LAPORAN PULVIS
January 31, 2019 | Author: mutiara | Category: N/A
Short Description
laporan pulvis...
Description
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di Indonesia, pembangunan di bidang farmasi masih terfokus pada tersediannya obat bermutu, aman dan terjamin efikasinya, serta terjangkau masyarakat. Sejalan dengan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat serta semakin kompleksanya upaya pelayanan kesehatan terutama yang menyangkut terapi obat telah menuntut apoteker untuk memberikan perhatiannya pada orientasi pelayanan farmasi ke arah peduli pasien dengan sasaran akhir yakni dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan adanya program pelayanan farmasi klinik. Untuk mencapai tujuan pembangunan di bidang obat, perlu adanya standar pelayanan kefarmasian (Priyanto, 2008). Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan serta pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan , aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep dokter gigi maupun dokter hewan. Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan,pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obatobatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi ,emjadi bentuk tertentu hingga siap eigunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006). Dalam ilmu farmasi, sediaan serbuk dapat diartikan sebagai campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang telah di haluskan, dan ditujukan untuk pemakaian luar. Penggunaan obat dalam bentuk serbuk sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah atau sulit
1
meminum obat baik dalam bentuk tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang berkhasiat untuk mencegah infeksi pada luka di permukaan kulit. Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihasilkan dan ditunjukan untuk pemakaian oral (melalui mulut) atau untuk pemakaian luar (serbuk tabur) t abur) yang berkhasiat untuk mencegah infeksi pada pa da luka dipermukaan kulit. Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat atau mungkin juga keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat yang kering. Serbuk padat pula dibuat dari bahan obat tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah atau merupakan campuran dua atau lebih unsur kimia murni Pulvis merupakan serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. (Syamsuni, 2006). 1.2.1
Maksud
Mahasiswa dapat memahami tentang sediaan sedi aan berupa ber upa serbuk tabur atau pulvis, khususnya cara pembuatan dan dan pengemasannya. pengemasannya. 1.3
Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui tentang sediaan serbuk tabur dan cara pembuatan serbuk tabur serta pengemasannya.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Farmasi
Farmasi (bidang kefarmasian) adalah suatu profesi yang concens, dan competents tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah profesi, yaitu suatu pekerjaan (occupation) yang menunjukan karakter specialised knowledge dan diperoleh melalui academic preparation (Wertheimer dan Smith, 1989). Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi
obat,
identifikasi,
kombinasi,
analisis
dan
standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani disebut farmakon yang berarti medika atau obat (Syamsuni, 2006). Farmasi (bahasa inggris: pharmacy, bahasa yunani: pharmacon, yang berarti: obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivas dan penggunaan obat Farmasetiak adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga setiap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2005). 2.2
Penggolongan Obat
Menurut Syamsuni (2006), macam-macam penggolongan obat terdiri dari: 1. Menurut Kegunaan Obat. a. Untuk menyembuhkan (Terapeutik ). b. Untuk mencegah ( Profilaktik ). c. Untuk diagnosis ( Diagnostik ). 2. Menurut Cara Penggunaan Obat
3
a. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, beretiket putih. b. Medicamentum ad usum eksternum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi, membrane mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic, aurical, colution/gargarisma/gargle, beretiket biru.
3. Menurut Cara Kerjanya a. Lokal
: Obat yang bekerja pada jaringan setempat seperti pemakaian topikal.
b. sistemik : Obat yang didistribusikan keseluruh tubuh melalui oral. 4. Menurut Undang-Undang a. Narkotik merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobtan dan IPTEK dan dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat dan individu jika dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter. Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon, kodein dan lain-lain. b. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan obat yang memengaruhi proses mental, merangsang atau memenangkan, mengubah pikiran, perasaan atau kelakuan orang. Misalnya golongan ektasi, diazepam, barbital/luminal. c. Obat keras adalah semua obat yang: 1) Mempunyai takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar obat keras yang diterapkan pemerintah. 2) Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya. 3) Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak membahayakan. 4) Semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena. d. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen/pabriknya dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberikan tanda
4
peringatan (P No.1 s/d P No.6, misalnya P No.1: Awas obat keras, bacalah aturan pakainya) e. Menurut Sumber Obat Obat yang kita gunakan dapat bersumber dari: 1) Tumbuhan (flora, nabati), misalnya digitalis, kina, minyak jarak. 2) Hewan (fauna, hayati, misalnya minyak ikan, adeps lanae, cera. 3) Mineral (pertambangan), misalnya iodkali, garam dapur, parafin, vaselin. 4) Sintesis (tiruan/buatan), misalnya kamfer sintesis, vitamin C. 5) Mikroba/fungi/jamur, misalnya antibiotik (penicillin). f. Menurut bentuk sediaan obat 1) Bentuk padat
: serbuk, tablet, pil, kapsul, dan supositoria.
2) Bentuk setengah padat
: salep/unguctum, krim, pasta, cerata, gel/jelly, occulenta (salep mata)
3) Bentuk cair/larutan
: potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma, epithema, injeksi, infuse intravena, douche, lotio, dan mixturae.
g. Menurut proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh: 1) Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan tumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat otonom. 2) Obat kemoterapetik , dapat membunuh parasit dan kuman didalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecilkecilnya terhadap organisme tuan rumah dan berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin parasit (cacing,protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). 3) Obat diagnotik, yaitu obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya dari saluran lambung-usus (barium sulfat), dan saluran empedu (natrium iopanoat dan asam iod organic lainnya). 2.3
Pengertian Sediaan Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar (Syamsuni, 2006).
5
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet, pil). Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum (Syamsuni, 2006). Syarat-syarat serbuk Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut menurut syamsuni (2006) 1. Kering. 2. Halus. 3. Homogen. 4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan psikotropik. 2.4
Pengertian Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis anatara lain pulvis adspersorius (bedak/serbuk tabur yang digunakan topical pada kulit (Syamsuni, 2006). Pulvis adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar (Dirjen POM,1995). Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis (Syamsuni, 2006). Pulvis yaitu serbuk yang tidak dapat terbagi dalam pemakaiannya, contohnya serbuk tabor, serbuk gigi, dan serbuk effervescent (Anief, 2005). 2.5
Macam-Macam Serbuk Tak Terbagi
Serbuk digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain (Syamsuni, 2006) 1. Pulvis adspersorius (serbuk tabor/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit 2. Pulvis dentrificus (serbuk gigi), biasanya mengandung carmin sebagai pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
6
3. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO 2 yang kemudian membentuk larutan yang jernih. Keuntungan dan Kerugian Serbuk Keuntungan bentuk serbuk (Anief, 2000) 1. Dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan. 2. Tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang tidak perlu. 3. Dokter leluasa dalam memilih dosis sesuai keadaan pasien. Kerugian bentuk serbuk (Anief, 2000) 1. Peraciknya membutuhkan waktu yang relatif lama. 2. Sulit untuk ditutupi rasanya. Cara Pembuatan/ Meracik Serbuk Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak No.60, dan dicampur lagi (Dirjen POM, 1979). 1. Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak No. 44. 2. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok. 3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus lebih dahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50 oC 4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya diuapkan hingga hampir kering, dan serbukkan dengan zat tambahan yang cocok. 5. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok 6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok. Pembuatan Serbuk dengan Bahan-Bahan Cara mencampur bahan obat untuk serbuk (Syamsuni, 2006).
7
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortar dengan stemper 2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung di atas kertas. 3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup 4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyanggoyangkan. Derajat Kehalusan Serbuk Macam-macam derajat kehalusan serbuk (Anief, 2006). 1. Serbuk sangat kasar
: 5/8
2. Serbuk kasar
: 10/40
3. Serbuk agak kasar
: 22/60
4. Serbuk agak halus
: 44/85
5. Serbuk halus
: 85
6. Serbuk sangat halus
: 120
7. Serbuk sangat halus
: 200/300
2.6
Uraian Bahan
1.
Alkohol (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: ASETAMINOPHENUM
Nama lain
: Alkohol
Berat Molekul
: 46.0 gr/mol
Rumus struktur
:
Pemerian
: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas dan rasa panas
2.
Kelarutan
: Hampir larut dalam larutan
Khasiat
: Antiseptik (menghambat mikroorganisme)
Kegunaan
: Mensterilkan alat.
Asam Salsilat (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: ACIDUM SALICYLICUM
8
Nama lain
: Asam Salsilat
Berat Molekul
: 138,12 gr/mol
Rumus struktur
:
Pemerian
: Hablur
ringan
tidak
berwarna
atau
serbuk
berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam. Kelarutan
: Larut dalam 550 bagian air, 4 bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan amonnium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P
3.
Khasiat
: Keratolitikum, anti fungi.
Kegunaan
: Sebagai zat aktif
ZnO (Dirjen POM, 1979). Nama resmi
: ZINCI OXYDUM
Nama lain
: Sengoksida
Berat Molekul
: 81,38 gr/mol
Rumus struktur
:
Zn - O Pemerian
: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap karbondioksida dari udara
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida
9
Khasiat
: Antiseptikum local (membasmi kuman pada daerah setempat kulit)
Kegunaan 4.
