Laporan Regenerasi Sirip Ikan Nilem Fajar (Fix)
December 4, 2018 | Author: Fajar Nour Cholis | Category: N/A
Short Description
c...
Description
REGENERASI SIRIP IKAN NILEM (Osteochi ) Osteochi l us hasse hassel ti
Oleh : Nama : Fajar Nour Cholis NIM : B1J012180 Rombongan : II Kelompok : 2 Asisten : Devi Olivia Muliawati
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bervariasi, ada yang ringan, seperti luka dan memar, ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang, dan yang berat, yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh terbuang (Yatim, 1994). Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio. Satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio (Kimball, 1983). Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Regenerasi ada tiga macam, yaitu epimorfosis atau regenerasi epimorfik, morfolaksis atau regenerasi morfalaktit, dan regenerasi intermediet (Balinsky, 1983). Daya regenerasi pada setiap organisme tidaklah sama. Ada kelompok hewan yang memiliki daya regenerasi yang tinggi ada pula yang rendah sekali. Hewan vertebrata memiliki daya regenerasi yang rendah jika dibandingkan dengan hewan avertebrata yang memiliki daya regenerasi tinggi. Kelompok reptilia seperti cicak
dan kadal dapat melepaskan ekornya agar terhindar dari tangkapan musuh kemudian akan meregenerasi kembali ekornya pada waktu senggang (Yatim, 1994). Praktikum kali ini menggunakan ikan Nilem (Osteochilus hasselti) sebagai bahan percobaan karena selain mudah didapat juga karena bisa meregenerasi siripnya yang bisa tumbuh kembali, sehingga proses dari tumbuh atau regenerasinya perlu untuk diamati. B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini mahasiswa dapat mengetahui proses regenerasi pada sirip ikan dan mengetahui kemampuan regenerasi pada berbagai sirip ikan Nilem (Osteochilus hasselti).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium, gunting atau pisau, millimeter blok dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan Nilem (Osteochilus hasselti).
B. Metode
Cara kerja dalam praktikum kali ini adalah: 1. Ikan nila diambil dari akuarium menggunakan seser. 2. Diukur panjang total ikan menggunakan millimeter blok. 3. Gunting salah satu bagian sirip pada ikan. 4. Ukur bagian sirip yang terpotong sehingga diketahui panjang tubuh yang tersisa. 5. Masukkan kembali ikan ke dalam akuarium dan dipelihara selama 2 minggu. 6. Setiap hari ikan diberi pakan berupa pellet ikan dan air akuarium disipon setiap 2 hari sekali. 7. Pada minggu pertama dan kedua diukur kembali panjang tubuh untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan pada sirip yang dipotong.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Ikan Nilem sebelum siripnya
Gambar 2. Ikan Nilem sesudah siripnya
Gambar 3. Pengamatan Gambar 1 sirip ikan Nilem minggu
Tabel 1. Hasil Pengamatan Regenerasi Sirip Ikan Nilem Rombongan II
Kelompok
Sirip
1 2
Caudal fin atas Caudal fin bawah Anal fin Abdominal fin Pectoral fin
3 4 5
Keterangan : X : ikan mati
Panjang Sirip Sebelum Dipotong (mm) 18 -
Panjang Sirip Setelah Dipotong (mm) 8 10
11 12 12
3 5 8
Minggu1 (mm)
Minggu2 (mm)
10 11
X X
4 11 9
7 17 11
Tabel 2. Hasil Pengamatan Regenerasi Sirip Ikan Nilem Rombongan IV
Kelompok
Sirip
1 2
Caudal fin atas Caudal fin bawah Anal fin Abdominal fin Pectoral fin
3 4 5
Keterangan : X : ikan mati
Panjang Sirip Sebelum Dipotong (mm) 18 19
Panjang Sirip Setelah Dipotong (mm) 3 9
9 9 13
1 4 7
Minggu1 (mm)
Minggu2 (mm)
7 12
11 X
4 6 8
X 8 8
B. Pembahasan
Kemampuan regenerasi yang sangat jelas dapat dijumpai pada spons, coelenterata, cacing bahkan banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru yang berasal dari fragmen-fragmen tubuhnya saja. Vertebrata, kemampuan meregenerasi struktur-struktur utama tubuh terbatas pada Urodella yang dapat mengganti anggota badan atau ekor yang hilang. Beberapa Icertulia yang dapat meregenerasi bagian ekor yang hilang seperti kecebong (Adnan, 2007). Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut , ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama, misalnya anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses biasa, yaitu rontoknya rambut. Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan deferensiasi lebih sel-sel lapisan marginal. Berupa berbagai penimbunan sel-sel yang nampak belum mengalami diferensiasi pada luka tersebut disebut blastama yang akan berpoliferasi dan secara prosesif membentuk bagian yang hilang. Blastama dapat berasal dari sel cadang khusus atau neoblast sel-sel intertisial yang bermigarsi ke tempat asal luka (Sugianto, 1996). Berdasarkan hasil praktikum kelompok 2, perkembangan sirip yang dipotong yaitu pada minggu pertama ikan yang diamputasi sirip caudal bawah lalu tumbuh hingga 1 mm. Kemudian beberapa hari setelah pengukuran sirip ikan minggu pertama, ikan mati. Proses regenerasi pada sirip ikan dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor misalkan kondisi internal ikan, peranan sirip ikan untuk pergerakan didalam air (Paxton, 1986). Pemotongan sirip ikan nilem tiap kelompok berbeda, hal ini bertujuan untuk mengetahui pada sirip bagian mana yang proses regenerasinya lebih cepat. Berdasarkan hasil rombongan II, Kelompok 1 mengamati sirip caudal atas yang pada
