Laporan Resmi Biokimia Ekstraksi Lipid

March 20, 2018 | Author: DonnaOktavia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Resmi Biokimia Ekstraksi Lipid. TIPS : Kalau mau COPAS yang pinter supaya tidak ketahuan Asisten Praktikum ;)...

Description

LAPORAN RESMI PRATIKUM BIOKIMIA ACARA III EKSTRAKSI LIPID

Oleh: Donna Oktavia 26020114140101 Kelas: B / Shift : 2

Asisten Jelita Rahma Hidayati 26020113130073

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

N O 1 2 3 4 5 6 7 8

Materi

Nilai

Pendahuluan Tinjauan Pustaka Materi dan Metode Hasil Pembahasan Penutup Daftar Pustaka Lampiran Total Semarang, 2 April 2015

Asisten Praktikum

Praktikan

Jelita Rahma Hidayati

Donna Oktavia

26020113130073

26020114140101

Kordinator Asisten

Shinta Wahyu Juwita 26020112130058

I. PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Lipid terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam

lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain. Terdapat berbagai metode ekstraksi yakni metode maserasi, metode perkolasi, metode soxhletasi, metode refulks, metode digesti, metode infus, dan metode dekok. Pada praktikum ini digunkan metode sokhletasi. Prinsip dari metode soxhletasi ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas. Dengan mengetahui prinsip dari metode soxhletasi ini dapat ditentukan kadar lemak pada sampel kemiri. 1.2

Tujuan Menentukan kadar lemak kemiri & kacang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu metoda operasi yang digunakan dalam proses

pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah (Maulida, 2010). Menurut Puri (2004) bahwa ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu bahan yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut. Sedangkan menurut Irawan (2010) bahwa ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material. Damanik (2014) berpendapat bahwa ekstraksi merupakan salah satu metoda pemisahan zat terlarut dengan pelarutnya berdasarkan titik didih pelarut. 2.2

Soxhletasi Menurut Utomo (2011) bahwa soxhletasi merupakan salah satu metode

penyarian yang menggunakan pelarut yang selalu baru. Umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga proses penyarian terjadi secara kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Sedangkan menurut Damanik (2014) bahwa soxhletasi merupakan cara ekstraksi yang dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet dengan pelarut polar berdasarkan titik didihnya. Anam (2014) menyatakan bahwa prinsip Soxhletasi adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang-ulang. Sedangkan menurut Istiqomah (2013) soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2.3

Destilasi

Menurut Endah (2007), destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan kembali, yaitu untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Sedangkan menurut Lestari (2010) bahwa dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Macam-macam destilasi yaitu destilasi alkohol teknis, destilasi alkohol Murni dan destilasi akohol absolut (Endah,2007). Menurut Irawan (2011) bahwa distilasi dilakukan melalui tiga tahap : evaporasi yaitu memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan; pemisahan uap-cairan di dalam kolom, untuk memisahkan komponen dengan titik didih lebih rendah yang lebih volatil dari komponen lain yang kurang volatil dan kondenasasi dari uap, untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil. Walangare (2013) berpendapat bahwa destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut di dinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponenkomponen yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Berikut jenis-jenis dari detilasi, yaitu: 

Destilasi Sederhana Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih

masingmasing.  Destilasi Fraksionasi (Bertingkat) Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik,

sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih 

banyak kondensat. Destilasi Azeotrop Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut atau dengan



menggunakan tekanan tinggi. Destilasi Uap Untuk memurnikan zat / senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air kedalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperature yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang dialirkan

ke dalam labu yang

berisi senyawa yang akan dimurnikan,dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih 

rendah dari pada titik didih komponen-komponennya. Destilasi Vakum Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan

lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi (Walangare, 2013). 2.4

N-Heksana Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia

C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3. Awalan heksmerujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. N-Hexana merupakan jenis pelarut non polar (Maulida, 2010). Berikut karakteristik n – heksana :

