Laporan Refleksi Kasus Epe Neil

April 29, 2019 | Author: alphi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

EPE...

Description

LAPORAN REFLEKSI KASUS EPE

1.

Pengalaman

 Nama

: NEIL AUTARI S

 NIM

: 20130350063

Puskesmas

: Bambanglipuro

:

Pelayanan resep yang dilakukan di Puskesmas Bambanglipuro Bantul,Yogyakarta sebagai berikut : 1. Kelengkapan resep Kelengkapan resep meliputi nama obat, dosis, jumlah dan aturan pakai serta tanggal  pemeriksaan, nama pasien, umur dan alamat pasien. Setelah Sete lah resep diterima, apoteker melakukan pengecekkan terhadap resep. 2. Peracikan resep Obat diracik sesuai dengan permintaan yang tertulis pada resep. Sebelumnya resep di input terlebih dahulu ke dalam komputer. Resep tersebut ada yang dibuat sediaan  puyer, obat sirup dan kapsul. Tapi untuk obat kapsul pasien diharuskan menunggu, karena pembuatannya memakan waktu agak lama. Pengambilan, peracikan obat,  pemberian etiket dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker. 3. Penyerahan obat pada pasien Sebelum diserahkan kepada pasien, Apoteker kembali mencocokkan obat dengan resep dalam hal nama pasien, nama obat, jumlah obat, penulisan etiket dan aturan  pemakaian. Setelah semua lengkap, Apoteker memanggil pasien dan memberikan  penjelasan KIE (Konseling Informasi Edukasi) kepada pasien dengan jelas dan tepat mengenai obat tersebut dan aturan pemakaiannya agar pasien tidak kebingungan dengan penggunaanya.

2. Masalah yang dikaji : 

Mengapa di puskesmas Bambanglipuro ini tidak dilakukannya pencopyan resep?



Bagaimana pengarsipan resep dan pengelolaan obatnya ?



Bagaimana cara penyimpanan obatnya?



3.

Apakah gudang obat juga dicampur dengan gudang barang?

Analisa kritis :

Puskesmas Bambanglipuro ini merupakan salah satu puskesmas induk yang ada di Bantul, Yogyakarta. Puskesmas ini memiliki beberapa puskesmas pembantu antara lain : Pustu Sidomulyo, Pustu Mulyodadi dan Pustu Sumbermulyo. Di puskesmas induk inilah yang memiliki jumlah pasien terbanyak dibanding puskesmas pembantu lainnya. Tentunya hal ini juga mempengaruhi banyaknya resep dan obat yang harus dipergunakan. Pada tanggal 09 Mei 2014 lalu, kami melakukan EPE ( Early Pharmaceutical Exposure ) ke puskesmas Bambanglipuro ini. Kami melakukan kunjungan ini guna untuk mempelajari keterampilan klinik dan meningkatkan motivasi untuk masa yang akan datang.



Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep aslinya juga harus memuat: 1.  Nama dan alamat apotek 2.  Nama dan nomor Izin Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) 3. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) 4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, tanda nedet (nedetur) untuk obat yang belum diserahkan, pada resep dengan tanda ITER ..X diberi tanda detur orig atau detur X 5.  Nomor resep dan tanggal pembuatan ( Tim, Seni Menulis Resep Teori & Praktek, 2007 ) Apoteker di puskesmas ini tentunya sudah ahli dalam bidang pengambilan, peracikan maupun pemberian obat ke pasien. Namun, masih terlihat kekurangan yang ada pada  puskesmas ini. Hal ini berkaitan dengan penyalinan resep. Seharusnya di setiap resep yang dibuat dari dokter dilakukan pencopyan resep agar tahu obat-obat yang sudah digunakan. Menurut Ibu Listyas selaku apoteker di puskesmas ini, pencopyan resep itu memakan waktu yang cukup banyak dan juga pengobatan di puskesmas itu sendiri

hanya berlaku untuk sekali pengobatan. Jadi, resep yang telah digunakan hanya digabungkan per harinya dan disimpan.



Pengarsipan resep : Pengarsipan resep dikelompokkan tiap shift, kemudian setelah lengkap 1 hari, dibendel berdasarkan nomor. Untuk nama dokter yang sama

 resep

dibendel dalam

waktu 1 bulan, kemudian diurutkan tanggal dan nomor resep. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulusuran resep. Pengarsipan fraktur : Fraktur yang datang dikelompokkan ke map fraktur datang yang belum lunas. Fraktur dikelompokkan menurut nama PBF, diurutkan tanggal frakturnya kemudian dimasukkan datanya kedalam komputer dengan data : nama PBF, nama barang, harga, tanggal fraktur, dan tanggal jatuh tempo. Bila fraktur sudah lunas maka ditulis tanda lunas, kemudian dimasukkan ke dalam fraktur lunas dan dimasukkan ke dalam komputer. Barang yang Expired date : Apabila dalam apotek ada barang yang Expired date (ED) atau rusak atau salah kirim  bisa dikembalikan (direktur) ke PBF, tetapi sebelumnya sudah ada perjanjian retur  barang yang sudah disepakati pada waktu pembelian. Retur biasnya ditukar barang  juga. Pada waktu retur barang yang harus diperhatikan adalah : adanya perjanjian retur dengan PBF, keadaan barang yanga akan diretur, jumlah barang, apakah akan diretur, waktu untuk retur barang (3 bulan / 6 bulan sebelum ED ). Bila barang yang ingin diretur masih dalam keadaan baik, ada jumlah minimal retur (1 strip, 1 botol) dan ada perjanjian retur sebelumnya maka bisa saja apotek menerima lagi barang tersebut, tetapi retur hanya dikembalikan sebagian, dipotong 20 % dari harga jual sebelumnya. Aturan mengganti obat di apotek : o

