve pada posisi backwash dengan membuka valve nomor 2, 3 dan 6 serta menutup valve lainnya selama 10-15 menit, air akan mengalir melalui pipa drain. Periksa apakah ada media yang terbuang keluar, bila ada media yang terbuang, kecilkan valve nomor 3 sehingga media tidak terbuang lagi. Backwash filter hingga air yang terbuang menjadi jernih. b) Atur valve pada posisi rinse dengan membuka valve nomor 1, 5 dan 6 serta menutup valve lainnya. c) Atur valve pada posisi service dengan membuka valve nomor 1, 4 dan 6 serta menutup valve lain. d) Filter siap untuk dioperasikan kembali. Tabel 5. Pengaturan valve untuk backwash filter Valve dibuka Valve ditutup Posisi Backwash 2 5 6 1 4 5 Rinsing 1 5 6 2 3 4 Service 1 4 6 2 3 5

7 7 7

Untuk melakukan back wash pada sand filter, pertama kran pada tangki sand filter diposisikan pada posisi back wash. Kemudian pompa air penyuplai air untuk kebutuhan back wash dinyalakan. Ketika kran 3 dibuka, maka air sisa back wash akan keluar dan dibuang. Kami melakukan pengamatan pada air buangan yang keluar, yaitu dengan mewadahinya pada botol plastik bening dan diamati kejernihannya. Setelah air yang keluar mulai jernih, selanjutnya kran diposisikan rinsing.

29

Setelah beberapa lama, selanjutnya diposisikan pada posisi service. Pada saat diposisikan service, air akan berhenti keluar. Untuk melakukan back wash pada tangki carbon filter, ketika pada tahap rinsing, air buangan yang keluar harus benar-benar sudah jernih. Dilakukan pengamatan kejernihan, bau, dan warna. Setelah dapat dipastikan air memenuhi kriteria tersebut, selanjutnya proses dapat dilanjutkan pada tahap service. Setelah sand filter dan carbon filter selesai proses back wash, selanjutnya pompa air penyuplai air back wash dimatikan sehingga proses pengolahan air bersih untuk keperluan rumah sakit dapat kembali berjalan.

5. Desinfeksi Ruangan Desinfeksi ruangan dilakukan menggunakan alat mini ULV dengan metode pengabutan dan menggunakan bahan desinfektan Hexaquart. Dosis yang digunakan berbeda-beda tergantung volume ruangan yang akan didesinfeksi. Dosis desinfektan sudah dibakukan sesuai dengan volume ruangan oleh pihak ISLRS RSUP Dr. Sardjito dalam bentuk tabel-tabel. Dalam tabel tersebut memuat nama ruangan, jenis desinfektan, kasus penyakit, dosis desinfektan, dan jumlah pengencer. Untuk

melaksanakan

tindakan

desinfeksi

ruangan,

ISLRS

menerima permintaan dari unit-unit yang menghubungi melalui telepon atau program rutin sesuai jadwal. Bagi permintaan desinfeksi melalui telepon dicatat pada Buku Permintaan Fogging. Selanjutnya dari ISLRS akan mengirimkan personil untuk melakukan desinfeksi sesuai ruangan yang diminta. Seletah selesai, kemudian menempel Bukti Tindakan

30

Fogging pada pintu ruangan dan mengisi Lembar Kerja (gambar terlampir). Tabel 6. Buku permohonan dan tindakan desinfeksi ruang

Ali + 10:15-12:15 4,22 poltekkes

PICU/Isola si timur

TB

Lubis

Ali

Ali + 10:00-14:00 3,141 poltekkes

08.15

Melati 5/KM.2

TB

Vero

Ali

Ali + 09:00-13:00 3,646 poltekkes

11.00

Cendana 1/KM.6

TB

Surya

Ali

Ali + 11:45-15:45 3,25 poltekkes

618

10.00

Unit Stroke

619

08.45

620 621

LOKASI

Selasa, 28 Mei 2013

SPO (Standar Prosedur Operasional) desinfeksi ruang adalah sebagai berikut: a)

HEXAQUART (ml)

PENERIMA

WAKTU PELAKSANA

PELAPOR

Ali

WAKTU LAPORAN

Ari

NO LAPORAN

Pneu monia

HARI TANGGAL

KASUS

PELAKSANA TINDAKAN

DAFTAR PERMOHONAN DAN TINDAKAN DESINFEKSI RUANG DI RSUP DR SARDJITO BULAN : TAHUN :

Alat dan bahan: 1)

Fogger

2)

Desinfektan

3)

Roll kabel

4)

Lembar kerja dan alat tulis

5)

Gelas ukur

6)

Full face

7)

Tas ransel

8)

Pakaian pelindung

31

9)

Sarung tangan karet

b) Prosedur kerja 1)

Sebelum Desinfeksi Ruangan (a) Petugas ISLRS mempersiapkan Lembar Kerja tindakan desinfeksi (b) Petugas

ISLRS

mempersiapkan

peralatan

untuk

desinfeksi (c) Petugas ISLRS mempersiapkan bahan desinfektan sesuai dengan dosis formulasi dan dosis aplikasinya. 2) Fogging dilakukan oleh petugas ISLRS (a) Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (masker gas/full face, sarung tangan, baju pelindung, alas kaki). (b) Petugas menyiapkan bahan desinfektan sesuai dengan dosis dan volume ruangan yang dapat dilihat didalam tabel dan diencerkan dengan air bersih. (c) Petugas

memasukkan

steker

listrik

pada

fogger

ditancapkan ke dalam stop kontak, bila kurang panjang di sambung rol kabel. (d) Petugas melakukan fogging dengan menekan tombol “ON” dengan diawali dari bed/kasur, kemudian ke arah udara dan seluruh permukaan benda di dalam ruangan (e) Petugas menutup pintu dan menempel tulisan yang berisi waktu fogging dan bisa digunakan kembali. (f) Petugas meminta tanda tangan Lembar kerja pada petugas bangsal.