Heksana adalah senyawa hidrokarbon golongan alkana dengan rumus C6H14 merupakan fraksi petroleum eter dengan kisaran titik didih 65-70oC. Keuntungan pelarut ini yaitu bersifat selektif dalam melarutkan zat, menghasilkan jumlah kecil lilin, albumin, dan zat warna, namun dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah besar (Irawan, 2011). 2.5

Lipid Menurut Beny (2013) bahwa lipid adalah setiap kelompok heterogen

lemak dan substansi serupa lemak, termasuk asam lemak, lemak netral, lilin, dan steroid, yang bersifat larut dalam air dan larut dalam pelarut nonpolar. Lipid, yang

mudah disimpan dalam tubuh, berfungsi sebagai sumber bahan bakar, merupakan bahan yang terpenting dalam struktur sel dan mempunyai fungsi biologik yang lain. Pribadi (2014) berpendapat bahwa lipid adalah sekelompok senyawa heterogen meliputi : lemak (fat), minyak, steroid, malam (wax) dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya daripada sifat kimianya. Lipid memiliki sifat umum berupa (1) relatif tidak larut dalam air dan (2) larut dalam pelarut nonpolar misalnya eter dan kloroform . 2.6

Kadar Lemak dan Rendemen Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan

dengan alat ekstraktor Soxhlet. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan. Proses ekstraksi selesai apabila petroleum eter sudah jernih. ekstrak yang diperoleh ditambah dengan natrium sulfat anhidrat, saring. Kemudian filtrat didistilasi biasa, atau petroleum eter diluapkan dengan evaporator berputar sampai semua petroleum eter habis. Kadar minyak dapat dihitung dengan rumus: Kadar minyak (%) = (B-A) 100 Berat bahan (gr) Keterangan: A = berat labu kosong B = berat labu dan ekstrak minyak (gr). Rendemen yang lebih baik pada ekstraksi dengan metode perkolasi disebabkan oleh adanya faktor pengadukan. Pengadukan yang baik akan meningkatkan kecepatan pelarutan. Selain itu, pengadukan akan meningkatkan intensitas kontak partikel bahan dengan pelarut. Perhitungan Rendemen, yaitu:

(Irawan, 2011).

III. MATERI DAN METODE 3.1

Waktu dan Tempat Praktikum dengan judul Penentuan Kadar Abu Dan Kadar Air

dilaksanakan pada : Hari, tanggal : Kamis, 9 April 2015 Jam

: 14.55 WIB – 16.40 WIB

Tempat

: Laboratorium Biokimia Gedung E. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Doponegoro.

3.2

Alat dan Bahan 3.2.1

Alat Alat yang digunakan pada praktikum yang telah dilaksanakan hari

Kamis, 2 April 2015, yaitu: No 1

Nama Gambar uap menjadi air yang Fungsi Kemudian terjadi kondensasi akan turun kedalam thimble mengenai semple Alat Oven

Sebagai pemanas dan sebagai pengering

Kemudian akan terjadi satu sirkulasi apabilasampel sivon telah penuh oleh air yang telah di kondensasi

Lalukan sebanyak 7 kali sirkulasi

2

Cawang

Sebagai wadah

Porselain

sampel untuk penenrtuan kadar abu

3

Penjepit

Sebagai wadah air pada saat dipanaskan

4

5

6

Gelas

Untuk memantau

Beaker

suhu pada pelarut

Neraca

Sebagai penyangga

Ohaus

termometer

Furnance

Untuk mengukur banyaknya pelarut

7

Desikator

sebagai tempat sampel yang harus bebas air dan untuk mengeringkan dan

8

mendinginkan sampel Sebagai alat

Gunting

memotong bahan

3.2.1

Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum yang telah dilaksanakan hari Kamis, 2 April 2015, yaitu: No

Nama Bahan

. 1.

Kemiri 20 gr

Gambar

Fungsi Sebagai bahan yang di hitung kadar lemaknya

2.

Kacang 20 gram

Sebagai sampel

3.

Kertas Saring

Sebagai wadah sampel dan sebagai penyaring sampel

4.

