Laporan Praktikum Sediaan Formulasi Emulsi Vco
April 8, 2019 | Author: Dila Rahmah Rububiyah | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Sediaan Formulasi Emulsi Vco...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FORMULASI EMULSI VCO 30%/60ml
oleh : KELOMPOK 1
Syarifatul Imamah
(105070500111001) (105070500111001)
Rania Arif Mahfud
(105070500111002) (105070500111002)
Moch. Rijal Hadi
(105070500111004) (105070500111004)
Nabila Andjani
(105070500111006) (105070500111006)
Nur Lailatul Fitria
(105070500111009) (105070500111009)
Alfi Lailaturrokhmah Lailaturrokhmah (105070501111013) (105070501111013) Erita Rahmani
(105070500111017) (105070500111017)
Dilah Rahmah R.
(105070500111027) (105070500111027)
Zwageri Argo Pitoyo (105070500111035) (105070500111035) Erlina Yulianti
(105070504111002) (105070504111002)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
Laporan Praktikum Formulasi Emulsi VCO
1. Nama Sediaan: Sediaan: Emulsi VCO 2. Tujuan Praktikum :
Mahasiswa mampu membuat formula,membuat sediaan,serta melakukan evaluasi sediaan emulsi
Mahasiswa mampu melakukan analisa dan menarik kesimpulan mengenai fungsi dan metode pembuatan dengan berbagai macam emulgator Teori singkat : Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain,dalam
bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya menjadi satu fase tunggal (FI IV hal 6-7) 3. Deskripsi Bahan Aktif dan Preformulasi Eksipien
Propyl paraben sebagai pengawet(HPE Hal 596)
-
Pemerian: Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
-
Nama lain (sinonim): Nipasol; Co sept P
-
nama kimia: Propil P – hidroksibenzoat hidroksibenzoat (94-13-3)
-
struktur kimia:
-
Rumus molekul C 10H12O3 dan bobot molekul 180.20
-
Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3.5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
-
pH stabilitas: 3 – 6
-
Titik lebur: Antara 95 dan 98
-
Stabilitas: Stabil pada pH 3 – 6 pada suhu kamar
-
Inkompatibilitas: Inkompatibilitas: Aktivitas pengawet berkurang dengan adanya surfaktan non ionic hasil miselasasi Mg Aluminium Silikat, Mg Trisiklat, Yellow non oxide dan ultramarine biru mengabsorbsi propilparaben propilparaben sehingga efikasi menurun(HPE hal 597)
-
Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
-
ditemukan Sifat khusus yang penting untuk formulasi: Data tidak ditemukan
-
Koefisien partisi zat aktif: Data tidak ditemukan ditemukan
Methyl Paraben sebagai pengawet(FI IV)
-
Pemerian : hablur, kecil, tidak berawarna atau serbuk hablur putih tidak berbau, atau berbau khas lemah mempunyai sedikit rasa terbakar
-
Nama lain (sinonim) : Aseptoform M, 4-hydroxibenzoic acid methyl ester, metagin, methyl chemosept, methylis parahydroxybenzoas, parahydroxybenzoas, methyl p-hydroxybenzoate, nipagin M, Solbrol M, Tegosep M, Uniphen P-23
-
Nama kimia : methyl-4-hydroxybenzoate methyl-4-hydroxybenzoate
-
Struktur kimia
-
Rumus molekul dan bobot molekul : C 8H8O3 ; BM=152,15
-
Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbontetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter.
-
pH larutan dan pH stabilitas : 3,0-6,0 (HPE hal 449)
-
Titik didih atau titik leleh : jarak lebur 125 dan 128
-
Stabilitas (terhadap pH, cahaya, lembab, logam dan panas) : harus ditempatkan ditempat ditempat yg
o
0
tertutup baik, sejuk dan kering. Ditempatkan pada temperature kamar
-
Inkompatibilitas (terutama dengan bahan eksipien) : dengan zat tambahan seperti bentonit, Mg trisilikat, talk, tragacanth, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol dan atropine(HPE hal 443)
-
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
-
Sifat khusus yang penting untuk formulasi (sifat iritasi, bentuk aktif) : data tidak ditemukan
-
Koefisien partisi zat aktif : data tidak ditemukan
Air sebagai pelarut(FI IV)
-
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
-
Nama lain (sinonim) : Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide
-
nama kimia : air
-
struktur kimia : H-O-H
-
Rumus molekul dan bobot molekul : H 2O ; BM = 18
-
Kelarutan : -
-
pH stabilitas : antara 5,0-7,0
-
Titik didih atau titik leleh : TD 100o C
-
Stabilitas : stabil pada semua bentuk fisik (es, cair, uap)
-
Inkompatibilitas: Bereaksi dengan obat- obatan dan eksipien lain yang sesceptible untuk hidrolisis, alkali metal dan oksidanya seperti kalsium oksida, M gO.
-
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
-
Sifat khusus yang penting untuk formulasi (sifat iritasi, bentuk aktif) : data tidak ditemukan
-
Koefisien partisi zat aktif : data tidak ditemukan
Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na) (HPE hal 120)
-
Pemerian : CMC Na berbentuk butiran serbuk, tidak berbau, berwarna putih hampir putih.
-
Nama lain (sinonim) : Akucell; Aquasorb; Blanose; cellulose gum; CMC sodium; E466; Finnfix; Nymcel; SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; sodium CMC; Tylose CB.
-
Nama kimia : Cellulose, carboxymethyl ether, sodium salt.
-
Struktur kimia :
-
Rumus molekul : C 8H16NaO8
-
Berat molekul : 265.204
-
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluene. Mudah tersebar dalam air pada semua suhu, terbentuk jelas,n larutan koloid. Kelarutan air bervariasi sesuai derajat substitusi (DS)
-
pH stabilitas : pada pH 7-9
-
Titik didih atau titik leleh : Titik leleh 300 ℃ dan titik didih 527.1°C at 760 mmHg
-
Stabilitas (terhadap pH, cahaya, lembab, logam dan panas) : -
-
Inkompatibilitas (terutama dengan bahan eksipien) : CMC Na tidak kompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan garam terlarut dari besi dan beberapa lain logam, seperti aluminium, merkuri, dan seng. Pengendapan dapat terjadi pada pH 1 terjadi flocculation yang sangat longgar sehingga vol sediaan lebih besar dari volume awal - formula suspensi lebih baik jika di hasilkan kurva garis yang lurus atau sedikit curam
kemampuan redispersi
-
prinsip
: penetapan kemampuan redispersi sediaan emulsi VCO 30 %
-
tujuan
: mengetahui waktu yang di butuhkan sediaan suspensi untuk redispersi sedimen yang terbentuk
-
metode
: sediaan yang sudah membentuk sedimen di kocok dengan tangan. Titik akhirnya adalah jika pada dasar tabung tidak lagi terdapat endapan
-
penafsiran hasil
:
kemampuan
redispersi
baik
bila
suspensi
telah
terdispersi
sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik
stabilitas emulsi
-
prinsip
: penetapan stabilitas sediaan emulsi
-
tujuan
: mengetahui stabilitas sediaan emulsi
-
metode
: sediaan yang sudah membentuk sedimen di kocok dengan tangan, dilihat apakah emulsi pecah atau tetap stabil
-
penafsiran hasil
: stabilitas emulsi baik bila emulsi tidak pecah dan tidak terjadi
ketidaksatbilan emulsi
10. Tabel Data Pengamatan
11. a. Tabel Data Pengamatan Proses Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Basah No
1
2
Perlakuan
Pengamatan
Kalibrasi botol kaca bening sebanyak 5
Semua botol telah terkalibrasi dengan
buah dengan volume 61,2 ml
volume 61,2 ml
Kalibrasi beaker glass 306 ml
Beaker glass telah terkalibrasi dengan volume 306 ml
3
Ambil aqua sebanyak 350 ml masukkan
dalam
beaker
glass
Didapatkan aqua bebas CO2 sebanyak 500 ml
panaskan di atas penangas air hingga suhu 80
0
C
