Laporan Praktikum Pteridologi Keankeragaman Tumbuhan Paku
November 19, 2017 | Author: Nia Rakhmayanti Nurdin | Category: N/A
Short Description
Membahas berbagai macam tumbuhan paku yang telah dibahas bagian-bagian dan daur hidupnya pada praktikum Pteridologi...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PTERIDOLOGI Acara Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Phsilophyta dan Lycophyta
Disusun oleh: Nia Rakhmayanti Nurdin M0411045
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan. Tumbuhan paku merupakan salah satu tanaman yang tidak lepas dari usaha penyederhanaan obyek studi. Hal ini berkaitan dengan jumlah dan keanekaragaman tumbuhan paku yang sangat besar di alam, yaitu mecapai kurang lebih 9000 spesies. (Wilson dan Loomis, 1966). Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai (Loveless, 1989). Di sisi lain, tumbuhan paku juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi,terutama pada keindahannya dan sebagai tanaman holtikultura, sebagai tanaman hias (Polunin, 1994). Dan tumbuhan paku juga dapat dimanfaatkan untuk sayuran dan obat-obatan tradisional. Tumbuhan yang ada di alam ini mempunyai jumlah yang beranekaragam sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi melalui klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok tumbuhan dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap
tumbuhan, dan menggolongkannya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (Tjitrosoepomo, 1993). Penyebaran dan keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat besar, begitu pula dengan potensi dan manfaatnya yang cukup penting baik untuk tanaman hias, sayuran,obat-obatan hingga peranannya sebagai keseimbangan ekosistem. Namun, data dasar tumbuhan paku berkenaan dengan komposisi, keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap. Oleh karena itu, pada laporan ini dibahas tentang klasifikasi dan deskripsi dari berbagai tumbuhan paku.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakter-karakter umum Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta? 2. Bagimana mengidentifikasi anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta? 3. Bagaimana membedakan anggota-anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta?
C. Tujuan Penulisan 1. Mahasiswa dapat mengetahui karakter-karakter umum Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta. 2. Mahasiswa
dapat
mengidentifikasi
anggota
Divisi
Pterophyta,
Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta. 1. Mahasiswa dapat membedakan anggota-anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.
D. Manfaat Penulisan Pembuatan laporan praktikum Pteridophyta ini diharapkan dapat menambah dan memberikan informasi serta wawasan tentang tumbuhan paku baik ciri-cirinya maupun identifikasi anggota tiap divisi kepada pembaca, lebih khususnya bagi para praktikan sendiri.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati yang utama di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun kawasan ini mengandung berbagai jenis makhluk hidup. Ditinjau dari keanekaragaman tumbuhan ditemukan 225-300 jenis bakteri dan alga biru, 4.28012.000 jenis jamur (Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang (Alga), 1500 jenis lumut (Bryophyta), 1.250- 1.500 jenis paku-pakuan (Pteridophyta), 100 jenis Gymnospermae dan 2500-30.000 jenis tumbuhan berbunga (Angiospermae) dengan 100-150 suku tumbuhan (Hasairin et al, 1997). Menurut Tjittrosoepomo (1988), tumbuhan paku merupakan divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tumbuhan dengan nyata dapat dibedakan dengan tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun namun belum menghasilkan biji. Kebanyakan tumbuhan paku memiliki perawakan yang khas, yaitu adanya daun muda yang bergulung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang hampir unik ini disebut vernasi bergelung sebagai akibat lambatnya pertumbuhan permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan awalnya (Loveless, 1989). Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam divisi. Kelima divisi tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling komplek yaitu Divisi Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang menjadi anggota Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara reproduksinya dengan membelah diri, inti sel belum berdinding dan secara umum bersifat uniseluler. Contoh dari Divisi Schizophyta adalah bakteri dan alga biru. Divisi berikutnya adalah Divisi Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun uniseluler namun sudah memiliki inti yang sesungguhnya. Contoh dari Divisi Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain
yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun sel telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta. Pteridophyta adalah divisi yang semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah jelas. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora (Tjitrosoepomo, 1988). Pada beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tumbuhan paku sejajar dengan tanah. Karena tumbuhnya menyerupai akar maka batang tersebut dinamakan rizoma. Batang ini sering tertutup oleh rambut atau sisik berfungsi sebagai pelindungnya. Dari rizoma ini pula tumbuh akar – akar yang lembut. Daun paku ada yang berbentuk tunggal, majemuk ataupun menyirip ganda. Helaian daun secara menyeluruh disebut ental, terkadang tumbuh dua macam ental, yaitu yang subur dan mandul. Pada ental yang subur tumbuh sporangia pada permukaan daun bagian bawah. Kumpulan dari sporangia disebut sorus sedangkan sekumpulan sorus itu sendiri disebut dengan sori. Spora terletak pada kotak spora (sporangium) dan tidak jarang sorus tersebut dilindungi oleh suatu lapisan penutup yang disebut indusium yang umumnya berbentuk ginjal. (Sastrapradja, 1979). 2. Karakteristik Tumbuhan Paku Organ paku-pakuan terdiri atas dua bagian, yaitu: 1) Organ vegetatif, yang terdiri dari akar, batang dan daun (organum nutritivum). a. Akar Akar paku adalah serabut. Pada bagian ujungnya tudung akar atau kaliptra. Di belakang tudung akar terdapat titik tumbuh akar berbentuk bidang empat, yang aktifitasnya adalah :
Ke luar menghasilkan kaliptra, dan
Ke dalam membentuk sel-sel akar
b. Batang.
Umumnya batang tumbuhan paku berupa akar tongkat atau rhizoma, ada juga yang berupa batang sesungguhnya, misalnya batang paku tiang. Bila dibuat sayatan melintang, maka akan tampak jaringan batang urut dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
Epidermis atau kulit luar. Umumnya keras karena mempunyai jaringan penguat yang terdiri atas sel-sel batu atau skelerenkim.
Korteks atau kulit pertama. Bagian ini banyak mengandung ruangruang sel yang berbentuk lubang-lubang besar.
Stele atau silinder pusat. Terdiri atas jaringan parenkim dan mengandung berkas pembuluh pengangkut, yaitu xilem dan floem dan bertipe kosentris.
c. Daun Menurut Smith (1991) berdasarkan bentuk dan sifat daunnya dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu:
Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun , misalnya pada Asplenium.
Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagianbagannya, misalnya pada Lycopodium.
2) Organ generatif (organum reproduktivum) Paku berkembang biak dengan spora. Setiap kotak spora dikelilingi oleh sederetan sel yang melingkar membentuk bangunan seperti cincin dan disebut annulus. Annulus ini berfungsi untuk mengatur pengeluaran spora.Aktivitas annulusdipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Di dalam sel-sel annulus penuh berisi air. Bila dalam keadaan basah sel-sel annulus akan mengembang, namun bila dalam keadaan kering sel-sel
annulus akan mengisut, maka sel-sel annulus mengerut dan memendek menyebabkan dinding kotak spora menjadi retak. Kotak spora pecah, spora dihembuskan keluar melalui celah yang terjadi pada waktu sel annulus mengerut. Perkembangbiakan pada tumbuhan paku secara “gametofit” bersifat seksual dengan menghasilkan sel-sel gamet (gamet ♂ dan gamet ♀) “sporofit” bersifat aseksual dengan menghasilkan spora (Hasairin, 2003). 3. Ekologi Tumbuhan Paku Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup yang seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari (Holtum, 1986). 4. Daur Hidup Tumbuhan Paku Tumbuhan paku menghasilkan spora yang sangat lembut. Spora-spora dihasilkan oleh kotak spora dan tersimpan rapat-rapat di dalamnya. Bila kotak spora telah masak, dinding pecah dan berhamburlah sporanya (Sastrapraja, 1979). Spora paku cukup ringan sehingga mudah dibawa angin, karena itu mudah tersebar luas. Dalam udara kering spora mampu mempertahankan viabilitasnya selama beberapa bulan, tetapi jika dibasahi pada suhu yang cocok, spora akan berkecambah (Loveless, 1989).
BAB III METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Praktikum Laporan ini dibuat berdasarkan praktikum yang dilakukan pada setiap hari Selasa yaitu tanggal 6, 15 dan 21 Mei 2014. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium II Biologi FMIPA UNS. 2. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan Alat tulis
secukupnya
Mikroskop cahaya
2 buah
Pinset
secukupnya
Kamera
1 buah
Cawan Petri
secukupnya
2. Bahan yang digunakan a. Divisi Pterophyta 1. Preparat Awetan Asplenium sp. 2. Preparat Awetan Adiantum sp. 3. Preparat Awetan Blechnum sp. 4. Preparat Awetan Davalia sp. 5. Preparat Awetan Platycerium sp. 6. Preparat Awetan Polypodium sp. 7. Preparat Awetan Pteris ensiformis 8. Preparat Awetan Marsilea sp. 9. Preparat Awetan Salvinia sp. 10. Preparat Awetan Azolla sp. 11. Preparat Awetan Drynaria sp. 12. Preparat Awetan Ophioglossum sp. 13. Preparat Awetan Lygodium sp. 14. Preparat Awetan Gleichenia sp. 15. Preparat Awetan Hymenophylum sp.
b. Divisi Athrophyta 1. Preparat Awetan Equisetum sp. 2. P.B. Strobilus Equisetum sp. 3. P.M. Batang Equisetum sp.
c. Divisi Lycopytha 1. Preparat Awetan Lycopodium sp. 2. P.B. Strobilus Lycopodium sp. 3. P.L. Batang Lycopodium sp. 4. Preparat Awetan Sellaginela sp. 5. P.B. Strobilus Selaginella sp. 6. P.B. Batang Selaginella sp.
d. Divisi Psilophyta 1. Preparat Awetan Psilotum sp.
3. Cara Kerja a. Mengamati herbarium kering tiap spesies. Sedangkan untuk preparat mikroskopis pengamatan dilakukan dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran kuat. b. Menuliskan klasifikasi dan deskripsi serta menggambar morfologi tiap sepesies dari anggota tiap divisi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan No.
Preparat Awetan
Keterangan
Divisi Pterophyta 1.
Asplenium sp.
1. Daun sporofil 2. Daun tropofil 3. Sorus 4. Rhizome 3 1
2
1 2.
Adiantum sp.
1. Sorus 2. Daun sporofil 3. Daun tropofil 4. Rhizome
2
1
3
3.
Blechnum sp.
1. Sorus 2. Daun tropofil 3. Daun sporofil 1
3
4. Rhizome
2
4
4.
Davalia sp.
1. Daun sporofil 2. Daun tropofil 3. Sorus 4. Rhizome
4
3
1
2
5.
Platycerium sp.
1. Daun sporofil 2. Daun tropofil 3. Sorus 4. Rhizome
1
6.
2
Polypodium sp.
1. Sorus 2. Daun tropofil 3. Daun sporofil 4. Rhizome 5. Rambut-rambut rhizoma
1 2
4
3 7.
Pteris ensiformis
1. Sorus
2. Daun sporofil 3. Daun tropofil 4. Rhizome 3
2 1
8.
Marsilea sp.
1. Sporokarpium 2. Spora 3. Daun
3 1
9.
Salvinia sp.
1. Daun mengapung 2. Daun tenggelam 3. Sporokarpium
1
3 2
10.
Azolla sp.
1. Daun terapung 2. Daun tenggelam 3. Sporokarpium 1
11.
Drynaria sp.
1. Daun tropofil 2. Daun sporofil 3. Sorus 4. Rhizome
2
1
4 12.
Ophioglossum sp.
1. Sorus 2. Daun tropofil 3. Daun sporofil
1
2 13.
Lygodium sp.
1. Daun tropofil 2. Daun sporofil 3. Sorus 4. Batang 4
2
3
1
14.
Gleichenia sp.
1. Daun bercacang pseudodikotom 2. Sorus 3. Rhizome 4. Batang
1
2 4
15.
Hymenophylum sp.
1. Daun tropofil 2. Daun sporofil 3. Indusium 4. Sorus 5. Rhizome 1
4
2 3
Divisi Athrophyta 16.
Equisetum sp.
1. Strobilus 2. Rigi 3. Daun mikrofil 4. Nodus
5. Internodus 6. Rhizome 7. Tunas fertile 8. Tunas steril 1
17.
9. Akar adventif
P.B. Strobilus Equisetum sp.
1. Aksis sentral 2. Sporofil
1
3. Sporangium 4. Spora 2
5. Sporangiofor 3
4 5 (Dokumentasi Pribadi, 2014). 18.
P.M. Batang Equisetum sp.
1. Epidermis 2. Korteks a. Sklerenkim
6 1
b. Parenkim 3. Endodermis
8
4. Floem 5. Xylem 6. Saluran karinal 7. Saluran valekuler
2a
7
2b (Dokumentasi Pribadi, 2014). Divisi Psilophyta
8. Saluran pusat
19.
Psilotum sp.
1. Sisik / daun mikrofil 2. Batang aerial 3. Rhizome 4. Sinangium
2
4
Divisi Lycophyta 20.
Lycopodium sp.
1. Sporangium 2. Batang 3. Strobilus 4. Daun fertil 5. Daun steril
4 21.
5
P.B. Strobilus Lycopodium sp.
2 1. Aksis sentral 2. Spora 3. Sporangium
4. Sporofil 5. Sporangiofor 2 3
5
4
1
(Dokumentasi Pribadi, 2014). 22.
Selaginella sp.