Batu Didih

Untuk memusatkan panas pada tahap pemanasan pelarut

5.

N-heksana

Sebagai pelarut

200 ml

dalam ekstraksi lipid kemiri

6.

Air

Untuk pendingin agar terjadi kondensasi

3.3

Cara Kerja 3.3.1

Cara Kerja Metode Soxhletasi MULAI

Disiapkan alat dan bahan

Diambil kemiri sebanyak 20 gr lalu ditumbuk dan dimasukkan kedalam kertas saring

Dimasukkan kedalam boiling flask pelarut n-heksana sebanyak 200 ml dan batu didih

Diletakkan kertas saring ke dalam thimbel

Dirangkai alat soxhlet Dipanaskan air secukupnya dalam panci dengan suhu 80-85°C

Uap yang dihasilkan n-heksana akan menuju pipa vapor kemudian menuju tabung kondensor

Kondensasi uap terjadi pada kondensor maka air langsung turun mengenai sampel

Ditunggu hingga thimbel dan pipa siphon terisi penuh lalu secara otomatis pelarut dan lipid jatuh menuju boiling flask ini

Ditunggu hingga 6-7 kali sirkulasi

SELESAI

Kemudian n-heksana terjadi akan kondensasi menguap uap ke pipa menjadi vavorair kemudian yang akan akan turun kedalam menuju timble tabung mengenai kondensor sampel

3.3.1

Cara Kerja Metode Destilasi MULAI

Dikeluarkan sampel dari thimbel lalu dirangkai kembali alat

Dipanaskan kembali pelarut yang telah bercampur dengan lipid hingga pelarut menjadi uap

Uap yang dihasilkan akan menuju pipa vapor kemudian menuju tabung kondensor

Kondensasi uap terjadi pada kondensor maka air langsung turun ke thimbel dan tertampung

Diamati hingga pelarut habis menguap lalu pemanas

Hasil ekstraksi lemak dituang ke gelas beaker lalu diukur menggunakan neraca ohaus

Hasil ekstraksi lipid pada sampel dituang ke gelas ukur lalu diukur dengan neraca ohaus

SELESAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Hasil yang didapat dari praktikum yang telah dilaksanakan pada hari

Kamis, 2 April 2015 sebagai berikut 

Kadar Lipid Kemiri M lipid

=

29,8-20,95

= 8,85 gram Kadar Lipid=

¿

M lipid ∗100 M mula mula 8,85 ∗100 20

= 44,25 % 

Kadar Lipid Kacang :

Berat ekstrak = 70,95 – 60,35 = 10, 69 Sample

= 20 gram

Ekstrak Lipid =

10,6 ∗100 20

= 53 % 4.2

Pembahasan Soxhletasi merupakan salah satu metode penyarian yang menggunakan

pelarut yang selalu baru. Metode soxhletasi dilakukan dalam sebuah alat yang disebut soxhlet dengan pelarut polar berdasarkan titik didihnya. Umumnya metode ini dilakukan dengan alat khusus sehingga proses penyarian terjadi secara kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Alat yang digunakan pada metode soxhletasi disebut alat soxhlet. Alat ini melakukan proses ekstraksi dimana letak sampel yang di ekstrasikan berada dalam thimbel yang permeabel terhadap pelarut, pelarut kemudian didihkan dan dikondensasikan di atas sampel. Alat soxhlet memiliki beberapa bagian mulai dari bawah adalah boiling flask yaitu sebagai tempat mendidihnya n-heksana ataupun batu didih, thimble sebagai

wadah

sampel,

siphon

sebagai

tempat

perhitungan sirkulasi, pipa vapor sebagai saluran uap yang berasal dari boiling flask menuju ke kondensor, kondensor sebagai pendingin dan mempercepat proses pengembunan, Selang in yang berada dibawah adalah saluran untuk air masuk dan selang out adalah saluran air keluar dan berada di atas agar terjadi sirkulasi. Berikut ini adalah cara kerja dari alat soxhletasi, yang pertama sampel yang sudah ditumbuk dimasukkan kedalam thimble lalu kondensor, thimbel dan boiling flask disambungkan. Boiling flask dipanaskan didalam panci berisi air menggunakan pemanas listrik sembari dipantau suhunya kisaran 80-85°C. Air dialirkan pada kondensor melalui selang. Ketika pelarut mencapai titik didih,