segera tutup beaker
glass dengan penutup
terbentuk
aqua bebas CO 2 4
5
6
Timbang VCO sebanyak 100,98 ml
Parafin cair sebanyak 100,98 ml
dalam gelas ukur
Cairan kental berwarna bening
Timbang CMC Na sebanyak 3,366
PGA sebanyak 3,366 gram
gram dengan timbangan digital
Serbuk hablur putih
Ukur Aqua bebas CO 2 (2) sebanyak Aqua bebas CO 2 (2) sebanyak 63,75 ml 63,75 ml dalam gelas ukur
7
Timbang 0,06732 digital
propylparaben gram
dengan
dalam gelas ukur sebanyak Propylparaben banyak 0,06732 gram timbangan
Serbuk berwarna putih
8
Timbang BHT sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital
gerus ad
halus 9
BHT sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital Serbuk berwarna putih
Ambil FD&C Green q.s
larutkan
Cairan FD&C Green berwarna hijau
dalam air pada tabung reaksi 10
Sebagian/ setengah bagian dari (6) dituangkan ke dalam mortar
CMC Na dan air tercampur dengan merata
(5) terbentuk cairan kental berwarna putih
disebarkan dalam mortar yang telah diisi
setengah
bagian
dari
(6)
sebelumnya aduk terus secara cepat ad terbasahi sempurna 11
Tambahkan (4) sedikit demi sedikit ke (10)
aduk terus secara cepat ad
homogen
VCO terlarut pada campuran no 10 sampai homogen Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
12
Tambahkan (8) sedikit demi sedikit ke (11)
aduk terus secara cepat ad
homogen 13
BHT terlarut homogen pada larutan no 11 Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
Tambahkan sisa bagian (6) demi sedikit ke (12)
sedikit
aduk terus
Terbentuk larutan berwarna putih dan homogen
secara cepat ad homogen 14
Tambahkan (7) sedikit demi sedikit ke (13)
15
aduk terus secara cepat ad
Propylparaben terlarut pada no 13 Terbentuk larutan berwarna putih dan
homogen
homogen
Tambahkan (9) sedikit demi sedikit q.s
Larutan berwarna hijau setelah dilakukan
ke (14)
aduk terus secara cepat ad
penambahan FD&C Green
homogen 16
(15) dituang ke dalam beaker glass (2)
ditambahkan (3) ad 306 ml
aduk volume 306 ml dan homogen
terus secara cepat ad larut ad homogen dengan gelas pengaduk
Larutan berwarna hijau muda dengan
17
(16) dituang
perlahan
masing botol (1) 18
ke masing-
ad batas kalibrasi
(17) ditutup dengan tutup botol
diberi etiket dimasukkan ke dalam kotak kemasan 19
diberi brosur
Larutan 16 terbagi merata pada 5 botol dengan volume masing-masing 100 ml Botol telah berisi emulsi dan telah beretiket Dan sudah berada di dalam kemasan
Dilakukan evaluasi akhir sediaan VCO
Hasil evaluasi pada “Tabel Hasil Evaluasi”
Proses Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Kering No
Perlakuan
1
Kalibrasi botol kaca bening sebanyak Didapatkan botol dengan penanda volume
2
Pengamatan
5 buah dengan volume 61,2 ml
61,2 ml
Kalibrasi beaker glass 306 ml
Didapatkan beaker glass dengan penanda volume 306 ml
3
Ambil aqua sebanyak 350 ml
Didapat air dengan suhu
masukkan dalam beaker glass
terbentuk aqua bebas CO 2
80
0
C dan
panaskan di atas penangas air hingga suhu 80
0
C
segera tutup beaker
glass dengan penutup 4
5
6
Timbang VCO sebanyak 100,98 ml
VCO dengan volume 100,98 ml, berupa
dalam gelas ukur
cairan kental berwarna agak keruh
Timbang CMC Na sebanyak 3,366
CMC Na dengan massa 3,366 gram, berupa
gram dengan timbangan digital
serbuk berwarna putih
Ukur Aqua bebas CO2 (2) sebanyak Aqua bebas CO2 dengan volume 63,75 ml 63,75 ml dalam gelas ukur
7
Timbang 0,06732 digital
Propylparaben gram
dengan
(air panas) sebanyak Propylparaben dengan massa 0,06732 gram timbangan
8
Timbang BHT sebanyak 0,3366 gram dengan timbangan digital halus
9
gerus ad
dilarutkan dalam air
Ambil FD&C Green q.s
10
BHT dengan massa 0,3366 gram, BHT agak susah larut dalam air (sudah dilakukan dengan pengadukan maksimal)
larutkan
FD&C
Green
berwarna
hijau,
ketika
dalam air pada tabung reaksi
dilarutkan ke air dan berbau khas
Masukkan (4), (5), (6) ke dalam
Didapatkan larutan kental, berwarna putih
beaker glass aduk dengan kecepatan tertinggi dengan menggunakan stirrer sampai terbentuk massa kental 11
Tambahkan air sedikit demi sedikit,
Terbentuk larutan kental yang semakin lama
dan tambahkan
membentuk massa yang lebih kental.
(7), (8) aduk ad
homogen.
Dengan pengadukan yang intens, sambil menghancurkan
bentuk
massa
kentalnya
didapatkan larutan emulsi kental berwarna putih seperti susu 12
Tambahkan sisa air ad 306 ml.
Penambahan air sangat membantu dalam penghancuran massa kentalnya sehingga terbentuk suatu emulsi yang kekentalannya cukup dan bagus
13
Tambahkan FD&C Green qs
14
15
aduk Dengan penambahan FD&C Green, emulsi
ad homogen.
terlihat sempurna sebagai emollient.
Masukkan dalam kemasan, beri etiket,
VCO dengan warna hijau muda, telah
lakukan evaluasi
terbentuk jadi lengkap dengan etiketnya
Evaluasi
Hasil lengkap ada di hasil evaluasi
12. Hasil Evaluasi
No
Waktu Pengamatan
Jenis Evaluasi
Hasil Evaluasi
yang Dilakukan
Cara Kering
Cara Basah
1
Rasa: manis
Rasa: manis
Kamis,
Bau: kelapa
Bau: kelapa
19 April 2012
Warna: hijau muda
Warna: hijau muda
Jernih tidak timbul
Jernih tidak timbul
endapan/butiran
endapan/butiran
Pikno kosong=15,720
Pikno kosong=15,720
g
g
Pikno+air=40,785 g
Pikno+air=40,785 g
Pikno+sampel=
Pikno+sampel=
40,26 g
40,28 g
Evaluasi ke-1
Organoleptik
Kejernihan
Bobot Jenis
Sehingga,
BJ
Sehingga,
BJ
sediaan=
sediaan=
1,02
1,021
pH
7
8
Tipe emulsi
Tipe emulsi o/w
Tipe emulsi o/w
Tinggi
Volume awal= 16 ml
Volume awal= 12 ml
Volume
Botol 1=51 ml
Botol 1=56 ml
terpindahkan
Botol 2=52 ml
Botol 2=54 ml
Botol 3=51 ml
Botol 3=55 ml
Botol 4=51 ml
Botol 4=56 ml
Botol 5=52 ml
Botol 5=55 ml
Jumlah=257 ml
Jumlah=276 ml
Rata-rata volume
Rata-rata volume
terpindahkan botol =
terpindahkan botol =
51,4 ml
55,2 ml
Sedimentasi
Waktu
10 detik
8 detik
Stabil
Stabil
Rasa: hambar
Rasa: hambar
Kamis,
Bau: kelapa
Bau: kelapa
26 April 2012
Warna: hijau muda
Warna: hijau muda
timbul
timbul
endapan/butiran. Fase
endapan/butiran. Fase
minyak
minyak
redispersi Stabilitas Emulsi 2
Evaluasi ke-2
Organoleptik
Kejernihan
dan
air
dan
terpisah
terpisah
pH
7
6
Tipe emulsi
Tipe emulsi o/w
Tipe emulsi o/w
Tinggi
F=Vu:Vo
F=Vu:Vo
=4:16
=1,5:12
=0,25
=0,125
8 detik
10 detik
Stabil
Stabil
Rasa: hambar
Rasa: hambar
Jumat,
Bau: tidak enak
Bau: sangat tidak
4 Mei 2012
Warna: hijau
enak
Sedimentasi
Waktu redispersi Stabilitas Emulsi 3
Evaluasi ke-3
Organoleptik
Warna: hijau
air
Kejernihan
timbul
timbul
endapan/butiran. Fase
endapan/butiran. Fase
minyak
minyak
dan
air
dan
terpisah
terpisah
pH
6
6
Tipe emulsi
Tipe emulsi o/w
Tipe emulsi o/w
Tinggi
F=Vu:Vo
F=Vu:Vo
Sedimentasi
F=7:16=0,4375
F=5:12=0,4166
Waktu
10 detik
8 detik
Stabil
Stabil
air
redispersi Stabilitas Emulsi
13. Pembahasan 13.1. Analisa Prosedur
Pembahasan Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Basah
Analisa Prosedur selama Proses Pembuatan Sediaan
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas rangkaian analisa proses sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara basah. Pertama semua alat-alat yang digunakan dicuci terlebih dahulu agar tidak ada pengotor yang dapat mempengaruhi hasil sediaan. Kemudian botol-botol yang telah disiapkam dicuci dan dikalibrasi dengan volume 61,2 ml tiap botolnya. Juga kalibrasi beaker glass dengan volume
306 ml untuk memudahkan penambahan air pada akhir
pembuatan. Tidak lupa untuk membuat air yang bebas CO2 agar air yang digunakan sudah bebas bakteri karena sebelumnya digunakan air yang langsung diambil dari kran. Kedua dilakukan pengambilan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan. VCO 100,98 ml diambil dengan memakai gelas ukur karena sediaannya berupa cairan dan
aquades bebas CO2 diukur dengan gelas ukur sebanyak 67,5. CMC Na ditimbang 25,245 mg, Propylparaben ditimbang 0,06732 g, dan BHT ditimbang 0,3366 g. Bahan-bahan tersebut ditimbang memakai alat timbangan digital agar hasil yang didapatkan persis seperti yang diinginkan. Untuk FD&C blue karena yang dibutuhkan hanya q.s dapat diambil dengan pipet tetes sampai rasa yang diinginkan sudah sesuai. Ketiga dilakukan proses pembuatan sediaan. Yang dilakukan pertama adalah menuang air bebas CO2 sebanyak 67,5 ml ke dalam mortar kemudian ditambahkan CMC Na secara merata di permukaan mortar, saat penambahan CMC Na harus dilakukan pengadukan dengan cepat hingga korpus emulsi terbentuk. Dilakukan pengadukan cepat agar CMC Na tidak menjadi keras dan lengket. Ditambahkan VCO sedikit demi sedikit sampai habis dan diaduk cepat. Setelah pengadukan selesai dan telah homogen ditambahkan BHT yang dilarutkan terlebih dahulu dengan aqua bebas CO2 qs. Setelah ditimbang ke dalam mortar yang berisi CMC Na dan air. Saat penambahan pun harus dilakukan pengadukan dengan cepat sampai homogen mencegah terjadinya penggumpalan. Kemudian sisa aqua dan methylparaben dimasukkan ke dalam mortar dan diaduk cepat sampai homogen. Setelah sediaan siap dipindahkan ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi dengan volume 306 ml. Tambahkan FD&C blue secukupnya dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan air sampai batas kalibrasi untuk mendapatkan sediaan untuk 5 botol. Sediaan diaduk sampai homogen dan setelah homogen sediaan dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi dengan volume 306 ml dan hasilnya tepat 61,2 ml tiap botol. Jika semua sudah berada di dalam botol, maka botol diberi etiket, dimasukkan kemasan dan diberi brosur. Terakhir dilakukan evaluasi sediaan akhir untuk mengetahui bagaimana sediaan telah selesai dibuat.
Pembahasan Proses Pembuatan Sediaan dengan Pembuatan Korpus Emulsi Cara Kering Analisa Prosedur selama Proses Pembuatan Sediaan
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas rangkaian analisa proses sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara kering. Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas rangkaian analisa proses sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara kering. Terdapat 4 tahap yaitu, tahap preparasi dan kalibrasi,
tahap penimbangan dan pengukuran, tahap pencampuran dan tahap pengemasan dan evaluasi. Pada tahap pertama dilakukan kalibrasi botol 61,2 ml terhadap setiap botol, dalam praktikum ini botol yang digunakan adalah 5 botol, hal ini dilakukan agar emulsi yang di dapat dalam botol bervolume tepat yaitu 61,2 ml. kemudian dilakukan kalibrasi pada beaker glass 1000 ml, dikalibrasi dengan volume 306 ml, dilakukan untuk mengukur secara langsung emulsi yang diperlukan untuk 5 botol, dilebihkan 10 ml tujuannya agar volume tiap botol dapat dicapai meskipun ada sejumlah emulsi yang tertinggal pada masa pembuatan. Selanjutnya dan masih dalam tahap preparasi yaitu membuat Aqua bebas CO 2 ,pembuatan air ini dapat dilakukan dengan mendidihkan aqua sebanyak 500 ml dalam beaker glass di atas 0
penangas air hingga suhu 80 C, aqua bebas CO 2 digunakan sebagai pelarut, mengapa harus bebas CO2, agar larutan bebas bakteri dan mikroba. Kemudian adalah tahap penimbangan dan pengukuran. Penimbangan dilakukan pada bahan CMC Na sebanyak 3,366 gram, propylparaben 0,06732 gram, BHT sebanyak 0,3366 gram, penimbangan dilakukan pada timbangan digital sehinga didapatkan jumlah massa bahan yang tepat, sebelum timbangan digunakan,timbangan di lap, agar tidak ada kotoran yang mempengaruhi penimbangan, kemudian pada timmbangan di taruh perkamen sebagai wadah bahan, selanjutnya timbangan di re-zero, agar penimbangan tepat dan cepat tidak perlu di kurangkan lagi antara massa perkamen dan massa total, setelah di dapat diganti dengan penimbangan bahan lain dengan prosedur yang sama. Khusus untuk BHT yang bentuk bahannya adalah berbentuk bongkahan kasar, maka BHT perlu di gerus kemudian dilarutkan dalam aqua bebas CO2. BHT agak sukar larut dalam air, sehingga diperlukan pengadukan yang ekstra maksimal. Pada fase pengukuran, pengukuran dilakukan pada VCO sebanyak 100,98 ml dan Aqua bebas CO 2 sebanyak 63,75 ml, pengukuran dilakukan dengan menggunakan gelas ukur dan dilihat miniskus bawahnya pada index gelas ukur. Kemudian tinggal satu lagi bahan yang tidak perlu diukur dan ditimbang yaitu pewarna FD&C blue, diambil secukupnya dan dilarutkan dalam air. Kemudian masuk ke dalam tahap pencampuran. Pencampuran pertama adalah melarutkan bahan aktif, emulgator dan air (VCO sebanyak 100,98 ml, CMC Na sebanyak 3,366 gram, Aqua bebas CO 2 sebanyak 63,75 ml) ke dalam beaker glass, kemudian diaduk menggunakan stirrer dengan kecepatan tetinggi, hal ini agar di dapat suatu emulsi yang campur dengan sempurna. Di sela-sela masa tersebut di tambahkan sedikit-demi sedikit air agar pelarutannya
semakin sempurna, kemudian ditambahkan antimikroba dan antioksidannya (Propylparaben sebanyak 0,06732 gram dan BHT sebanyak 0,3366 gram), tetap dalam keadaan pengadukan dengan stirrer, setelah itu tambahkan air ad 306 ml, dengan menyesuaikan pada label tanda kalibrasi di awal. Terakhir diberi pewarna FD&C Blue sampai berubah warna menjadi biru. Dan kemudian di masukkan ke dalam masing-masing botol yang sudah di kalibrasi di awal. Tahap selanjutnya adalah pengemasan dan evaluasi, yaitu dengan menempelkan etiket pada 5 botol dan memasukkannya dalam wadah. Kemudian 4 botol yang lain digunakan untuk evaluasi, prosedur evaluasi dan analisa hasil evaluasi akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
13.2. Analisa Hasil
Analisa Hasil Cara Kering
Setelah menyelesaikan praktikum formulasi sediaan emulsi, praktikan dapat membahas hasil dari sediaan emulsi yang dibuat dengan metode pembuatan korpus emulsi cara kering. Tipe emulsi yang telah dibuat dari praktikum ini adalah emulsi tipe O/W menggunakan zat aktif virgin coconut oil yang merupakan golongan minyak. Pada praktikum formulasi sediaan solid ini, praktikan memutuskan untuk membuat sediaan sediaan oral, walaupun virgin coconut oil sebenarnya dapat juga dijadikan sediaan topikal. Alasan pembuatan emulsi virgin coconut oil dengan tipe O/W sebagai sediaan oral karena kandungan asam laurat yang ada pada virgin coconut oil ini mudah dioksidasi serta dapat menarik molekul berat untuk turut dibakar menjadi tenaga. Mekanisme ini memungkinkan tubuh untuk membersihkan pembuluh darah dari plakplak, turut membakar kolesterol dan lemak-lemak tubuh yang berlebihan. Dengan pemakaian rutin jangka panjang akan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, mengurangi stroke dan seranganjantung. Dan juga bisa untuk sediaan topikal karena sediaan tersebut adalah karena sediaan merupakan salah satu kosmetik yang digunakan sebagai emollient kulit dimana penggunaannya tidak membutuhkan waktu lama untuk melekat pada kulit, selain itu untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen dan juga bisa untuk menghilangkan jerawat karena efek antibakteri dari virgin coconut oil, karena sediaan yang berbasis minyak jika dipakai pada kulit akan timbul rasa tidak nyaman oleh karena itu dipilih tipe emulsi O/W .
Dari hasil uji organoleptik hari pertama tersebut didapatkan sediaan mempunyai rasa manis, bau kelapa dan berwarna hijau. Bau kelapa didapatkan dari virgin coconut oil tersebut, sedangkan warna hijau didapatkan dari FD&C green. Lalu dari segi rasa atau tekstur di tangan, jika dioleskan ke kulit sediaan mempunyai rasa dingin dan encer. Pada evaluasi minggu ke-2, emulsi tersebut memisah menjadi 3 bagian menjadi 3 komponen cair, pada lapisan paling atas berwarna putih bening, lapisan tengah putih dan lapisan bawah hijau bening. Pada lapisan tengah terdapat buih berwarna putih yang menandakan adanya creaming karena fase terdispersi yang lebih kecil dibanding fase pendispersi. Sedangkan adanya pemisahan pada lapisan ke-3 yaitu putih bening dengan lapisan ke-1 mengindikasikan bahwa emulsi tersebut mengalami demulsifikasi. Selama proses creaming tidak terjadi pemecahan emulsi, tetapi bila terus berlanjut akan terjadi penggabungan partikel-partikel menjadi lebih besar yang akan mengawali terjadinya demulsifikasi. Hal ini berhubungan dengan hokum Stokes yang menyatakan bahwa laju pemisahan berbanding lurus dengan jari-jari partikel dan perbedaan densitas antara kedua fasa, namun berbanding terbalik dengan viskositas larutan. Penyebab terjadinya demulsifikasi ini, bisa disebabkan oleh karena pengaruh eksternal seperti suhu maupun cahaya ataupun karena proses pengadukan yang kurang sempurna dan kesalahan praktikan dalam menimbang bahan-bahan yang digunakan atau karena ketidaktepatan komposisi dari sediaan. Kemungkinan karena botol yang digunakan adalah botol bening sehingga cahaya yang masuk ke sediaan cukup banyak. Demulsifikasi ini termasuk ke tahap flokulasi karena ketika dilakukan pengocokan bisa terdispersi secara sempurna. Selanjutnya jika ditinjau dari segi rasa, pada minggu kedua waktu pengamatan rasa manis emulsi tersebut sudah hilang bau kelapa masih, hal ini bisa dikarenakan memang sejak awal rasa manis hanya didapat dari virgin coconut oil saja tanpa adanya tambahan zat pemanis sehingga rasa manis cepat hilang.
Pada minggu ke-3 rasa sudah tidak enak dan adanya bau tidak enak pada emulsi. Hal ini terjadi mungkin karena adanya inkompatibel methylparaben dan virgin coconut oil (HPE hal 466). Sehingga methylparaben tidak bekerja maksimal. Terlihat juga emulsi tersebut memisah menjadi 3 bagian menjadi 3 komponen cair, pada lapisan paling atas berwarna putih bening, lapisan tengah putih dan lapisan bawah hijau bening. Hal ini mengindikasikan bahwa emulsi tersebut mengalami demulsifikasi sama seperti minggu ke-2.
Bobot jenis yang didapat adalah 0,98 g/L. Dapat dilihat bahwa berat jenisnya lebih kecil dari air sebagai pendispersinya (BJ air = 1 g/L). Hal ini dapat menunjukkan kemampuan emulsi untuk mempertahankan stabilitasnya, karena BJ fase terdispersi lebih kecil dari fase pendispersi sehingga menyebabkan emulsi memisah dan membentuk creaming dengan posisi fase terdispersi diatas karena BJ fase terdispersi lebih kecil dari fase pendispersi. Jika fase terdispersi kurang rapat dibandingkan dengan fase kontinyu, kecepatan sedimentasi menjadi negatif, yakni, dihasilkannya creaming yang mengarah ke atas (Martin dkk, 1990). Hasil pengujian waktu redispersi menunjukkan emulsi dapat teredispersi setelah dikocok rata – rata selama 10 detik. Hal ini menunjukkan emulsi sudah baik karena emulsi yang baik teredispersi setelah dikocok dalam waktu kurang dari 30 detik. Hasil pengujian pH menunjukkan angka 7 pada minggu ke-1 dan ke-2. pH merupakan komponen yang sangat penting bagi sediaan topikal, karena pH yang tidak sesuai dengan pH kulit akan menimbulkan iritasi. Oleh karena itu dalam sediaan ini dibutuhkan pendapar untuk mendapar pH sediaan agar tidak terlalu asam dan mengiritasi kulit. Berdasarkan Conditioning Agents for Hair and Skin karya Randy Schueller, pH normal kulit sedikit asam
yakni berkisar antara 4-6. Tujuan dari pH yang sedikit asam ini adalah sebagai lini pertama dalam pertahanan tubuh terhadap bakteri. Sediaan krim ini memiliki pH 5 yang artinya berada dalam rentang normal pH kulit, sehingga sediaan ini tidak iritatif terhadap kulit, dan sangat layak digunakan (Schueller, 1999). Sementara pH yang dihasilkan tidak sesuai dengan rentang pH untuk sediaan topical. Sehingga, diperlukan dapar fosfat untuk menurunkan pH tersebut dan juga buffer pH untuk mencegah pH tersebut tetap sesuai dengan rentang kulit yaitu 6. Pada minggu ke-3 pH turun menjadi 6. pH emulsi turun karena adanya kontaminasi mikroba dari alat-alat praktikum yang kurang bersih ataupun dari proses pengadukan. Kontaminasi emulsi oleh mikroorganisme dapat mempengaruhi sifat fisikokimia sediaan, seperti perubahan warna dan bau, perubahan pH. Hasil uji penentuan tipe emulsi adalah bahwa tipe emulsinya adalah O/W. Hal tersebut berdasarkan hasil pengujian minggu pertama hingga minggu keempat pengujian, hasilnya menunjukkan emulsi tersebut adalah O/W dimana pada pengujian menggunakan metode zat warna metilen blue dihasilkan warna yang merata, menunjukkan tipe emulsinya minyak dalam air.
Hasil uji tinggi sedimentasi sediaan emulsi pada evaluasi kedua dan evaluasi ketiga adalah : F2=0,25 dan F3=0,4375. Suatu emulsi yang baik akan menunjukan nilai F=1 karena menunjukkan flocculation equilibrium, yaitu tidak mengalami flokulasi. Pada sediaan emulsi ini, nilai F
View more...
Comments