: Sebagai zat tambahan
Asam Borat (Dirjen POM, 1979) Nama resmi
: ACIDUM BORICUM
Nama lain
: Asam Borat
Berat Molekul
: 61,83 gr/mol
Rumus struktur
:
Pemerian
: Hablur serbuk putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis
Kelarutan
: Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P
5.
Khasiat
: Antiseptikum ekstern
Kegunaan
: Sebagai zat aktif
Talkum (Dirjen POM, 1979). Nama resmi
: TALCUM
Nama lain
: Talk
Berat Molekul
: 370,2657 gr/mol
Rumus struktur
:
O
O Mg
O
O Si = O
O Mg
Si O
Si = O
H2O Si
10
Pemerian
: Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit bebas dari butiran, warna putih atau serbuk hablur, hablur kelabu
Kelarutan
: Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat
: Antiseptik (menghambat bakteri pada biang keringat)
Kegunaan
6.
: Zat tambahan
Oleum rosary (Dirjen POM, 1979). Nama resmi
: OLEUM ROSAE
Nama lain
: Minyak Mawar
Pemerian
: Cairan
tidak
berwarna
atau
kuning,
bau
menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o kental, jika didingingkan perlahan-lahan berubah menjadi masa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutan
: Larut dalam 1 bagian kloroform p, larutan jernih
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat
: Laksativum (zat pengaroma)
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
11
BAB 3 METODE PRAKTIKUM
3.1
WaktudanTempat Pelaksanaan
Praktikum farmasetika dasar dengan judul serbuk tabur (pulvis) dilaksanakan pada tanggal 06 Maret 2018, pukul 07:00-10:30 di Laboratorium Tehnologi Farmasi, jurusan farmasi, fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. 3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yakni terdiri dari 4 alat laboratorium seperti cawan porselen, lumpang dan alu, neracan analitik yang bermerek kern, dan sudip. 3.2.2
Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu kertas perkamen, alkohol 70%, Acid salicyl, ZnO, Acid boric, Talkum, Lavender, dan tisu. 3.3
ProsedurKerja
1.
Dibersihkan alat dengan alkohol 70%.
2.
Ditimbang masing-masing bahan sesuai resep pada neraca analitik.
3.
Diletakan bahan pada kertas perkamen.
4.
Dimasukkan setengah talkum kedalam lumping.
5.
Digerus sampai halus.
6.
Ditambahkan acid salicyl dan digerus.
7.
Ditambahkan 3 tetes alkohol pada acid salicyl.
8.
Ditambahkan ZnO dan digerus.
9.
Ditambahkan sisa Talkum.
10. Diletakan pada wadah dan diberi etiket.
12
3.4
Deskripsi Resep
3.4.1
Resep dr. Adriyana.sp.kk Jl Jawa No.17 Bandung SIK: 04/km/1982 dr. Adriyana, SP.KK Telp: 085256789876
No : 013
Gorontalo, 06 Maret 2017 R/ Acid salicyl 1% ZnO 10% Acid boric 1% Talkum ad 5 gr Lavender q.s m.f pulv. Adsper da in pot No.I ʃ u.e m et vesp
Pro : Bayi zul (1 tahun 5 bulan ) Alamat : Jl pluto no.3 bandung 3.4.2.1 Narasi Resep Per Kata
R/
: Recipe
: ambillah
I
: unus
: satu
10
: desem
: sepuluh
%
: persenta
: persen
50
: quinquaginta
: lima puluh
ad
: ad
: sampai
da in
: da in
: masukkan dalam
et
: et
: dan
m
: mane
: pagi
m.f
: misce fac
: campur dan buatlah
gr
: gramma
: gram
13
No
: Nomero
: sebanyak
S
: Signa
: tandai
pot
: pot
: wadah
pulv.adsp : pulvis adspersorius
: serbuk tabur
q.s
: quantum siffict
: jumlah ssecukupnya
u.e.
: usus externus
: dipakai untuk luar
vesp.
: vespere
: malam
3.4.2.2 Narasi Resep dalam Bahasa Latin
Recipe acid salycyl unus persenta, zink oksid desem persenta, acid boric unus persenta, talkum ad quinquaginta gramma, peppermint quantum siffict, oleum rosae quantum siffict. misce fac pulvis adspersorius da in pot nomero unus (Syamsuni, 2006). 3.4.2.3 Narasi Resep dalam Bahasa Indonesia
Ambillah acid salycyl satu persen, zink oksid sepuluh persen, acid boric satu persen, talkum sampai lima puluh gram, peppermint jumlah secukupnya, oleum rosae jumlah secukupnya. Campur dan buatlah serbuk tabur dalam wadah sebanyak satu 3.4.3
Perhitungan Bahan
1.
Acid salycyl
=
2.
ZnO
=
3.
Acid boric
=
4.
Talkum
= 50 gr – (0,5+5+0,5) gr = 44 gr
1 100 10 100 1 100
x 50 gr
= 0,5 gr
x 50 gr
= 5 gr
x 50 gr
= 0,5 gr
3.4.4.1 Perhitungan Dosis
1.
Ampicillin (50-100 mg) DL
= 50 mg
Dosis sekali
= =
Untuk %OD = DM
150 17 150
x DM x 50 mg
250 56,66
= 56,66 mg
x 100 = 441,22% Over Dosis
= 100 mg
14
Dosis sekali
= =
Untuk %OD = 2.
= Untuk %OD =
150
x 100 mg
250 11,33
= 11,33 mg
x 100 = 2206,53% Over Dosis
150 17 150
x DM x 50 mg
250
= 56,66 mg
x 100 = 441,22% Over Dosis
56,66
Chloropheniramini maleas ( 40 mg ) Dosis sehari
= =
Untuk %OD =
150 17 150
x DM
x 40 mg
2
= 4,53 mg
x 100 = 44,15 % Tidak Over Dosis
4,53
Ranitidin Dosis sehari
= =
Untuk %OD = 5.
17
x DM
= 50 mg
Dosis sekali =
4.
150
Paracetamol (50-100 mg) DL
3.
150 17 150
x DM
x 50 mg
50
= 56,66 mg
x 100 = 66,118 % Tidak Over Dosis
56,66
Glyseril guaiakolat Dosis sehari
= =
Untuk %OD =
150 17 150
x DM
x 100 mg
50 11,33
= 11,33 mg
x 100 = 441,3 % Over Dosis
3.4.5 Interaksi Obat
1.
Acid salicyl
15
Efek dari acid Salicylic dapat berubah jika dikonsumsi dengan obat lain. Karena dapat meningkatan resiko dapat mendapatkan efek samping dan menyebabkan obat tidak bekeja dengan baik. 2.
Acid boric Efek dari acid
boric sama seperti acid Salicylic dapat berubah jika
dikonsumsi dengan obat lain. Karena dapat meningkatan resiko dapat mendapatkan efek samping dan menyebabkan obat tidak bekeja dengan baik. 3.4.6 Indikasi Resep
1.
Acid boric Indikasi
: Untuk bakteriostatis lemah, sebagai racun dan juga sebagai obat cuci mata
Kontraindikasi : Penderita hipersensitif 2.
Acid salycyl Indikasi
: Untuk mencegah dan mengatasi gatal-gatal pada kulit akibat biang keringat.
Kontraindikasi : Diabetes atau sirkulasi darah penifen terganggu 3.
Talkum Indikasi
: Mengurangi keringat di badan
Kontraindikasi : Penderita hipersensitif 4.
ZnO Indikasi
: Untuk perawatan ekstrim iritasi kulit, wasir, infeksi kulit ringan.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal yang parah, ibu hamil dan menyusui . 3.4.6 Penyampaian Informasi
Pada resep kali ini, obatnya mengandung zat aktif acid salyscyl, zink oksid, dan acid boric. Obat ini hanya ditujukan untuk digunakan pada pemakaian luar tidak untuk ditelan dan juga tidak boleh digunakan pada kulit yang terdapat luka. Karena jika dipakai ditempat yang ada luka maka luka tersebut akan mengalami infeksi. Selain itu, obat ini juga tidak boleh terhirup dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, jauhkan dari jangkauan anak-anak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
16
3.5
Farmakologi
1.
Acid boric Asam ini pada konsentrasi jenuh (KI 3 %). Berkhasiat bakteriostatis lemah.
Asam borat dapat diadsorbsi oleh kulit yang rusak, terutama pada bayi dan anak, untuk kemudian ditimbun dalam tubuh sebagai rcun kumulatif. Oleh karena itu, penggunaannya dalam bedak tabur dan salep tidak dianjurkan lagi (OOP : 251). 2.
Acid salycyl Zat ini bekerja keratulitas yang dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada
kensentrasi 5-100%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur ringan. Sering kali asam ini dikombinasikan dengan asam benzoat (saleo whitefield) dan belerang (sulfur precipitatum) yang keduanya memiliki kerja fungistatis maupun bakteriostatis (OOP : 105) 3.
Talk Zat polyen ini mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan
membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensisal dari sel jamur merembas keluar. Pengguanaannya semakin sistematis dengan daya tahan tubuh yang lemah. Efek smapingnya yang terpenting adalah toksisitasnya (demam, merinding) dan terutama gangguan fungsi ginjal, yang membatasi dosis dan lamanya penggunaan, guna mengurangi nefrotoksisitasnya (OOP : 103). 4.
ZnO Demulson Ranolin bersifatprotektif tetap, yang dimaksud disini adalah zat
yang berbentuk bedak halus yang tidak larut dalam air secara kimiawi. Protektif digunkan untuk menutupi kulit atau membran mukosa dan unutuk mencegah terjadinya iritan (Fater : 533) BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
17
Gambar 4.1.1 serbuk tabur 4.2
Pembahasan
Menurut Ansel (1989), serbuk merupakanbagian halus dan sediaan, himpunan produk yang kasar atau suatu produk dengan ukuran partikel menengah. Serbuk dibuat dari bahan obat tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah atau merupakan campuran dua atulebih unsur kimia murni yang dibuat serbuk dalam perbandingan tertentu, serbuk mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara pada campuran bahan padat atau mungkin seluruhnya terdiri dari bahan padat yang kering. Adapun pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pada serbuk tabur, serbuk tabur atau pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain, pulvis adspersorius (bedak/ serbuk tabur) yang digunakan topical pada kulit. Pada pembuatan serbuk tabur ini, bahan yang kami gunakaan adalah acid salicyl, Zno, acid boric, taklum, pepermin, dan lavender. setelah itu ditimbang satu-persatu bahan kedalam neraca analitik, acid salicyl 0,5 gr, Zno 5 gr, dan acid boric 0,5gr. Kemudian dibersihkan alat-alat yang akan dipakai pada saat praktikum dengan menggunakan alkohol 70% agar terhindar dari bakteri. Pada resep bedak tabur, pertama dimasukan 22 gr talkum kedalam lumpang kemuadian digerus sampai halus. Setelah itu Zno diayak dengan menggunakan mesh No. 44. kenapa Zno perlu diayak, menurut syamsuni (2006), jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak No. 44. Sementara Zno mengandung lemak. Selanjutnya talkum yang digerus ditambahkan asam salisilat 0,5 gr dan alkohol tiga tetes dengan menggunakan pipet tetes agar asam salisilat tidak mudah terbang. Sementara menunggu Zno yang sedang diayak, talkum yang sudah selesai digerus dengan asam salisilat ditutup dengan
18
aluminium foil agar serbuknya tidak terbang keudara. sesudah Zno diayak, dicampur dengan talkum dan asam salisislat tetapi sebelum itu dibuka terlebih dahulu aluminium foil yang ditutup tadi, selesai digerus tambahkan lagi dengan asam boric dan digerus hingga halus. Kemudian tambahkan sisa talkum didalam lumpang, alasan kenapa semua bahan digerus satu persatu menurut Kemenkes RI (2011), jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus, hal ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum halus. Terakhir semua bahan yang digerus, diayak dengan mesh No. 44 dan 60, setelah di ayak dengan mesh campuran talkum ditempatkan kedalam lumpang dan ditambahkan
pewangi
seperti
lavender,
papermint
secukupnya
sampai
menimbulkan bau. Kemudian talkum yang sudah selesai ditambahkan pewangi ditaruh kembali kedalam wadah sebelumnya dan diberikan etiket warna biru, tulis pada etiket tambahan “pemakai luar”.
19
BAB 5 PENUTUP 5.1
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa: 1. Plasmolisis terjadi bila sel tumbuhan berada pada larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik). Sehingga air akan keluar dari sel karena tekanan osmosis. Dan larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) akan membuat proses plasmolisis menjadi cepat. 2. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang di berikan dan semakin lama waktu untuk mendiamkan maka semakin banyak protoplasma lepas dari dinding sel dan vakuola. 5.2
Saran
5.2.1 Saran praktikan Di harapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam mengerjakan hal-hal pada praktikum serta membuat laporan praktikan sesuai dengan aturan jadwal pengumpulan. 5.2.2 Saran untuk lab Di harapkan agar kedepannya lab botani bisa menyediakan semua alat untuk praktikan sehingga tidak terjadi berebut alat antara kelompok. 5.2.3
Saran jurusan Diharapkan jurusan lebih meningkatkan sarana dan prasarana agar dalam
melakukan praktikum dengan nyaman
20
21
View more...
Comments