uapnya naik menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati kondensor akan mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes langsung diatas sampel yang berada pada thimbel. Pelarut yang menetes pada sampel akan melarutkan lemak. Thimbel dan pipa siphon akan terisi penuh lalu secara otomatis pelarut dan lemak akan jatuh ke boiling flask, tahap ini disebut satu sirkulasi. Hasil lemak akan didapat dengan menunggu hingga 6-7 sirkulasi. Sedangkan cara kerja destilasi sama seperti cara kerja soxhletasi tetapi tanpa menggunakan sampel. Larutan pelarut yang masih tercampur lipid sampel akan dipanaskan kembali hingga menjadi uap dan terkondensasi, lalu air yang ter-kondensasi ini akan jatuh ke timble yang berupa nheksana yang sudah terpisah dengan lipid yang berada di boiling flask. Pemisahan n-heksana dilakukan setelah siphon pada timble sudah hampir penuh, dipisah sebelum penuh agar air tidak otomatis turun. Pada praktikum ini menggunakan ekstraksi metode soxhletasi ini memiliki keuntungan pada efisien waktu dan terdapat kerugian juga yaitu metode ini pelarut yang digunakan harus mudah menguap sehingga diperlukan pemilihan pelarut yang baik serta sesuai dengan sampelnya dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas. Pelarut yang digunakan dalam praktikum ekstraksi lipid ini menggunakan n-heksana karena pelarut ini memiliki titik didih yang lebih rendah dari pada titik didih air sehingga lebih cepat menguap. Karena lebih cepat menguap maka ekstraksi yang dilakukan hanya memerlukan proses yang lebih cepat. Proses ekstraksi metode soxhletasi ini memerlukan pelarut yang mudah menguap oleh karena itulah digunakan pelarut n-heksana. Batu didih juga digunakan agar panasnya dapat memusat di satu titik. Tanpa menggunakan batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu atau bisa juga melebar, jika ini berlangsung lama boiling flask akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan atau ledakan. Perbandingan kandungan lemak pada sampel yang telah didapatkan adalah sampel kacang tanah kandungan lemaknya adalah 53% dan pada sampel kemiri kandungan lemaknya adalah 44,25%. Maka dapat disimpulkan dari praktikum yang telah dilakukan perbandingan kadar lemak yang didapat didalam kacang tanah lebih besar kandungan lemak pada kacang. Kandungan lemak pada kacang

tanah, menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, RI (1981) dalam Meliani (2014) menjelaskan bahwa kandungan lemak pada kacang tanah berkisar antara 46-52 %, dari hasil data praktikum yang telah dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari kacang tanah 53 % , hal ini menunjukan bahwa data yang dihasilkan dari praktikum mendekati batas kandungan kadar lemak dari literatur. Hal ini dipengaruhi oleh perlakuan praktikan yang sesuai dengan prosedur dan tepat pada

saat melakukan praktikum. Kemiri , menurut literatur Direktorat Gizi Departemen Kesehatan ,RI (1981) menjelaskan bahwa kandungan lemak pada kemiri berkisar 100 gram dari hasil data praktikum yang telah dilakukan kadar lemak yang didapatkan dari kemiri 70,5 % , hal ini menunjukan bahwa data yang dihasilkan dari praktikum masih sangat kurang kandungan kadar lemak dari literatur. Pengukuran kadar lemak pada praktikum Ekstrasi Lipid ini mungkin dipengaruhi oleh ketidaktelitian praktikan pada saat mengamati apakah lipid sudah bebas dari pelarut atau belum. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil bahwa kandungan kadar lemak pada kacang tanah lebih tinggi dari pada kandungan kadar lemak pada kemiri. Hal ini seharusnya berbanding terbalik karena kandungan kadar lemak pada kemiri semestinya lebih besar dari pada kandungan kadar lemak pada kacang tanah. Kandungan kadar lemak pada kemiri seharusnya kurang lebih 62% atau lebih besar dari pada hasil yang didapatkan pada praktikum ini. Kesalahan ini dapat terjadi dari beberapa faktor yaitu, pertama pada saat proses destilasi yang kurang sempurna karena alat yang digunakan bukan alat destilasi, kedua dapat terjadi

kesalahan dalam melaksanakan perhitungan atau penimbangan dan ketiga kesalahan praktikan tidak mengetahui apakah pelarut tersebut sudah bening atau belum, kesalahan ini sangat fatal karena jika praktikan menghentikan proses ekstraksi sedangkan kandungan lemak dalam bahan masih banyak maka perhitungan kadar lemak bahan akan berkurang sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal.

V. PENUTUP 5.1

Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dengan judul Ekstraksi

Lipid didapatkan kesimpulan sebagai berikut :   5.2

Kadar lemak pada kemiri adalah 44,25% Kadar lemak pada kacang tanah adalah 53%.

Saran Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum adalah 

Alat praktikum seharusnya disediakan sehingga praktikum dilakukan

 

sesuai alatnya. Praktikan harus lebih hati-hati dalam melakukan kegiatan praktikum. Praktikan harus lebih teliti dalam perhitungan ataupun penimbangan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul, Tri Winarni Agustini dan Romadhon. 2014. Pengaruh Pelarut Yang Berbeda Pada Ekstraksi Spirulina platensis Serbuk Antioksidan

Dengan

Metode

Soxhletasi.

Jurnal

Sebagai

Pengolahan

dan

Bioteknologi Hasil Perikanan Vol. 3, No. 4, Tahun 2014. Beny, Alexander. 2013. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah Perbedaan Profil Lipid Pada Pasien Infark Miokard Akut Dan Penyakit Jantung Non Infark Miokard Akut. Damanik, Desta Donna Putri, Nurhayati Surbakti, dan Rosdanelli Hasibuan. 2014. Ekstraksi Katekin Dari Daun Gambir (Uncaria gambir roxb) Dengan Metode Maserasi. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2. Endah R D, dkk. 2007. Pengaruh Kondisi Fermentasi Terhadap Yield Etanol Pada Pembuatan Bioetanol Dari Pati Garut. Irawan, T.A. Bambang. 2010. Tesis Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Istiqomah. 2013. Skipsi Perbandingan Metode Ekstaksi Maserasi Dan Sokhletasi Terhadap KADAR Piperin Pada Buah Jawa (Piperis retro fracti fructus). Lestari, Endah. 2010. Tugas Akhir Persentase Produk Etanol Dari Distilasi Etanol–Air Dengan Distribute Control System (DCS) Pada Berbagai Konsentarsi Umpan.

Maulida, Dewi dan Naufal Zulkarnaen. 2010. Skripsi Ekstraksi Antioksida (Likopen) Dari Buah Tomat Dengan Menggunakan Solven Campuran, nHeksana, Aseton, Dan Etanol. Meliani, Dini, Sarina Rustiyaty dan Tantri Yulianti. 2014. Uji Kadar Lemak Dalam Bahan Pangan Dengan Metode Soxhlet. Pribadi, Alva. 2014. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Dan Simvastatin Terhadap Kadar Trigliserid Tikus Sprague dawley dengan Diet Tinggi Lemak. Putri, Dea Alvicha. 2013. Skripsi Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Konsentrasi Terhadap Aktifitas Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) Sebagai Antibakteri. Utomo, Anang Budi, Agus Suprijono, dan Ardan Risdianto. 2011. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) & EKSTRAK TEH HITAM (Camellia sinensis O.K.var.assamica (mast.)) DENGAN METODE DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Walangare, K. B. A, dkk. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. e-Jurnal Teknik Elektro dan Komputer.

LAMPIRAN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF