Laporan Reklamasi
January 11, 2019 | Author: Ivan Darmawan | Category: N/A
Short Description
Tugas Mata Kuliah Reklamasi (Rencana Dokumen Reklamasi)...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 STATUS PERIJINAN 1.1.1 Identitas Perusahaan Nama Perusahaan
: PT. Reklamasi A
Alamat lengkap
: Jl. Sutomo No. 34 RT.15, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito, Provinsi Kalimantan Tengah. Telp 021-66770
Penanggung jawab perusahaan: Bambang Supri, S.PdI, MM, M.Si Alamat penanggung jawab
: Jl. Anggrek Kotak Blok I No.18, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Provinsi Jawa Timur. Telp 0351-456320; No HP 081367883490
Lokasi Kegiatan 1.1.2
Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Lahei : Barito : Kalimantan Tengah
Uraian Rencana Kegiatan Ruang lingkup rencana kegiatan yang dikaji pada studi ini adalah
kegitan penambangan batubara, pembangunan jalan produksi, pembangunan lokasi tempat pengolahan serta pembangkit listrik. Mengacu pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, maka Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang disusun oleh pemrakarsa merupakan bagian dari studi kelayakan, yang hasilnya digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Berdasarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Tahap Eksplorasi PT. Reklamasi A berdasarkan SK Bupati Barito Utara Nomor 188.45/580.a/2006 tentang pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi, tertanggal 26 Juni 2006, termasuk
1
dalam wilayah Kecamatan
Lahei, Kabupaten
Barito
Utara, Propinsi
Kalimantan Tengah dengan total wilayah seluas 5.145 Ha. Kriteria jenis kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau
Kegiatan
yang
Wajib
Memiliki
Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan Hidup, yaitu pada lampiran I, Butir K., bidang energy dan sumber daya mineral, wajib melaksanakan AMDAL. Penyusunan Laporan Kerangka Acuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup ini dimaksudkan untuk memberi gambaran lingkup kajian dampak lingkungan hidup yang akan dilakukan, yang meliputi Diskripsi Kegiatan, Rona Lingkungan Hidup, Metode Studi, Identifikasi Dampak Potensial dan Evaluasi Dampak Potensial. Format penyusunan Laporan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup ini merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. 1.2
PERSETUJUAN AMDAL Studi kelayakan teknik, ekonomi, dan lingkungan telah dilakukan.Studi
kelayakan teknik dan ekonomi dikenal sebagai dokumen studi kelayakan, sedangkan studi kelayakan lingkungan dikenal sebagai AMDAL.Berdasarkan Lampiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008, kewenangan penilaian Kerangka Acuan ini dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah. 1.3
LOKASI DAN KESAMPAIAN WILAYAH
1.3.1 Lokasi Rencana IUP Operasi Produksi PT. Reklamasi A ini terletak di wilayah Desa Hurung Enep, Muara Bakah, Juju Baru
dan Luwe Hilir, Kecamatan Lahei,
Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
2
Gambar. 1.1 Lokasi IUP PT. Reklamasi A
Gambar. 1.2 Peta Kalimantan Tengah 1.3.2 Kesampaian Lokasi Lokasi daerah penyelidikan dapat dicapai dengan kendaraan beroda empat dan roda dua, melalui rute sebagai berikut.
Palangkaraya – Barito Utara jalan darat ± 128 kilometer. Kota Barito Utara menuju Lokasi ± 10 kilometer.
