Laporan Praktikum Psikologi Faal 1 Indera Penglihatan
April 5, 2018 | Author: Muthi Ulfah | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Psikologi Faal 1 Indera Penglihatan...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL Nama Mahasiswa
: Muthiβah
Nama Asisten
: 1. Al Arthur
Ulfah Fadhilah NPM
: 14515860
Tito Paraf Asisten
:
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2016
1. Percobaan
: Indera Penglihatan 1
Nama Percobaan
: Refleks (Reaksi Pupil)
Nama Subjek Percobaan
: Haru Sola Vida
Tempat Percobaan
: Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan
: Untuk mengetahui serta memahami reaksi yang terjadi pada pupil mata
b. Dasar Teori
: Mata
merupakan
organ
tubuh
yang
digunakan untuk melihat. Cahaya yang masuk ke mata membuat manusia dapat melihat dengan sempurna. Cahaya masuk kedalam mata melalui pupil, kemudian melalui lensa dan sampai ke retina diatur oleh iris. Pupil ini dapat menyesuaikan ukurannya tergantung cahaya yang masuk. Ukuran pupil disesuaikan dengan respons terhadap berbagai perubahan cahaya antar sensitivty
(kepekaan)
dan
acuity
(kemampuan melihat detail objek).
Bila cahayanya terang dan sensitivitasnya kurang, maka pupilnya akan menciut atau mengerut (kontriksi). Sehingga gambar yang
diterima
retina
dan
kedalaman
fokusnya lebih tajam. Akan tetapi, bila cahayanya terlalu redup dan sensitivitasnya
menjadi tinggi, maka pupil akan melebar (dilatasi). Agar banyak cahaya yang masuk sehingga sehingga gambar yang diterima retina tidak terlalu tajam dan kedalaman fokusnya menjadi kurang tajam. c. Alat yang Digunakan
: Cermin, senter, sedotan, sepanjang 15mm dengan lubang pada dasar.
d. Jalannya Percobaan
: 1.1 Cara kerja reaksi pupil secara langsung Hidupkan senter dan arahkan kepada mata praktikan secara tiba-tiba. Lalu catatlah perubahan pupil mata yang terjadi. 1.2 Cara
kerja
reaksi
pupil
(melalui
sedotan) Ambil sedotan dan arahkan lubang sedotan tersebut di depan pupil mata praktikan. Berilah cahaya senter dengan mengikuti
jalur
lubang
Perhatikan
pupil
mata
sedotan. dan
catat
perubahan yang terjadi. 1.3 Cara kerja melalui cermin Pantulkan cahaya senter menuju cermin yang tepat mengenai mata praktikan. Catat perubahan yang terjadi. e. Hasil Percobaan
: 1.1 Reaksi pupil secara langsung Dari percobaan yang telah dilakukan didapat data bahwa pupil mengecil. 1.2 Reaksi pupil (melalui sedotan). Dari percobaan yang telah dilakukan didapat data bahwa pupil mengecil. 1.3 Reaksi pupil melalui cermin.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat data bahwa pupil mengecil. f. Hasil Sebenarnya
: 1.1 Cara kerja reaksi pupil secara langsung. Pupil mengecil secara cepat.hal ini karena 1.2 Cara kerja reaksi pupil (melalui sedotan). Pupil
mengecil
lebih
cepat
dari
sebelumnya. Karena ketika cahaya masuk kedalam sedotan akan membuat cahaya terfokus menuju mata. 1.3 Cara kerja melalui cermin. Pupil mengecil secara perlahan. Karena cahaya yang diberikan kepada mata hanya melalui pantulan kaca. Sehingga membuat cahaya
tidak terlalu fokus
menuju mata. Namun tetap terjadi perubahan pada pupil. g. Kesimpulan
: Cahaya dapat mempengaruhi perubahan pupil. Bila mata diberi cahaya terang, pupil akan mengecil karena mengalami kontriksi dan apabila cahaya menjadi redup, pupil melebar,
karena
mengalami
dilatasi.
Perubahan pada pupil ini diatur oleh iris. h.
Daftar Pustaka
: Puspitawati, Ira., Iriana, I.H, & Ratna, D.S. (2012). Psikologi faal. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
2. Percobaan
: Indera Penglihatan 1
Nama Percobaan
: Aliran Darah pada Retina
Nama Subjek Percobaan
: Haru Sola Vida
Tempat Percobaan
: Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan
: Untuk melihat bahwa pada mata terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembuluh darah arteri atau vena.
b. Dasar Teori
: Lapisan paling dalam mata (retina) banyak mengandung ujung ujung saraf mata yang berperan sebagai fotoreseptor. Dua macam sel reseptor pada retina adalah sel batang (bacilus) dan sel kerucut (conus). Retina juga terdapat bintik kuning fovea yang sangat peka terhadap cahaya.
c. Alat yang Digunakan
: Senter dan kaca reben
d. Jalannya Percobaan
: 2.1 Cara kerja peristiwa entropis (secara langsung) Mata praktikan melirik kesebelah kiri atau kanan kemudian diberi cahaya senter dari arah yang berlawanan dengan lirikan mata. Perhatikan apa yang terjadi pada retina praktikan. 2.2 Cara kerja peristiwa entropis melalui kaca reben Mata praktikan melirik kesebelah kiri atau kanan. Sorotkan cahaya senter melalui perantara kaca reben dari arah yang berlawanan dengan lirikan mata. Sehingga cahaya tidak langsung menuju mata praktikan. Perhatikanlah apa yang terjadi pada retina.
e. Hasil Percobaan
: 2.1 Peristiwa entropis (secara langsung) Terlihat pembuluh darah 2.2 Peristiwa entropis melalui kaca reben Pembuluh darah kurang terlihat
f. Hasil Sebenarnya
: 2.1 Peristiwa entropis (secara langsung) Aliran darah terlihat jelas 2.2 Peristiwa entropis melalui kaca reben Aliran darah kurang terlihat jelas
g. Kesimpulan
: Garis merah pada mata membuktikan bahwa terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembuluh darah arteri dan vena. Dalam hal ini berfungsi dalam mengatur aliran darah pada mata.
h. Daftar Pustaka
: Rahmah, Annisah. (2015). Big book biologi SMA kelas 1,2 &3. Jakarta : Cmedia.
3. Percobaan
: Indera Penglihatan 1
Nama Percobaan
: Visus (Ketajaman Penglihatan)
Nama Subjek Percobaan
: Muthiβah Ulfah Fadhilah
Tempat Percobaan
: Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan
: Untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang
b. Dasar Teori
: Visus adalah ketajaman penglihatan. Untuk dapat melihat, stimulus cahaya harus jatuh di resptor dalam retina yang diteruskan ke pusat penglihatan (fovea centralis). Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kekuatan visus. Yaitu sifat fisis mata, faktor stimulus dan faktor retina.
Sifat fisis mata meliputi ada tidaknya aberasi
(kegagalan
sinar
untuk
berkonvergensi atau bertemu di satu titik fokus setelah melewati suatu sistem optik) yang dapat menyebabkan ametropi. bila benda yang dilihat jatuh didepan fovea nasalis
disebut
rabun
jauh
(myopi).
Penyebabnya adalah lensa mata terlalu cembung dan untuk mengatasi hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata lensa cekung (negatif). Bila benda yang dilihat jatuh di belakang fovea nasalis, maka disebut rabun dekat (hypermetropi). Penyebabnya adalah lensa mata terlalu pipih dan hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan kacamata lensa cembung (positif). Bila seseorang mengalami rabun jauh dan rabun dekat secara bersamaan
(astigmatisma), maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindris yang berfungsi sebagai perbaikan rabun jauh dan rabun dekat sekaligus.
Faktor stimulus yang meliputi kontras (terbentuknya
bayangan
komplementernya),
benda
besar
yang
kecilnya
stimulus, lamanya melihat dan intensitas cahaya. Faktor retina, yaitu makin kecil dan makin rapat conus, makin kecil jarak terkecil antara garis yang masih terpisah.
Untuk mengetahui visus adalah dengan menggunakan suatu pecahan matematis yang menyatakan perbandingan 2 jarak yang
juga
merupakan
perbandingan
ketajaman penglihatan seseorang dengan ketajaman penglihatan Dalam
praktek
orang normal.
digunakan
Optotype
Snellen yang rumusnya
π=
π π·
Keterangan V : Visus d : Jarak antara optotype dengan subjek yang diperiksa D : jarak sejauh mana huruf masih dapat dibaca mata normal
c. Alat yang Digunakan
: Optotype Snellen
d. Jalannya Percobaan
: Berdiri didepan Optotype Snellen Β± 3,5 meter. Lalu lakukanlah pada kedua mata tersebut dengan salah satu mata ditutup secara bergantian. Praktikan diminta untuk menyebutkan huruf yang ditunjuk dari huruf yang paling besar hingga yang paling kecil. Ukurlah batas kemampuan praktikan dalam melihat huruf tersebut.
e. Hasil Percobaan
: Kemampuan melihat pada mata kanan dan kiri praktikan adalah 15. Dari percobaan tersebut bahwa praktikan bisa melihat suatu objek dengan skala 15 dari jarak 3,5 m. Sehingga didapat ketajaman mata melalui rumus Visus.
f.
Kesimpulan
Pada mata Kanan
π=
Pada mata Kiri
π=
3,5 πππ‘ππ 15 3,5 πππ‘ππ 15
: Ketajaman mata dapat diukur melalui optotype snellen. Seseorang yang memiliki mata normal stimulus cahayanya akan jatuh tepat pada fovea centralis. Namun apabila stimulus cahaya tersebut jatuh didepan fovea nasalis (miopi,rabun jauh) atau jatuh di belakang fovea nasalis (hipermetropi,rabun dekat) maka hal ini akan menandakan bahwa ketajaman mata nya berurang.
g.
Daftar Pustaka
: Puspitawati, Ira. (1999). Psikologi faal. Jakarta: Universitas Gunadarma.
4. Percobaan Nama Percobaan
: Indera Penglihatan 1 : Membedakan Warna dan Percampuran Warna secara Objektif
Nama Subjek Percobaan
: Muthiβah Ulfah Fadhilah
Tempat Percobaan
: Laboratorium Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan
: Untuk mengetahui apakah seseorang dapat membedakan warna atau buta warna
b. Dasar Teori
: Penglihatan warna sangat dipengaruhi oleh tiga macam pigmen di dalam sel kerucut sehingga sel kerucut/conus menjadi peka secara selektif terhadap berbagai warna biru, merah, dan hijau. Hal ini sesuai dengan teori Young, yang kemudian dikembangkan oleh Helmholtz.
Ketiga
macam
conus
itu
mengandung zat photokemis yaitu substansi yang dapat dipecah oleh sinar matahari. Ada suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat melihat warna sarna sekali. Cacat tersebut
dinamakan
mempengaruhi
total
buta
warna
maupun
yang
sebagian
kemampuan individu untuk membedakan warna. Variasi dari buta warna yang dibawa sejak lahir cukup nyata, antara lain:
- Akromatisme atau Akromatopsia, adalah kebuataan warna total dimana semua warna dilihat sebagai tingkatan warna abu-abu - Diakromatisme, adalah kebutaan tidak sempurna dalam ketidakmampuan untuk membedakan warna-wama merah dan hijau. Untuk
kesimpangsiuran
warna
ini
ada tiga tipe, yaitu: Deutrinophia, yaitu
orang
yang
kehilangan
kerucut
hijau
sehingga ia tidak dapat melihat warna hijau. Protanophia, yaitu orang yang kehilangan kerucut merah sehingga ia buta warna merah dan Tritanophia, yaitu kondisi yang ditandai oleh ketidakberesan dalam warna biru dan kuning. Untuk
menyelidiki
apakah
seseorang
menderita buta warna atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai macam tes, antara lain: tes holmgren dan tes isihara. Tes holmgren
adalah
tes
kemampuan
membedakan warna (caranya, pemeriksa mengambil sekumpulan benang-benang wol berturut-turut
seutas
dengan
warna
hijau,merah, ungu, dan kuning, kemudian subjek yang diperiksa diminta untuk mencari gulungan benang yang warnanya sarna). Sedangkan tes isihara (jepang) dan tes stilling (jerman), yaitu lukisan angka dan huruf dengan titik-titik yang terdiri dari beberapa
macam
warna.
Angka-angka
huruf-huruf dan gambar itu dikelilingi dengan titik-titik yang bermacam-macam. c. Alat yang Digunakan
: Kaca biasa, benang wol berbagai warna, Kertas berwarna merah, kuning, hijau dan biru
d. Jalannya Percobaan
: 4.1 Cara kerja kaca dan kertas warna Dua warna kertas yang berbeda disusun sejajar dan berdampingan. Pasangkan warna biru dengan kuning, merah dengan biru, dan kuning dengan merah.
Lalu letakkan kaca yang membentuk sudut 90 diantara dua kertas tersebut. Gerakan kaca kearah
depan atau
belakang hingga terlihat warna di kaca tersebut. Catat warna yang terlihat. 4.2 Cara kerja benang wol Gumpalkan benang wol yang bermacam warna dan simpan di tangan. Cocokkan warna benang wol yang diperlihatkan asisten dengan benang wol praktikan
miliki.
Ambil
yang secepat
mungkin. Lakukan percobaan sebanyak lima kali. Hitung berapa banyak warna yang benar dan salah ketika diambil
e. Hasil Percobaan
: 4.1 Percobaan kaca dan kertas warna ο·
Biru β Kuning
: Ungu
ο·
Merah β Biru
: Ungu
ο·
Kuning β Merah
: Orange
4.2 Percobaan benang wol Dari
kelima
diambil
benang
warna
yang
oleh praktikan semuanya
sesuai dengan yang diambil oleh asisten
f. Hasil Sebenarnya
g. Kesimpulan
: 4.1 Percobaan kaca dan kertas warna ο·
Biru β Kuning
: Hijau
ο·
Merah β Biru
: Ungu
ο·
Kuning β Merah
: Orange
: Seseorang akan dikatakan buta warna apabila dalam melakukan tes banyak melakukan kesalahan karena praktikan
tidak bisa membedakan warna dasar tersebut. h. Daftar Pustaka
: Puspitawati, Ira. (1999). Psikologi faal. Jakarta: Universitas Gunadarma.
View more...
Comments