Laporan Praktikum sifat koligatif larutan
May 4, 2017 | Author: Sri Argarini | Category: N/A
Short Description
Laporan Praktikum Kimia SMA kelas XII Sifat Koligatif Larutan...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351) PERCOBAAN VIII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Dosen: Dra. Hj. St. H. Nurdiniah, M.Si Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Praktikum: Siti Meisyarah Trisda Mila Disusun Oleh: Kelompok 8
Dewi Artika
: A1C311038
Eryn Rahmawati
: A1C311061
Fitriana Aida
: A1C311029
Normilawati
: A1C311005
Rima Puspa Aryani
: A1C311010
Sri Yulianti
: A1C311052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN NOVEMBER 2013
PERCOBAAN VIII Judul
: Sifat Koligatif Larutan
Tujuan
: Mengamati titik didih zat pelarut (air) dan pengaruh zat terlarut pada titik didih larutan, serta menentukan nilai kenaikan titik didih larutan.
Hari/ tanggal
: Jum’at/29 November 2013
Tempat
: Laboratorium kimia PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI Sifat – sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel terlarutnya disebut Sifat Koligatif. Istilah koligatif berasal dari bahasa latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel zat terlarut di dalam larutan. Sifat koligatif larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit, meski jumlah mol zat terlarutnya sama. Sifat koligatif meliputi tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. (Sumber: Michael Purba, 2006, hlm. 2 ) 1. Penurunan tekanan uap larutan Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang. Penurunan tekanan uap jenuh dirumuskan sebagai : ∆P = XB . P0 Keterangan : ∆P = penurunan tekanan uap jenuh XB = fraksi mol zat terlarut
P0
= tekanan uap jenuh air murni P = X A . Po
Keterangan : P = tekanan uap jenuh larutan XA = fraksi mol pelarut P0 = tekanan uap jenuh air murni
2. Kenaikan Titik Didih Titik didih adalah suhu ketika tekanan uap larut sama dengan pelarut di dalam larutan. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara disekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atm. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb). Raoult telah menganalisis bahwa kenaikan titik didih suatu larutan berbanding lurus dengan molalitas dikalikan dengan tetapan kenaikan titik didih molal dari larutan tersebut. Persamaan yang dikemukakan oleh Raoult adalah sebagai berikut. Tb = Kb
m
Tb = Kb ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut Keterangan : ΔTb
= kenaikan titik didih
Kb
= tetapan kenaikan titik didih molal
g
= massa zat terlarut
Mr
= massa molekul relatif
m
= molalitas larutan
3. Penurunan Titik Beku Larutan mempunyai titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murni. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan titik beku larutan (∆Tf). Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut. ∆Tf = Kf . m atau ∆Tf = Kf .
ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan
Keterangan : ΔTf
= penurunan titik beku
Kf
= tetapan kenaikan titik beku molal
g
= massa zat terlarut
Mr
= massa molekul relatif
m
= molalitas larutan
4. Tekanan Osmosis Gejala osmosis adalah perjalanan pelarut murni ke dalam larutan, yang keduanya terpisah oleh membran semipermiabel, yaitu membran yang dapat diresapi oleh pelarut tetapi tidak oleh zat terlarutnya. Tekanan osmosis adalah
tekanan yang harus diberikan kepada larutan agar alirannya berhenti (terhentinya perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semipermeabel) . Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal: PV = nRT Karena tekanan osmosis =
, maka :
atau
Keterangan : π
= tekanan osmosis (atm)
M
= konsentrasi larutan (M)
R
= tetapan gas universal = 0,082 L.atm/mol K
T
= suhu mutlak (K)
(Sumber: Asri Nisa Sakinah, 2011, hlm. 2-3) II. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : 1. Neraca analitik 1 buah
2. Termometer -10 s.d. 1100C 3. Gelas ukur 100 mL 4. Gelas kimia 200 mL 5. Batang pengaduk kaca 6. Sendok 7. Pembakar bunsen 8. Kasa asbes dan kaki tiga 9. Statif dan klem 10. Stopwatch
3 buah 3 buah 3 buah 2 buah 1 buah 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah
B. Bahan Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah : 1. Gula pasir 2. Aquades III. PROSEDUR KERJA A. Menentukan Titik Didih Zat Pelarut 1. Memasukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia 200 mL. 2. Memanaskan aquades tersebut dengan menggunakan pembakar bunsen. 3. Mencatat suhu setiap setengah menit sampai aquades mendidih dan suhu tetap. B. Menentukan Titik Didih Larutan 1. Menimbang 26 gram gula pasir. 2. Memasukkan 100 mL aquades dan 26 gram gula pasir ke dalam gelas kimia, mengaduknya hingga larut. 3. Melakukan kegiatan yang sama seperti menentukan Titik Didih Zat Pelarut. 4. Mengulangi lagi semua kegiatan di atas dengan mengganti massa gula pasir menjadi 13 gram. IV. HASIL PENGAMATAN No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
A.
Menentukan titik didih Pelarut
1.
Memasukkan 100 mL aquades ke
dalam
kemudian aquades
gelas
kimia,
memanaskan tersebut
dengan
Suhu Awal 29° C 30°C
63°C
83°C
31°C
65°C
83,5°C
menggunakan
2
pembakar
34°C
66°C
84°C
bunsen.
36°C
67°C
84,5°C
Mencatat suhu setiap setengah
38°C
68°C
85°C
menit
40°C
70°C
85,5°C
43°C
71°C
86°C
45°C
73°C
86,5°C
48°C
74°C
86,5°C
49,5°C
75,5°C
86,5°C
51°C
77°C
87°C
54°C
78°C
87°C
56°C
79°C
87°C
57,7°C
80°C
87,5°C
59,5°C
81°C
87,5°C
61,5°C
82°C
87°C
sampai
aquades
mendidih dan suhu tetap.
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan Suhu akhir titik didih air = 87°C
B.
Menentukan Titik Didih Larutan
1.
Memasukkan 100 mL aquades
Larutan gula
dengan 26 gram gula ke dalam gelas kimia dan mengaduknya hingga larut. 2.
Memanaskan
larutan
dengan
menggunakan
pembakar bunsen.
gula
Mencatat
suhu setiap setengah menit sampai larutan mendidih dan suhu tetap.
Suhu Awal 30,5°C 33°C
47°C
59°C
34,5°C
48°C
59,5°C
36°C
49°C
60°C
38°C
50°C
60,5°C
No.
Perlakuan
39°C
51°C
61°C
40°C
51,5°C
61,5°C
40,5°C
52°C
62°C
41°C
53,5°C
62,5°C
42°C
54°C
62,75°C
42,5°C
55°C
63°C
43°C
56°C
63,25°C
43,5°C
56,5°C
63,5°C
44,5°C
57°C
63,75°C
44,5°C
57,5°C
64°C
46°C
58°C
64,25°C
Hasil Pengamatan
64,5°C
81°C
86°C
64,75°C
81,5°C
87°C
65°C
82°C
87,5°C
65,25°C
82,25°C
88°C
65,5°C
82,5°C
88°C
65,75°C
83°C
88°C
66°C
83°C
88°C
66,25°C
83,25°C
88,5°C
66,5°C
83,5°C
89°C
68°C
84°C
89,5°C
70,5°C
84,25°C
90°C
71,5°C
84,25°C
90°C
73°C
84,5°C
90°C
74°C
84,5°C
90°C
75°C
84,5°C
90°C
77°C
85°C
90°C
78°C
85°C
90°C
78,5°C
85°C
90°C
79°C
85,5°C
79,5°C
85,5°C
80,5°C
86°C
Suhu akhir titik didih larutan gula 90°C
No. 3
Perlakuan Memasukkan 100
mL
Hasil Pengamatan Larutan Gula
aquades dengan 13 gram gula ke dalam gelas kimia dan mengaduknya hingga larut. 4
Memanaskan
larutan
gula
dengan
menggunakan
pembakar bunsen. Mencatat suhu setiap setengah menit sampai larutan mendidih dan suhu tetap.
Suhu awal 29 32°C 68°C 85,5°C 33,5°C 70°C 86°C 37°C 72°C 87°C 40°C 74°C 87°C 42°C 75°C 88°C 45°C 76°C 88°C 48°C 77°C 88°C 51°C 78°C 88,5°C 53°C 80°C 89°C 55°C 81°C 89°C 58°C 82°C 89°C 60°C 83°C 89°C 62°C 83,5°C 89°C 64°C 84°C 66°C 85°C Suhu akhir titik didih larutan gula 89°C
V. ANALISIS DATA A. Menentukan Titik Didih Pelarut Dari percobaan mendidihkan 100 mL aquades, diperoleh bahwa titik didih aquades adalah 87
. Hal ini diketahui dengan mengukur suhu aquades
setiap setengah menit, dimana pada menit ke-24 hingga seterusnya suhu aquades tetap pada 87
. Nilai titik didih tersebut tidak sesuai dengan titik
didih aquades murni yang 100
pada keadaan normal.
B. Menentukan Titik Didih Larutan
Dari percobaan mendidihkan larutan yakni larutan gula, diperoleh titik didih larutan sebesar 90
. Sama halnya dengan aquades, titik didih larutan
diketahui dengan mengukur suhu setiap setengah menit, dimana pada menit ke-52 hingga seterusnya suhu tetap pada 90
. Nilai titik didih larutan gula tersebut
lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut murni (aquades). Hal ini terjadi karena adanya zat terlarut dalam larutan, yakni gula. Adapun jumlah gula yang dilarutkan seberat 26 gram. Selanjutnya percobaan dilakukan lagi dengan melarutkan gula seberat 13 gram untuk membandingkan titik didih kedua larutan. Dimana pada percobaan ini diperoleh pada menit ke-21 hingga seterusnya suhu tetap pada 89
. Nilai titik
didih ini lebih rendah daripada nilai titik didih larutan sebelumnya (larutan dengan zat terlarut 26 gram gula), hal ini dikarenakan jumlah zat yang dilarutkan juga lebih sedikit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak sedikitnya zat yang dilarutkan mempengaruhi titik didih suatu larutan. Dari hasil perhitungan diperoleh kenaikan titik didih larutan 26 gram gula adalah 3
. Sedangkan kenaikan titik didih larutan 13 gram gula adalah 2
VI. KESIMPULAN 1. Dari percobaan diperoleh bahwa titik didih pelarut (aquades) sebesar 87 Sedangkan titik didih larutan 26 gram gula sebesar 90 gula sebesar 89
.
.
dan larutan 13 gram
2. Kenaikan titik didih larutan 26 gram gula sebesar 3 larutan 13 gram gula sebesar 2
dan kenaikan titik didih
.
3. Titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni. 4. Semakin banyak zat terlarut semakin tinggi titik didih larutan.
DAFTAR PUSTAKA Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1 edisi ke-4. Jakarta : Erlangga Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung : ITB Anonim. 2009. Sifat Koligatif Larutan (Online). http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/. Diakses pada 9 Oktober 2013 Sakinah, Asri Nisa. 2011. Sifat Koligatif Larutan Jurnal (Online). http://www.scribd.com/doc/125750928/Sifat-Koligatif-Larutan-JURNALRepaired#download. Diakses pada 9 Oktober 2013
LAMPIRAN Pertanyaan 1. Tentukan kenaikan titik didih larutan tersebut! 2. Tentukan jumlah molalitas gula yang dilarutkan dalam larutan! 3. Bagaimana pengaruh zat terlarut terhadap kenaikan titik didih?
Jawaban: 1. Diketahui:
900C
Ket : A = 26 gram gula
890C
Ket : B = 13 gram gula
870C
Ditanya : a.
b.
Jawab
:
a. Gula yang dilarutkan sebesar 26 gram, sehingga = = 900C – 870C = Jadi kenaikan titik didih larutan adalah sebesar
.
b. Gula yang dilarutkan sebesar 13 gram, sehingga = = 890C – 870C = Jadi kenaikan titik didih larutan adalah sebesar
.
2. Molalitas 26 gram gula yang dilarutkan m = m = m = 1,4 molal Jadi jumlah molalitas gula yang dilarutkan sebesar 1,4 molal. Molalitas 13 gram gula yang dilarutkan m = m = m = 0,72 molal Jadi jumlah molalitas gula yang dilarutkan sebesar 0,72 molal. 3. Zat terlarut berpengaruh terhadap kenaikan titik didih, dimana dengan bertambahnya zat terlarut maka titik didih larutan semakin tinggi, karena konsentrasi larutan semakin tinggi. Adanya zat terlarut (solute) yang sukar menguap (nonvolatile) mengakibatkan tekanan uap dari larutan turun dan ini menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarutnya.
View more...
Comments