minggu pertama tumbuh 2 mm dan pada minggu kedua ikan mati, kelompok 2 mengamati sirip caudal bawah yang pada minggu pertama tumbuh 1 mm dan pada minggu kedua ikan mati, kelompok 3 mengamati sirip anal yang pada minggu pertama tumbuh 1 mm dan pada minggu kedua tumbuh 3 mm, kelompok 4 mengamati sirip abdominal yang pada minggu pertama tumbuh 6 mm dan pada minggu kedua tumbuh 6 mm, kelompok 5 mengamati sirip pectoral yang pada minggu pertama tumbuh 1 mm dan pada minggu kedua tumbuh 2 mm. Menurut Paxton (1986) regenerasi sirip ikan yang paling cepat terjadi pada sirip caudal dan sirip karena fungsi sirip bagian caudal dan anal merupakan sirip yang mempunyai peranan penting dalam pergerakan ikan. Sebagian sirip diamputasi atau terluka parah dapat untuk menyelesaikan pemulihan diri melalui proses regenerasi epimorphic. Proses ini melibatkan perekrutan sel mesenchymal untuk membentuk protoplasma yang diikuti oleh diferensiasi ini sel ke scleroblasts, sintesis dan deposisi matriks ekstraseluler, restorasi andmorphological (Anusree, 2011). Menurut Adnan (2007), bahwa regenerasi merupakan suatu peristiwa yang terjadi atas beberapa tahap yaitu : 1. Penyembuhan luka. 2. Penyembuhan jaringan. 3. Pembentukan blastoma. 4. Morfologi dan redeferensiasi. Menurut Yatim (1994), bahwa proses regenerasi sebagai berikut : 1. Darah mengalir menutupi pernukaan luka lalu membentuk scap yang sifatnya melindungi.
2. Epitel kulit menyebar di permukaan luka di bawah scab sel epitel bergerak secara nuboid. Butuh waktu dua hari agar kulit lengkap menutupi luka. 3. Redeferensiasi sel-sel jaringan di sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent, untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. 4. Pembentukan blastoma, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka, scab yang ada mungkin sudah lepas waktu itu. 5. Rediferensiasi sel-sel deferensiasi, serentak dengan poliferasi sel-sel blastoma itu. Menurut Sudarwati (1990), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan meningkatkan regenerasi. 2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi. 3. Sistem saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel sekitar luka . hal ini dapat dibuktikan dengan radisai seluruh bagian tubuh terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang menentukan macam organ yang diregenerasi. Kecepatan regenerasi pada hewan dipengaruhi beberapa hal, seperti adaptasi terhadap lingkungan asing. Hewan yang teramati pada percobaan mengalami stress, mogok makan, dan selalu berusaha untuk meloloskan diri apabila tempat isolasi dibuka. Menurut Morgan (1982), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan
dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7 0C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa: 1. Regenerasi organ merupakan suatu proses pembentukan kembali organ yang hilang dari tubuhnya dan mengalami regenerasi organ hanya pada bagian organ tertentu 2.
Ada tiga cara regenerasi yaitu regenerasi epimorfosis, regenerasi morfolaksis dan regenerasi intermediet.
3. Proses regenerasi pada sirip caudal dan anal lebih cepat karena fungsinya yang penting untuk pergerakan ikan.
B. Saran
Sebaiknya saat pemberian makan pada ikan tidak terlalu banyak supaya sisa makanan yang tidak dimakan oleh ikan tidak mengendap dan menjadi racun untuk ikan sehingga ikan mati.
DAFTAR REFERENSI
Adnan, Halifah pagarra, Asmawati, 2007. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM. Anusree. P, Saradamba. A, Tailor. N, Desai. I and Suresh. B. 2011. Caudal Fin Regenerationis Regulated By Cox-2 Induced PGE In Teleost Fish Poecillia Latipanna. The Maharaja Sayajirao University of Baroda Vol. 11(2) 2795-280. Balinsky, B. I. 1983. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia Kimball, J.W. 1983. Biologi Edisi ke- 5 jilid 2. Jakarta: Erlangga. Paxton, M. J. W. 1986. Endrokrinology Biological and medical prespective. Wm. C. Brown Publisher. Dubuque. Lowa Morgan, W. 1982. Comparative Anatomy. John Willey and Sons Inc., New York. Sudarwati, 1990. Struktur Hewan. Bandung : Jurusan Biologi FMIPA ITB. Sugianto, 1996. Perkembangan Hewan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Tarsito.
View more...
Comments