Obat paten bisa diganti obat generik atas persetujuan antara apoteker dan  pasien/dokter, asalkan mempunyai kandungan zat aktif dan khasiat yang sama.

o

Obat generik bisa diganti obat paten bila obat tersebut tidak ada/jarang ditemui dipasaran, atas persetujuan apoteker, pasien, dan dokter.

o

Obat paten bisa diganti obat paten lain atas persetujuan antara apoteker dan  pasien/dokter asalkan mempunyai kelas terapi.

Untuk pengarsipan resep di puskesmas bambanglipuro ini, seperti yang dikatakan tadi bahwa untuk resep hanya di input di dalam komputer dan digabungkan menjadi satu setiap per hari, per bulan sampai per tahunnya.



Tempat penyimpanan obat : o

Disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk obat yang mudah menguap (ether, halotane).

o

Disimpan terlindung dari cahaya (tablet, kaplet, sirup.)

o

Disimpan dengan zat pengering/penyerap lembab (kapsul).

o

Disimpan pada suhu 15-30°C (tablet, kaplet, sirup).

o

Disimpan pada suhu 5-15°C (minyak atsiri, salep mata, krim, ovula, suppositoria, tingtur).

o

Disimpan di tempat dingin suhu 0-5°C (vaccina) Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

28/Menkes/Per/1978 : 

Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.



Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.



Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan untuk menyimpan morfin, petiin, dan garam-garamnya serta  persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari



Lemari khusus tidak dipergunkan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menkes.



Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.



Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum

o

Obat golongan narkotika, disimpan diruang peracikan, di lemari khusus narkotika.

o

Obat golongan psikotropika, disimpan diruang peracikan, di lemari khusus terpisah dengan sediaan farmasi yang lain.

o

Obat golongan keras, disimpan diruang peracikan, dikelompokkan: obat  bentuk padat (tablet, kapsul, pil), obat bentuk semi padat (salep, krim, pasta,

 jel), obat cairan (sirup), bat injeksi (vial, ampul, infus), dan obat didalam lemari pendingin (vaccin, suppositoria, ovula, injeksi). o

Obat HV/OTC, disimpan di ruang penjualan obat bebas, di bagian depan,  perlu diperhatikan : 

desain lemari/rak (fungsional dan estetika)



estetika (seni keindahan dalam menata dan mendesain rak/lemari obat OTC, agar menarik bagi konsumen)



tata letak/lay out (susunan barang memberi kenyamanan dan kemudahan untuk diakses)



tanda (petunjuk tempat golongan obat sesuai fungsinya)

Penyimpanan obat di puskesmas ini sudah cukup baik. Masing-masing obat sudah digolongkan penyimpanannya dan sudah diurutkan sesuai abjad agar saat  pengambilan apoteker lebih gampang untuk mengambil obat. Namun, masih ada  beberapa kesalahan di dalam lemari penyimpanan obat seperti pada gambar dibawah ini, letak obatnya tidak sesuai dengan nama obat yang sudah tertera.



Gudang barang seharusnya dipisahkan dengan gudang obat. Hal itu dikarenakan  penyimpanan obat memiliki ruang suhu yang dibedakan dari gudang biasa. Namun, di  puskesmas ini, gudang obat masih dicampurkan dengan gudang barang akibatnya suhu tidak terkendali. Kondisi gudang obat yang kecil mengakibatkan lemari tidak

muat untuk dimasukkan obatnya. Jadi, beberapa obat masih saja ada di kardus dan  belum ditata sesuai golongannya. Seperti pada gambar dibawah ini, banyaknya tumpukan kardus-kardus yang berisi obat ataupun barang-barang.

4.

Dokumentasi

Apotek Puskesmas Bambanglipuro

Beberapa

contoh

resep

Puskesmas Bambanglipuro

Data resep obat yang diinput ke dalam komputer

Etiket dan bungkus untuk puyer puskesmas

Obat yang disusun sesuai alfabet

Meja peracikan obat

 bambanglipuro

Contoh faktur Puskesmas Bambanglipuro

Kartu stok obat Puskesmas Bambanglipuro

5.

Referensi 

Heru sasongko, S.Farm.,Apt Pengelolaan Obat dan Administrasi Apotek staff Fakultas MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo



Peraturan menteri kesehatan nomor : 284/Menkes/III/2007/ tanggal 8 Maret 2007 tentang apotek rakyat



Puskesmas Bambanglipuro

Dosen Pembimbing Refleksi

(Dian Purwita Sari, M.Biotech, Apt)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF