Laporan Riset PT. SBK Kalteng
October 10, 2017 | Author: Tiar Sims | Category: N/A
Short Description
Laporan Riset PT. SBK (HPH) Kalteng...
Description
Laporan Tim Riset Lapangan Gambaran Umum Riset Sasaran perusahaan : Areal konsesi PT. Sari Bumi Kencana (SBK) Waktu pelaksanaan : Tgl. 8 – 15 Mei 2011 Tujuan riset : Identifikasi bentuk-bentuk deforestasi & degradasi hutan Tim riset : 1. Aryo Nugroho W. 2. Dhany Lokasi Riset : 1. Desa Tumbang Hiran, kec. Marikit, kab. Katingan 2. Desa Kajamai, kec. Bukit Raya, kab. Katingan Sumber Informasi : 1. Bapak Oscar (Damang kec. Marikit) 2. Bapak Jonang (Kepala desa Kajamai) 3. Bapak Joniver (Tokoh pemuda desa Kajamai) Hasil Riset Lapangan 1. Profil perusahaan PT. Sari Bumi Kencana (PT.SBK) a. Latar belakang PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) adalah sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak pada industry pengolahan kayu (industry kehutanan) dan merupakan salah satu anak perusahaan Alas Kusuma Group. Alas Kusuma Group adalah salah satu perusahaan pengelohan kayu terbesar (holding company) di Indonesia sejak tahun 1962 yang menguasai ±750.000 ha areal konsesi di Kalimantan dan dapat menghasilkan 600.000 m3 kayu olahan per tahunnya. Selain PT. SBK, Alas Kusuma Group sendiri sedikitnya memiliki 4 perusahaan pengelola konsesi HPH lainnya, yaitu : PT. Suka Jaya Makmur, PT. Wanaokan Hasilindo, PT. Narkata Rimba, dan PT. Balayan River Timber. PT. SBK memulai usaha pengolahan kayunya pada tahun 1978 berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 559/KPTS/UM/II/1978 tertanggal 14 November 1978 dan addendum No.666/Kpts/UM/10/1979 tanggal 16 Oktober 1979. Atas keputusan ini, PT. SBK mendapat Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 270.000 ha dengan jangka waktu 20 tahun atau sampai dengan tahun 1998. Areal konsesi tersebut dibagi dalam 2 blok yang berada di wilayah Kalimantan Tengah, yaitu blok I (Blok Seruyan) yang meliputi areal hutan sungai Seruyan Hulu dan Katingan Hulu yang masuk dalam
wilayah kabupaten Seruyan dan Katingan dan blok II (Blok Delang) yang meliputi areal hutan sungai Delang dan Jelai Hulu yang masuk wilayah kabupaten Kotawaringin Barat. Selanjutnya, setelah berakhirnya HPH pada tahun 1998, PT. SBK kembali diberikan perpanjangan HPH oleh pemerintah melalui SK Menteri Kehutanan No. 201/KPTS-II/1998 tertanggal 27 Pebruari 1998. Total luasan areal yang dimiliki PT. SBK kali ini sebesar 208.300 ha dengan jangka waktu 70 tahun atau sampai dengan tahun 2068. Dengan rincian 147.600 ha di Blok Seruyan dan 60.700 ha di Blok Delang. Batas areal konsesi PT. SBK di wilayah Kalteng, sebelah utara berbatasan dengan hutan lindung; sebelah timur dengan Taman Nasional Bukit Raya; sebelah barat dengan areal konsesi HPH PT. Erna Djuliawati; dan sebelah selatan berbatasan dengan areal konsesi HPH PT. Meranti Mustika dan sebagian areal konsesi PT. Erna Djuliawati. b. Sekilas tentang keadaan perusahaan Saat ini kepemilikan saham terbesar PT. SBK dipegang oleh keluarga Susanto (60%), yaitu : Nani Susanto (20%), Amin Susanto (20%), dan Iwan Susanto (20%). Sedangkan secara perseorangan saham terbesarnya dipegang oleh Suhadi (26%). Kantor pusat PT. SBK berada di Jl.Balikpapan Raya 14, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Jakarta. Sedangkan untuk kantor perwakilan/cabangnya berada di Jl. Adisucipto, Km. 5, 3, kecamatan Sungai Raya, kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat Sementara lokasi pabrik pengolahan kayu PT. SBK sendiri terletak di desa Kuala Dua dan desa Kumpai, kecamatan Sungai Raya, kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Perusahaan ini berdiri tahun 1988 berdasarkan ijin dari pemerintah melalui Menteri Perindustrian (Kepmen Nomor : 620/KW.14/AI.1806.01 /IUT IV/88, tanggal 21 April 1988), Kepala BKPM (Keputusan Nomor : 60/T/Kehutanan/1989, tanggal 6 April 1989) dan Menteri Kehutanan (Kepmen Nomor : SK.4024/Menhut-VI/BPPHH/2006, tanggal 11 September 2006). Produk olahannya berupa kayu lapis (plywood), kayu gergajian (sawn timber), dan kayu cetakan (moulding). Kapasitas produksi dari masingmasing produk tersebut adalah 64.000 m 3 dari total kapasitas terpasang 83.000 m3 untuk plywood, 74.000 m3 dari total 96.200 m 3, dan 10.800 m3 dari total 14.040 m3 untuk Moulding. Produk-produk ini
diorientasikan untuk memenuhi pasar luar negeri (eksport) dengan tujuan utama Jepang, China, dan negara-negara di Amerika Utara. Saat ini PT. SBK mempekerjakan sedikitnya 1400 karyawan dengan rata-rata tingkat pendidikan lulusan SLTA dimana sebagian besar tenaga kerjanya berasal luar Kalimantan dan hanya sebagian kecil yang berasal dari warga desa sekitar areal perusahaan di Kalbar dan Kalteng. Tenaga kerja tersebut mayoritas terkonsentrasi di barak penampungan yang terletak di camp 35.
2. Gambaran umum daerah di sekitar area HPH PT.SBK (desa Kajamai, kec Bukit Raya, kabupaten Katingan, propinsi Kalimantan Tengah) a. Keadaan Geografis Secara geografis, desa Kajamai terletak pada titik koordinat S 000 56’28,9” dan E 112015’09,1” dengan ketinggian 117 m dpl (di atas permukaan laut). Kontur umum daratannya berupa perbukitan dengan tingkat kesuburan tanah yang subur. Lebatnya pepohonan yang tumbuh di sekitar desa Kajamai menjadikan daerah ini masuk dalam kawasan hutan lindung yang seharusnya dijaga kelestariannnya. Namun, sebagian besar wilayah desa telah masuk dalam areal konsesi HPH milik PT. SBK sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 2068. Desa Kajamai juga terletak di sepanjang aliran sungai, yaitu sungai Senamang, Sungai Senamang yang berada di desa Kajamai sendiri merupakan aliran hulu dari sungai Katingan dengan lebar ± 25 m dan kedalaman antara 5 - 10 m. Karakter khusus sungai Senamang ini diantaranya : aliran airnya deras, jalurnya berbelok-belok, banyak terdapat riam/jeram (± 6 ada riam besar & kecil), dan banyak batuan dengan ukuran beragam. Sungai ini hanya bisa dilalui pada saat air pasang saja sebab jika musim kemarau atau air surut banyak perahu warga yang tidak bisa jalan lantaran airnya dangkal. Tapi sejak 2-3 tahun terkahir, pasang atau surutnya air sungai tidak bisa diprediksikan lagi dengan tepat karena kondisi cuaca atau iklim yang sering berubah tanpa ada kepastian waktunya. Hal ini juga yang mempengaruhi tingkat mobilitas warga desa Kajamai. Mengingat selama ini sungai masih menjadi bagian vital bagi kehidupan masyarakat desa, baik sebagai jalur transportasi utama maupun sebagai tempat mencari nafkah sehari-hari.
Gambar 1 : Ladang-ladang yang dibuka warga di pinggir sungai Senamang
Di sepanjang aliran sungai banyak ditumbuhi berbagai pepohonan besar dan kecil serta menjadi habitat dari berbagai macam satwa. Dimana sebagian dari areal pinggir sungai tersebut banyak dipakai oleh warga untuk membuka ladang – ladang pertanian sebagai sandaran hidup keluarga.
