LAPORAN PRAKTIKUM TEKBAL
April 30, 2019 | Author: nataniel | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum...
Description
LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI OBAT BAHAN ALAM SEDIAAN PADAT EKSTRAK RIMPANG JAHE Zing (Zing i ber offic off ic i nale) nale)
OLEH KELOMPOK : V KELAS : STIFA C ADEIRMAWATI LILING P.
14.01.146 14.01.146
FRANSISKUS LAGAI
14.01.143 14.01.143
HERIWANTI PASALLI
14.01.151 14.01.151
LAODE MUH. BUYANG
13.01.035 13.01.035
MARWATUL ALMUNAWARAH
14.01.157
YUYUN PAKKU
14.01.145 14.01.145
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : HARLINDA
LABORATORIUM FARMASETIKA PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR 2017
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan obat yang telah diteliti oleh para ahli yang mana sampai sekarang tercantum pada bukubuku buku maupun artikel obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetia, dapat berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni berasal dari alam. Indonesia sangat kaya akan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari tanaman herbal sampai mineral tersimpat dalam. Obat alam atau yang biasa disebut obat herbal adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dan berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam. Tablet adalah suatu bentuk sediaan farmasetik yang berupa padat. Sifatnya praktis, dan relative lebih tahan lama karena kadar air yang rendah dan tidak terjadi reaksi hidrolisis. Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang paling banyak dibuat atau diproduksi karena bentuk tablet dapat menjamin kestabilan sifat fisika dan kimia bahan obat.
Jahe dapat berkhasiat sebagai pencahar, penguat lambung, peluluh masuk angina, peluluh cacing penyebab penyakit, sakit encok, sakit pinggang, pencernaan kurang baik, radang setempat yang mengeluarkan nanah dan darah, radang tenggorokan, muntah-muntah dan nyeri otot. Alpha linolenic linolenic acid acid pada jahe jahe mempunyai mempunyai efek frmakologi frmakologi anti pendarahan pendarahan diluar haid, merangsang kekebalan tubuh dan merangsang produksi getah lambung I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan padat dari ekstrak bahan alam. I.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan sediaan padat yaitu tablet dengan zat aktif dari ekstrak bahan alam yaitu ekstrak jahe ( Zingiber officinale).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Uraian Tanaman Jahe II.1.1. Morfologi Tumbuhan Jahe merupakan tanaman sejenis herba, tumbuh tegak dengan ketinggian pohon antara 30-60 cm. Batang pohon semu, beralur dan memiliki warna hijau. Daun tunggal dan berwarna hijau tua, tangkai daun berbulu halus, helai daun berbentuk lanset, bagian tepi rata dan bagian ujung runcing serta pangkal daun tumpul. Panjang daun antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4 cm. Gagang bunga hampir tidak berbulu dengan panjang sekitar 25 cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7 buah, berbentuk tabung 2-2,5 cm dengan helai agak sempit, memiliki bentuk tajam, warna kuning kehijauan, panjang sekitar 1,5-2,5 mm dengan lebar 3-3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12-15 mm. kepala sari berwarna ungu dengan panjang 9 mm, tangkai putik berjumlah 2. Buah berbentuk bulat hingga bulat panjang, berwarna coklat sedang biji berbentuk dengan warna hitam. Akar berbentuk serabut dengan warna putih kotor. Rimpang tebal dan agak melebar, tumbuh bercabangcabang. Warna rimpang kuning pucat. Bagian dalam berserat agak
kasar, warna kuning muda dengan bagian ujung berwarna merah muda. Memiliki aroma khas dan rasa pedas (Sudewo, 2008). II.1.2. Klasifikasi Tumbuhan (Setyaningrum, 2013) Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Zingiber officinale
II.1.3. Nama Daerah Beeuing (Gayo), jahe (sunda), bahing (Batok Karo), halia (Aceh), jahi (Lampung), sipodeh (Minangkabau), jhai (Madura), lain jae (Jawa dan Bali), melito (Gorontalo) (Steenis, 2006). II.1.4. Kandungan Senyawa Kimia Jahe mengandung gingerol 6,8 dan 10 ngigeol, metil ngigeol, gingerdiol,
dehidrigingerdion,
10-dehidrigingerdion,
gingerdion,
diarilpieptanoid, diterpelakton dan galanolakton, minyak atsiri, kamfer, 1,8 sineol, borneol, sitronelol, geraniol, geranilasetat dan linaloon (BPOM RI, 2012).
II.2 Ekstraksi II.2.1 Pembuatan Simplisia Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 o. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. Tahapan pembuatan simplisia: a. Pengumpulan bahan baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, lingkungan tempat tumbuh.Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif simplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya. b. Sortasi basah Dilakukan
untuk
memisahkan
kotoran-kotoran
atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang
tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya
yang
melekat
pada
bahan
simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. d. Perajangan Perajangan
dilakukan
untuk
mempermudah
proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. e. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih
lama.
Dengan
mengurangi
kadar
air
dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam
simplisia
pada
kadar
tertentu
dapat
merupakan
media
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya face hardening , yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30º sampai 90ºC, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60ºC. f. Sortasi kering Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. g. Pengepakan dan penyimpanan Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai, maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya,
wadah-wadah
yang
berisi
simplisia
disimpan dalam rak pada gudang penyimpanan (Gunawan, 2004).
II.3. Uraian Sediaan II.3.1 Pengertian Tablet Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Syamsuni, 2006). Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai (Ansel, 1989). Tablet adalah suatu sediaan yang terdiri atas bahan aktif dan bahan tambahan. Bahan tambahan terdiri atas pengisi, pengikat, penghancur, pelivin dan antiadheren (Lannie, 2012). Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan oabat dengan atau tanpa bahan pengisi (Syamsuni, 2003). Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa, cetak berbentuk rata atau cembung rangkap. Umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1993). Jadi dadpat disimpulkan bahwa tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat yang dibuat secara kempa. II.3.2 Komposisi Tablet 1.
Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2.
Bahan tambahan :
a.
Bahan pengisi (diluent) : memperbesar volume agar dapat dengan mudah dicetak. Contohnya : laktosa, pati, kalsium fosfat.
b.
Pengikat : memberikan daya adesi pada massa serbuk sewaktu fgranulasi serta menambah daya kohesi. Contoh : Gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa.
c.
Penghancur : membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Contoh : pati, asam alginat.
d.
Pelincir : mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Contoh : Mg stearat, talk.
e.
Glidan : dapat meningkatkan kemampuan mengalir. Contoh :Silika pirogenik koloidal.
f.
Penyalut
g.
Adjuvant : zat tambahan yang sedikit digunakan pewarna dan pengaroma (Syamsuni, 2006 ).
II.3.3 Keuntungan dan kerugian Tablet Keuntungan : 1.
Rasa obat yang pahit/memualkan atau tidak menyenangkan dibuat agar dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet.
2.
Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume kecil.
3.
Sangat cocok untuk zat yang sukar larut dalam air (Fatmawaty, 2015).
Kerugian : 1.
Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak.
2.
Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya besar, menghasikan bioavaibilitas obat yang cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang sangat menyengat tidak dapat dihilangkan (Fatmawaty, 2015). II.3.4 Sifat dan Syarat Tablet Sifat Tablet : 1. Cukup stabi dalam transportasi dan penyimpanan 2. Tidak tepat untuk obat yang dapat rusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan dan obat yang bersifat iniatif 3. Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailbilitas bahan aktif 4. Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obatobat dapat berinteraksi secara fisik kimia, interaksinya dapat dihindari 5. Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut kaplet (Murini, 2009).
Syarat tablet : 1. Tablet yang baikadalah tablet yang cukup keras dipegang sampai digunakan 2. Harus seragam untuk kandungan zat aktif 3. Harus seragam untuk berat tablet 4. Tablet diharapakan efektif dalam pengobatan maka harus larut atau hancur dengan cepat (Jenkins,1957). II.3.5 Metode Pembuatan Tablet 1. Metode cetak langsung Metode memerlukan
pembuatan bahan
tablet
tambahan
tanpa yang
proses sesuai
granulasi sehingga
dan dapat
memungkinkan untuk dikempa secara langsung. 2. Metode granulasi a. Granulasi basah, metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa tablet menggunakan larutan pengikat sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu lalu digranulasi. Metode granulasi basah sesuai untuk bahan aktif sukar larut dan bahan yang tahan pemanasan dan lembap. Pada umumnya digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat alr dan kompresibilitas yang buruk
b. Granulasi kering, dilakukan dengan cara membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. (Fudholi, 2000). II.3.6 evaluasi Sediaan Tablet 1. Keseragaman ukuran, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet 2. Keseragaman bobot, ditimbang 20 tablet dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang lebih dari kolom B 3. Uji waktu hancur, dilakukan uji untuk waktu hancur tablet tidak bersalut dan waktu hancur tablet bersalut enterik 4. Uji waktu larut, menggunakan alat friability tester (Anief, 1993). II. 4 Farmakologi Jahe dapat berkhasiat sebagai pencahar, penguat lambung, peluluh masuk angina, peluluh cacing penyebab penyakit, sakit encok, sakit pinggang, pencernaan kurang baik, radang setempat yang mengeluarkan nanah dan darah,radang tenggorokan, muntah-muntah dan nyeri otot. Alpha linolenic acid pada jahe mempunyai efek frmakologi anti
pendarahan
diluar
haid,
merangsang
kekebalan
merangsang produksi getah lambung (Winarti, 2005).
tubuh
dan
II. 5 Uraian Bahan 1. Avicel (Rowe et al. 2009) Nama Resmi
: MYCROCRYSTALINE CELLULOSE
Nama Lain
: Avicel
Pemerian
: Berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, berupa bubuk kristal yang terdiri dari partikel berpori.
Kelarutan
: Sedikit larut dalam 5% w/v larutan NaOH , praktis tidak larut dalam air, dalam kelarutan asam dan beberapa pelarut organik.
Stabilitas
: Stabil meskipun bahan higroskopik
Inkompatibilitas : Inkom dengan agen pengoksidasi kuat Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering.
2. Amilum (Rowe et al. 2009) Nama Resmi
: STARCH
Nama Lain
: Pati
Pemerian
: Berbau, tidak berasa, halus, putih. Bentuk butiran bulat atau bulat telur sangat kecil atau berbagai bentuk butiran.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam etanol (96%) dinngin, da di air dingin. Pati membengkak seketika dalam air
sekitar 5-10% pada 378° C , menjadi larut dalam air panas. Stabilitas
: Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembapan.
Penyimpanan
: Pada tempat kering
3. Talk (Rowe et al. 2009) Nama Resmi
: TALCUM
Nama Lain
: Talk
Pemerian
: Bubuk Kristal sangat halus, putih keabuan, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, pelarut organic dan air.
Stabilitas
: Bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan
pad 160°C selama tidak kurang 1
jam. Dapat juga disterilkan
dengan radiasi
gamma dan etilen oksida. Inkompatibilitas
: Inkom dengan komponen ammonium kuartener
Penyimpanan
: Wadah tertutup baik di tempat dingin dan kering
4. Mg.Stearat (Rowe et al. 2009) Nama Resmi
: MAGNESII STERAT
Nama Lain
: Magnesium sterat
Pemerian
: Sangat halus, rasa khas, bubuk berminyak ketika disentuh, mudah ,eleka pada kulit
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit larut dalam benzene panas dan etanol panas
Stabilitas
: Stabil
Inkompatibilitas
:-
5. Kitosan (Rowe et al. 2009) Nama Resmi
: DEACHETILCHITIN
Nama Lain
: Kitosan
Pemerian
: Tidak berbau, putih atu krem, bubuk
Kelarutan
: Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
Stabilitas
: Stabil pada suhu ruangan
Inkompatibilitas
: Inkom dengan agen pengoksidasi kuat
Penyimpanan
: Wadah tertutup rapat pada tempat kering
6. PVP (Rowe et al. 2009) Nama Resmi
: COPOVIDONE
Nama Lain
: Acetic acid vinil ester
Pemerian
: Bubuk amorf, putih kekuningan, memiliki bau dan rasa samak
Kelarutan
: > 10% larut dalam gliserol, butanol, kloroform, diklorometana, propanazol, propilenglikol dan air.
Stabilitas
: Stabil
Inkompatibilitas
: Jika terkenatingkat air yang tinggi, dapat adduct dengan beberapa bahan.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering.
BAB III METODE KERJA
III.1 Formula III.1.1 Rancangan Formula Tiap tablet mengandung: Eksrak rimpang jahe
193 mg
HPMC Amilum
5%
Mg.Stearat
1%
Talk
2%
Avicel
ad 100%
III.1.2 Formula Yang Disetujui Tiap tablet 350 mg mengandung : Ekstrak rimpang jahe
193 mg
PVP
2%
Chitosan
10%
Amilum
5%
Aerosol
1%
Mg. Stearat
1%
Talk
2%
Avicel
add 100%
III.2 Master Formula III.2.1 Tabel Formula Produksi : Nama Produk : GINGERFOOD® Kode Bahan 001-ERJ
Fungsi
PT. FIVE HERBA No. Reg : TR 162400032 No. Batch : 12160403 Jumlah/Dosis Jumlah/Batch 10 139 mg 1.930 mg
002-CT 003-PV 004-AM 005-AR 006-MS 007-TL
Nama Bahan Ekstrak rimpang jahe Kitosan Amilum Mg.Stearat Talk Aerosol PVP
Polimer Penghancur Lubrikan Glidan Adsorben Pengikat
35 mg 17,5 mg 3,5 mg 7,0 mg 3,5 mg 7,0 mg
350 mg 175 mg 35 mg 70 mg 35 mg 70 mg
008-AV
Avicel
Pengisi
83,5 mg
835 mg
Zat aktif
III.2.2 Alasan Penambahan Bahan 1.
Kitosan
sebagai
polimer
digunakan
kitosan
karena
dapat
meningkatkan permeasi pada GI dengan cara memperlama kontak dengan membrane melalui mukoadesifnya secara alami (Sogias, et al., 2012). 2. PVP digunakan sebagai pengikat tablet karena merupakan pengikat yang baik dalam menjaga kompresibilitas dan kekerasan dari tablet (Fatmawaty, 2015). 3. Mg. Stearat dan talk dikombinasikan sebagai lubrikan namun lubrikan yang baik harus mempunyai sifat pelumas, pelican dan
antilengket. Talk memiliki sifat pelican dan antilengket sedangkan mg.stearat memiliki sifat pelumas yang baik (Sofyan, dkk, 2015). 4. Aerosol digunakan sebagai absorban karena stabil pada rentang Ph yang luas, tidak beracun, memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga daya serapnya tinggi. (Rowe et al., 2009) 5. Amilum digunakan sebagai desintegran karena merupakan bahan yang sekaligus dapat meningkatkan daya alir tablet. (Rowe et al., 2009) 6. Avicel digunakan sebagai pengisi karena dapat mengontrol kecepatan lepasnya obat, sehingga bagus digunakan untuk sediaan lepas terkendali. (Anwar, 2012) III.3 Alat dan Bahan III.3.1 Alat Alat-alat yang digunakan ada praktikum ini yaitu alat pencetak tablet, ayakan, cawan porselen, gelas kimia, 20ertica, oven, sendok tanduk, timbangan analitik, sudip. III.3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Aerosol, Amilum, Avicel, Ekstrak rimpang jahe, Kitosan, Mg.Stearat, PVP, Talk.
III.4 Perhitungan III.4.1 Perhitungan Dosis III.4.2 Pengambilan Bahan
1. Ekstrak rimpang jahe 193 mg =
100% = 0,55100%
= 55%
2. Kitosan
10% =
350
= 35 mg
3. Amilum
5% =
350
= 17,5 mg
4. Mg.Stearat
1% =
350
= 3,5 mg
5. Talk
2% =
350
= 7,0 mg
6. Aerosil
1% =
350
= 3,5 mg
7. Avicel
ad 100% = 350 – (193+35+17,5+3,5+7+7+3,5) = 350 – 266,5 = 83,5 mg
III.5 Cara Kerja III.5.1 Simplisia Pengumpulan rimpang jahe dilanjutkan dengan determinasi tanaman. Rimpang dibersihkan dengan sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering. Simplisia rimpang jahe kemudian diserbukan. (Taunke, 2013) III.5.2 Ekstraksi Ekstrak dibuat dengan metode maserasi, dengan menggunakan etanol 70% sebagai pelarut. Dikumpul sampai cairan penyari jernih. Kemudian dipadatkan dengan menggunakan rotang evapocetor. III.5.3 Sediaan 1. Disiapakan alat dan bahan 2. Ditimbang semua bahan sesuai dengan perhitungan 3. Dilakukan pencampuran ekstrak, avicel, amilum, PVP dan kitosan kemudian dihomogenkan. 4. Dilakukan mengepakan untuk membentuk granul. 5. Dilakukan penganyakan kering 6. Ditambahkan lubrikan dan tablet dicetak.
7. Tablet dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket. 8. Kemasan dilengkapi dengan brosur. (Fatmawaty, 2015) III.6 Etiket, Wadah, Brosur
® GINGERFOOD Suplemen Makanan
Membantu Menjaga Daya
Kompisisi : Tiap 350 mg mengandung Ekstrak rimpang jahe 55 % Zat tambahan qs Indikasi : Suplemen makanan untuk membantu menjaga daya tahan tubuh
® GINGERFOOD Suplemen Makanan
Membantu Menjaga Daya Tahan Tubuh
Kompisisi : Tiap 350 mg mengandung Ekstrak rimpang jahe 55 % Zat tambahan qs Indikasi : Suplemen makanan untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Aturan pemakaian : 2 x 1 sehari
Aturan pemakaian : 2 x 1 sehari Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering,
matahari langsung
terlindung dari cahaya matahari langsung
No reg
: TR 162400032
No batch : 12160403
No reg
: TR 162400032
Produksi : Desember 2016
No batch : 12160403
Exp date : Desember 2018
Produksi : Desember 2016 Exp date : Desember 2018
Netto : 100 tablet
Diproduksi Oleh : PT FIVE HERBA Makassar - Indonesia
Netto : 100 tablet
Diproduksi Oleh : PT FIVE HERBA Makassar - Indonesia
Indikasi : Suplemen makanan untuk membantu menjaga daya tahan tubuh
GINGERFOOD
®
Suplemen Makanan
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering,
Membantu Menjaga Daya Tahan
Indikasi : Suplemen makanan untuk membantu menjaga daya tahan tubuh
terlindung dari cahaya matahari langsung No reg
Kompisisi : Tiap 350 mg mengandung : Ekstrak rimpang jahe 55 % Zat tambahan qs
Aturan pemakaian : 2 x 1 sehari
: TR 162400032
No batch : 12160403 Produksi : Desember 2016
Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering,
Exp date : Desember 2016 Netto : 100 tablet
terlindung dari cahaya matahari langsung
III.7 Evaluasi III.7.1 Evaluasi Granul V.
Uji kandungan lembab, kandungan lembab ditentukan dengan cara ditimbang granul dan setelah dikeringkan dihitung dengan rumus
% MO =
V.
ℎ−. .
100%
Uji sudut istirahat, granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 g dimasukkan kedalam corong yang lubang bawahnya ditutup.
Tan α=
V.
ℎ
Uji
kecepatan
alir,
waktu
alir
ditentukan
dengan
menggunakan “stopwatch” dihitung pada saat granul mulai mengalir.
Kec=
V.
Uji Bj nyata, Bj mampat dan porositas
Bj nyata=
Bj mampat =
III.7.2 Evaluasi Tablet 1. Uji
Keseragaman
menggunakan
ukuran,
jangka
diameter
sorong
tablet
kemudian
diukur
dengan
dianalisis
sesuai
persyaratan. 2. Uji Keseragaman bobot, sejumlah 20 tablet yang telah dibersihkan deri debu ditimbahn satu per satu dan ditimbang bobot rata-rata kemudian dicocokan table persentase. 3. Uji kekerasan, hardness tester merupakan alat-alat uji kekerasan tablet umumnya syaratnya 4-10 kg 4. Uji kerapuhan, berat totat tabletyang diuji tidak boleh berkurang lebih dari 1% berat awal. 5. Uji mukoadesiv,
pembuatan
cairan
usus buatan,
penyiapan
membrane mukosa. Uji mukoadesiv in vitro. Tablet diletakkan pada usus membrane mukosa pada silinder. Silinder ditempatkan dialat uji disolusi tablet, uji yang terlepas terdisintegran atom diamati selama jangka waktu 8 jam (Fitriyani dkk, 2014).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil EVALUASI
HASIL
Kandungan Lembab
47,7 %
BJ. Nyata
0,347 g/ml
BJ. Mampat
10 kali
10 g/ml
50 kali
-
500 kali
10 g/ml
Replikasi I
06:85 s, t=1cm, H=9,6 cm, V=10
Waktu alir
cm Replikasi II
06:44 s, t=1,2cm, H=9 cm, V=9,9 cm
Replikasi III
05:78 s, t=1,2cm, H=10,1 cm, V=8,8 cm
IV.2 Pembahasan Tablet adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada percobaan ini diformulasikan suatu bahan alam yaitu ekstrak rimpang jahe ( Zingiber officinale ) sebagai imunomodulator dalam sediaan tablet mukoadhesif yang sebelumnya telah diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut methanol. Bahan tambahan yang digunakan yaitu kitosan sebagai polimer, PVP sebagai pengikat, amilum sebagai penghancur,
aerosol
sebagai
absorben,
Mg.stearat sebagai lubrikan, talk sebagai glidan dan avicel sebagai pengisi. Namun karena keterbatasan alat pada laboratorium sehingga sediaan yang dibuat hanya sampai pada proses granulasi. Metode granulasi yang digunakan yaitu granulasi basah. Digunakan metode granulasi basah karena proses pembuatannya yang lebih mudah dibandingkan dengan granulasi kering. Setelah proses granulasi selesai dan granul telah 27ertical27 maka dilakukanlah evaluasi terhadap garanul. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi uji kandungan lembab, uji waktu alir, uji mampat, dan uji BJ nyata. Hasil uji kandungan lembab yang didapatkan yaitu 45,7 % dari bobot granul basah yaitu 20,84 g dikurangi bobot granul kering yaitu 14,30 g dibagi bobot granul kering dikali 100 %. Hasil uji BJ nyata yaitu 0,384 g/ml dengan bobot awal yang digunakan yaitu 10 g dibagi dengan 26 ml. Sedangkan hasil BJ
mampat yang didapatkan yaitu pada 10 kali ketukan didapatkan 10 g/ml , pada 10 kali ketukan granul tdk mengalamu kemampatan dan pada ketkan ke 500 didapatkan 10 g/ml. Pada uji waktu alir dilakukan 3 kali pengulangan dan hasil yang didapatkan yaitu pada prcobaan pertama, kedua dan ketiga berturut-turut adalah granul habis mengalir dalam waktu 06:85, 06:44, 05:78 detik, tinggi bongkahan 1 cm, 1,2 cm, 1,2 cm dan luas sisi horizontal 9,6 cm, 9 cm dan 10,1 cm dan 10 cm, 9,9 cm dan 8,8 cm.
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan Berdasarkan
hasil
percobaan,
dapat
disimpulkan
bahwa
kandungan lembab dari granul yaitu 45,7 %, BJ nyata yaitu 0,384 g/ml, BJ mampatnya yaitu 10 g/ml dan uji waktu alir yaitu waktu, tinggi, sisi horizontal dan 29ertical rata-rata berturut-turut yaitu 06:35 detik, 1,13 cm, 9,56 cm dan 9,56 cm.
V.2 Saran Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, asisten lebih memperhatikan
proses
jalannya
kesalahan dalam praktikum.
praktikum
untuk
meminimalisir
View more...
Comments