Laporan Protozoa
March 24, 2019 | Author: Rinianti Aprilia | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Protozoa...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme sempurna. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik. Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengamati dan mengidentifikasi hewan yang tergolong dalam phylum protozoa.
i
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista modern yang sangar beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi da hewan. Dua di antara bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi protista (Campbell 2003: 125). Menurut Nugroho (2004), Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berikut yaitu, (a)
Rhizopoda,
merupakan
protozoa
sederhana
yang
bergerak
dengan
pseudopodia. Contohnya Contohnya yaitu Amoeba yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu Heliozoa dan Radiolaria (c)
Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut
(d) Apicomplexa, merupakan merupakan parasit parasit pada hewan, contohnya contohnya yaitu yaitu Plasmodium (e) Zoonastigina dicirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis, contohnya yaitu yaitu Tripanosoma Tripanosoma.. (f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang berfungsi dalam konjugasi. Protista merupakan organisme yang paling beraneka ragam dalam hal nutrisi di antara seluruh eukariota. Sebagian besar protista memiliki metabolisme yang bersifat aerobik, yang menggunakan mitokondria untuk respirasi selulernya.
ii
Beberapa protista adalah fotoautotrof dengan kloroplas, beberapa lagi adalah heterotrof yang menyerap molekul organik atau menelan partikel makanan yang lebih besar, dan yang lainnya adalah miksotrof, dapat melakukan fotosintesis dan nutrisi
heterotrofik.
Sangat
bermanfaat
dalam
konteks
ekologis
untuk mengelompokkan keanekaragaman keanekaragaman nutrisi tersebut ke dalam tiga kelompok : protista yang menelan makanannya (seperti hewan), atau protozoa (tunggal, protozoan); protista yang melakukan absorpsi (seperti fungi) dan protista fotosintetik (seperti tumbuhan) yaitu algae (Campbell, 2003). Divisi-divisi di dalam kingdom protista tidak selalu didasari oleh garis keturunan evolusioner, melainkan lebih berakar secara praktis pada ciri-ciri fungsional. Seperti Monera, taksonomi Protozoa masih terus berubah, dan ada berbagai skema klasifikasi berbeda. Protista mulai berevolusi 1,6 miliar tahun lalu. Protista sangat kompleks ; sel-selnya menunjukkan keberagaman yang lebih daripada sel-sel milik kingdom-kingdom multiseluler. Filogeni protista juga sama kompleksnya, dan belum dipahami sepenuhnya. Dipercaya kalau dari protista telah muncul fungi, tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan-hewan multiseluler, walaupun dari bentuk-bentuk yang sangat berbeda dari protista yang ada sekarang (Fried, 2006). Protista ditemukan hampir di setiap tempat di mana terdapat air. Protista pada umumnya menempati tanah yang basah, basah, sampah, dedaunan, dan habitat darat lainnya yang cukup lembab. Di lautan, kolam, dan danau, banyak protista menempati bagian dasar, menempelkan ditinya pada batu dan tempat bersaih lainnya, atau merayap melalui pasir dan endapan lumpur. Protista juga merupakan bahan penyusun penting plankton yaitu komunitas organisme yang sebagian besar bersifat mikroskropis, yang mengapung secara masif atau berenang secara lemah sekitar permukaan air. Sebagai suatu kelompok besar autotrof, alga eukariotik secara ekologis sangat penting (Campbell, 2003). Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi. Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga
iii
mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik (Rohmimohtarto, 2007). Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya
hidup
simbiotik
berupa
komensalisme
dan
mutualisme.
Protozoa
parasitik menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi menjadi lima filum utama. Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried, 2006). Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok kedua mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007: 107). Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau
iv
genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan ruminansia (Anonim, 2012).
BAB II METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Hari, Tanggal : Sabtu, 23 November 2013 Waktu
: 15.00-selesai
3.2 Alat dan Bahan Alat:
Bahan:
-
Mikroskop
-
Air selokan, air kolam, siraman jerami
-
Kaca objek
-
Formalin 5%/ Vaselin
-
Kaca penutup
-
Larutan eosin
-
Pipet tetes
3.3 Prosedur Kerja
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan
No.
Gambar
Keterangan Keterangan
Perbesaran Perbesaran
1.
Air selokan
1.Membran
10 x 10
1.Membran
10 x 10
-Volvox sp.
2.
Air rendaman jerami
-Volvox sp.
- Amoeba Amoeba sp.
1.Alat gerak berupa kaki semu 2.Plasmalema
vi
3.
Air selokan
1.Silia
10 x 10
- Paramecium Paramecium sp.
- Euglena Euglena viridis
1.Flagel 2.Pelikel
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini digunakan 3 macam media pengamatan, yaitu air kolam, air selokan, dan air rendaman jerami. Percobaan dilakukan untuk mengamati hewan yang tergolong ke dalam phylum protozoa yang hidup didalam media tersebut. Sehingga dapat diketahui jenis protozoa apa saja yang dapat hidup dimasing-masing media yang diamati. Setiap media memiliki perbedaan jumlah jenis protozoa yang hidup di dalamnya, ada yang hanya memiliki 1 jenis protozoa dan ada pula yang 2 jenis protozoa. Hasil pengamatan untuk air selokan didapatkan 1 jenis hewan protozoa yaitu Volvox sp. Bagian yang yang dapat diamati adalah membran. Bentuk tubuh macammacam ada yang seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Namun pada Volvox sp. sp. ini berbentuk bola
vii
berukuran kecil. Volvox sp. hidup sp. hidup sebagai plankton di dalam air tawar, serta ada yang
terdapat
Perkembangbiakan
pada
air
genangan
dan
persawahan.
Seksual secara oogami, Aseksual dengan pembelahan sel
membentuk koloni anakan.
Hasil pengamatan untuk air rendaman jerami didapatkan 2 jenis hewan protozo yaitu Volvox sp. dan Amoeba sp.. s p.. Untuk Volvox sp. yang dapat diamati adalah membran,sedangkan Amoeba Amoeba sp. yang yang dapat diamati ialah alat geraknya berupa kaki semu dan plasmalema. Amoeba banyak terdapat di lumpur-lumpur , dibagian dasar kolam, sawah, sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-sisa organisme. Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu pseudopodia. Proses penjuluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). karena pencairan itu terjadi plasmosol. jika, kemudian plasmosol itu dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya. Amoeba bernapas dengan cara mengambil oksigen melalui permukaan tubuhnya dengan cara difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan energi. Perkembangbiakan Amoeba dengan cara membelah diri, yaitu dimulai pembelahan inti, kemudian diikuti oleh sitoplasmanya. Hasil pengamatan untuk air kolam didapatkan 2 jenis hewan protozoa yaitu Paramecium sp. sp. dan Euglena viridis.Untuk viridis.Untuk Paramecium sp. sp. bagian yang dapat diamati adalah alat geraknya berupa silia (rambut getar). Paramecium sp. Paramecium sp. memiliki tubuh yang seluruhnya atau sebagian ditutupi oleh cilia atau rambut getar, mempunyai satu makronukleus dan satu atau beberapa mikronukleus, paramecium sp. sp. bereproduksi secara vegetatif dengan pembelahan melintang, makronukleus membelah secara amitosis sedangkan mikronukleus secara mitosis. Habitat paramecium Habitat paramecium sp. pada pada air tawar yang berenang. Memiliki vakuola denyut yang terletak pada permukaan aboral yang berfungsi sebagai sistem ekskresi dan mengedarkan makanan keseluruh tubuh . Ujung sel bagian anterior lebih tumpul atau membulat . vakuola makanan banyak dan makronukleus bundar atau letaknya ditengah.
viii
Untuk Euglena Untuk Euglena viridis yang viridis yang dapat diamati ialah alat geraknya berupa flagel dan pelikel. Bentuk sel pada paramecium pada paramecium sp. sp.seperti seperti sandal (alas kaki). Euglena viridis viridis memiliki tubuh yang yang menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. pelikel. Ukuran tubuhnya 35 – 60 60 mikron dimana ujung tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk. Euglena cambuk. Euglena viridis memiliki satu flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang dan satu pendek organieme ini dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang tertentu dan tubuhnya dapat memancarkan sinar bila terkena rangsangan mekanik. Hewan ini memilki stigma (bintik mata berwarna merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan terang. Euglena viridis viridis juga memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk berfotosintesis. Untuk reproduksi Euglena viridis viridis berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan pembelahan biner secara membujur. Euglena viridis berhabitat di di habitat habitat air tawar dan melimpah di daerah ini, seperti di kolam peternakan atau parit saluran air, yang mengkonsumsi kotoran binatang.
ix
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1 Hewan yang tergolong kedalam phylum protozoa adalah Euglena viridis, Paramecium sp., Volvox sp., Amoeba Amoeba sp.. 2. Volvox sp. dapat hidup dalam air selokan dan juga air rendaman je rami. 3. Amoeba sp. dapat hidup pada air rendaman jerami. 4. Euglena 4. Euglena viridis dan Paramecium Paramecium sp. dapat hidup pada air kolam atau air tawar.
5.2 Saran Dalam pelaksanaan praktikum dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam pengamatan dan diharapkan pada pada praktikan agar sebelum pelaksanaan praktikum telah menguasai materi yang akan dipraktekkan.
x
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo. 1995. Zoologi 1995. Zoologi Dasar . . Erlangga : Jakarta. Campbell, N.A. 2003. Biologi 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta. Erlangga Fried, George. 2006. Biologi 2006. Biologi Edisi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga. Radiopoetro. 1996. Zoologi 1996. Zoologi.. Jakarta. Erlangga Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut .Jakarta. Djambatan
xi
View more...
Comments