1. Strobilus 2. Daun ventral 3. Daun dorsal 1
3
2
23.
P.L. Batang Lycopodium sp.
1. Epidermis
2. Korteks 4
1
3. Stele 4. Xylem 5. Floem
3
2 6 5 (Dokumentasi Pribadi, 2014).
24.
P.B. Strobilus Selaginella sp.
1. Makrosporofil 2. Makrosporangi um 3. Makrospora 4. Mikrosporofil
4
5. Mikrosporangiu 6
3 5
2
m 6. Mikrospora 7. Sporangiofor
9 1 8
8. Ligula 9. Aksis sentral
7 (Dokumentasi Pribadi, 2014). 25.
P.B. Batang Sellaginela sp.
1. Epidermis 2. Korteks 3. Rongga udara 4. Trabekula
5. Stele
6
2
6. Xylem 7
7. Floem
5 3
4
1 (Dokumentasi Pribadi, 2014).
B. Pembahasan 1) Divisi Pterophyta 1. Preparat Awetan Asplenium sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Polypodiopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Aspleniaceae
Genus
: Asplenium
Species
: Asplenium sp.
b. Deskripsi Enthal tunggal, tersusun menyirip, warna hijau; tepi bergerigi. Sori terdapat pada percabangan urat enthal yang pertama dekat anak tulang enthal; indusia tipis seperti selaput. Terestrial, paku epifit pada pohon tinggi, Tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., sering menumpang di batang pohon
tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis.Paku Sarang Burung atau nama saintifiknya (Sastrapraja, dkk. 1979). Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 -150 cm, lebar 3 – 30 cm. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang, daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung meruncing, warna daun bagian atas hijau terang, bagian bawah hijau pucat. Rhizome yang pendek ditutupi oleh sisik yang halus dan lebat, sisik berwarna coklat. Paku epifit dengan akar rimpang kokoh, tegak, bagian ujung mendukung daun-daun yang tersusun roset, di bagian bawahnya terdapat kumpulan akar yang besar dan rambut berwarna coklat, bagian ujung ditutupi sisik-sisik sepanjang sampai 2 cm, berwarna coklat hitam. c. Manfaat: Asplenium sp. di Bali sering digunakan sebagai tanaman hias untuk menata taman, merangkai bunga dan akarnya dicincang alus dapat digunakan untuk media mencangkok tanaman. Dapat juga dijadikan sebagai obat penyubur rambut, demam, sakit kepala, kontrasepsi, gigitan atau sengatan hewan berbisa. Daunnya ditumbuk dan dicampur dengan parutan kelapa kemudian dioleskan pada rambut (Darma, 2006). 2. Preparat Awetan Adiantum sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Adiantaceae
Genus
: Adiantum
Spesies
: Adiantum sp.
b. Deskripsi Dari hasil pengamatan terhadap Adiantum sp. dapat ditemukan ditempat yang lembab diantara batu-batuan. Habitus dari paku ini adalah perdu. Akar berupa rimpang pendek mengelompok berwarna gelap. Percabangan dikotomis terbagi.Daun berbentuk bulat panjang yang sempit, yang masing-masing terbagi lagi menjadi lebih kecil. Daun berwarna hiaju tua dengan tepi berombak. Pada masing-masing ental memiliki 1 hingga 20 sori yang berada dibawah permukaan bawah daun sebalah pinggir. Sori berwana coklat tua. Sori kecil, 1-20 per segmen, berdekatan dengan bagian luar dan bagian atas. Spora terbagi menjadi 32 per sporangium, berwarna coklat (Large, 1993). Adiantum sp. hidup di tanah, hampir semua paku-pakuan adalah herba atau agak berkayu. Letak akar tumbuhan paku bermacammacam, pada Adiantum Sp akarnya serabut, tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua batang pakupakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya menjalau atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangnya halus, warna coklat dan percabangan monopodial. Jenis daun pada Adiantum sp. adalah majemuk, tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis. Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan klusterkluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora. terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Pada daun Adiantum sp. bentuk indisiumnya memanjang (Puspitasari, 2010). c. Manfaat
Adiantum sp. biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Selain itu paku ini juga mengandung bhan organi yang baik untuk menjaga kelembaban tanah. Dapat juga mencegah kekeringan (Latifah, 2004). 3. Preparat Awetan Blechnum sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pterydophyta
Kelas
: Filiopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Blechnaceae
Genus
: Blechnum
Spesies
: Blechnum sp.
(Tjitrosoepomo, 1989).
b. Deskripsi Termasuk Famili Blechnaceae. Jenis paku ini termasuk golongan paku tanah yang dapat dikumpulkan dari daerah yang berketinggian 800 meter sampai dengan 2.000 meter di atas permukaan laut. Paku ini biasanya terdapat di tempat-tempat yang terbuka atau di jalan-jalan setapak atau hutan yang tidak terlalu lebat. Di atas disebutkan bahwa paku ini memiliki dua macam daun yaitu daun subur dan daun mandul. Kedua daun tersebut tersusun oleh anak-anak daun yang letaknya menyirip. Ukuran daun tanpa tangkainya adalah antara 15 – 45 cm. Daun suburnya memiliki anak-anak daun yang lebih sempit. Sporanya membentuk barisan yang memanjang, tersebar, kecuali di sepanjang tulang anak daunnya. Rimpangnya pendek, tetapi tebal. Rimpang tersebut tertutup oleh bulu-bulu yang kasar. Akarnya berjumlah banyak, karena paku ini termasuk jenis paku tanah, maka dapat diketemukan di antara tumbuhan lainnya (Steenis,2005). Memiliki daun yang agak lebar dengan sorus yang berbentuk garis pada bagian sisi bawah daun. Ada indusium dari tepi daun. Daun menyirip. Habitatnya epifit pada batang pohon besar atau bebatuan yang lembab. Alat reproduksinya berupa aseksual dan seksual,
dimnana aseksualnya dengan pembentukan spora dan seksualnya dengan cara oogami (Steenis,2005). c. Manfaat Jenis paku ini mempunyai fungsi sebagai penutup tanah atau ground cover pada areal taman karena bentuk pohonnya yang sangat kecil dan daunnya saling menutup antara satu pohon dengan pohon yang lainnya.
4. Preparat Awetan Davallia sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus
: Davallia
Spesies
: Davallia sp.
b. Deskripsi Davallia sp. merupakan salah satu genus dari 40 jenis pakis. Dallavia sp. merupakan tumbuhan epifit. bila dilihat secara langsung, maka tumbuhan ini mempunyai cirri-ciri antara lain rimpangnya kuat,dan ketika masih muda tertutupi oleh sisik, serta daunnya berbentuk segitiga dan kaku, tepinya bergerigi, dan permukaanya mengkilat sehingga mudah dilihat. Daunnya berwarna hijau muda sampai hijau tua, menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruaas-ruas yang panjang, bersisik rapat. Sisik berwarna pirang (Tjitrosoepomo, 2009). Davallia sp. mempunyai Rimpang yang kuat, berdaging kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuhan ini masih muda, rimpang-rimpangnya ditutupi oleh sisik-sisik yang padat, warnanya coklat terang. Entalnya berumbai, panjangnya sampai 1 m. Bentuk
ental tersebut segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Tangkainya bewarna coklat gelap, mengkilat. Helaian daunnya berbentuk segitiga dengan tepi yang berringgit. Daun-daun ini kaku dan kuat. Permukaan daunnya licin mengkilat, sehingga mudah sekali terlihat dengan jelas (Mustofa, 2009). Davallia sp. memiliki sorus yang bulat atau memanjang, dimana sorus ini terletak pada sisi bawah daun, atau disepanjang tepi daun, dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium berlekatan pada permukaan daun sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun. (Sunarmi, 2004). c. Manfaat Davallia sp. Memiliki bentuknya cukup menarik sebagai tanaman hias. Dapat ditanam ditempat-tempat yang terlindung maupun tempattempat yang terbuka. Pernah dilaporkan bahwa paku tertutup mengandung asam hidrosianik (Perwati, 2009). 5. Preparat Awetan Platycerium sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Famili
: Polypodiaceae
Ordo
: Polypodiales
Genus
: Platycerium
Spesies
: Platycerium sp.
b. Deskripsi Perawakan parenial, Daun terdiri atas dua macam yaitu daun penyangga atau daun steril dan dedaunan atau daun fertil. Daun penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil, tumbuh saling menutupi dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung bercuping, berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila tua dan tidak
berspora. Daun fertil luruh, tumbuh menggantung, umumnya bercabang menggarpu pada ujungnya menyerupai tanduk rusa, berwarna
hijau
keputihan,
berbulu
bintang
dan
berspora
(Rismunandar, 1991). Tergolong daun tunggal, bertoreh dalam. berdaging, tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm, ujung tumpul, daun tambahan satu sarnpai tujuh, menggarpu, bentuk baji, coklat hijau. Batang tidak jelas ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun langsung tumbuh dari akar tanpa perantara dari batang. Akar berbulu dan berwarna coklat. kekuningan dan biasanya langsung mengakar pada batang tanaman yang di tumbuhinya. Akar berupa akar serabut. Spongarium, terdapat pada ujung, tertutup rambut, bentuk bintang, bercabang dua sampai empat, panjang 10-12 cm, lebar 2-3 cm, berwarna hijau muda dan hijau kebiruan (Rismunandar, 1991). c. Manfaat Pemanfaatan Platycerium sebagai tanaman hias digunakan dalam bentuk segar baik berupa daun potong atau tanaman dalam pot. Selain itu, Platycerium juga digunakan untuk obat tradisional oleh masyarakat Jawa. Tumbukan halus daunnya digunakan sebagai kompres demam dan luka bengkak seperti bisul, radang rahim luar, dan campurannya dengan bawang merah digunakan juga untuk obat gondok dan kudis (Kreier dan Scheider, 2006). 6. Preparat Awetan Polypodium sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Filicinae
Ordo
: Superfisiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus
: Polypodium
Spesies
: Polypodium sp.(Haufler, Christopher H, 1993).
b. Deskripsi Habitat di alam, paku ini tumbuh ditempat terbuka dan kadangkadang juga tumbuh di tempat terlindung dari sinar matahari. Di dataran rendah yang tidak terlalu kering. Tumbuhan paku ini hidup epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Tumbuhan ini ada yang tumbuh di tanah (terestris), namun ada juga yang tumbuh sebagai epifit (tumbuh di bagian batang atau ranting pohon). Polypodium sp adalah beberapa contoh paku yang epifit di hutan yang memiliki tajuk cukup rapat (Gembong,1983). Akarnya serabut keluar dari rimpang,memiliki bentuk daun berbagi menyirip tepi daun rata,dengan ujung yang meruncing, lebar biasa mencapai 4 cm dan panjang bisa mencapai 17 cm. Tulang daun menyirip. Batangnya berwarna hijau kecoklatan panjang, berbentuk bulat lonjong. Warna biasanya hijau daun (Kimbal,1999). Tumbuhan paku ini bersifat homospora atau isospora (hanya menghasilkan satu macam spora), terletak pada sorus di bawah daun terletak didekat dengan tulang daun.berbentuntuk lonjong berwarna coklat (Ali. 2008). c. Manfaat Manfaat Polypodium sp. , tumbuhan paku ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, dan dapat juga dkonsumsi debagai sayuran pada zaman dahulu tanaman ini djadikan sebagai bahan makan oleh masyarakat yang bertemapat tinggal di daerah pegunungan. Dan dapat di jadikan sebagai obat penyembuh sakit kepala yaitu dengan merebusnya dengan air yang mendidih (Soeratman. 1999). 7. Preparat Awetan Pteris ensiformis a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Filicopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Pteridaceae
Genus
: Pteris
Spesies
: Pteris ensiformis (Moertolo, 2004).
b. Deskripsi Termasuk paku tanah dengan ketinggian 0,15m-0,70m, akar rimpang tegak dan merayap pendek dan daun gunduk tegak menyirip rangkap kuat tidak beruas. Daun steril panjang 5-20 cm diatas tangkai. Daun fertil berbeda dengan daun steril. Anak daun atau taju daun berbentuk garis, lebar 24mm, tepi daun rata tetapi bagian ujungnya bergerigi (Moertolo, 2004). Warna daun pada Pteris sp. adalah hijau tua, peruratan (vernasi) menyirip, ujung-ujungnya bergabung dengan urat lain sehingga memperlihatkan garis yang dekat dengan tepi. Tekstur daun adalah helaian atau seperti selaput (tekstur daun tumbuhan paku bervariasi seperti selaput atau helaian atau seperti selaput tebal atau kulit).Permukaan daunnya halus atau gundul. Tangkai daun berukuran ±28cm (Moertolo, 2004). Pteris merupakan pakis homospor yang mempunyai tipe gametofit yaitu tipe jantung, tipe gametofit ini yang paling umum.Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin (gametangium) terletak pada permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya terletak didekat takik, anteridium umumnya terletak di antara rizoid. c. Manfaat Pteris
ensiformis
dimanfaatkan
sebagai
kemampuan
”hyperaccumulate” (menyerap sejumlah arsenic) yang besar dari lahan. Selain itu spesies ini digunakan sebagai bioremediation potensial. Pada umumnya tumbuhan paku tersebut digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam dalam pot, yang biasanya menanam sebagai tanaman pembatas. 8. Preparat Awetan Marsilea sp. a. Klasifikasi
orang
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Marsileales
Famili
: Marsileaceae
Genus
: Marsilea
Spesies
: Marsilea sp. (Afriastini,2003)
b. Deskripsi Famili Marcileaceae hidup di paya-paya atau air yang dangkal, berakar dalam tanah, jarang berupa tanaman darat sejati. Batangnya menyerupai rimpang yang merayap, ke atas membentuk daun-daun, ke bawah akar-akar. Genus Marsilea mempunyai batang yang merayap, daun bertangkai panjang dengan helaian yang biasanya berbelah 4. Sedikit di atas pangkal tangkai daun keluar sepasang atau sejumlah sporokarpium berbentuk ginjal atau jorong. Dalam sporokarpium terdapat banyak sorus yang mempunyai indusium dan di dalamnya terdapat mikro dan makrosporangium (Tjitrosoepomo 1988). Tumbuhan semanggi tumbuh merambat di lingkungan perairan dengan tangkai mencapai sepanjang 20 cm dan bagian yang muncul ke permukaan air setinggi 3-4 cm. Di tempat yang airnya lebih dalam, panjang tangkai dan jarak antar buku jauh lebih panjang daripada di perairan yang dangkal. Daun semanggi memiliki 4 helai anak daun dengan ukuran rata-rata panjang 2,5 cm dan lebar 2,3 cm. Daun tersebut tipis dan lembut berwarna hijau gelap. Akar pada tanaman semanggi tertanam dalam substrat di dasar perairan. Sporocarp yang merupakan struktur reproduksi berbentuk panjang dan bulat pada bagian akhir, terdapat sebanyak 1 sampai 6 buah dengan ukuran 3-4 mm, dan panjang tangkai sporocarp5 mm (Holttum 1930). c. Manfaat
Semanggi air sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di beberapa negara. Di Indonesia khususnya Jawa, Filipina, dan Thailand daun semanggi air yang masih muda digunakan sebagai sayuran untuk makanan. Di Thailand tanaman ini dimakan segar dengan sambal lokal. Di Filipina daun semanggi air digunakan sebagai bahan obat untuk neurasthenia dan oedema. Sedangkan di India daun semanggi air digunakan melawan kusta, demam, dan keracunan pada darah. Di Australia tanaman ini banyak digunakan sebagai tepung dan dimakan. Selain untuk dikonsumsi dan digunakan sebagai obat, di New Zealand semanggi air juga dapat digunakan sebagai tanaman hias pada akuarium (Champion dan Clayton , 2001). 9. Preparat Awetan Salvinia sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Salviniales
Famili
: Salviniaceae
Genus
: Salvinia
Spesies
: Salvinia sp.
b. Deskripsi Rhizoma berambut pendek,berbulu, menunjang daun dalama tiga baris. Dua sederhana dan seluruhnya berwarna hijau,mengapung,daun ketiga dibawah permukaan air,bercabang dan tumbuh kebawah. Sori pada daun yang mengambang menghasilkan makro dan mikro sporangia pada sori yang berbeda (Geesink dkk, 1989). Tanaman dewasa menghasilkan sporocarp dalam jumlah besar yang terletak diantara daun yang terendam. Sporocarps berupa kantung-kantung, kantung sporocarp mengandung banyak sporangia yang
berisi
spora
reproduksi.
Macrosporocarps
mengandung
arkegonium, dan microsporocarps mengandung anteridium yang jumlahnya lebih banyak. Spora membutuhkan air untuk penyebaran dan pemupukan, sementara itu pada spesies ini belum diteliti, dapt terjadinya reproduksi seksual (Harley, 1981). Salvinia merupakan pakis air. Rhizoma horizontal agak berkelokkelok yang mengambang tepat dibawah permukaan air. Tumbuhan ini juga tidak memiliki akar,hanya saja daun yang mengapung terlihat seperti akar. Daun yang mengapung tiga kali lebih panjang dari luasnya, berukuran sekitar 2,7-4,2 cm panjang dan 1,0-1,8 cm lebar. Pada permukaannya terdapat jaringan aerenkim spons yang membantu daun tersebut mengapung. Melipat atu tidaknya daun tersebut tergantung kepadatan spesies.Daun berbentuk persegi panjang dengan daging daun kenyal. Hampir semua bagian tanama ini kecuali permukaan daun bagian atasdiselimuti oleh rambut berwarna kastanye (Mitchell, 1972). c. Manfaat Contohnya pada Salvinia molesta yang biasa disebut dengan Kayambang, dapat digunakan sebagai bahan organik dan sistem penyiangan terhadap pertumbuhan gulma, pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah (Jumadi, 1986). 10. Preparat Awetan Azolla sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Salviniales
Famili
: Azollaceae
Genus
: Azolla
Spesies
: Azolla sp.
b. Deskripsi
Istilah Azolla berasal dari bahasa latin, yaitu azo yang berarti kering dan ollyo yang berarti mati. Tumbuhan ini akan mati apabila dalam keadaan kering. Azola merupakan tumbuhan jenis paku-pakuan air yang hidupnya mengambang diatas permukaan air. Berukuran kecil, lunak, bercabang cabangtidak beraturan. Helaian daunnya tumpang tindih, tersusun saling menutup.Setiap daun terdiri dari dua helaian, yaitu : helaian atas dan helaian bawah.Helaian atas berupa daun tebal, dan berada di atas air. Berwarna hijau karenamengandung klorofil yang berguna dalam asimilasi. Di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang berisi koloni Annabaena azollae. Helaian bawah, tipis danpucat, karena tidak secara langsung mendapat sinar matahari. Azola tidakmempunyai batang, karena batangnya berupa rimpang (rhizome), dan rimpangtersebut tumbuh daun. Azola yang tua bercabang-cabang terdapat akar yangmenempel tersusun rapih seperti rambut yang lebat, dan tumbuh lurus, sertatidak bercabang, masuk ke dalam air (Lumpkin dan Plucknett, 1980). c. Manfaat Pemanfatan azolla sebagai pupuk pengganti urea telah banyak dilaporkan oleh karena dapat mengikat nitrogen yang cukup besar. Spesies yang banyak terdapat di Indonesia terutama di pulau Jawa adalah Azolla.pinnata, dan biasa tumbuh bersama-sama padi di sawah. (Lumpkin dan Plucknett. 1982). 11. Preparat Awetan Drynaria sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Polypodiaceae
Genus
: Drynaria
Spesies
: Drynaria sp.
b. Deskripsi Tumbuhan paku epifit yang melindungi akarnya dan perangkap humus berupa daun khusus yang mempunyai sisik kecil diatasnya, yaitu Drynaria sp. Jenis ini mempunyai dua macam daun, yaitu daun fertil dan daun steril. Tumbuh panjang seperti daun biasa, dan yang lainnya pendek kaku bentuknya seperti daun oak, berwarna coklat. Daun yang terakhir ini melindungi akar dan berfungsi untuk menengkap serasah sebagai sumber makanan dan sebagai material penyerap air bagi akar (Lugrayasa, 2004). Mempunyai rimpang keras yang kecil dan ditutupi oleh serabut yang pendek berwarna hitam. Bagian adaksial daun tumbuhan paku ini berwarna hijau tua, sedangkan bagian abaksialnya berwarna hijau muda. Sporangium terdapat pada bagian abaksial daun fertil dan tersebar tidak teratur (Purnamawati et al., 2014). c. Manfaat Akar Drynaria sparsisora berkhasiat sebagai obat sakit mata dam untuk obat mencret. Jenis ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias, selain itu juga untuk obat tradisional seperti sebagai obat maag, sakit kepala, demam, dan obat bengkak. 12. Preparat Awetan Ophioglossum sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Filicopsida
Ordo
: Ophioglossales
Family
: Ophioglossaceae
Genus
: Ophioglossum
Spesies
: Ophioglossum sp.
b. Deskripsi
Penyebarannya Madagascar, Asia, Polynesia, New Guenia, Australia. Juga disebut simbar gadang oleh masyarakat Jawa barat, orang Sunda menyebutnya kumpai lubang atau kumpai lemah, pendulum artinya menggantung, bentuknya hampir menyerupai paku tanduk rusa namun lebih tipis dan lemah. Pangkal daunnya menyempit dan membentuk tangkai yang berdaging, daun tunggal seperti pita, menggantung lemah, ujung daun tumpul, panjang ental 40 cm dan lebar 1 - 4 cm. Spora terletak diantara lekukan-lekukan bulir yang terdapat pada pangkal ental (Jones, 1987). Akarnya sedikit dan rimpangnya berdaging, berbentuk seperti pita dan ujungnya tumpul, pada bagian pangkalnya menyempit. Daun berbentuk hamper menpunyai paku tanduk uncal, daun-daunnya lemah. Sporanya terletak antara lekukan-lekukan bulir, dan warnanya hijau. Rhizoma tuberosus, untuk 1 m diameter, 7 mm tinggi, bantalan akar berdaging banyak. c. Manfaat Sebagai tanaman hias simbar gedang yang menarik, daun simbar gedang yang dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa dapat dipakai untuk obat luar. Keasaman: 5,5, kebasaan: 6,5. 13. Preparat Awetan Lygodium sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Schizaeales
Famili
: schizaeaceae
Genus
: Lygodium
Spesies
: Lygodium sp.
b. Deskripsi Secara umum Lygodium mempunyai akar yang merayap, berambut tapi tidak bersisik. Daun-daunnya monostichous, melilit dan
pertumbuhannya tidak dapat didefinisikan. Rantingnya biasanya tidak panjang, ranting primernya pendek, ujungnya tterhenti dan ditutupi oleh rambut dan setiap ujungnya terdapat sepasang ranting sekunder. Ranting sekunder mengandung daun dengan bentuk menyirip, atau cabang dikotom mengandung daun yang becuping. Terdapatpula daun yang steril berbentuk gerigi maupun berlobus, sedangkan daun yang fertile berjumbai sepanjang tepinya dengan cuping sempit yang pendek dan setiap cuping mengandung dua baris sporangia yang ditutupi dengan indusium kecil. Lygodium mempunyai rhizome horizontal di bawah tanah dengan terbagi dalam dua cabang dan cabang ini meninggalkan daun-daunnya secara berurutan pada saat permukaan atas bidangnya. Porosnya tegak lurus atau miring pada daun-daun dan ditempatkan pada satu pilinan tebal. Batangnya membelit. Daun seringkali amat panjang, dengan taju daun-daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat pada bagian daun-daun yang tersusun menyirip. Sporangium terdapat di pada bagian-bagian dan yang tersendiri atau seringkali hanya tajutajunya saja yang bersifat fertil. c. Manfaat Lygodium circinatum, paku ini dapat dimanfaatkan sebagai obat luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya, ditambah sedikit air dan kemudian setelah halus ditempelkan pada bekas luka gigitan (Bower, 2010). 14. Preparat Awetan Gleichenia sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Gleicheniopsida
Ordo
: Gleicheniales
Famili
: Gleicheniaceae
Genus
: Gleichenia
Spesies
: Gleichenia sp. (Smith A.R, 2006).
b. Deskripsi Daun panjang dengan bagian-bagian yang menyirip. Ujungnya sering sampai lama dalam kedaan kuncup. Beberapa di antaranya bersifat sebagai xerofit atau kremnofit misalnya G. linearis, G. leavigata (paku andam, paku resam)sering dipakai untuk pelindung sementara pada persemaian-persemaian. (Tjitrosoepomo, 2009). Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak beruas, bercabang menggarpu dua kali sampai banyak kali. Pada tiap cabang kecuali yang teratas, terdapat dua segment daun yang melintang dan membengkok, panjangnya 5 – 25 cm. Dekat langsung di bawah garpu yang termuda terdapat tangkai yang tidak berdaun, juga semua tangkai yang lebih bawah tidak berdaun .Tajuk daun berbentuk pita memanjang, panjangnya 18-75 mm, licin, tepinya rata, ujungnya tumpul dan sedikit menggulung, pada tiap taju daun umumnya terdapat sori lebih dari satu (Nasution, 1986). c. Manfaat Genus Glichenia telah dimanfaatkan di tanah air kita ini. Kulit batangnya misalnya dipergunakan untuk bahan baku kerajinan tangan. Bagian dalam batangnya dianyam untuk memperkuat kopyah. Di beberapa daerah, batangnya dimanfaatkan untuk mata pisau. Dan sebagaimana biasanya, jenis paku inipun dimanfaatkan untuk obat (LIPI, 1980). 15. Preparat Awetan Hymenophylum sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Filicopsida
Ordo
: Polypodiales
Family
:Hymenophyllaceae
Genus
: Hymenophyllum
Spesies
: Hymenophyllum sp.
b. Deskripsi Batang berupa rizoma merayap. Daun biasanya majemuk, amat kecil dan tipis, sering hanya berupa selapis sel atau 2 lapis sel, pada tulang daun tebalnya beberapa lapis sel. Bentuk daun fertil dan steril umumnya sama. Sorus terletak pada tepi daun, memiliki indusium berbentuk piala atau bibir. Sporangium biasanya berbentuk gada, pendek; cincin melintang atau serong. Sporangium bertipe gradate (sporangium tumbuh dan masak dari ujung ke pangkal). Gametofit berbentuk pita atau filamen. Tersebar luas di daerah tropis. Bermanfaat sebagai tanaman hias. 2) Divisi Athrophyta 1. Preparat Awetan Equisetum sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Arthophyta
Kelas
: Equisetopsida
Ordo
: Equisetales
Famili
: Equisetaceae
Genus
: Equisetum
Spesies
: Equisetum sp.
b. Deskripsi Equisetum adalah yang paling umum ditemukan di Bumi Belahan Utara. Kata Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan yang termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau daerah rawa (Campbell, 2003).
Daunnya meruncing pada bagian ujungnya dengan satu berkas pengangkut yang kecil. Karangan daun kebawah berlekatan dengan suatu sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung dari pada besarnya batang, tetapi karena daun-daun tersebut amat kecil maka yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis adalah batangnya yang berwarna hijau. Cabang-cabang batang tidak keluar dari ketiak daun melainkan keluar dari antara dun-daun. Ada jenis yang batangnya tidak bercabang dan baru bercabang apabila ujungnya dihilangkan. Jenis yang mempunyai percabangan banyak adalah jenis yang paling primitif, misalnya E. arvense, sebaliknya jenis yang tidak bercabang dianggap jenis yang sudah agak maju (Dasuki, 1991). Sistem reproduksi pada Equisetum ialah sporangiumnya terdapat pada sporangiosfor yang tidak lain adalah sporofil. Karena pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil maka rangkaian tersebut menyerupai suatu kerucut di ujung batang. Sporofil atau sporangiosfor berbentuk perisai dengan satu kaki di tengah dan beberapa sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawah. Sporangium berasal dari sebuah sel pada permukaan, karena pertumbuhan dari jaringan tengah sporangia terdesak ke bawah sehingga akhirnya terdapat pada sisi bawah dan mengelilingi tangkai (Mader, 2001). 2. P.B. Strobilus Equisetum sp. a. Deskripsi Sporofil berbentuk perisai atau gada dengan biasanya 5-10 sporangium. Sporangium terdapat pada sporangiofor yang sangat pendek serta kerucut di ujung batang. Sporangium bertipe leptoporangiate yaitu berasal dari 1 sel saja. Dibagian tengah terdapat aksis sentral. Sporangiofor adalah pendukung tegaknya bagian spora. Pada preparat penampang bujur strobilus Equisetum sp. terdapat beberapa bagian seperti dibawah ini:
1. Aksis sentral
1
2. Sporofil 3. Sporangium 2
4. Spora 3
5. Sporangiofor
4 5 Gambar 17. P.B. Strobilus Equisetum sp. (Dokumentasi Pribadi, 2014). 3. P.M. Batang Equisetum sp. a. Deskripsi Pada preparat penampang melintang batang Equisetum sp. terdapat beberapa bagian seperti dibawah ini: 1. Epidermis 2. Korteks
6 1
a. Sklerenkim b. Parenkim
8
3. Endodermis 4. Floem 5. Xylem 6. Saluran karinal
7 2a 2b Gambar 18. P.M. Batang Equisetum sp.
7. Saluran valekuler 8. Saluran pusat
(Dokumentasi Pribadi, 2014). Saluran karnial, terletak di sebelah dalam dari ikatan pembuluh. Saluran ini merupakan lingkaran dan pada tiap-tiap saluran letaknya bertepatan denagn rigi-rigi pada permukaan batang. Saluran valekular, saluran ini letaknya di dalam korteks yaitu di sebelah luar dan berseling dengan saluran
karnial. Saluran pusat dan karnial berfungsi untuk penyimpanan air, sedang saluran valekuler berfungsi untuk menyimpan udara. Saluran pusat adalah saluran yang berada di tengah-tengah. Korteks terdiri dari jaringan sklerenkim dan parenkim. Epidermis lapisan yang terletak bagian paling luar. 3) Divisi Psilophyta 1. Preparat Awetan Psilotum sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Psilophyta
Kelas
: Psilopsida
Ordo
: Psilotales
Family
: Psilotaceae
Genus
: Psilotum
Spesies
: Psilotum sp.
b. Deskripsi Berbentuk cabang dan menggarpu, tidak berakar. Mempunyai tunas di tanah dengan bentuk rhizoid. Batangnya terdapat mikrofil (daun kecil) yang berbentuk sisik. Mikrofil berbentuk sisik, tidak bertulang dan tersusun jarang-jarangdalamgaris spiral.Habitat di tanah. Cara hidup bersimbiosis
dengan
cendawan
mikoriza.
Permukaannya
terdapat
anteridium dan mengeluarkan spermatozoid dan banyak bulu cambuk. Arkegonium kecil dan agak tenggelam. Protalium besar dan mempunyai bekas pengangkut dengan trakeida cincin yang berkayu dan mempunyai endodermis. Embrio tidak mempunyai suspensor dan letalnya eksoskopik (ujungnya kearah leher arkegonium). Kantong sporanya berupa benjolanbenjolan yang bundar,
bersegitiga, dan berwarna kuning cerah serta
tumbuh tidak bertangkai, bergaris tengah 2-3 mm. Daunnya berukuran kecil sekali yang tersusun 2-3 baris. Pada waktu spora masak spora akan keluar. Setelah itu spora akan jatuh ke tanah dan akan membentuk protalium. Protalium ini akan
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Anteridium akan menghasilkan sperma. Sperma ini akan menuju ke arkegonium yang akan melakukan perleburan yang menghasilkan zigot. Zigot ini akan melakukan meiosis yang kemudian akan membentuk tumbuhan baru. Dari contoh herbariumnya dapat disimpulkan bahwa ketinggian tempat untuk tumbuh paku tersebut berkisar antara 0-1830 m di atas permukaan laut. Jenis paku ini selain tumbuh menempel pada batang atau sela-sela dahan, tumbuh pula di atas tanah yang berhumus, di batuan kapur atau tanah berbatu di sekitar pantai. Tumbuhnya tidak hanya di hutanhutan primer dan sekunder saja, tetapi jenis paku ini banyak tumbuh di sekitar perkampungan, lading dan kebun. Apabila di perhatikan, tumbuhnya sering berasosiasi dengan jenis tumbuhan lain yang memang tumbuh epifit seperti paku-pakuan lain. A. Divisi Lycopytha 1. Preparat Awetan Lycopodium sp. a. Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pterydophyta
Class
: Lycopodinae
Ordo
:Lycopodiales
Famili
: Licopodiaceae
Genus
: Lycopodium
Spesies
: Lycopodium sp. (Mader, 2001).
b. Deskripsi Kelas Lycopodinae terbagi atas 4 bangsa, yakni bangsa Lycopodiales, bangsa Selaginellales, bangsa Lepidodendrales, dan bangsa Isoetales. Namun disini hanya akan dibahas 2 bangsa dari kelas Lycopodinae, yakni bangsa Lycopodiales (paku kawat) dan bangsa Selaginellales (paku rane). Hal tersebut dikarenakan hanya spesies dari kedua bangsa itulah yang masih aa hingga saat ini. Bangsa
ini terdiri lebih atas 200 jenis tumbuhan yang hampir semua tergolong dalam suku Lycopodiaceae dari marga Lycoodium (Graham, 1993). Lycopodium sp. adalah spesies yang paling luas dalam genus Lycopodium. Ini adalah tanaman spora-bantalan pembuluh darah, terutama prostat tumbuh di tanah dengan batang hingga 1 m panjang; batang yang banyak bercabang, dan padat berpakaian dengan daunspiral diatur kecil. Daunnya 3-5 mm dan 0,7-1 mm lebar, meruncing denda rambut seperti titik putih. Cabang-cabang bantalan kerucut spora berubah tegak, mencapai 5-15 cm di atas tanah, dan memiliki daun kurang dari cabang-cabang horizontal. Kerucut spora berwarna kuning-hijau, 2-3 cm dan 5 mm luas. Batang horisontal menghasilkan akar
pada
interval
yang
sering
panjangnya
mereka,
yang
memungkinkan batang tumbuh tanpa batas waktu sepanjang tanah. Batang bibit secara dangkal menyerupai kecil pohon konifer, meskipun tidak berhubungan dengan ini ( Tjitrosoepomo, 1988 ). c. Manfaat Lycopodium dalam kehidupan adalah sebagai salah satu ekosistem yang menjaga keseimbangan alam ini. Sebagaimana tumbuhan lain, Lycopodium mengandung kasiat tertentu terutama dalam hal memberikan efek warna, sebagai bahan obat-obatan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Afriastini JJ. 2003. Marsilea crenata C.Presl. Di dalam: de Winter WP, Amoroso VB, editor. Cryptograms: Ferns and fern allies. Bogor : LIPI. Bower, F. O. 2010. The Fern (Filicales). Cambridge: Cambridge University Press. Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Champion PD, Clayton JS. 2001. Border control for potential aquatic weeds. New Zealand : Departemen Conversation. Dasuki, Undang Ahmad. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Pusat Antar Universitas Bidang ilmu
Hayati Institut Teknologi Bandung.
Geesink R, dkk. 1989. Pteridophytes. Flora of Thailand. 3, 4: 481-483. Graham,l.e. 1993. Origin of land plants. New York: Willey. Harley, K. L. S. and D. S. Mitchell, 1981. The biology of Australian weeds. 6. Salvinia molesta D.S. Mitchell. Journal of the Australian Institute of Agricultural Science, 47:67-76. Hasairin, A; Harsono, T; Suryani, C. 1997. Analisis Keanekaragaman Morfologi Akar, Batang, Daun, Bunga, & Buah Tumbuhan Tingkat Tinggi di Cagar Alam Sibolangit dalam Menunjang Perkuliahan Botani pada Jurusan Biologi FKIP Medan. Laporan Peneliti Muda BBI Dikti Jakarta. Jakarta. Hasairin, A. 2003. Taksonomi Tumbuhan Rendah (Thalophyta dan Kormophyta Besrpora). Bahan Ajar Biologi. Medan: FMIPA UNIMED. Haufler, C. H., M. D. Windham, F. A. Lang, and S. Whitmore. 1993. "Treatment of the genus Polypodium" Flora North America. 315-323. Holttum RE. 1930. Fern of Malaya. Singapura : Government Printing Office. Holtum. R.E. 1986. A Revised Flora of Malaya. Vol. II. Fern of Malayan. Singapore: Govermen Printing Office. Iqbal, Ali. 2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga. Jones, D. L. 1987. Encyclopaedia of Ferns, An Introduction to Ferns, Their Structure,
Bilogy,
Economic,
Importance,
Cultivation
and
Propagation, A Lothian Book. Jumadi. 1986. Tumbuhan Tingkat Rendah. Bandung: ITB Press. Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga. Kreier, H.P. dan Scheider, H. 2006. Phylogeny and biogeography of staghom fern genus Platycerium Polypodiaceae, Polypodiidae). Amer.J.of Bot 93:217225.
Large, M.F. 1993.A Morphological Assessment of Adiantum hispidulum Swartzand A. pubescens Schkuhr (Adiantaceae: Filicales). New Zealand Journal of Botany.Vol. 31: 40317. Latifah, Eva. 2004. Biologi 2. Bandung: Remaja Ros Dakarya. Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta: Percetakan PT Gramedia. Lugrayasa, I N. 2004. Ekologi Tumbuhan Paku di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara. Laporan Teknik Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Bali: UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Bali LIPI. Lumpkin, T.A dan D.L. Plucknett. 1982. Azolla a Green Manure: Use and Management
in
Crop
Production.
Westview
Press
Inc.,
Boulder,Colorado. pp. 89-95. Lumpkin, T.A. dan D.L. Plucknett. 1980. Azolla: Botany, Physiology and useas a Green Manure. Economic Botany 34 (2) : 111-153. Mader, S.S.2001. Biology. New York: Mc Graw-Hill. Mitchell, Wilson. 1972. Weed Management Guide. Australia: Commonwealth Department of the Environment and Heritage. Mustofa, Imam.
2009. Petunjuk praktikum Botani Phanerogamae. Bandung:
FPMIPA UPI. Nasution, Ahmad. 1986. Morfologi Tumbuhan Paku Secara Umum. Yogyakarta: Kanisius Perwati, Lilih Khotim. 2009. Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya Terhadap Variasi Ukuran Stomata dan Spora pada Adiantum raddianum. Jawa Barat. BIOMA 11(2) : 39-44. Polunin, N, 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun.Yogyakarta, Gadjahmada University Press Purnawati, U, dkk. 2014. Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak. Protobiont Vol 3 (2): 155 – 165. Puspitasari, Deisy. 2010. Adiantum sp. (paku suplir). Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Rismunandar. 1991. Tanaman Hias Paku-Pakuan. Jakarta: Panebar Swadaya.
Sastrapradja, S. dan J. J. Afriastini. 1979. Kerabat Paku-pakuan. Bogor: Herbarium Bogoriense LIPI. Smith, R.L. 1992. Elements of Ecology, Third Edition. Harper Collins Publisher Inc, New York. Smith, A. R., K. M. Pryer, E. Schuettpelz, P. Korall, H. Schneider, dan P. G. Wolf. 2006. A Classification for Extant Ferns. Taxon 55(3): 705–731. Soeratman. 1999. Penggelompokan Tumbuhan Bryophyta. Jakarta: Erlangga. Sunarmi. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Daerah Malang. Malang. Vol: 10 No (70-74). Tim LIPI. 1980. Jenis Paku Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Tjitrosoepomo, Gembong. 1988. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Tjitrosoepomo,
Gembong.
Thallophyta,
1989.
Bryophyta,
Taksonomi
Tumbuhan
(Schizophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Van, Steenis C.G.G.J.. 2005. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Wilson, C. L and Loomis, E. 1966. Botany. Third Edition. With Line Drawing By Hanah, T. Croasdale. Holt Rine Hart and Winston. Inc. New York.
View more...
Comments