Laporan Praktikum - Tegangan Permukaan II
August 16, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum - Tegangan Permukaan II...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
Judul
: Tegangan Permukaan 2
Tujuan
:
Menentukan tegangan permukaan dengan metode tekanan maksimum gelembung dan kenaikan kapiler
Menentukan tegangan permukaan suatu cairan Mengetahui
persamaan
untuk
mengetahui
tegangan
permukaan dengan metode tekanan maksimum gelembung Menentukan suhu tegangan Membiasakan diri dengan konsep dan pengukuran tegangan muka.
Teori Dasar: Dasar: 1. Tegangan Permukaan dan Tenaga Permukaan
Molekul-molekul zat cair di bagian permukaan mempunyai kohesi lebih besar dibandingkan dengan bagian dalam. Gaya tarik dengan molekul-molekul di udara di atasnya relatif amat kecil. Hal ini menyebabkan sifat istimewa pada permukaan zat cair, yaitu terdapat tegangan permukaan atau atau tegangan tegangan bidang atas. Tegangan permukaan H (lebih tepat disebut koefisien tegangan permukaan) merupakan resultan gaya kohesi pada molekul-molekul lapisan permukaan tiap satuan panjang. Satuan dari H adalah dyne/cm dan N/m. Untuk membawa molekul zat cair dari bagian dalam ke permukaan diperlukan usaha melawan gaya kohesi permukaan zat cair diperlukan suatu usaha. Usaha yang diperlukan untuk menambah luas permukaan tiap satuan luas disebut tenaga permukaan. Tenaga permukaan ini juga diberi simbol H, satuanya erg/cm 2 dan permukaan. Joule/m2.Besarnya
tenaga
permukaan sama permukaan
permukaan, hanya satuannya yang berbeda.
dengan
besamya tegangan besamya
2. Tekanan Pada Pada Permukaan Lengkung
Pada permukaan zat cair (bidang batas) yang lengkung ada tambahan tekanan yang berasal dari tegangan pemukaan H. Untuk permukaan lengkung, tekanan permukaan dirumuskan:
rr +
P = K + H [
]
dimana K adalah tekanan kohesi, r 1 dan r 2 sama dengan jari-jari kedua kelengkungan utamanya. Harga r positif bila permukaannya cembung. Untuk P yang positif, berarti tekanannya menuju ke dalam cairan. Jika gaya reaksi dari cairan sendiri adalah P', arahnya berlawanan dengan P, maka P nettonya adalah
r +
P netto= H [ netto= P - K – H
]
Untuk permukaan bola berjari-jari r (r 1 =r 2=r), persamaan di atas menjadi:
P netto= netto= P - K –
Jelaslah mengapa tekanan gelembung udara di dalam zat cair makin besar jika jari-jarinya makin kecil. 3. Sudut kontak, kontak, Meniskus dan dan Kenaikan Kapiler. Kapiler.
Jika gaya kohesi cairan lebih besar dibandingkan gaya adhesi molekulmolekul cairan dengan dinding, maka permukaan akan setimbang bila sudut antara permukaan cairan dengan dinding disebut tumpul. Sudut antara permukaan cairan dengan dinding ini disebut sudut kontak. Jika sudut kontak tumpul, peristiwa ini disebut meniskus cembung. Sebaliknya jika gaya kohesi cairan cai ran lebih kecil dibandingkan dengan gaya adhesi, maka sudut kontaknya runcing, dan peristiwa ini disebut meniskus cekung. Untuk zat cair yang sudut kontaknya tumpul dikatakan tak membasahi dinding.
Jika sebuah pipa kapiler ujungnya dicelupkan kedalam zat cair yang membasahi dinding, maka zat cair akan naik setinggi h, dan dapat dibuktikan bahwa: h =
cos
= sudut kontak = massa jenis cairan g = percepatan grafitasitas grafitasitas
Teori Tambahan : Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam memperluas permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan permukaan (γ adalah j/m2atau dyne/cm atau N/m. Metode yang paling umum untuk mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan atau penurunan cairan dalam pipa kapiler, yaitu:
γ = d r g l/ 2 dimana d adalah kerapatan cairan, r adalah jari-jari kapiler, g adalah konstanta gravitasi, λ adalah panjang cairan yang akan ditekan atau akan naik 1 Sejumlah observasi umum menunjukkan bahwa permukaan zat cair berperilaku seperti membran yang terenggang karena tegangan. Sebagai contoh, setetes air di ujung kran yang menetes, atau tergantung pada dahan, membuat 1
Dogra, S. K. dan Dogra, S. (1990) : Kimia Fisik dan Soal-soal, Universitas Indonesia.
bentuk yang hampir bulat seperti balon kecil yang berisi air. Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair. Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap zat, apabila itu bakteri, sel, koloid, dan manusia mempunyai suatu antar muka pada batas sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, sedangkan tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat tiga sisi diaman suatu bidang datar bergerak diletakkan2 Pengaruh konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya, solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.Untuk larutan ideal, π = C.R.T dan dπ/dC = R.T diamana R dan T adalah tetapan gas umu m dan temperatur kelvin penggabungan seluruh persamaan didapatkan :3 μ=
−. ᵧ ..
Molekul-molekul cairan bagian dalam ditarik oleh molekul-molekul lain ke segala arah, tetapi molekul-molekul pada permukaan cairan hanya ditarik ke arah dalam. Akibat dari hal ini, cairan selalu ingin memiliki permukaan terkecil atau cairan selalu ingin mengkerut. Misalnya tetesan cairan selalu berbentuk bulat. Berhubung dengan hal ini, bila cairan diperluas, ada gaya menahan, seakan-akan permukaan cairan mempunyai tegangan. Gaya tarik menarik antar molekulmolekul yang sejenis disebut kohesi, sedangkan gaya tarik antara molekul yang tidak sejenis disebut adhesi.
2
Giancoli, Douglas, FISIKA edisi kelima, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2001. Ansel, H.C., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 112-155, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi Keempat, UI Press, Jakarta.
3
Molekul-molekul air dan gelas mempunyai adhesi yang besar, hinnga air dapat membasahi gelas. Sebaliknya, adhesi antara air raksa dengan gelas kecil sekali, hingga air raksa tidak dapat membasahi gelas gel as 4. Semua fenomena menunjukkan bahwa permukaan zat cair dapat dianggap sebagai dalam keadaan tegang, demikian pula sehingga ditinjau setiap garis di dalam atau yang membatasi permukaannya, maka zat-zat di kedua sisi garis tersebut saling tarik-menarik 5. Sepotong kawat dibengkokkan menjadi berbentuk U dan sepotong lagi digunakan sebagai peluncur. Ternyata gaya F = W1 + W2, dapat menahan peluncur dalam sembarang posisi, berapapun luas selaput, asal saja suhu selaput konstan, ini amat berlainan dengan sifat elastik lembaran karet, dalam mana gaya tersebut akan menjadi lebih besar kalau lembaran itu ditarik 5 Selain dipengaruhi oleh jenis cairan, γ juga dipengaruhi oleh temperatur. Bila temperatur makin tinggi, maka γ akan mengalami penurunan. Untuk air antara 20-30oC, perubahan γ rata-rata 0,16.4 Tegangan permukaan sebuah campuran zat cair bukan fungsi sederhan tegangan permukaan komponen murni karena komposisi cairan pada campuran tidak sama dengan komposisi badan cairnya. Ketika temperatur dinaikkan, tegangan permukaan zat cair dalam keadaan setimbang dengan penurunan kerapatan uapnya dan menjadi nol pada titik kritis 6 Ada beberapa cara untuk menerapkan tegangan permukaan suatu cairan. Dua cara diantaranya adalah : a. Cara kenaikan kapiler Bila cairan yang membasahi gelas diberi pipa kapiler dari gelas maka permukaan cairan akan naik. Kenaikan cairan ini disebabkan oleh adanya tegangan permukaan cairan.
4
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
5
Sears, F.W., dan Zemansky, M.W., 1999, Fisika Untuk Universitas 1: Mekanika, Panas, dan Bunyi, Penerbit Trimitra Mandiri, Jakarta. 6
Reid, R. C.,et al., 1991,The Properties of Gases and Liquids, 3rd ed., Mc-GrawHill Book Company,New York.
b. Cara du nouy Cara ini lebih cepat dari cara pertama, karena alat yang diperlukan lebih praktis. Alat dari du nouy disebut tensiometer, terdiri atas cincin platina dan timbangan. Untuk mentapkan tegangan permukaan, cincin platina dimasukkan dalam cairan yang diselidiki4
Alat Dan Bahan
:
1. Pipa kapiler
5. Tabung erlenmeyer
2. Bejana gelas
6. Mistar
3. Manometer terbuka
7. Thermometer
4. Buret
8. Mikrometer sekrup
Cara Kerja
:
1. Persiapan
a. Air pada pipa U dalam keadaan yang minimal. b. Air pada kedua kaki manometer manometer terbuka harus sama tinggi (h0) . c. Isilah buret pada kran tertutup. d. Isilah bejana gelas dengan air.
4
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
2. Percobaan
a. Ukurlah jarak dari ujung bawah pipa kapiler sampai dimana pipa itu akan dicelupkan (hz). Berilah tanda pada jarak tersebut. b. Celupkan pipa kapiler kapiler sampai batas tanda tersebut. c. Bukalah kran buret, dengan perlahan-lahan. d. Perhatikan ujung pipa kapiler yang dicelupkan, pada saat keluar gelembung udara yang pertama, catat kedudukan permukaan air pada kaki yang terbuka dari manometer (hm).
h1 = 2(hm 2( hm – ha) ha) e. Ukurlah suhu air pada bejana gelas untuk menentukan harga 2, dan pada manometer untuk menentukan 1, dengan cara mencocokkan harga suhu tersebut dalam tabel massa jenis pada buku referensi. f. Lakukan langkah 4 dan 5 sebanyak lima kali. g. Ulangi percobaan dengan mengubah jarak pada pipa kapiler (jarak h2 yang berbeda). Jarak h2 dirubah sebanyak 3 kali perubahan
Metode lain:
1) Lepaskan pipa kapiler pada set alat. 2) Bersihkan pipa kapiter tersebut, usahakan jangan ada gelembung air yang tersisa pada \ pipa kapiler tersebut 3) Celupkan pipa kapiler tersebut pada gelas yang berisi air secara s ecara tegak lurus. 4) Ukurlah tinggi permukaan air didalam dan diluar pipa kapiler sebanyak 5 Kali pengukuran 5) Ulangi percobaan 1 s.d 4 dengan menambahkan air diluar pipa kapiler. Penambahan air ini sebanyak 3 kali.
Pertanyaan
:
1. Apakah yang dimaksud dengan metode tekanan maksimum gelembung pada percobaan tegangan permukaan ! 2. Apakah tegangan permukaan bergantung pada suhu zat cair yang digunakan? Jelaskan!
3. Turunkan persamaan untuk menentukan tegangan permukaan dengan metode tekanan maximium gelembung! Jawaban
:
1. Bahwa tekanan yang dialami zat cair dalam gelas beker sama dengan tekanan dalam manometer manometer pada keadaan setimbang. Bagian penting dari metode ini adalah penentuan maksimum gelembung yang bisa diketahui dengan keluarnya gelembung udara yang sedikit, maka gelembung akan pecah dengan jari-jari mulut pipa. Apabila jari-jari gelembung sama dengan jari-jari mulut pipa, akibatnya tekanan udara dalam pipa akan mencapai maksimum. Dengan menyamakan tekanan yang bekerja pada bejana dan manometer dalam keadaan seimbang, harga tegangan muka dapat ditentukan.
2. Ya, sesuai dengan teori dasar yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tegangan permukaan tergantung pada suatu zat cair yang digunakan yang disimbolkan dengan huruf H, dimana H dari suatu zat cair makin kecil jika suhunya semakin rendah begitupun sebaliknya. Sehingga nilai H akan sama dengan nol apabila suhunya sama dengan suhu kritis.
3. P1 = PB + ρ1gh1 P2 = PB + ρ2gh2 +2HR Keadaan Setimbang
P1 = P2 PB + ρ1gh1 = PB + ρ2gh2 +2HR H = gr (ρ1gh1 + ρ2gh2)
Data Pengamatan :
Data Pengamatan I
I Suhu
Kedudukan Permukaan
h1 = 2(hm-ha )
III
II
II
III
IV
V
Data Pengamatan
hz
hm
0,5 cm
1 cm
1,5 cm
2 cm
2,5 cm
3 cm
0,8
1,2
1,4
1,6
2
2,2
1
1,2
1,4
1,8
2
2
0,8
1,2
1,4
1,8
2,2
2,2
0,8
1,2
1,4
1,6
2
2
1
1,2
1,4
1,6
2
2,2
Pengolahan Data A. DATA TUNGGAL
Interval Jarak Pada Pipa Kapiler 0,5 cm 1 cm 1,5 cm 2 cm 2,5 cm 3 cm
B. DATA MAJEMUK Pipa Kapiler hz = 0,5 cm
hm1 = hm1 =
hz = 0,5 cm hz = x n x s x t
∆ ∆∆ 0,1 ∆ 100% ,, 10100% = 10% ∆ hz =
(hz ± hz) = (0,5 ± 0,05) m
1
2
0.8
0,64
0,8
0,64
1 Σhm = 4,4 a
Ksr =
hm2 (m) 0,64
2 Σhm2 = 5,92
∆ hm1 = x 1,6 = 0,32
0,8
∆ hm1 =
hm (m)
∆ hm1 =
hz = 0,05
Ksr =
∆ hm1 =
Ksr =
, =0,8 8 ()−() − (,−)−(,) ,, −, ∆ 100% , ,36,3 6 100% % (2)
Ksr = Ksr =
(hm ± ∆ hm1) = (0,88 ± 0,32) cm
Pipa Kapiler hz = 1 cm hz = 1 cm
∆ ∆ 0,1 ∆
hz = x n x s x t hz =
hz = 0,05
Ksr = Ksr =
∆ ∆∆ 0,1
∆ 100% , 10100% = 5% ∆
hz = x n x s x t
hz =
hz = 0,05
(hz ± hz) = (1 ± 0,05) m hm2 (m)
hm (m) 1,2
1,44
1,2
1,44
1,2
1,44
hm2 =
1,4
1,96
Σhm2 = 7,2
1,4
1,96
=1, 2 )−() (− (,− )−() −
1,4
1,96
1,4
1,96
∆ hm2 =
a hm3 = hm3 =
Ksr =
0 % (2)
Pipa Kapiler hz = 1,5 cm
∆ hm3 =
∆ hm3 = x 0 = 0
Ksr = Ksr = Ksr =
hz = 1,5 cm
∆ hm3 =
(hm ± ∆ hm2) = (1,2 ± 0) cm
=1, 4 ()−() (,−)−()− – ∆ 100% , 100%
∆ hm3 =
∆ hm2 = x 0 = 0
∆ 100% , 100%
Σhm2 = 9,8
Σhm = 7
∆ hm2 =
Ksr =
hm2 (m)
hm (m)
1,96
∆ hm2 =
Ksr =
∆
1,4
Σhm = 6
hm2 =
(hz ± hz) = (1,5 ± 0,05) m
1,44
1,2
a
Ksr =
∆ ,, 100% 10100% = 3,3%
Ksr =
1,44
1,2
0 % (2)
(hm3 ± ∆ hm3) = (1,4 ± 0) cm
2,85% (2)
Ksr =
(hm4 ± ∆ hm ∆ hm4) = (1,68 ± 0,048) cm
Pipa Kapiler hz = 2 cm hz = 2 cm
∆ ∆ 0,1 ∆ 100% , 100 100% = 2,5% ∆
hz = x n x s x t hz = hz = 0,05
hz = 2,5 cm hz = x n x s x t
∆ ∆∆ 0,1 ∆ 100% ,, 10100% = 5% ∆
hz =
Ksr =
(hz ± hz) = (2 ± 0,05) m
Ksr =
2,56
(hz ± hz) = (2,5 ± 0,05) m
1,8
3,24
hm (m)
1,8
3,24
2
4
1,6
2,56
2
4
1,6
2,56
2,2
4,84
Σhm2 = 14,16
2
4
2
4
hm4 = hm4 =
, =1,68 −() − (,)−−(,) (, ,, √ 0,0,06 ∆ 100% ,, 100%
∆ hm4 = ∆ hm4 =
∆ hm4 = x
hm2 (m)
Σhm = 10,2
Σhm2 = 20,84
∆ hm4 =
Ksr =
1,6
Σhm = 8,4
Ksr =
Ksr =
hm2 (m)
hm (m)
hz = 0,05
Ksr =
Pipa Kapiler hz = 2,5 cm
= 0,048
a hm5 =
hm5 =
, =2,0 4 )−() (− (,−)−(,) , , −
∆ hm5 =
∆ hm5 =
∆ hm5 =
∆ hm5 = x 0,2 = 0,04
Ksr = Ksr = Ksr =
∆ 100% ,, 100%
∆ hm6 =
Ksr =
Ksr =
,, 100% ∆
Ksr =
hz = 3 cm
hz = x n x s x t hz =
hz = 0,05
Ksr = Ksr =
∆ , 100% 66% ∆ 100%== 1,6666%
(hz ± hz) = (3 ± 1,666) m
hm2 (m)
hm (m) 2,2
4,84
2
4
2,2
4,84
2
4
2,2
4,84
Σhm = 10,6
hm6 = hm6 =
Σhm2 = 22,52
, =2,12 )−() (−
∆ hm6 = ∆ hm6 =
(, (,)−−(,)
2,264 % (3)
(hm ± ∆ hm ∆ hm6) = (2,12 ± 0,048) cm
Pipa Kapiler hz = 3 cm
∆ ∆ 0,1 ∆
∆ hm6 = 0,048
(hm ± ∆ hm5) = (2,04 ± 0,04) cm
∆ hm6 = x
1,96 % (2)
,−, , √ 0,0 , 0 6= 0,24
Perhitungan Data a. Pipa Kapiler hz 0,5 cm H=
(( ))
h1 = 2(hm – 2(hm – h h0) h1 = 2(0,88 – 2(0,88 – 0) 0) h1= 1,76 cm H=
(1 ℎ1 ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
H1 =
10 . 0,6 ( 1(1(2 1,76 0,5))
H1 = 3 x 1,26 = 3,78
b. Pipa Kapiler hz 1 cm H=
(( ))
h1 = 2(hm – 2(hm – h h0) h1 = 2(1,2 – 2(1,2 – 0) 0) h1= 2,4 cm H=
(1 ℎ1 ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
H1 =
10 . 0,6 ( 12( 2,4 1))
H1 = 3 x 1,4 = 4,2 c. Pipa Kapiler hz 1,5 cm
H=
(( ))
h1 = 2(hm – 2(hm – h h0) h1 = 2(1,4 – 2(1,4 – 0) 0) h1= 2,8 cm H=
(1 ℎ1 ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
H1 =
10 . 0,6 ( 12( 2,8 – 1,5))
H1 = 3 x 1,3 = 3,9 d. Pipa Kapiler hz 2 cm
H=
(( ))
h1 = 2(hm – 2(hm – h h0) h1 = 2(1,68 – 2(1,68 – 0) 0) h1= 3,36 cm H=
(1 ℎ1 ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 3,36 2)) 2
H1 = 3 x 1,36 = 4,08 e. Pipa Kapiler hz 2,5 cm
H=
(( ))
h1 = 2(hm – 2(hm – h h0) h1 = 2(2,04 – 2(2,04 – 0) 0) h1= 4,08 cm H=
(1 ℎ1 ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
H1 =
10 . 0,6 ( 1(1(2 4,08 – 2,5))
H1 = 3 x 1,58 = 4,74 f. Pipa Kapiler hz 3 cm
H=
(( ))
h1 = 2(hm – 2(hm – h h0) h1 = 2(2,12 – 2(2,12 – 0) 0)
h1= 4,24 cm H=
(1 ℎ1 ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
H1 =
H1 = 3 x 1,24 = 3,72
10 . 0,6 ( 12( 4,24 3))
Analisis Data & Pembahasan Pada praktikum kali ini berjudul tegangan permukaan II, yang bertujuan untuk menentukan tegangan permukaan dengan metode tekanan maksimum gelembung dan kenaikan kapiler. Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dengan benda dalam dalam keadaan tegang. Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis cairan, suhu, dan, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika cairan memiliki molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau partikel-partikel dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula. Dalam metode tegangan maksimum gelembung dan pipa kapiler, keran Erlenmeyer dibuka dan mengisi pipa U. Udara yang terdapat di pipa U bertambah tekanannya dan terdesak lalu mengalir melalui selang menuju ke pipa kapiler. Udara yang terdesak keluar melalui pipa kapiler membentuk gelembung dan menekan air yang berada di manometer terbuka. Air yang berada di kaki kiri manometer terbuka pun naik karena desakan udara yang menekan air di kaki kanan manometer. Dalam data pengamatan terdapat juga penurunan tinggi pada manometer yang seharusnya naik. Hal itu disebabkan oleh ketidaksejajarnya permukaan air di manometer dan pipa U yang menyebabkan adanya selisih ketinggian pada saat percobaan. Ketinggian air yang berada di pipa U tidak sama dan menyebabkan kuatnya tekanan udara yang mendesak berbeda. Ketinggian air yang tidak sama di manometer menyebabkan naiknya air karena desakan menjadi berbeda dan kesulitan untuk diukur. Pada praktikum ini diketahui jari-jari pipa kapilernya 0,6 yang didpatakan datanya dari asisten laboratorium fisika kami karena, kami tidak mengukur jari-jari dari pipa kapiler tersebut. Lalu kami menggunakan besar gravitasi 10 m/s 2. Dan didapatkan pula dari literature
besar massa jenis air yakni 1 g/cm3. Perubahan tinggi air diukur untuk mengetahui pipa kapiler masuk di titik tertentu tercapai dan menghasilkan perubahan tingginya. Setelah semua data diperoleh maka dhitung nilai H(koefisien tegangan permukaan) tiap titiknya dengan rumus : H =
(1 ℎ1ℎ1 2 ℎ2ℎ2))
. Didapatkan data yang telah dihitung yakni dengan jarak pipa
kapiler 0,5 cm nilai H1(koefisien tegangan permukaan) adalah 3,78, jarak pipa kapiler 1 cm nilai H2(koefisien tegangan permukaan) adalah 4,2, jarak pipa kapiler 1,5 cm nilai H3(koefisien tegangan permukaan) adalah 3,9, jarak pipa kapiler 2 cm nilai H4(koefisien tegangan permukaan) adalah 4,08, jarak pipa kapiler 2,5 cm nilai H5(koefisien tegangan permukaan) adalah 4,74, jarak pipa kapiler 3 cm nilai H6(koefisien tegangan permukaan) adalah 3,72. Tegangan permukaan air terjadi karena perbedaan pencelupan pipa kapiler. Dari data ini dapat dilihat rata-rata semakin dalam titik yang tercelup, maka semakin besar tekanan te kanan semakin dalam dan ketinggian berubah semakin tinggi, maka dari itu semakin besar pula tegangan permukaannya. Walaupun dari data perhitungan te terdapat rdapat kesalahan pada H3 dan H6 yang memiliki nilai yang cukup jauh serta lebih rendah daripada nilai H sebelumnya. Tetapi jika dirata-ratakan, maka sama seperti literatur yang ada bahwa semakin dalam titik yang tercelup semakin besar pula tekanan yang dihasilkan, sehingga tegangan permukaan semakin tinggi.
Dari percobaan diatas dapat kita ketahui juga: Kelebihan metode tekanan maksimum gelembung
Perubahan tekanan dapat diatur dengan menggunakan kecepatan laju air Perhitungan diameter gelembung sama dengan diameter pipa Kenaikan permukaan zat cair di manometer lebih mudah ditentukan Kekurangan metode tekanan maksimum gelembung
Kesulitan penghentian percobaan tepat saat terbentuk setengah gelembung Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi untuk menjaga kedalaman pipa kapiler yang tercelup dalam cairan tetap sesuai dengan kedalaman yang telah ditentukan, yaitu 0,5cm, 1cm, 1,5cm, 2cm, 2,5cm, dan 3cm dan tidak berubah selama percobaan. Kelebihan metode pipa kapiler
Peralatan sederhana
Alat yang digunakan tidak banyak Percobaan mudah dilakukan Kekurangan metode pipa kapiler
Kemungkinan terjadi kesalahan dalam membaca ketinggian dalam pipa kapiler lebih besar Sulit untuk menentukan ketinggian cairan dalam pipa kapiler yang sudah stabil dan maksimal
Kesimpulan Berdasarkan praktikum dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin dalam titik yang tercelup semakin besar pula tekanan yang dihasilkan, sehingga tegangan permukaan semakin tinggi. Selain itu didapatkan pengukuran nilai H(tegangan permukaan) adalah H1: 3,78 ; H2: 4,2 ; H3: 3,9 ; H4: 4,08 ; H5: 4,74 ; H6: 3,72. Dengan nilai rata-rata H nya adalah 4,07.
Saran Setelah melakukan praktikum maka terdapat saran yang diperoleh, yakni saat melakukan percobaan sebaiknya dilakukan secara berulang-ulang karena jika hanya melakukan satu kali percobaan, tingkat ketepatan atau keakuratan data akan berkurang. Percobaan pun harus dilakukan dengan teliti dan cermat terutama dalam mengamati kedudukan air di manometer karena akan sangat berpengaruh pada koefisien tegangan permukaan(H) yang dihasilkan, lalu ketika mengamati perubahan tinggi(kedudukan) pada manometer usahakan jangan membuat pergerakan/menggoyangkan manometer karena akan berpengaruh pada pengukuran tingginya. tingginya. Begitu pula dalam perhitungan, harus dilakukan dan diperhitungkan dengan teliti dan benar karena jika terjadi kesalahan maka akan berpengaruh terhadap besarnya koefisien tegangan permukaan itu sendiri.
Daftar Pustaka Ansel, H.C., 1985, Pengantar 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Farmasi, 112-155, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi Keempat, UI Press, Jakarta. Dogra, S. K. dan Dogra, S. (1990) : Kimia Fisik dan Soal-soal , Universitas Indonesia. Giancoli, Douglas, FISIKA Douglas, FISIKA edisi kelima, kelima, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2001.
Reid, R. C.,et al., 1991,The 1991,The Properties of Gases and Liquids, Liquids, 3rd ed., Mc-GrawHill Book Company,New York. Sears, F.W., dan Zemansky, M.W., 1999, Fisika 1999, Fisika Untuk Universitas 1: Mekanika, Panas, dan dan Bunyi,, Penerbit Trimitra Mandiri, Jakarta. Bunyi Sukardjo. 1990. Kimia 1990. Kimia Fisika. Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
View more...
Comments