32

Selama proses desinfeksi ruangan, petugas wajib menggunakan APD yang meliputi masker full face, sarung tangan karet, dan pakaian pelindung. Sebelum mendesinfeksi perlu menutup jendela, menggulung kasur, membuka setiap gorden, dan membuka kamar mandi (jika ada). Desinfeksi dilakukan dari sudut yang terjauh dari pintu keluar kemudian bergerak mundur menuju pintu keluar. Pada hari Selasa, 28 Mei 2013 terdapat empat permintaan desinfeksi ruangan. a.

Melati 5/ Kamar 2 Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Vero yang diterima oleh Ali. Jenis kasusnya yaitu TB. Berdasarkan tabel, dosis Hexaquart yang digunakan adalah 3,646 ml yang diencerkan menjadi 500 ml larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdr. Arif dan Sdri. Faradella. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 13.00.

b.

PICU/ Isolasi Timur Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Lubis yang diterima oleh Ali. Jenis kasusnya yaitu TB. Berdasarkan tabel dosis Hexaquart yang digunakan adalah 3,141 ml yang diencerkan menjadi 500 ml larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdr. Lukas dan Sdri. Rahma. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 14.00.

c.

Unit Stroke/ Kamar 1 Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Ari yang diterima oleh Wati. Jenis kasusnya

33

yaitu

pneumonia. Berdasarkan

tabel dosis

Hexaquart yang

digunakan adalah 4,224 ml yang diencerkan menjadi 1 L larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdri. Ega dan Sdri. Dian. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 12.15. d.

Cendana I/ Kamar 6 Permintaan di ruangan ini dilakukan karena adanya panggilan melalui telepon oleh Surya yang diterima oleh Ali. Jenis kasusnya yaitu TB. Berdasarkan tabel dosis Hexaquart yang digunakan adalah 3,25 ml yang diencerkan menjadi 500 ml larutan. Desinfeksi dilakukan oleh Sdr. Lukas dan Sdri. Faradella. Setelah didesinfeksi, ruangan dapat digunakan kembali pada pukul 16.00.

6. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan 2 cara, yaitu: a) Secara aktif

: dengan cara melakukan survey rutin sesuai

dengan jadwal. b) Secara pasif

: dengan cara menerima permintaan dari unit-unit

yang mengalami masalah terhadap seranngga maupun binatang pengganggu. Bahan insektisida yang digunakan adalah: Tabel 7. Bahan insektisida untuk pengendalian serangga dan binatang pengganggu di RSUP Dr. Sardjito Nama No Bahan aktif Dosis Kegunaan insektisida 1. Solfac 10 Siflutrin 50 g/L Tergantung Membasmi WP luas area serangga (nyamuk, semut) 2. Cynoff 25 Sipermetrin 25 Tergantung Membasmi

34

3. 4. 5.

UL Mustang 25 EC

gr/L Zeta-sipermetrin 25 gr/L

Petrokum 0,005 BB Prevail 100 EC

Brodifakum Tergantung 0,005% luas area Sipermetrin 100 Tergantung gr/L luas area

Alur

permintaan

luas area Tergantung luas area

pengendalian

nyamuk Mengendalikan serangga (kecoa, nyamuk dan lalat) Mengendalikan tikus Membasmi rayap

serangga

dan

binatang

pengganggu secara pasif melalui telefon adalah ketika pihak ISLRS menerima

laporan,

kemudian

dicatat

pada

Buku

Permintaan

Pengendalian Serangga. Yang membedakan, pada pengendalian serangga dilakukan survey pendahuluan sebelum tindakan untuk melihat tingkat keparahan gangguan, dan menentukan metode pengendalian serangga. Selanjutnya setelah tindakan selesai dikerjakan kemudian mengisi Bukti Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Serangga. Pada hari Rabu, 29 Mei 2013, pihak ISLRS menerima laporan dari Ruang Kepala IRNA IV “Teratai” dengan pelapor Slamet dan penerima laporannya Wati pada pukul 08.30 dengan kasus serangan rayap. Berdasarkan hasil pengamatan ruangan tersebut mengalami serangan rayap yang cukup parah. Almari beserta dokumen yang disimpan diserang oleh rayap yang diduga muncul dari lubang tembok bagian bawah. Selain itu, serangan rayap pada almari disebabkan karena almari jarang dibuka dan dibersihkan. Termitisida yang digunakan adalah Prevail. Larutan termitisida dibuat berdasarkan luas ruangan (40 m 2), dosis penyemprotan 50 ml/ m 2, dosis campuran (10 ml/ L). Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan

35

variabel tersebut maka didapat 20 ml Prevail yang diencerkan menjadi 2 L larutan. Berdasarkan kondisi ruangan, pengendalian serangan tidak dilakukan dengan penyemprotan, melainkan dengan melumuri almari dengan larutan termitisida. Sebelum dilumuri larutan termitisida terlebih dahulu almari dibersihkan dari kotoran dan sisa sarang rayap. Setelah almari

bersih

baru

dilumuri

dengan

larutan

termitisida

secara

menyeluruh, pada bagian-bagian bekas sarang rayap diulangi beberapa kali. Selanjutnya semua kotoran dari almari dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diikat dengan kuat agar rayap yang diduga masih hidup dapat mati akibat kekurangan oksigen. Serangan rayap yang muncul dari tembok bagian bawah juga dilakukan treatment dengan memasukkan larutan termitisida ke dalam lubang-lubang yang dibuat oleh rayap kemudian ditutup dengan semen. Selama melakukan tindakan, APD yang digunakan antara lain sarung tangan karet dan masker. Setelah treatment selesai kemudian kami memberi rekomendasi pada petugas jaga IRNA IV “Teratai” untuk menjaga kebersihan, mengatur tata letak perabot yang terbuat dari kayu berjarak minimal 20 cm dari dinding agar terjadi sirkulasi udara untuk mengurangi kelembaban. 7. Inspeksi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Kegiatan Inspeksi sanitasi dilakukan pada hari Rabu, 29 Mei 2013 di Poliklinik General Check Up (GCU) RSUP Dr.Sardjito. Di dalam Poli GCU ini terdapat 3 ruangan yang diinspeksi meliputi Ruang Pendaftaran,

36

Ruang Konsultasi, dan Ruang Periksa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati dan mengukur variable-variabel inspeksi yang berada dalam ruangan. Variabel inspeksi tersebut meliputi : a.

Kualitas Lingkungan Fisik

b.

Kebersihan dan Kerapian Ruang

c.

Desinfeksi permukaan

d.

Kualitas Kebersihan KM/WC

e.

Kualitas Wastafel

f.

Pengelolaan Sampah Non Medis

g.

Pengelolaan Sampah Medis

h.

Pengelolaan Sampah Medis Tajam

i.

Pemantauan Serangga dan Binatang Pengganggu Kegiatan inspeksi dilakukan dengan cara mengisi formulir check list

yang sudah disediakan. Yaitu memberi tanda centang pada kolom “baik” apabila masuk dalam kriteria baik dan memberi tanda centang pada kolom “tidak” apabila masuk dalam kriteria tidak baik. Setelah semua kolom terisi, kemudian melakukan penilaian hasil inspeksi. Nilai inspeksi sanitasi pada ruang pendaftaran adalah 56,36; pada ruang konsultasi adalah 30,90; dan pada ruang periksa adalah 41,81. Pada hasil yang tidak baik, diberikan catatan khusus agar kualitas sanitasi ruangan tersebut dapat ditingkatkan. Selanjutnya yaitu meminta tanda tangan kepala unit Poli GCU sebagai bukti bahwa ruangan sudah di inspeksi. Pada saat ini juga kita memberikan penjelasan kepada kepala unit mengenai hasil inspeksi yang sudah dilakukan.

37

8. Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik Pengendalian pencemaran lingkungan fisik RSUP Dr. Sardjito meliputi suhu basah, suhu kering, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan. Pada hari Rabu, 29 Mei 2013, kami melakukan pengukuran lingkungan fisik di Poliklinik General Check Up yang meliputi ruang pendaftaran, ruang konsultasi dan ruang periksa. Tabel 8. Perbandingan hasil pengukuran dengan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004. Kelembaban Pencahayaan Kebisingan Suhu (0C) (%) (lux) (dB) No Lokasi Hasil Standar Hasil Standar Hasil Standar Hasil Standar 1. R. Pendaftaran 22 21 - 24 57 45 - 60 93,67 Min 100 56,4 45 2. R. Konsultasi 23,5 21 - 24 77 45 - 60 81,83 Min 100 55 45 3. R. Periksa 23 21 - 24 84 45 - 60 73,33 Min 100 46,4 45 a. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat slink psychrometer. Langkah pertama dengan membasahi ujung benang pada

suhu

basah.

Selanjutnya

memutar

slink

psychrometer

mengelilingi ruangan selama 20 detik. Setelah selesai, kemudian membaca hasilnya pada slink psychrometer. Mencatat hasil suhu kering

dan

suhu

basah

yang

kemudian

untuk

menentukan

kelembaban dengan cara menghubungkan antara garis vertikal dengan horizontal dimana garis vertikal sebagai suhu kering dan horizontal sebagai selisih suhu kering dan suhu basah. Dari ketiga ruangan yang diperiksa, seluruhnya telah memenuhi persyaratan suhu berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004. Sedangkan kelembaban pada ruang konsultasi dan ruang periksa

38

tidak memenuhi persyaratan kelembaban berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004. Berdasarkan hasil pengukuran suhu yang selanjutnya didapat nilai kelembaban, Ruang Periksa dan Ruang Konsultasi kurang memenuhi persyaratan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004. Dengan demikian perlu mengatur suhu pada AC. Dengan pengaturan suhu yang tepat diharapkan dapat menurunkan kelembaban hingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan. b. Pencahayaan Pengukuran pencahayaan dilakukan pada 3 ruangan yaitu Ruang Pendaftaran, Ruang Periksa, dan Ruang Konsultasi. Alat yang digunakan

untuk

mengukur

pencahayaan

adalah

lux

meter.

Pengukuran dilakukan pada 6 titik pada, masing-masing ruangan. Pengukuran setiap titiknya dilakukan pada obyek kerja dengan cara meletakkan sensor pada obyek kerja tersebut. Kemudian menggeser tombol on, setelah itu menunggu angka pada layar sampai konstan dan membaca hasilnya. Hasil pengukuran pencahayaan di Ruang Pendaftaran (93,67 lux), di Ruang Periksa (73,33 lux) dan di Ruang Konsultasi (81,83 lux). Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan maka kondisi pencahayaan di Ruang Pendaftaran, Ruang Periksa, dan Ruang Konsultasi belum memenuhi persyaratan yang seharusnya minimal 100 lux. Agar pencahayaan ruangan tersebut dapat sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan cara

39

mengganti lampu dengan watt yang lebih besar atau menambah jumlah lampu. c. Kebisingan Pengukuran pencahayaan dilakukan pada 3 ruangan yaitu Ruang Pendaftaran, Ruang Periksa dan Ruang Konsultasi. Pada pengukuran kebisingan ini alat yang digunakan adalah sound level meter. Pengukuran dilakukan dengan berdiri di tengah ruangan dan mengarahkan kesumber suara. Kemudian menekan tombol power, menekan tombol mode sampai muncul kata “Laeq”. Selanjutnya menekan tombol menu dan mengatur waktu pengukuran selama 5 menit. Kemudian menekan tombol menu dan start. Membaca angka setiap 5 detik sekali selama 5 menit dan selanjutnya hasilnya di ratarata. Hasil pengukuran kebisingan di ruang pendaftaran (56,4 dB), di ruang periksa (46,4 dB) dan di ruang konsultasi (55,0 dB). Berdasarkan peraturan Kepmenkes RI No. 1204/SK/X/2004 maka kondisi kebisingan di Ruang Pendaftaran, Ruang Periksa, dan Ruang Konsultasi belum memenuhi persyaratan yang seharusnya maksimal 45 dB. Agar kebisingan tersebut dapat sesuai dengan persyaratan maka dalam berkomunikasi antarpegawai hendaknya tidak terlalu keras. Selain

melakukan

pengukuran

lingkungan

fisik,

kami

juga

melakukan pengamatan kondisi ruangan antara lain: jumlah lampu, lampu yang menyala, jumlah AC yang menyala, jumlah kipas angin yang menyala, kondisi lantai, jumlah ruang yang ada pada ruangan, pintu dan jendela tertutup atau terbuka pada setiap ruangan.

40

Kemudian setelah selesai pengukuran dan pengamatan kondisi ruangan, kami memberikan rekomendasi kepada petugas poliklinik tersebut. Di ruang ISLRS kami melakukan rekapitulasi data hasil pengukuran dan menulis pada buku induk. 9. Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di RSUP Dr. Sardjito adalah suatu rangkaian unit pengolahan yang mengolah limbah cair dari bermacam-macam sumber dan jenis limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit untuk diproses secara biologi, fisika dan kimia dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke badan air/lingkungan. Limbah cair dihasilkan dari semua unit yang ada di rumah sakit. Karakteristik limbahnya pun berbeda-beda. IPAL di RSUP Dr. Sardjito menggunakan metode lumpur aktif. Metode lumpur aktif adalah metode yang menggunakan mikroorganisme aktif agar bekerja merombak zatzat organik yang ada dalam air limbah. Alur yang diterapkan di IPAL RSUP Dr. Sardjito adalah air limbah terkumpul menjadi satu aliran dan melewati bar screen. Bar screen dimaksudkan agar kotoran-kotoran yang berukuran besar dapat tersaring. Setelah melewati bar screen, air limbah masuk sebagai inlet menuju grit chamber. Di inlet ini terdapat titik pengambilan sampel limbah cair inlet dengan titik koordinat S: 07o 46’ 08.0” dan E: 110o 22’ 15.7”. Grit chamber berguna untuk mengendapkan pasir dan bendabenda padat lain yang terbawa aliran air limbah. Selanjutnya air limbah masuk ke bak ekualisasi. Bak ekualisasi berfungsi untuk menyeragamkan semua jenis, karakteristik, dan debit

41

limbah dari masing-masing instalasi. Bak ekualisasi di IPAL RSUP Dr. Sardjito terdiri dari 2 bak besar, sehingga air terlebih dahulu masuk ke bak ekualisasi I, kemudian masuk ke bak ekualisasi II. Setelah dari bak ekualisasi II, air dialirkan ke bak aerasi dengan sistem pompa. Bak aerasi bertujuan untuk mengkontakkan air limbah dengan udara untuk menurunkan kadar Fe dan Mn serta mendegradasi limbah cair secara aerob sehingga menghasilkan flok-flok kecil yang akan menjadi lumpur. Penambahan oksigen di bak aerasi ini menggunakan blower dengan masing-masing bak memiliki 6 blower. Di bak aerasi ini dilakukan penambahan lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme aerob untuk merombak zat-zat organik yang ada pada air limbah. Bak aerasi ini terdiri dari 3 bak, sehingga air berurutan masuk melewati bak aerasi I, bak aerasi II dan bak aerasi III dengan sistem gravitasi. Air limbah selanjutnya masuk dalam bak sedimentasi I, yang bertujuan untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk dari proses sebelumnya. Flok yang telah terikat akan mengapung ke permukaan, sehingga air limbah yang telah terbebas dari flok besar akan masuk ke bak sedimentasi II. Endapan lumpur yang dihasilkan, dialirkan ke bak lumpur. Limbah dari bak sedimentasi I yang tidak dapat mengendap, akan dikembalikan lagi ke bak ekualisasi I untuk kembali melewati proses pengolahan. Dari bak sedimentasi II, air dialirkan ke bak uji biologi I untuk menguji kualitas air limbah yang telah diolah hingga tahap sedimentasi. Dari bak uji biologi I, selanjutnya air dipompa menuju sand filter yang ada pada

tangki besar berwarna biru.

Tangki sand

filter

ini

42

menggunakan pasir kuarsa dan koral yang berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel yang masih melayang dan belum mengendap pada bak sedimentasi. Selanjutnya air dialirkan ke bak desinfeksi. Desinfektan yang digunakan adalah kaporit 70% yang sebelumnya kaporit sudah dilarutkan menggunakan air pada bak desinfeksi. Penambahan kaporit berfungsi untuk membunuh bakteri pathogen pada air limbah sebelum dialirkan ke badan air dan dilakukan setiap hari oleh petugas di IPAL. Setelah melalui bak desinfeksi, selanjutnya air dialirkan ke bak kontak. Bak kontak dimaksudkan agar memberikan waktu bagi desinfektan untuk mematikan kuman yang ada pada air limbah selama 30 menit. Bak kontak dibuat beralur panjang, sehingga air limbah memiliki waktu yang cukup untuk kontak. (Gambar bak kontak terlampir). Setelah melalui bak kontak, air dipompa menuju tangki carbon filter. Tangki carbon filter terdiri dari 3 tangki, sehingga air akan berurutan masuk melalui tangki I, tangki II dan tangki III. Carbon filter menggunakan bahan carbon filter yang berfungsi untuk menghilangkan bau. Setelah melalui carbon filter, air limbah yang telah selesai diolah ini akan dialirkan ke dua tempat, yaitu ke bak uji biologi II dan menuju ground tank. Bak uji biologi II berfungsi untuk mengetahui pengaruh air limbah olahan terhadap hewan aquatik setelah adanya pengolahan. Pada bak uji biologi II merupakan titik pengambilan sampel limbah cair outlet dengan titik koordinat S: 07 o 46’ 07.4” dan E: 110o 22’ 16.2”. Sedangkan air yang dialirkan ke ground tank, air digunakan untuk melarutkan kaporit, untuk back wash pada sand filter dan tangki carbon filter serta untuk mencuci kontainer-kontainer sampah padat.

43

Pada hari Kamis, 20 Mei 2013 kami melakukan perawatan rutin pada tangki sand filter dan tangki carbon filter, yaitu melakukan backwash. Backwash dilakukan setiap hari. Cara perawatan dari kedua tangki ini sama, yaitu menggunakan air dari ground tank, dan membuang air sisa back wash ke bak ekualisasi II untuk ikut diolah kembali. Pada saat back wash, kran diposisikan pada posisi back wash Inlet dan outlet dari proses pengolahan air limbah ditutup, sehingga air sisa back wash tidak tercampur dalam proses pengolahan air limbah. Kran inlet air dari ground tank dibuka untuk memasukkan air dan membuka kran outlet back wash untuk membuang air sisa back wash. Setelah air yang keluar jernih, kran diposisikan pada posisi service. Selain melakukan back wash pada sand filter dan carbon filter, kami juga melakukan sirkulasi lumpur aktif. Lumpur aktif yang dihasilkan dari bak sedimentasi dialirkan melalui pipa-pipa besar, ada yang dimasukkan dalam bak lumpur aktif dan ada yang dialirkan ke bak pengering lumpur. Lumpur yang dialirkan ke bak lumpur aktif selanjutnya dipompa untuk dialirkan ke bak aerasi untuk penambahan lumpur. Hal ini dimaksudkan agar kuantitas lumpur aktif pada bak aerasi tetap terjaga. Indikatornya adalah pada bak aerasi air selalu keruh, kekeruhan tersebut menandakan bak aerasi masih mengandung cukup lumpur aktif. Lumpur yang dihasilkan ada yang dipompa menuju bak pengering lumpur. Bak pengering lumpur terdiri dari 8 bak besar yang dibawahnya diisi dengan pipa drainage, koral, pasir kasar, dan pasir biasa. Lumpur

44

dimasukkan dalam salah satu bak, untuk selanjutnya dikeringkan secara konvensional, yaitu dengan bantuan sinar matahari hingga lumpur benar-benar kering. Setelah lumpur kering selanjutnya dikemas dalam kantong plastik besar dan dikelola oleh PT. Arah dengan biaya sebesar Rp 15.000,00 per kilogram. Selain dikeringkan dengan metode konvensional, lumpur juga dikeringkan dengan metode press, yaitu dengan menggunakan alat press khusus sehingga lumpur kering yang dihasilkan lebih padat. 10. Pengelolaan Limbah Padat Medis, Nonmedis, dan B3 Limbah padat medis adalah barang atau bahan buangan padat sebagai tindakan medis termasuk sampah infeksius sehingga berbahaya bagi orang yang kontak langsung atau tidak kontak langsung. Jenis sampah ini dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, kamar bersalin, UGD, dan lain-lain. Sampah infeksius berupa spuit injeksi, infus set, dressing gase, kemasan obat-obatan, jaster, tube, cup, HD set, dan lain-lain. Pengelolaan limbah padat di RSUP Dr. Sardjito secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu limbah medis, B3, dan nonmedis. Limbah medis merupakan limbah yang berasal dari sisa-sisa aktivitas medis yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit. Limbah medis masih dibagi menjadi dua, yaitu limbah medis tajam yang meliputi sisa jarum suntik, pisau bedah, dan sebagainya. Setiap bangsal yang menghasilkan limbah ini harus membuangnya pada safety box. Safety box merupakan tempat yang terbuat dari bahan kardus yang digunakan untuk menampung

45

sementara limbah medis tajam. Untuk menandai bahwa safety box membawa limbah medis maka diberi warna kuning. Limbah medis selain limbah medis tajam yaitu limbah infeksius yang meliputi masker, sarung tangan lateks, limbah anatomi, dan sebagainya. Dari setiap instalasi yang menghasilkan limbah ini harus ditampung dahulu pada plastik berwarna kuning untuk menandai bahwa limbah tersebut termasuk limbah medis. Setelah penuh, plastik diikat dengan kuat yang selanjutnya dibawa ke TPS RSUP Dr. Sardjito. Limbah-limbah rumah tangga/ nonmedis ditampung pada tempat sampah yang diberi plastik warna hitam untuk menandakan limbah tersebut bukan limbah medis. Limbah nonmedis meliputi sampah plastik, kertas, makanan, dan sebagainya. Seperti pada limbah medis, setelah penuh plastik diikat kuat untuk dibawa ke TPS RSUP Dr. Sardjito. Pada intinya, limbah medis termasuk ke dalam limbah B3, namun untuk memudahkan dalam pengelolaan maka dilakukan pemisahan antara limbah B3 nonmedis dengan limbah medis. Limbah B3 ini meliputi limbah oli, lampu bekas, baterai bekas, limbah farmasi, limbah radioaktif, dan sebagainya. Setiap instalasi yang menghasilkan limbah B3 ini juga langsung dibawa ke TPS. Pada TPS RSUP Dr. Sardjito ini dilakukan penimbangan berat limbah medis yang dihasilkan. Untuk limbah medis dan B3 dikelola oleh PT. Arah karena RSUP Dr. Sardjito tidak mampu untuk memusnahkan limbah ini sehingga dikelola oleh pihak ketiga. Setiap hari, limbah ini diangkut untuk dimusnahkan oleh PT. Arah. Untuk limbah medis dan B3 ini harganya Rp 9.000,00 per kilo berat limbah.

46

Untuk limbah nonmedis dikelola oleh Kimpraswil Kabupaten Sleman. Setiap hari dilakukan tiga kali pengangkutan limbah nonmedis oleh Kimpraswil Kabupaten Sleman. Harga limbah yang diangkut oleh Kimpraswil Kabupaten Sleman sebesar Rp 49.000,00 per m3. Fasilitas pengelolaan limbah padat medis adalah : a. Kantong Plastik 1)

Warna Kuning berlogo

: Limbah infeksius

2)

Warna Ungu

: Limbah sitotoksik

3)

Warna Hitam

: Limbah domestik

4)

Warna Merah

: Limbah radioaktif

b. Limbah benda tajam di tampung pada safety box. Jenis limbah padat nonmedis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman. Fasilitas pengumpulan limbah padat nonmedis adalah kantong plastik berwarna hitam disediakan oleh ISLRS dan kereta pengangkut khusus limbah padat non medis. Semua limbah padat nonmedis yang telah terkumpul diangkut menuju ke TPS, dilakukan 3 kali sehari. Kemudian limbah yang sudah terkumpul di TPS diangkut oleh petugas dari dinas Kimpraswil untuk dibuang ke TPA. 11. Penyediaan makanan di Instalasi Gizi Instalasi gizi dibagi menjadi beberapa bagian, meliputi: a. Ruang persiapan buah Pada ruang ini digunakan untuk mempersiapkan buah-buahan. Buah yang diterima kemudian dipotong-potong sesuai porsi. Selain

47

itu, pada ruang ini digunakan untuk menyiapkan makanan tambahan, yaitu agar-agar yang disajikan secara berkala (tidak setiap hari). b. Ruang persiapan sayur dan bumbu Pada ruang ini digunakan untuk memotong-motong sayur dan mempersiapkan bumbu. Setelah itu, sayur dan bumbu yang sudah siap didistribusikan ke ruang masak untuk disatukan dengan bahan baku yang akan dimasak. c. Ruang persiapan daging dan ikan Untuk mempersiapkan daging dan ikan yang akan diolah disiapkan pada ruangan ini. Proses persiapan daging dan ikan meliputi pencucian, pembersihan, dan pemotongan daging dan ikan yang akan diolah. d. Dapur makanan cair Ruangan ini digunakan untuk mengolah makanan bagi pasien yang tidak dapat mengkonsumsi makanan padat. Pada ruangan ini digunakan untuk mengolah makanan cair (gambar terlampir). Kandungan pada makanan cair tergantung tingkat keparahan dan karakteristik penyakit pasien. e. Dapur snack Dapur snack ruangannya berdekatan dengan dapur makanan cair. Pada ruangan ini digunakan untuk mempersiapkan snack bagi karyawan dan pasien.

48

f.

Tempat pengolahan makanan untuk pasien bangsal Pada ruang inilah merupakan ruangan utama untuk mengolah makanan bagi pasien kecuali pasien kelas VIP. Pengolahan bahan makanan pada ruangan ini meliputi pemasakan nasi, sayur, dan lauk.

g. Tempat pengolahan makanan untuk pasien kelas VIP Ruangan ini memiliki fungsi yang sama seperti tempat pengolahan makanan untuk pasien bangsal, yang membedakan hanyalah pasien yang mengkonsumsi yaitu untuk pasien VIP saja. h. Lab Boga Lab boga pada Instalasi Gizi ini digunakan untuk menjaga dan mempertahankan kualitas makanan dan minuman yang diterima hingga saat disajikan bagi pasien dan karyawan. i.

Gudang alat makan Alat makan dan alat masak yang sedang tidak digunakan disimpan di Gudang Alat Makan.

j.

Ruang pencucian alat makan pasien Pada ruangan ini digunakan untuk mencuci alat makan pasien yang telah digunakan yang selanjutnya disusun pada rak-rak untuk mengeringkan.

k. Ruang cuci panci Ruangan ini digunakan untuk mencuci panci-panci dan alat masak lainnya. l.

Ruang pendingin Ruangan ini terdiri dari dua bagian, pada bagian pertama yaitu cooling dengan suhu 7oC-10oC yang digunakan untuk menyimpan

49

bahan makanan berupa sayur mayur. Bagian kedua yaitu freezing dengan suhu -5oC-(-10oC). Ruang ini juga senantiasa dilakukan pengecekan suhu pada pagi (04.30), siang (12.00), dan malam hari (19.00). m. Loket pengambilan bahan makanan kering Loket ini digunakan untuk menyortir bahan makanan yang akan digunakan oleh setiap ruangan yang membutuhkan bahan makanan untuk diolah. n. Ruang pengemasan Pintu masuk instalasi gizi terdapat tirai pembatas yang terbuat dari plastik tebal. Tujuan dipasang tirai tersebut adalah untuk menjaga suhu dan kelembaban, karena ruangan tidak dilengkapi dengan alat pendingin (AC). Sebelum memasuki dapur pengolahan makanan, terdapat batas area bersih dimana orang yang akan memasuki dapur diwajibkan mencuci tangan dan menggunakan celemek, penutup kepala dan menggunakan alas kaki yang telah disediakan. Bahan makanan yang telah diterima harus segera diolah, jika bahan makanan masih bersisa harus disimpan di ruang pendingin. Setiap harinya, didata jumlah penerima makanan karena dimungkinkan ada pembatalan pemesanan makanan karena pasien telah pulang atau penambahan pesanan makanan. Pendataan pemesanan dan pembatalan tersebut dilakukan secara online.

50

12. Instalasi Binatu Pada instalasi binatu terdapat 30 karyawan terdiri kepala, penanggung jawab, dan anak buah. Linen yang diolah per hari sekitar 2 ton, dimana setiap pekerja menyelesaikan rata-rata 75 kg linen. Administrasi registrasi linen kotor dilakukan mulai pukul 06.00-10.00. Linen diantar oleh petugas dari setiap bangsal menggunakan troli strip merah menuju loker penerimaan. Selanjutnya, dilakukan penimbangan, pencatatan dan pemisahan linen. Pemisahan dilakukan berdasarkan tingkat

kekotoran,

warna

dan

jenis

linen.

Kemudian

dilakukan

penimbangan ulang untuk menyesuaikan kapasitas mesin. Selanjutnya linen dicuci dengan pemisahan antara linen infeksius dan non infeksius. Untuk linen yang infeksius dicuci menggunakan mesin cuci khusus. Kemudian dilakukan pemerasan dan pengeringan. Setalah kering, linen bersih disetrika dan dilipat (disortir). Penyetrikaan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu flat work ironer, press dan setrika tangan. Selanjutnya linen bersih dilipat dan disimpan dalam almari. Kemudian linen bersih siap didistribusikan oleh petugas dengan menggunakan troli strip biru. Linen bersih didistribusikan mulai pukul 12.30-14.00. Troli linen kotor dan troli linen berish tidak boleh berada dalam satu jalan. Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan penjadwalan linen masuk (linen kotor) dan linen keluar (linen bersih). Troli yang sudah digunakan untuk mengangkut linen kotor didesinfeksi menggunakan klorin 0,05%.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Penyediaan air bersih di RSUP Dr. Sardjito a. Pemeriksaan sisa klor dan pH dikakukan setiap pagi. b. Pemantauan penggunaan air bersih dilakukan setiap pagi. c. Pembubuhan kaporit dilakukan setiap hari dengan kadar 70%. d. Perawatan instalasi pengolahan air bersih dilakukan dengan cara back wash dan pembilasan pada media filter sesuai jadwal. 2. Desinfeksi ruangan di RSUP Dr. Sardjito a. Desinfeksi ruangan dilakukan dengan metode pengabutan dengan desinfektan Hexaquart. b. Desinfeksi ruangan dilakukan secara terjadwal atau jika ada permintaan dari unit yang membutuhkan. c. APD yang digunakan meliputi masker full face, sarung tangan karet, dan pakaian pelindung. 3. Instalasi pengolahan air limbah di RSUP Dr. Sardjito a. Pengolahan air limbah diolah dengan metode lumpur aktif. b. Perawatan instalasi pengolahan air limbah dilakukan dengan cara back wash pada media filter setiap hari. 4. Pengelolaan sampah padat di RSUP Dr. Sardjito

51

52

a. Pengelolaan sampah padat dibagi menjadi limbah medis tajam, medis infeksius, B3 nonmedis, dan limbah nonmedis. b. Limbah medis tajam, medis infeksius, dan B3 nonmedis dikelola oleh PT. Arah. c. Limbah nonmedis dikelola oleh Kimpraswil Kabupaten Sleman. 5. Pengawasan dan Pemantauan Lingkungan Fisik (PPLF) di RSUP Dr. Sardjito. a. Pengawasan dan pemantauan lingkungan fisik yang dilakukan meliputi suhu basah, suhu kering, kelembaban, kebisingan, dan pencahayaan. b. Pengawasan dan pemantauan lingkungan fisik dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu a. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilakukan dalam dua tahap yaitu survey lokasi dan tindakan. b. Pengendalian dilakukan bila ada permintaan dari unit-unit yang membutuhkan. 7. Instalasi binatu dan instalasi gizi di RSUP Dr. Sardjito a. Instalasi binatu dibagi menjadi clean area dan dirty area. b. Troli kotor dengan kantong strip merah dan troli bersih dengan kantong strip biru. c. Pengolahan pangan VIP dan bangsal dilakukan secara terpisah. d. Bahan makan yang diterima segera diolah, maksimal 1 kali 24 jam.

53

B. Saran 1. Peralatan penunjang yang digunakan perlu ditambah, guna memperlancar aktivitas kerja di RSUP Dr.Sardjito. 2. Memberi teguran terhadap karyawan yang tidak menggunakan APD secara lengkap untuk menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan. http://arsip.ugm.ac.id/buletindetil.php?id=79 diakses tanggal 6 Juni 2013 http://sardjitohospital.co.id/index.php?action=generic_content.main&id_gc=3 diakses tanggal 6 Juni 2013

iii

LAMPIRAN

1.

Penyediaan Air Bersih

Gambar 1.1 Pemeriksaan Sisa Chlor dan pH

Gambar 1.3 Penambahan Kaporit

Gambar 1.5 Pemeliharaan Air Bersih

Gambar 1.2 Pemeriksaan Meteran dan Debit

Gambar 1.4 Desinfeksi Ruangan

2. Pengelolaan Limbah Cair

Gambar 2.1 Perawatan Pengelolaan Limbah Cair

Gambar 2.3 Penambahan Lumpur pada Bak Aerasi

Gambar 2.2 Pengolahan Limbah Cair

Gambar 2.4 Pengeringan Lumpur

3. Pengelolaan Sampah

Gambar 3.1 Pengelolaan Sampah Medis

Gambar 3.2 Alur Pengelolaan Limbah Padat Non Medis

4. Pemantauan Lingkungan Fisik

Gambar 4.1 Pengukuran Pencahayaan

Gambar 4.3 Pengukuran Kebisingan

Gambar 4.2 Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Gambar 4.4 Formulir Inspeksi Sanitasi Lingkungan

5. Pengendalian Vektor

Gambar 5.1 Survei Lokasi

Gambar 5.3 Pelumuran Larutan Prevail

Gambar 5.2 Pembersihan Lokasi

Gambar 5.4 Treatment Rayap

6. Penyehatan Makanan Minuman

Gambar 6.1 Ruang Persiapan Daging dan Ikan

Gambar 6.2 Ruang Persiapan Buah

Gambar 6.2 Dapur Snack

Gambar 6.4 Dapur VIP

Gambar 6.6 Gudang dan Ruang Pemeliharaan Alat

Gambar 6.3 Dapur Cair

Gambar 6.5 Laboratorium Boga

Gambar 6.7 Loket Pengambilan Bahan Makanan Kering

7. Penyehatan Tempat Pencucian Linen (Laundry)

Gambar 7.1 Alur Kerja Instalasi Binatu

Gambar 7.3 Ruang Pemisahan dan Penimbangan Linen

Gambar 7.6 Penyetrikaan Linen Bersih

Gambar 7.2 Penerimaan Linen Kotor

Gambar 7.4 Pencucian Linen

Gambar 7.7 Ruang Distribusi

8. Jadwal Pengurasan Bak di Pengolahan Limbah Cair

9. Jadwal Pengecekan Pompa Limbah Cair Tahun 2012

10. Jadwal Pengecekan Pompa Limbah Cair Tahun 2013

11. Blanko dan Jadwal Pemantauan Kualitas Air Bersih

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bar screen Inlet Grit chamber Bak ekualisasi I Bak ekualisasi II Bak aerasi I

Keterangan : 7. 8. 9. 10. 11. 12.

10

4

2

3

5

1

Bak aerasi II Bak aerasi III Bak sedimentasi I Bak pengering lumpur Bak sedimentasi II Bak uji biologi I

6

7

13. 14. 15. 16. 17. 18.

16 15

13

14

Sand filter Bak desinfeksi Bak kontak Carbon filter I Carbon filter II Carbon filter III

17

18

11

12

21

9

8

22

DIAGRAM ALIR PROSES INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

19. 20. 21. 22. 23.

23

20

Bak uji biologi II Outlet Ground tank Bak pelarut kaporit Back wash

19

RSUP DR SARDJITO

DIAGRAM ALIR PENYEDIAAN AIR BERSIH SISTEM II

RSUP DR SARDJITO

DIAGRAM ALIR PENYEDIAAN AIR BERSIH SISTEM I

Akhir (TPA)

Tempat Pembuangan

(indoor & Outdoor)

Unit penimbul

limbah padat non medis

pelapis warna hitam)

Perumahan

Dinas PU dan

(Kontainer)

Tempat penampungan sampah

menggunakan kereta angkut khusus

(TPS) dengan kantong

Pengangkutan oleh

Pengangkutan oleh cleaning service

Bak sampah non medis

RSUP DR SARDJITO

ALUR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS

rekomendasi

Pembuatan laporan dan

kegiatan

distribusi laporan hasil

Pengolahan data

lembar kerja

sesuai jadwal

Sosialisasi / atau

Persiapan alat dan

Program rutin

RSUP DR SARDJITO

Rekapitulasi data

ruangan di lembar kerja

Permintaan ttd petugas

kebisingan

kelembaban, pencahayaan dan

Pelaksanaan/pengukuran suhu,

ALUR PEMANTAUAN LINGKUNGAN FISIK (SUHU, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN)

Pelaksanaan desinfeksi ruangan

ruangan di lembar kerja

Pengisian Lembar Kerja

Permintaan ttd petugas

lembar kerja

jadwal/laporan dari

unit

Persiapan alat dan

Program rutin sesuai

RSUP DR SARDJITO

ALUR PELAKSANAAN DESINFEKSI RUANGAN

rekomendasi

Pemberian

pengendalian serangga dan binatang pengganggu

lembar kerja

bahan

petugas ruangan di

Lembar Kerja

unit

Persiapan alat dan

Pelaksanaan

dan pengisian

jadwal/laporan dari

Permintaan ttd

Survey pendahuluan

Program rutin sesuai

RSUP DR SARDJITO

ALUR PELAKSANAAN PENGENDALIAN SERANGGA DAN BINATANG PENGGANGGU

Medivest

Pemusnahan oleh PT

IRNA, penunjang)

Unit penimbul (IRJ,

pihak ketiga (PT Arah)

Pengangkutan oleh

box

Safety box/ sharp

RSUP DR SARDJITO

medis tajam (kontainer khusus)

Tempat penyimpanan sementara limbah

limbah medis tajam

menggunakan kereta angkut khusus

Pengangkutan oleh cleaning service

ALUR PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAJAM

Medivest

Pemusnahan oleh PT

pihak ketiga (PT Arah)

Pengangkutan oleh

IRNA, Penunjang)

Unit penimbul (IRJ,

khusus)

limbah padat medis (container

Tempat penyimpanan sementara

plastik warna kuning)

(model injak vol 10 lt dilapisi

Bak sampah medis di ruangan

5 lt dilapisi plastik warna kuning)

pengobatan (ember tertutup vol

Bak sampah medis di troli

RSUP DR SARDJITO

padat medis

angkut tertutup khusus limbah

service menggunakan kereta

Pengangkutan oleh cleaning

model injak vol 50 lt)

sementara) limbah padat medis

TPS (tempat penampungan

ALUR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF