Laporan Refleksi Kasus Komuda Blok 18
August 17, 2018 | Author: Dianatun Nafisah | Category: N/A
Short Description
aaaa...
Description
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA
DISUSUN OLEH : DIANATUN NAFISAH 20130310084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA
NAMA / NIM
: DIANATUN NAFISAH / 20130310084
TEMPAT KOMUDA : RSUD MUNTILAN
1. Pengalaman
Seorang wanita, G2P2A0 berusia 44 tahun dan suntik KB mengeluhkan punggung pegel. Keadaan umum baik, composmentis dan tidak ada anemia. Tekanan darah 90/70 mmHg, Nadi 74 X/menit dan suhu 36,6 o C. Pasien didiagnosis Prolaps Uteri oleh dokter. Terapi yang diberikan yaitu pasang infus RL I jam 06.00, pasang DC RL II jam 06.30, Toelesing, Cefotaxine 2X1 gram dan Ketorolac/drip. Tindakan yang akan dilakukan yaitu Histerektomi. 2. Masalah yang dikaji
Mengapa pasien harus di Histerektomi ? Bagaimana jika pasien masih menginginkan anak ? Adakah terapi lain ? 3. Analisa kritis
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula. Ada kemungkinan terdapat prolaps vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolaps uteri atau prolaps uteri yang ada belum perlu operasi. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari operasi prolaps rahim, disertai dengan perbaikan prolaps vagina pada waktu yang sama. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor,
seperti
umur
penderita,
keinginan
untuk
masih
mendapat
anak
atau
untuk mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Histerektomi tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat lanjut dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagaina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari. Penatalaksanaan pada wanita yang tidak menginginkan histerektomi atau pada wanita yang memilih penatalaksanaan bedah dan menginginkan preservai uterus dapat dilakukan prosedur fiksasi ligamen sakrospinosus atau uterosakral, atau dilakukan
histeropexy per abdominal tanpa dilakukan histerektomi. Idealnya seorang wanita tidak lagi melahirkan apabila memilih pembedahan prolaps untuk mencegah terjadinya rekurensi pasca hamil atau persalinan. Apabila seorang wanita hamil setelah pembedahan prolaps, maka cara persalinan ditentukan kasus per kasus. Rekurensi prolaps setelah histeropexy sakral atau colpopexy sakral berkisar antara 6,5% sampai dengan 23,5%, dan mencapai 30% pada histeropexy sakrospinosus. Komplikasi yang dapat terjadi mencakup perdarahan, hematoma, infeksi luka operasi, obstruksi usus halus, hernia insisional dan erosi tandur. Histeropexy tidak boleh dilakukan dengan menggunakan dinding abdomen ventral sebagai penyokong karena berisiko tinggi untuk terjadinya prolaps rekurens, terutama enterokel. Pada wanita yang tidak menginginkan fungsi vagina (aktifitas seksual dan memiliki anak) yang tidak menginginkan histerektomi kolpokleisis merupakan pilihan. 4. Dokumentasi
5. Referensi
Doshani A, Teo R, Mayne CJ, Tincello DG. Uterine Prolapse. ClinicalReview 2007. [database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013];335:819-823. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2034734/pdf/bmj-335-7624-cr 00819.pdf. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. EdisiKedua, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. Hal: 911,432,433,436,437 Dosen Pembimbing
( dr. Bramantyas K H, M. Sc )
View more...
Comments