Gambar 2 : Ladang-ladang yang dibuka warga di pinggir sungai Senamang
Selain itu, di sepanjang sungai ini juga banyak ditemukan para penambang emas tradisional yang berasal dari berbagai tempat. Kebanyakan dari mereka juga membuat rumah-rumah semi permanen sebagai tempat tinggal sementara di pinggiran sungai Senamang. Penambang emas tradisional ini juga banyak ditemukan di sepanjang sungai Katingan dan sungai Samba.
Gambar 3 : aktivitas paradesa penambang emasmasuk tradisional di Secara administrative, Kajamai dalam kecamatan Bukit sepanjang sungai Raya, kabupaten Katingan. Kecamatan Bukit Raya sendiri merupakan kecamatan baru atau daerah pemekaran dari kecamatan Katingan Hulu sejak tahun 2007 dengan ibu kota kecamatannya desa Kajamai. Desa Kajamai termasuk dalam salah satu desa binaan PT. SBK bersama dengan desa Tanjung Batik, desa Karuei, dan desa Tumbang Kaburai.
Gambar 4 : Rumah yang juga merangkap sebagai kantor Kepala Desa Kajamai
Desa Kajamai terletak 120 km dari ibukota kabupaten Katingan yang hanya dapat ditempuh melalui jalur transportasi air dengan menggunakan speed boat atau perahu klotok dari Tumbang Samba (ibu kota kecamatan Katingan Tengah). Berikut rincian perjalanan menuju desa Kajamai : Rute Palangkara ya – Tb. Samba
Sarana transportasi
Waktu tempuh
Biaya
Keterangan
Darat : - Sepeda motor
± 4 jam ± 3 jam
± 6 - 8 liter Rp. 80.000
-----
Tb. Samba – kec. Marikit (Tb. Hiran)
- Travel Air - Taksi air Darat : - Travel
Marikit Senamang
Air - Taksi air
Senamang – Tb Kajamai Tb Kajamai - Kaburai
Air - Klotok Air : - Klotok
±4–5 jam
@ Rp 70.000
Sehari cuma sekali & berangkat pkl 06.00
@ Rp 100.000
Berdasar ada/tidaknya penumpang
±2-3 jam
@ Rp 50.000
±3-4 jam
@ Rp 100.000
Tempat istirahat klotok Tujuan terakhir dari klotok/speed boat.
±1-2 jam
@ Rp. 500.000
± 2-3 jam
Harus carter klotok
b. Keadaan Sosial dan Budaya Jumlah penduduk dan persebarannya Jumlah penduduk desa Kajamai terakhir sebesar 697 jiwa dan tergabung dalam 186 KK. Jumlah penduduk ini tersebar dalam 4 (empat) RT yang letaknya saling berdekatan atau terkonsentrasi dalam satu kawasan. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Namun, secara umum kuantitasnya relatif berimbang. Jumlah penduduk lakilaki 380 jiwa sedangkan perempuannya sebesar 317 jiwa. Mayoritas penduduk desa tersebut merupakan penduduk asli yang telah lama menetap di desa Kajamai, sangat sedikit sekali warga pendatangnya. Alasan utama warga pendatang yang menetap di desa Kajamai biasanya karena penempatan kerja atau karena pernikahan dengan warga setempat. Secara umum, pergerakan jumlah penduduk di desa Kajamai bisa dikatakan berjalan stagnan atau tidak menunjukkan penambahan dan pengurangan yang berarti. Artinya, jumlah penduduk desa Kajamai relatif tetap. Meskipun desa Kajamai merupakan ibukota dari kecamatan Bukit Raya. Hal ini disebabkan antara lain oleh : tingkat pembangunan (khususnya sarana publik) di desa Kejamai yang berjalan lamban; sempitnya lapangan kerja; tidak adanya sumber penghidupan (pertanian, perkebunan,dsb) yang bisa menjadi sandaran hidup sehari-hari; dan mahalnya harga-harga barang kebutuhan hidup. Alasan-alasan tersebut merupakan pendorong utama warga untuk merantau ke
tempat lain dengan tujuan dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup keluarganya. Suku bangsa yang ada Mayoritas suku bangsa yang mendiami desa Kajamai adalah suku bangsa Dayak dengan sub suku Dayak Katingan. Berikutnya disusul oleh suku bangsa Jawa, Banjar, dan Batak. Sedangkan untuk bahasa atau dialek yang digunakan sehari-hari oleh warga ialah bahasa Dohoi. Selama ini, kerukunan antar suku bangsa di desa Kajamai selalu terjaga dengan baik. Perselisihan yang sempat muncul di masyarakat dapat diselesaikan dalam ikatan tali persaudaraan yang kuat antar sesame suku bangsa dan didasarkan atas hukum adat yang masih dipegang erat oleh warga setempat. Pemberian sanksi berupa pembayaran denda (jipen) bagi pihak yang bersalah dapat dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab tanpa ada rasa permusuhan atau balas dendam. Semangat persatuan dengan dasar anggapan bahwa semua suku bangsa adalah saudara betul-betul dijaga dan dipegang erat oleh seluruh warga desa Kajamai untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan hidup dalam sebuah masyarakat yang heterogen. Sarana dan prasarana umum Ketersediaan sarana umum untuk menunjang peningkatan kesejahteraan hidup warga desa selama ini terasa sangat minim dan terbatas. Berikut gambarannya : Fasilitas
Pendidikan
Tempat ibadah Kantor pemerintah an
Bentuk - SD - SLTP & SLTA - Gereja - Balai Basarah - Masjid/mushol la - Kecamatan
Jumla h 1 buah --------1 buah
- Kelurahan
---
Transportasi
- Dermaga - Taksi air
1 buah 1 kali
Kesehatan
- Polkesdes
1 buah
Keterangan ----tersedia di
Hanya Tumbang Samba Warga biasanya beribadah di rumahnya masing-masing atau di rumah salah satu warga Jarang ditempati/camat jarang berada di tempat. Pernah ada bantuan dari PT. SBK tapi kemudian dijual kades sebelumnya ----Baru setahun ini ada sarana taksi air -----
Gambar 5 :Bangunan SDN 1 desa Kajamai (satu-satunya fasilitas pendidikan yang ada di desa ini
Agama & kepercayaan Gambar tempat Posyandu yang adalah berada satu tempatyang dengan Agama6 : Hindu Kaharingan ajaran banyak dipeluk oleh rumah kepala desa warga desa Kajamai. Penganut agama Hindu Kaharingan berjumlah 46% dari total penduduk desa atau sebesar 320 orang. Agama selanjutnya yang dipeluk warga adalah Kristen Protestan dan Katolik. Jumlah masing-masing pemeluk agama ini adalah 6% atau 41 orang untuk katolik dan 5% atau 34 orang untuk Kristen Protestan. c. Keadaan Ekonomi (mata pencaharian) Sumber ekonomi utama warga desa didapatkan dari berladang dan berkebun. Untuk menambah pemasukan beberapa warga desa juga mengembangkan system peternakan dan perikanan di sekitar tempat tinggalnya. Metode pertanian yang dikembangkan masih bersifat tradisional dengan menggunakan sistem ladang berpindah atau sistem tanam tinggal. Komoditas tanaman ladangnya adalah rotan, pantung, karet, padi, dan jelutung. Dimana rotan sempat menjadi andalan utama
warga dan menjadikan kabupaten Katingan sebagai salah satu penghasil rotan terbesar di Indonesia. Tapi dalam perkembangannya sekarang rotan tidak lagi menjadi andalan karena tingkat harga yang terus menurun akibat permainan harga para tengkulak. Hal ini yang menyebabkan banyak warga beralih profesi untuk mencari sumber penghidupan lain, seperti : jadi penambang emas tradisonal dan cari pekerjaan di tempat lain. Selain jatuhnya harga jual rotan, persoalan tentang cuaca yang tidak menentu dan terus menurunnya jumlah luasan tanah yang dimiliki warga merupakan faktor lain yang menyebabkan pendapatan warga menjadi terbatas (hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari) dan bahkan sering kekurangan. Artinya, keterbatasan warga untuk dapat mengakses tanah-tanah di sekitar sungai atau dalam kawasan hutan untuk bercocok tanam telah menjadi ancaman tersendiri untuk dapat bertahan hidup. 3. Tanggapan umum warga atas keberadaan PT. Sari Bumi Kusuma (SBK) (simpulan hasil wawancara dengan Bp. Jonang -Kades Kajamai-; Bp. Joniver - Pengurus PNPM desa- ; Bpk Suratman –Warga-; Bpk Raji -Warga-) a. Pandangan awal terhadap perusahaan Keinginan utama warga atas adanya perusahaan (PT.SBK) ialah dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dengan tetap menjaga kelestarian alam dan menghormati hak-hak masyarakat adat. Keinginan ini diwujudkan dalam hal terbukanya kesempatan yang luas bagi warga untuk bekerja di perusahaan, dapat membantu pembangunan infrastruktur di desa, membuka akses transportasi darat untuk memudahkan mobilitas, tidak mencemari sungai dan sumber air warga, serta menjaga kelestarian hutan di sekitar areal desa. Hal di atas seakan dapat mudah terealisasi dengan masuknya desa Kajamai sebagai salah satu desa binaan PT. SBK. Di samping itu, monitoring dan penilaian atas kinerja PT. SBK terhadap warga desa binaannya juga sering dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari pemerintah, kalangan LSM/NGO maupun dari pihak sertivikasi sendiri. Dimana semua pihak ini berasal dari tingkat lokal/daerah, nasional, dan internasional. Jika dilihat dari kapasitas berbagai pihak tersebut, maka harapan warga untuk dapat hidup lebih baik bukanlah sesuatu yang sulit diwujudkan atau dapat segera dirasakan warga. Hal ini juga berarti bahwa berbagai
bentuk pelanggaran yang terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan diselesaikan dengan baik. b. Upaya yang dilakukan perusahaan terhadap warga desa Kajamai Berikut beberapa upaya yang dilakukan perusahaan (PT. SBK) selama ini terhadap warga desa Kajamai yang dirasa sedikit menguntungkan : 1. Pembukaan jalur darat (via jalan operasional perusahaan) yang dapat menghubungkan ke wilayah Kalimantan Barat. 2. Penyediaan mobil angkutan antar jemput warga untuk dapat berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari. Angkutan antar jemput ini hanya disediakan sebulan sekali (tiap tgl. 28) dengan tujuan desa Nanga Nuak Kalbar dan merupakan sarana angkutan yang juga berlaku bagi warga desa Tanjung Batik dan Kaburai. 3. Pembangunan fasilitas kantor desa 4. Membantu pembangunan sekolah dasar dan memberikan gaji bagi tenaga pengajar honorer. Sedangkan tindakan pelanggaran terhadap hak-hak masyarakat adat atau aktivitas perusakan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan diantaranya : 1. Banyak tempat yang menjadi sumber mata air (sepan) yang ditutup perusahaan karena masuk dalam areal konsesinya. 2. Air sungai menjadi keruh karena banyak dibukanya jalan-jalan operasional baru oleh PT. SBK sehingga jumlah tangkapan ikan menjadi menurun dan bahkan ada beberapa jenis ikan yang sekarang langka ditemukan. 3. Tidak menyelesaikan pembangunan jembatan (jalan tembus) warga. 4. Melakukan pembuangan limbah pengolahan ke sungai . 5. Melakukan penebangan di luar areal blok RKT (rencana kerja tahunan). 6. Banyaknya lahan-lahan warga yang diserobot tanpa proses ganti rugi atau negosiasi dengan pemilik sebelumnya. 7. Berkurangnya keanekaragaman satwa yang berada di kawasan hutan. 8. Tidak segera membuat jalan tembus yang dapat menghubungkan jalur tranportasi antar desa. 9. Tidak mendukung program PNPM mandiri di desa. 10. Membatasi akses warga untuk beraktivitas di lahan mereka yang masuk areal konsesi. Dari penuturan warga di beberapa tempat menyebutkan bahwa perilaku PT. SBK terhadap desa-desa binaannya cenderung tidak merata atau timpang serta tidak serius menjalankan program-program pemberdayaan masyarakatnya. Kesan lain yang muncul selama ini
adalah desa-desa binaan yang berada di Kalbar lebih ‘diperhatikan’ daripada desa binaan di wilayah Kalteng.
Hal ini berarti istilah desa binaan yang selama ini disematkan terhadap beberapa desa di sekitar PT. SBK merupakan slogan atau formalitas semata. kenyataannya tidak adayang peningkatan tarafoleh kehidupan Gambar Sebab 7 : Bangunan jembatan penghubung tidak diselesaikan PT. SBK di desa Kajamai yang dirasakan warga selama PT. SBK beroperasi di sekitar tempat tinggal mereka. Termasuk di dalamnya berbagai aktivitas monitoring, evaluasi, audit, sertivikasi, dan aktivitas pemantauan lainnya yang dilakukan berbagai pihak terasa hambar dan kental aroma formalitasnya. Sebab, bukannya peningkatan kualitas kinerja yang dapat dilihat warga, melainkan
warga hanya berperan sebatas sebagai obyek penelitian atau sekedar menjadi testimoni semata tanpa merasakan adanya tindakan – tindakan pengelolaan yang konkrit secara bertahap dan berkelanjutan. c. Sikap dan tindakan warga terhadap perusahaan Atas tindakan sewenang-wenang yang dilakukan perusahaan terhadap warga desa selama ini telah banyak melahirkan rasa kecewa yang mendalam. Warga merasa tidak mendapatkan keuntungan apapun selama perusahaan berada di sekitar desanya. Bahkan, perusahaan dinilai telah mendatangkan banyak kerugian dan penderitaan bagi warga. Sebenarnya pihak pemerintah desa melalui kepala desa telah banyak melakukan upaya desakan kepada perusahaan agar memperhatikan nasib dan kepentingan warga, diantaranya adalah : 1. Meminta bantuan mesin pompa air agar warga mendapat air bersih bagi kebutuhan hidup sehari-hari lantaran air sungai yang ada sudah kotor dan tercemar sehingga tidak bisa lagi dikonsumsi. 2. Meminta bantuan bahan bakar (solar) untuk penerangan bagi pelajar SD saat mempersiapkan ujian. 3. Meminta bantuan/sumbangan untuk peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. 4. Meminta dibukanya kesempatan kerja bagi warga setempat. Dari keempat permintaan bantuan di atas, tidak ada satu pun yang direalisasikan oleh perusahaan. Padahal ajuan tersebut ditujukan untuk kepentingan bersama warga dan bukan untuk keperluan orang per orang. Dasar permintaan bantuan ini disebabkan oleh keadaan dari sebagian warga yang memang serba kekurangan. Akibat semua yang sebelumnya dapat mudah didapatkan warga (utamanya hasil hutan) lambat laun mulai menghilang atau sangat terbatas jumlahnya. Salah satu permintaan yang tidak dikabulkan dan semakin menambah kekecewaan warga desa Kajamai adalah bantuan mesin pompa air. Mengingat peran air bersih sangat vital bagi kehidupan sehari-hari, maka desakan untuk mendapat sumber air bersih sebenarnya menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi. Secara nyata, perusahaan (PT.SBK) telah banyak melakukan penutupan dan pencemaran terhadap sumber-sumber mata air warga (sepan). Tapi tidak ada rasa tanggung jawab sedikit pun untuk menggantinya. Sampai datangnya permintaan warga, perusahaan pun tetap tutup mata dan merasa seakan tidak memandang penting perihal tersebut. Pembangunan kantor desa dan bantuan pembelian atap (seng) untuk SD adalah dua bentuk bantuan perusahaan yang dapat dilihat oleh
warga desa selama ini. Khusus untuk kantor desa, kepala desa sekarang (sejak tahun 2007) tidak dapat lagi menikmati fasilitas tersebut karena kantor desa tersebut telah dijual oleh kepala desa sebelumnya. Tapi sampai saat ini tidak ada tindakan atau respon apapun dari warga maupun kepala desa yang baru untuk coba meminta pertanggungjawaban dari kepala desa sebelumnya. Saat persoalan ini coba dikonfirmasi, tidak ada alasan yang terang kenapa warga dan kepala desa tidak juga menyelesaikan soal ini. Walau yang bersangkutan sampai sekarang juga tetap tinggal di desa Kajamai. Pihak perusahaan pun tidak mau peduli karena merasa bukan tanggungjawabnya dan menganggap bahwa dia sudah membantu. Jadi jika timbul masalah seperti demikian, maka pihak perusahaan tidak mau ikut campur. d. Harapan dan keinginan warga Secara umum harapan warga desa Kajamai adalah mendapatkan peningkatan kesejahteraan hidup yang dibarengi dengan bertambahnya tingkat ilmu pengetahuan. Salah satu indikasinya ialah tersedianya pembangunan sarana dan prasarana publik (seperti: fasilitas pendidikan, kesehatan, dan transportasi) secara berkelanjutan. Tanpa menggangu dan merusak tatanan kebudayaan yang ada serta senantiasa menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Untuk itu diperlukan perhatian yang serius dari pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggungjawab menangani masalah ini. Walau sebagian besar warga sudah menaruh rasa pesimis terhadap kinerja pemerintah, tapi harapan itu saat ini masih disandarkan pada mereka. Tindakan untuk benar-benar mengedepankan kepentingan rakyatnya, teguh membela kebenaran dan berani menindak segala yang salah merupakan idaman setiap warga kepada pemerintahnya dan bukan yang selama ini dilihat dan dirasakan warga. Yaitu, Pemerintah menjadi pihak terdepan dalam penyelesaian soal yang menyangkut perusahaan dan bertindak paling belakang dan bahkan merasa tidak tahu jika muncul soal yang menyangkut hajat hidup rakyatnya yang secara terang-terangan ditindas dan ditekan perusahaan. Semua itu memang hanya dapat dibuktikan dalam perkembangannya ke depan. Apakah harapan & keinginan warga desa Kajamai tersebut dapat segera diwujudkan pemerintah atau sebaliknya. Jika pun tetap saja seperti selama ini yang terjadi maka warga pasti punya cara sendiri untuk mempertahankan dan memperjuangkan hak-haknya yang dirampas dengan caranya sendiri tanpa mengharap bantuan yang selama ini tidak juga bisa diharapkan.
4. Kesimpulan & rekomendasi a. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan wawancara dengan warga dalam rangka riset untuk melakukan identifikasi terhadap upaya deforestasi dan degradasi hutan pada perusahaan pemegang HPH PT. Sari Bumi Kusuma (SBK). Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa : 1. PT. Sari Bumi Kusuma selaku pemegang HPH sejak tahun 1978 dan telah mendapat perpanjangan hak sampai dengan tahun 2068 telah banyak melakukan tindakan-tindakan perusakan lingkungan hutan lindung, pencemaran lingkungan, dan pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat di sekitar areal konsesi. 2. Tidak ada peningkatan atas kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup warga sekitar areal konsesi. Sebaliknya, PT. SBK menjadi pihak yang paling bertanggungjawab atas penurunan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup sebagian besar warga penghuni asli di areal hutan lindung selama ini. 3. Program desa binaan yang dijalankan oleh PT. SBK tidak lebih hanya sekedar memenuhi kewajiban secara formal atas peraturan perundangan yang berlaku. Munculnya banyak kekecewaan warga atas perjalanan program tersebut tidak menjadi perhatian utama untuk mendapatkan tindak lanjut. 4. Aktivitas pemantauan (monitoring) dan penilaian yang dilakukan berbagai pihak terhadap perusahaan tidak dapat membawa pengaruh yang positif terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. 5. Minimnya bantuan pembinaan, pembanguan, dan perhatian dari pemerintah dalam rangka meningkatkan kemajuan desa-desa di pedalaman atau desa-desa yang berada sekitar areal perusahaan. b. Rekomendasi Menurut kami terdapat beberapa catatan rekomendasi atas perjalanan riset dalam rangka melakukan identifikasi deforestasi dan degradasi hutan kali ini untuk dijadikan perhatian guna perbaikan aktivitas riset atau pendampingan selanjutnya. Berikut diantaranya : 1. Perlu penataan lebih baik lagi dalam hal persiapan tim atau personel yang akan menjalankan riset. Tujuannya untuk menekan hambatan/kendala yang mungkin saja terjadi agar hasil yang didapatkan dapat maksimal. Beberapa hal yang perlu dipastikan sebelumnya adalah kesiapan tim/personel riset; tempat/ sasaran riset; gambaran awal tempat riset (jalur,kontak,kebutuhan di lapangan); dan penentuan target maksimal dan minimalnya. 2. Menjaga komunikasi yang intensif untuk mendiskusikan beberapa perkembangan yang ada di lapangan.
3. Menentukan jadwal pertemuan di antara tim riset sebagai media konsultasi bersama.
View more...
Comments