3
1.4
TATA GUNA LAHAN SEBELUM DITAMBANG Pada awalnya morfologi wilayah IUP PT. Reklamasi A merupakan dataran
yang diperkirakan sekitar 25%, terutama terdapat di sepanjang lembah sungai Lahei dan sungai Inu beserta anak-anak sungainya. Terletak di bagian tengah memanjang dari timur laut ke bagian barat daya daerah penyelidikan. Morfologi perbukitan bergelombang sedang, menempati areal sekitar 60%, terletak di bagian selatan, memanjang dari barat daya ke bagian timur laut daerah penyelidikan. Satuan morfologi ini mempunyai ketinggian antara 40-60 mdpl. Kemiringan lereng bervariasi dari landai hingga sedang. Sisanya yang 15% merupakan morfologi perbukitan bergelombang curam. Terutama di bagian selatan, utara, dan barat laut, memanjang dari barat ke timur. Secara gradual bertambah tinggi yang membentuk morfologi perbukitan bergelombang curam menempati ketinggian antara 50-110 m diukur dari permukaan air laut. Berdasarkan RTRW Kabupaten Barito Utara tahun 2003, dan informasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan kondisi rona awal, areal IUP PT. Reklamasi A menempati kawasan yang diperuntukan bagi kawasan Hutan Pengembangan Produksi (HPP). Kondisi rona awal didominasi semak belukar, ladang milik masyarakat Desa Hurung Enep, Muara Bakah, Juju Baru, dan Luwe Hilir dan sebagian kecil lainnya merupakan perkebunan, hutan rawa, dan daerah pemukiman. Dari data rona lingkungan awal diperoleh data bahwa di lokasi pertambangan terdapat sejumlah 55 jenis vegetasi hutan yang merupakan anggota dari 43 marga dan 20 famili, termasuk diantaranya jenis semak belukar, tumbuhan bawah, dan tumbuhan budidaya. Tabel 1.1 Jenis Flora yang Ditemukan di Areal Pertambangan No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Daerah Tarantang Rengas Mangga Kayu Asam Jingah Kuwini Mahawai
Nama Botanis Campnosperma auriculata Gluta rengas Mangifera indica Mangifera macrocarpa Swintonia sp. Mangifera odorata Mezzetia parviflora
4
Famili Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Annonaceae
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Banitan Jangkang Durian Langsat hutan Binturung Keranji Kempas Kesindur/Sindur Kerinyuh Kajamihing Keruing daun besar Kapur Merkunyit/Meranti
Polyathia rumphii Xylopia sp. Durio sp. Dacryodes rugosa Santiria tomentosa Dialium dewittei Koompassia exelsa Sindora bruggemanii Eupatorium odoratum Dillenia exelca Dipterocarpus borneensis Dipterocarpus cornutus Dryobalanops abnormis
Annonaceae Annonaceae Bombacaceae Burseraceae Burseraceae Caesalpinoideae Caesalpinoideae Caesalpinoideae Compositae Dilleniceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae
21
Putih Damar buah/Meranti
Shorea assamica
Dipterocarpaceae
22
Kuning Damar buah/Meranti
Shorea gibbosa
Dipterocarpaceae
23 24
Kuning Lanan/Meranti Merah Karambuku/Meranti
Shorea leprosula Shorea ovalis
Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae
25 26
Merah Masupang Lanan Lampung/M.
Shorea pachyphylla Shorea parvifolia
Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae
27
Merah Mahambung/Meranti
Shorea smithiana
Dipterocarpaceae
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Merah Resak Kalumpai Karet Merkubung Mahang Ketela Pohon Belimbing Pampaning Rukam Kamanjar Kahui Alang-alang Bintangur Gandis/Manggis
Vatica rassak Elasteriospermun tapos Hevea brasiliensis Macaranga gigantae Macaranga triloba Manihot utilissima Averrhoa belimbi Quercus paculiformis Flacourtia inermis Homalium caryophyllaceum Hydnocarpus stigmatophorus Imperata cylindrica Calophyllum pulcherium Garcinia parvifolia
Dipterocarpaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fagaceae Flacortiaceae Flacortiaceae Flacortiaceae Gramineae Guttiferae Guttiferae
42 43 44 45 46 47
Hutan Bantialing Gerunggang/Irat Panguan Kangkala burung Perawas Putat
Kayea sp. Cratoxylum sp Alseodaphne bancana Litsea angulata Litsea firma Baringtonia racemosa
Guttiferae Hypericaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Lechytedaceae
5
48 49 50 51 52 53 54 55
Mahui Karamunting Beransulan Tamahas Kelasu Burung Langsat Ketapi Hutan Cempedak
Fragrea fragnans Melastoma malabathricum Memecylon costatum Memecylon steenis Dysoxylum sp. Lansium domesticum Sonsaricum borneense Artocarpus champeden
Loganiaceae Melastomataceae Melastomataceae Melastomataceae Meliaceae Meliaceae Meliaceae Moraceae
Selain itu juga diperoleh data bahwa di lokasi penambangan terdapat 39 jenis fauna yang terdiri dari 23 jenis aves, 8 jenis mamalia, 7 jenis reptilia, dan 1 jenis primata. Kegiatan pertambangan akan menghilangkan hampir seluruh tutupan dan struktur floristik vegetasi alami dan budidaya yang merupakan sumber pakan satwa, sehingga mengakibatkan terganggunya populasi satwa. Untuk jenis satwa yang mobilitasnya tinggi, seperti burung, sebagian besar akan bermigrasi ke tempat lain mencari habitat baru yang sesuai dan aman untuk berkembang biak. Pada kondisi akhir tambang, fauna tersebut diperkirakan akan terganggu karena habitat atau tempat hidupnya terganggu oleh adanya kegiatan penambangan ini, sehingga fauna-fauna tersebut akan berpindah ke tempat lain yang belum terganggu oleh adanya kegiatan tambang. Tabel 1.2 Jenis Fauna yang Ditemukan di Areal Pertambangan No. Nama Jenis A. Burung 1 Empuluh Janggut 2 Rangkong 3 Bubut 4 Elang 5 Kucica Hutan 6 Gagak 7 Empuluh Leher Kuning 8 Pelatuk 9 Pergam 10 Pipit 11 Takur Laher Hitam 12 Takur Tutut 13 Pelatik Jambul 14 Tinjau Belukar 15 Tinjau Kelabu
Nama Latin Alophoixus bres Buceros rhinoceros Centropus sinensis Circus cyanus Copsychur malabarikus Coruus enca Criniger finshcii Dendrocopoc moluccensis Ducula aenea Lonchura leucogasta Megalaima exima Megalaima rafflesii Meiglyptes tristis Orthotomus artrogularis Orthotomus ruficeps
6
16 Pelatuk Sayap Merah 17 Cuit kuning 18 Cuit merah 19 Cuit biru 20 Kepinis 21 Empuluh paruh kait 22 Punai 23 Pelatuk Dada Putih B. Mamalia 1 Rusa 2 Kijang 3 Kancil 4 Babi Hutan 5 Kelelawar 6 Tupai 7 Musang 8 Kera C. Reptilia 1 Ular Phyton (Phyton sp) 2 Ular Air 3 Ular hijau 4 Ular Tadung 5 Tokek 6 Biawak 7 Kadal skink D. Amfibi 1 Kodok
Picus Puniceus Prionochilus maculates Prionochilus thoracicaus Prionochilus xanthopygus Rhaphidura leucopygialis Setornis criniger Trenon vernans Trichastoma rosatum Cervus unicolor Muntiacus muntjak Tragulus javanicus Sus barbatus Terodira mericana Tupai splendidula Macregelidia sp Macaca irus Phyton sp Hemalopsis buccata Chendrophyton leichardii Dryopsis prasinus Crytodactylus consobrinus Varanus salvator Mabuya multifasciata Hyla sp
Kehidupan biota air di sungai-sungai sekitar wilayah IUP PT. Reklamasi A juga baik didukung oleh kondisi kualitas air yang baik. Jenis-jenis biota air atau ikan yang dapat hidup di sungai Lahei dan sungai Barito antara lain adalah ikan baung ( Mystus nemurus), jelawat (Leptobarbus hoevenii), gabus (Channa striata), seluang (Rasbora sp.), udang galah (Macrobracium roseenbergii), dan sepat (Trichogaster sp.). Hutan sekunder merupakan kelompok yang mendominasi lokasi proyek, kayu-kayu komersial yang berdiameter besar sudah tidak ditemukan di lokasi baik pada bagian perbukitan maupun pada pinggiran sungai. Lahan masyarakat yang termasuk dalam areal PT. Reklamasi A telah dilakukan pembebasan dengan sistem ganti untung berdasarkan peraturan yang berlaku. Sejak beroperasinya penambangan, areal yang semula diperuntukkan sebagai kawasan Hutan Pengembangan Produksi (HPP) beralih menjadi pertambangan batubara. Kemudian areal yang telah dibuka tersebut secara bertahap direklamasi dan direvegetasi.
7
1.5
TATA GUNA LAHAN SESUDAH DITAMBANG Pada akhir kegiatan pertambangan batubara, diharapakan tingkat
keberhasilan reklamasi dan revegetasi lahan dengan desain yang telah direncanakan, sehingga akan membentuk morfologi yang mendekati rona awal. Mengacu pada peruntukan lahannya, maka areal tersebut akan dikembalikan lagi fungsinya sebagai kawasan Hutan Pengembangan Produksi (HPP). Pada tahap pasca operasi, nantinya yang akan diperhatikan adalah perawatan vegetasi dan pengembalian lahan. Dalam rangka reklamasi, upayaupaya yang akan dilakukan oleh PT. Reklamasi A untuk penanganan zona pengakaran tanah penutup ini, tidak terlepas dari usaha penekanan laju erosi tanah, yang pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Seperti usaha pengelolaan erosi untuk meningkatkan kemampuan lahan yang dilakukan dengan cara mereklamasi dan diikuti dengan pelaksanaan revegetasi. Reklamasi dilakukan dengan melaksanakan back filling pada areal bukaan tambang dan tumpukan waste pada bekas bukaan tambang. Sejalan dengan pelaksanaan back filling, permukaan lahan diatur dalam bentuk terasteras bangku dengan sudut kemiringan 30 0, serta pada kaki teras dibuat saluran pembuangan air. Seluruh bidang datar dari waste dump dilapisi dengan tanah pucuk setebal 30 cm. Untuk
revegetasi
digunakan
tanaman
penutup
tanah
dari
jenis
Centrosema pubescens yang ditanam pada tampingan dari teras, sehingga jumlah pohon yang ditanam adalah 625 pohon per hektar. Kegiatan ini dilakukan setelah selesai reklamasi dan tidak menunggu penambangan selesai semua selama 35 tahun.
8
BAB II RENCANA PEMBUKAAN LAHAN
2.1
Area Penambangan PT. Reklamasi A merencanakan akan melakukan kegiatan penambangan
batu bara dengan pit akhir seluas 44,29 Ha di Wilayah Desa Hurung Enep, Muara Bakah, Juju Baru , dan Luwe Hilir, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelum dilakukan kegiatan penambangan, lahan di wilayah IUP PT. Reklamasi A adalah kawasan Hutan Pengembangan Produksi (HPP). Direncanakan penambangan batubara di daerah penyelidikan ini akan dilakukan secara tambang terbuka dengan menggunakan peralatan excavator backhoe yang dikombinasikan dengan dump truck. Rencana penambangan Batubara PT. Reklamasi A selama 5 tahun, dimulai dari tahun 2033-2037 dengan total batubara yang tertambang sebanyak 2.988.719 Ton dengan Overburden yang dikupas sebanyak 12.521.390 BCM. Rencana penambangan PT. Reklamasi A dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Rencana Produksi Batubara Per Tahun Tahun
Luas Bukaan Pit (Ha)
Overburden (BCM)
Batubara (ton)
Stripping Ratio
2033 2034 2035 2036 2037
7,07 8,53 10,33 9,63 8,73
2.206.914 2.675.520 2.473.136 2.671.886 2.493.935
544.917 615.062 575.148 643.828 609.764
Jumlah
44,29
12.521.390
2.988.719
4,05 4,35 4,30 4,15 4,09 4,18 (Rata-Rata)
9
2.2 Timbunan Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup akan dilaksanakan seselektif mungkin sesuai dengan kebutuhan, kalau memang tidak diperlukan maka tidak akan dilakukan. Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup akan dimulai dengan kegiatan pembersihan lahan dari vegetasi dan semak belukar yang ada. Lapisan tanah pucuk (top soil) yang banyak mengandung bahan organik dikupas dengan menggunakan blade dari bulldozer. Lapisan tanah pucuk didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu, kemudian dimuat menggunakan excavator dan diangkut dengan dump truck ke tempat penyimpanan tanah pucuk. Ketebalan pengupasan tanah pucuk berkisar antara 0 meter sampai 0,5 meter.Tetapi tidak menutup kemungkinan menggali lebih dalam lagi kalau memang masih digolongkan sebagai tanah pucuk yang masih mengandung zat hara organik sampai batasan 2,5 meter. Tanah pucuk hasil pengupasan dapat disebarkan secara langsung ke daerah waste dump area yang akan direklamasi atau disimpan terlebih dahulu di suatu tempat. Waste dump terletak disebelah utara pit dengan jarak ± 750 m dari lokasi penambangan dengan luas pit seluas 44,29 hektar. Tempat penimbunan sementara ini dicarikan di daerah datar dan cukup tinggi serta bebas dari gangguan erosi. Waktu penyimpanan tidak boleh lebih dari 12 bulan. Hal ini diharapkan untuk dapat menjaga agar kesuburan dan kualitas tanah penutup tersebut dapat tetap terjaga. 2.3 Kolam Pengendapan Kegiatan pertambangan batubara dan fasilitas penunjang akan selalu menghadapi masalah air tanah, air sungai, dan air hujan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistem drainase yang baik. Air limpasan permukaan (run off) dari daerah sekitar kegiatan akan dialirkan menuju kolam-kolam pengendapan yang terletak di luar areal pit melalui saluran drainase yang ada di sekitar tambang maupun di sisi kiri dan kanan jalan tambang dan jalan pengangkutan batubara, sebelum dialirkan ke drainase alami yang bermuara ke sungai-sungai utama atau anak sungai diwilayah penambangan. Kolam
10
pengendapan sedimen(settling pond) tersebut dibuat di lembah atau daerah yang lebih rendahdari daerah tambang atau timbunan batuan penutup tambang. 2.4 Sarana Penunjang Untuk menunjang kegiatan penambangan, pengangkutan dan pemuatan batubara diperlukan sarana penunjang seperti fasilitas kantor, fasilitas perumahan, fasilitas perbengkelan, fasilitas tenaga listrik, fasilitas penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan fasilitas air bersih. 2.4.1 Fasilitas Kantor Tambang Fasilitas kantor tambang merupakan pusat pengendalian dari kegiatankegiatan penambangan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasionaldi lapangan.Ukuran fasilitas kantor tambang disesuaikan dengan jumlah karyawan yang bekerja.Lokasi dipilih berdasarkan kemudahan jalan masuk dan keluar daerah tambang. Bangunan kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang yang dibuat untuk menunjang pelaksanaan tugasdan fungsi organisasi PT. Reklamasi A, yang mencakup tugas dan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dari organisasi penambangan batubara. Desain dan fungsi ruang yang direncanakan dalam bangunan kantor dibuat sedemikian rupa sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya. Konstruksi bangunan kantor ini dibuat dari kayu dengan atapasbes, dengan fasilitas antara lain :
Fasilitas jaringan listrik, Fasilitas jaringan air,
11
BAB III PROGRAM REKLAMASI
3.1 LOKASI LAHAN YANG AKAN DIREKLAMASI Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Pada PT. Reklamasi A ini kegiatan reklamasi diharapkan dapat mengembalikan kondisi awal dari daerah yang telah ditambang menjadi hutan sekunder, belukar dan kebun campuran milik penduduk sesuai dengan kondisi awalnya sebelum dilakukan kegiatan penambangan. Hutan yang terdapat di areal tambang PT. Reklamasi A merupakan hutan dataran rendah sekunder dengan karakteristik vegetasi yang dijumpai menunjukkan adanya life form yang bervariasi seperti umumnya dijumpai pada ekosistem hutan tropika basah / lembab, seperti pohon – pohon kecil, semak belukar, paku – pakuan dan tumbuhan merambat. Penambangan batu bara pada PT. Reklamasi A dilaksanakan selama 5 tahun, Dimulai pada tahun 2033 sampai dengan tahun 2037, berikut data luasan pertahun Tabel 3.1 Luas bukaan penambangan Luas Bukaan Pit (Ha) 7,07 8,53 10,33 9,63 8,73
Tahun 2033 2034 2035 2036 2037
12
Dari luas bukaan pit tersebut nantinya akan membuka lahan bekas tambang sebesar 44,29 Ha. Luasan pit yang dibuka nantinya akan menjadi daerah yang harus di reklamasi. Daerah-daerah sekitar kegiatan penambangan tidak lepas dari kegiatan reklamasi seperti daerah penempatan tanah penutup (disposal area), jalan tambang atau non tambang yang tidak digunakan lagi, bekas kolam sedimen dan fasilitas penunjang lainnya. Material yang digunakan untuk mengisi lubang bekas tambang (back filling) adalah top soil dan overburden yang telah digali dan ditempatkan di disposal area. Adapun tempat pembuangan tanah penutup (disposal) dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Pembuangan tanah penutup keluar areal tambang (out pit dump). 2. Pembuangan tanah penutup ke dalam areal tambang (in pit dump). Top soil tersebut bertujuan untuk digunakan sebagai penimbunan kembali tanah (Back Filling). Kegiatan reklamasi dikerjakan setelah semua kegiatan penambangan telah dilakukan sampai tahun ke 2037, sehingga akan meninggalkan lubang bukaan yang besar sampai waktu kegiatan reklamasi dilakukan Reklamasi dilakukan pada saat operasi penambangan berlangsung dan pasca tambang. Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan PT. Reklamasi A pada saat penambangan berlangsung adalah mengembalikan timbunan pada waste dump secara bertahap tapi tidak seluruhnya, melakukan revegetasi, pemeliharaan, dan pemantauan. Adapun reklamasi pasca tambang yang berkaitan dengan penutupan
tambang
adalah
pembongkaran,
penataan
lahan,
revegetasi,
pemeliharaan dan pemantauan terhadap lahan tambang Rencana program reklamasi saat ini merupakan kegiatan untuk 5 tahun. Untuk periode yang pertama kegiatan reklamasi tersebut mencakup penataan lahan, pembibitan, revegetasi, pemeliharaan, dan pemantauan 3.2 TEKNIK DAN PERALATAN REKLAMASI
13
Peralatan yang digunakan untuk pembongkaran dan perataan (penataan lahan) adalah excavator, bulldozer, dan dump truck. Excavator berfungsi untuk membongkar menggali memindahkan dan memuat material ke dalam truck, sedangkan bulldozer akan digunakan untuk mendorong dan meratakan gundukan tanah. Excavator juga akan digunakan untuk membuat saluran pengendali erosi dan digunakan untuk membuat pot-pot untuk tanaman. 3.3 SUMBER MATERIAL PENGISI Area bekas tambang yang harus diisi adalah pit atau lubang bekas bukaan tambang dan kolam pengendapan. Lubang bekas tambang diisi dengan waste. Dengan demikian, tidak ada waste menumpuk yang dapat berdampak menyebabkan terbentuknya air asam tambang. Lubang bekas kolam pengendapan akan diisi dengan material sekitarnya sehingga kenampakannya menjadi rata, sehingga siap untuk direvegetasi. 3.4 REVEGETASI Reklamasi yang akan dilakukan adalah revegetasi progresif. Revegetasi dimulai secepatnya menanam tanaman penutup tanah (cover crops).Penanaman dilakukan secara larikan yang diharapkan dalam waktu yang tidak lama ± 4 bulan sudah dapat menutup permukaan tanah. Setelah tanaman penutup tanah tertanam dengan baik (berhasil menutup tanah), pelaksanaan reklamasi di area bekas tambang pada prinsipnya mengikuti urutan penataan lahan, pembuatan bangunan konservasi untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi serta penanaman. 3.4.1
Penataan Lahan Penataan lahan yang dimaksud disini adalah upaya-upaya yang akan
dilakukan yang meliputi pekerjaan untuk melakukan penataan permukaan tanah, Rangkaian pekerjaan penataan permukaan tanah ditujukan untuk memperoleh bentuk wilayah dengan kemiringan landai yang pada akhirnya pada lahan tersebut telah siap mendukung pertumbuhan tanaman. Pada PT. Reklamasi A kegiatan penataan lahan di awali dengan melakukan pengembalian overburden ke dalam pit,selanjutnyadilakukan agar lahan bekas tambang memenuhi syarat sebagai media pertumbuhan tanaman adalah dengan melakukan penebaran tanah pucuk
14
(top soil spreading). Yang kemudian dilakukan penanaman tanaman covercrop dan karet (sebagai tanaman Produksi). `
Gambar 3.1. Penataan lahan pada Open pit 3.4.2
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Agar tanah pucuk yang telah ditebar tidak hanyut terangkut oleh air (erosi)
maka bersamaan dengan kegiatan penataan lahan harus pula dilakukan pengendalian erosi dan sedimentasi. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu mengkombinasikan
cara
vegetatif
dan
sipil
teknis.
Beberapa
kegiatan
pengendalian erosi dan sedimentasi yang akan dilakukan meliputi : pembuatan teras, saluran drainase, pembuatan guludan (Gambar 3.1.) dan penanaman tanaman penutup tanah (cover crops). Pembuatan guludan dilakukan dengan tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng.Tinggi tumpukan tanah sekitar 25 – 30 cm dengan lebar dasar sekitar 100 cm dan jarak antara guludan sekitar 10 m. Guludan berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah.Dengan demikian erosi berkurang. Manfaat guludan adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar
15
peresapan air ke dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman. Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila menggunakan stek / stump, atau ditabur jika menggunakan benih/biji, dan jarak tanam 30 – 50 cm jika menggunakan jenis rumput. Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang dibuat adalah: (a) Mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan teras untuk digunakan memperbaiki guludan, (b)
Memperbaiki guludan dan memelihara tanaman penguat teras.
Gambar 3.2 Sketsa Penampang Guludan
3.4.3
Revegetasi Revegetasi merupakan kegiatan penanaman area bekas tambang dengan
tanaman karet. Oleh sebab itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian lebih pada revegetasi adalah pengadaan bibit dan penanaman. 3.5
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN Pemeliharaan dan perawatan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pada
saat proses penutupan tambang yang dilakukan oleh PT.Reklamasi A dan setelah dilakukannya serah terima kepada pihak Pemerintah Daerah setempat dan
16
masyarakat setempat. Setelah itu maka Pemerintah Daerah setempat, masyarakat dan perusahaan perkebunan sebagai penanggungjawab pemeliharaan. Upaya-upaya pemeliharaan yang dapat dilakukan antara lain: a. Penyuluhan masyarakat setempat mengenai bahaya kebakaran hutan dan tata cara praktis pencegahan, pemantauan, dan penanggulangan kebakaran hutan. b. Pengamatan dan pengawasan sumber-sumber potensial kebakaran hutan lokasi pembakaran ladang dan pemukiman. c. Pembentukan organisasi pengendalian kebakaran yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat serta penyiapan sarana-prasarana penanggulangan kebakaran agar supaya siap digunakan jika diperlukan. Adapun pemeliharaan dan perawatan meliputi pemeliharaan tanaman penguat dan tanaman perkebunan. 3.5.1 Pemeliharaan Tanaman Pelindung Tanaman pelindung yang dipilih sebaiknya adalah tanaman lokal yang cepat tumbuh, atau tanaman non lokal yang mempunyai keunggulan tertentu. Tanaman yang dapat dipilih pada lahan reklamasi adalah jenis tanaman keras yang mampu menangkap nitrogen dari udara dan menyimpannya pada sistem perakaran, sehingga akan meningkatkan kesuburan tanah di sekeliling tanaman tersebut. Berikut perkiraan perhitungan untuk reklamasi : a. Penanaman karet Penanaman karet dengan jarak tanam 4 x 4 m sebanyak 625 batang/Hektar dengan harga Rp. 5000,-/batang. b. Pemantauan Air Kegiatan penunjang dari reklamasi itu sendiri tidak terlepas dari air yang berada pada sekitar area waste dump.Untuk itu, perlu adanya pemantauan terhadap air dimana pada area ini diuji pada 5 titik dengan pemantauan 3 bulan sekali. Pengembangan teknik penanaman juga penting diupayakan untuk mengendalikan kerawanan terhadap erosi dan longsor. Vegetasi dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi longsor, antara lain dengan upaya:
17
1.
Menggunakan tanaman sebagai upaya konservasi, seperti tanaman penguat tanggul teras. Tanaman yang dapat digunakan untuk penguat tanggul adalah rerumputan, seperti rumput gajah, tanaman lamtoro atau tanaman buah-buahan.
2.
Melaksanakan teknik konservasi, yaitu dengan menerapkan pola bercocok tanam dengan jenis tanaman yang sesuai, mengatur pola tanam yang sesuai dengan musim, dan menggunakan cara bercocok tanam yang dapat memperlambat limpasan permukaan. Jenis tanaman dibedakan sesuai dengan fungsinya, yaitu tanaman penguat tanggul teras, tanaman penguat teras dan tanaman semusim pada lahan olah.
Konstruksi konservasi vegetatif dengan model teras bangku (lahan datar) dan pada lahan miring dapat disajikan pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.
Guludan
Saluran
Saluran
Lahan Olahan
Lahan Olahan
TAMPAK SAMPING Lahan Olahan
Lahan Olahan
Lahan Olahan
TAMPAK ATAS
Gambar 3.3 Konstruksi konservasi vegetatif sistem teras bangku
Guludan Lahan Olahan
Lahan Olahan
18
Saluran
Lahan Olahan
Saluran
Lahan Olahan
Lahan Olahan
Lahan Olahan
Gambar 3.4 Konstruksi konservasi vegetatif pada lahan miring
Vegetasi juga bisa memegang peran dalam mengurangi terjadinya erosi tebing melalui proses sebagai berikut : a.
Pengikatan partikel-partikel tanah oleh vegetasi
b.
Menurunkan tingkat kelembaban tanah melalui proses evapotranspirasi, sehingga dapat mengurangi potensi terjadinya tanah longsor. Usaha untuk meningkatkan proses evapotranspirasi ini diantaranya dapat dilakukan dengan cara memperbanyak jumlah vegetasi, melakukan penghijauan terutama di sepanjang aliran sungai.
c.
Meningkatkan laju infiltrasi sehingga dapat menurunkan volume air limpasan yang merupakan faktor penyebab terjadinya erosi.
d.
Melalui sistem perakaran vegetasi, muatan sedimen dalam sungai dapat diendapkan di tebing-tebing sungai sehingga dapat memantapkan tebing sungai. Dengan kata lain, peran vegetasi dalam mencegah atau mengurangi terjadinya erosi tebing sungai adalah bersifat melindungi (mengurangi gerusan air sungai) dan memantapkan (mengurangi potensi longsor) tebing sungai.
3.5.3 Pemeliharaan Tanaman Perkebunan Teknis pemeliharaan lahan bekas tambang yang telah direvegetasi lanjutan, yaitu berkaitan dengan pemeliharaan mengenai tanaman yang ditanam, kestabilan lereng dari jenjang lahan yang direklamasi, sistem drainase dari lahan dan pengaman area yang telah selesai direklamasi. Pada kondisi akhir tambang, lahan yang telah ditata akan dikembalikan lagi sebagai kawasan hutan produksi, yaitu tanaman :
Penanaman tanaman karet Tanaman yang akan ditanam setelah lahan bekas tambang permukaan ditimbun kembali. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman karet. Dipilihnya tanaman karet ini mempunyai keuntungan yaitu getah dari
19
tanaman karet digunakan untuk bahan dasar pembuatan karet. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dari segi ekonomi yang lebih menguntungkan.
Pemupukan tanaman karet Merupakan faktor penentu produktivitas tanaman karet. Karena itu metode pemupukan tanman karet harus tepat.Metode pemupukan tanaman karet harus sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan. Pemupukan wajib dilakukan dengan berkala dan berkelanjutan umumnya dosis pemberian pupuk tanaman karet dilakukan dua kali dalam setahun dengan seimbang , pada tanaman karet berumur enam hingga 15 tahun dosis pemupukannya adalah 350 gram urea perhektar pertahun, 260 gram SP perhektar pertahun dan 300 gram KCL perhektar pertahun.
Pembersihan kebun karet Sebelum dilakukan pemupukan secara berkala harus dipastikan kebun karet yang dimiliki bebas dari tanaman penggangu hal ini bisa dilakukan dengan pembersihan kebun karet secara rutin. Sehingga dilakukan pemupukan tanaman karet tidak persaing dengan gulma mendapatkan nutrisi.
20
untuk
Tabel 3.2 RENCANA REKLAMASI PERIODE TAHUN 2043-2047
21
203
203
203
203
203
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
2.206.914
2.675.520
2.473.136
2.671.886
2.493.935
LANJUTAN TABEL 3.2
2033
22
203
2035
2036
203
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
2.206.914
2.675.520
2.473.136
2.671.886
2.493.935
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
7,07
8,53
10,33
9,63
8,73
4418.7 5
5331,2 5
6456,2 5
6018,7 5
5456,2 5
4418.7 5
5331,2 5
6456,2 5
6018,7 5
5456,2 5
7,07
8,53
10,33
8,73
LANJUTAN TABEL 3.2
2033
23
203
2035
2036
203
BAB IV KRITERIA KEBERHASILAN
Dalam kegiatan reklamasi perlu dilakukan kegiatan pemantauan, ini dimaksudkan agar reklamasi tersebut dapat berjalan dengan maksimal. Kegiatan pemantauan dilakukan secara berkala dan dilakukan evaluasi hasil pemantauan agar dapat dinilai kriteria keberhasilan reklamasi tersebut. Obyek kegiatan yang berkaitan dengan kriteria keberhasilan reklamasi tahap produksi adalah penataan permukaan tanah, salah satu paramater yang dievaluasi adalah berapa luas area yang ditata apakah sesuai dengan rencana, selain itu tentang masalah stabilitas timbunan, apakah terjadi longsoran atau tidak. Obyek kegiatan lain yang terkait dengan kegiatan reklamasi adalah penimbunan kembali lahan bekas tambang. Parameter yang dievaluasi adalah luas area yang ditimbun apakah sesuai atau melebihi rencana, selain itu stabilitas timbunan juga dievaluasi, apakah terjadi longsoran atau tidak. Kegiatan penebaran tanah zona pengakaran juga masuk kriteria keberhasilan reklamasi tahap operasi produksi, parameter yang dievaluasi adalah luas area yang ditebar dan pH tanah apakah memenuhi kriteria untuk dilakukan penanaman kembali. Pengendalian erosi dan pengendalian air juga merupakan salah satu kegiatan reklamasi yang dievaluasi, parameternya adalah apakah saluran drainase dan bangunan pengendali erosi mengalami erosi dan sedimentasi atau terjadi alur-alur erosi. Kegiatan paling penting dalam reklamasi adalah revegetasi, penanaman kembali merupakan obyek kegiatan yang dievaluasi dalam kriteria keberhasilan reklamasi. Parameter yang dievaluasi adalah berapa luas area penanaman, bagaimana pertumbuhan tanamannya. Pengendalian air asam tambang juga masuk dalam kriteria keberhasilan reklamasi. Semua kriteria-kriteria tadi harus dilaksanakan secara teratur dan sistematis agar tingkat keberhasilan suatu kegiatan reklamasi di suatu tambang dapat dikatakan baik dan berhasil.
24
Tabel 4.1
44,29 ha Tidak Ada Longsor an
44,29 ha
Tidak Ada Longsor an
25
Lanjutan Tabel 4.1
44,29 ha
6 Tidak Ada Erosi & Sedimenta si
Tidak Ada Erosi
26
Lanjutan Tabel 4.1
44,29 ha
44,29 ha
27
Lanjutan Tabel 4.1
Pengkaps ulan (PAF}
Tidak Ada Erosi ph air 6
90 %
28
Lanjutan Tabel 4.1
29
BAB V RENCANA BIAYA REKL.AMASI
Bab ini memuat rencana biaya yang diperlukan untuk mereklamasi lahan yang terganggu dirinci untuk setiap tahun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Perhitungan biaya reklamasi terdiri dari : 1. Biaya langsung. Uraian mengenai biaya yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya reklamasi yang meliputi: a. penataan kegunaan lahan; b. revegetasi; c. pencegahan dan penanggulangan air asam tambang; dan/atau d. pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang. 2. Biaya tidak langsung. Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan, yang ditentukan sebagai berikut: a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan.
30
b. Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2 % - 10 % dari biaya langsung. c. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor sebesar 3 % - 14 % dari biaya langsung. d. Biaya supervisi sebesar 2 % - 7 % dari biaya langsung. 3. Total Biaya Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung dan biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku dan dibuat dalam mata uang Rupiah.
31
Tabel 5.1 Biaya Reklamasi Periode Tahun 2033 – 2037
32
33
View more...
Comments