Laporan Praktikum Suhu - Bab 1-4 FIX
December 1, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Suhu - Bab 1-4 FIX...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM BLOK VII Status Faali pada Manusia Suhu Tubuh, Denyut Jantung, Denyut Nadi, Frekuensi Pernafasan
Disusun oleh: Kelompok B2-2 Irma Pratiwi
04011181320036
M. Galih Wibisono
04011181320022
Sarayati Khairunisah
04011181320024
Mukhlasina Khairunisah
04011181320026
Febryana Ramadhani M.
04011181320028
Fahmi Nur Suwandi
04011181320030
Ezi Septyandra
04011181320032
M. Imam Mulia
04011181320034
Ressy Felisa Raini
04011181320038
Desi Mareta Alfina
04011181320040
Dyah Rahayu Utami
04011181320042
Gunung Nasution
04011181320044
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Suhu normal manusia berkisar antara 36o C – 37o C. Manusia termasuk dalam mahluk berdarah panas yang mempunyai kemampuan mempertahankan suhu tubuh. Pengaturan suhu tubuh erat kaitannya dengan cariran tubuh dan metabolisme yang terdiri katabolisme dan anabolisme. Anabolisme merupakan proses pembentukan senyawa-senyawa vital dalam rangka mempertahankam kehidupan organisme. Katabolisme merupakan proses penguraian atau pengadaan energy untuk memenuhi kebutuhan energy dalam rangka melakukan akitivitas sehari-hari dan memperthankan suhu tubuh tetap konstan berkisar antara 36o C – 37o C. Fungsi cairan tubuh adalah hemeostatis. Homeostatis digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. (Guyton dan Hall; 2006) Pratikum dilakukan dengan tiga tahap yaitu, dalam keadaan normal, keadaan setelah melakukan aktivitas, dan pengamatan hemeostatis setelah pemberian minuman hangat dan dingin. Pada saat melakukan akitivitas berlebih seperti berlari, mengangkat barang yang berat, olahraga, berjalan dengan jarak yang jauh, dan sebagainya, dapat meningkatkan suhu tubuh, detak jantung, dan pernafasan. Cairan tubuh juga ikut berperan dalam menyeimbangkan suhu tubuh. Namun, pada waktu tertentu menjadi normal kembali ke keadaan semula sebelum aktivitas berlebihan tersebut di mulai atau kembali ke basal. Akitivitas yang berlebih menyebabkan kenaikan suhu yang diikuti oleh frekuensi pernafasan, detak jantung, dan denyut nadi. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan, zat kimia, dan hormonal. Cairan tubuh sangat berperan penting dalam menyeimbangkan suhu tubuh agar tetap normal atau hemeostatis. Pratikum ini mememberi minuman hangat dan dingin untuk mengetahui respon fisiologis suhu ubuh terhadap lingkungan. Pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer klinis dengan cara dimasukkan ke dalam mulut dan diapit ketiak. Pengukuran detak jantung dilakukan dengan stetoskop. Pengukuran nadi dilakukan di vena radialis.
1.2 Rumusan Masalah Praktikum akan membahas masalah yang terlah diformulasikan sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh? 2. Bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh?
1.3 Hipotesis Faktor lingkungan berupa suhu dari luar berbanding lurus terhadap perubahan suhu tubuh, dan aktivitas fisik mampu meningkatkan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh.
1.4 Tujuan Penelitian Praktikum ini memiliki tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh 2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian dalam praktikum ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Untuk mahasiswa agar mengetahui dan memahami tentang pengaturan suhu tubuh dan homeostatis. 2. Untuk dosen sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Untuk masyarakat umum sebagai pengetahuan umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu Tubuh a. Pengertian Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 360C atau 380C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit (Perry, 2005). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu: 1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static ) Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada suhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36 0C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 170C. 2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik ) Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin.
Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin. 3. Titik rasa dingin dan panas Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
b. Suhu Tubuh Normal dan Tidak Normal Suhu tubuh normal Suhu jaringan dalam tubuh (core temperature, suhu inti) tetap konstan dalam kisaran ±1 0F (± 0,6 0C) meskipun suhu lingkungan berfluktuasi tajam. Suhu tubuh normal rerata diperkirakan antara 98 0F dan 98,6 0F jika diukur melalui mulut dan sekitar 1 0F lebih tinggi di rektum (Guyton dan Hall, 2009). Biasanya, nilai normal untuk suhu oral manusia adalah 37 0C (98,6 0F), tetapi pada sebuah penelitian besar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7 0C dengan simpang baku 0,2 0C. Suhu rektum dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (core temperature). Suhu oral pada keadaan normal 0,5 0C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan bernafas melalui mulut (Ganong, 2008). Suhu inti tubuh, sekitar 37,1 0C atau 36,5 0C sampai 37,5 0
C, disebut “set-point” (Guyton dan Hall, 2007). Menurut Guyton dan Hall (2009), pengeluran panas terjadi melalui: a. Radiasi menyebabkan Pengeluran panas dalam bentuk berkas infra merah b. Pengeluaran panas secara konduksi terjadi melalui kontak langsung dengan suatu benda c. Pengeluaran panas secara konveksi terjadi karena gerakan udara d. Penguapan adalah mekanisme penting pengeluaran panas ketika suhu sangat tinggi Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut USIA 3 Bulan 6 Bulan 1 Tahun 3 Tahun 5 Tahun
SUHU(DERAJAT CELCIUS) 37,5 0C 37,5 0C 37,7 0C 37,2 0C 37,0 0C
36,8 0C 36.7 0C 36,7 0C 36,6 0C 36,4 0C 36,0 0C
7 Tahun 9 Tahun 11 Tahun 13 Tahun Dewasa ≥ 70 Tahun Suhu tubuh tidak normal: 1) Demam
Demam adalah suhu tubuh di atas normal (Ganong 2008). Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penakir bakteri, tumor otak, atau dehidrasi (Guyton dan Hall 2009). Walaupun demam biasanya berhubungan dengan infeksi, bukan berarti ada hubungan yang eksklusif. Demam dapat merupakan manisfestasi penyakit neoplastik, gangguan-gangguan peradangan noninfeksi atau katabolisme berlebihan pada keadaan-keadaan metabolik tertentu (Sodeman dan Sodeman, 1995). Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak itu sendiri atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengendalian suhu. Demam terjadi karena penyesuaian (resetting) set point untuk kontrol suhu, penyesuaian ini dapat disebabkan
oleh
protein,
produk
penguraian
protein,
atau
toksin
bakteri
(lipopolisakarida), yang secara kolektif dinamai pirogen. Sebagian pirogen bekerja secara langsung pada pusat pengaturan, tetapi sebagian besar bekerja tidak lansung (Guyton dan Hall 2009).
2) Dehidrasi Tubuh harus mendapat cukup air untuk menjalankan fungsinya dengan tepat untuk menyaring racun-racun keluar melalui ginjal, dan untuk memelihara jumlah mineral (elektrolit) secara normal. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan cairan lebih cepat daripada ketika akan digantikan. Seseorang harus meminum cairan dengan cukup untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuhnya (Elsevier, 2007). 3) Hipertemia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertemia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertemisa maligna adalah kondisi bawaan tidak dapat mengintrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang renatan menggunkan obat-obatan anastetik tertentu. 4) Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga mengakibatkan hipotermia. Tingkat hiptermia: ringan 33 0C – 36 0C; sedang 30 0C – 33 0C; berat 27 0C – 30 0C; sangat berat
View more...
Comments