LAPORAN PRAKTIKUM Produksi Ternak Unggas Anatomi Ayam
March 18, 2018 | Author: penandang | Category: N/A
Short Description
2017...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS “Anatomi dan Morfologi Eksterior Ayam”
Oleh : Kelompok : 10 Kelas : C
Fianty 200110150 Luthfi Adit 200110150 Amanda 200110150 Adriel 200110150 Eka Setiawan PS
200110150253
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2017
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................. DAFTAR TABEL..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang................................................................................. I.2 Idenfitikasi Masalah......................................................................... I.3 Maksud dan Tujuan.......................................................................... I.4 Manfaat Praktikum .................................................................................. I.5 Waktu dan Tempat............................................................................ II.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
III. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Prosedur Kerja IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.2 Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN 5.2 SARAN
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
diatas
dapat
diidentifikasikan
beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini, antara lain: 1. Bagaimana anatomi kerangka ayam. 2. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam broiler. 3. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam layer. 4. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam kampung jantan. 5. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam kampung betina.
1.3 Maksud dan Tujuan Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengetahui dan mempelajari bagian-bagian anatomi dan morphologi eksterior ayam. 2. Mengetahui
kegunaan
mempelajari
bagian-bagian
morphologi eksterior ayam untuk tujuan produksi.
anatomi
dan
1.4 Manfaat Praktikum
1.5 Waktu dan Tempat Hari, Tanggal
: Senin, 6 Februari 2017
Jam
: 12.30 - 14.30 WIB
Tempat
: Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat 1. Baki atau Nampan, berfungsi sebagai wadah objek yang akan diamati
3.2 Bahan 1. Kerangka Ayam 2. Ayam Ras Pedaging/Broiler 3. Ayam Ras Petelur/Layer 4. Ayam Kampung Jantan dan Betina
3.3 Prosedur Kerja Setiap kelompok mengamati ketiga tipe ayam. No. 1.
Pengamatan Seluruh tubuh
Prosedur 1.
Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan dalam keadaan tenang
2.
Kepala
2.
Gambar dan sebutkan anatominya
3.
Gambar kepala dan bagiannya.
4.
Amati bagian-bagian dari kepala seperti jengger dan sebutkan jenis jenggernya.
5.
Amati juga bagian-bagian lainnya seperti
paruh, pial, lubang telinga, mata. 3.
Bulu
6.
Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan di bagian mana terdapat bulu kontur, plumulae, dan filoplumulae.
7.
Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder, primer dan bulu axial kemudian gambar.
8.
Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian gambar dan tulis bagian-bagiannya.
4.
Kaki
9.
Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya
10.
Amati pigmentasi pada kaki.
11.
Ukur panjang shank. Bandingkan shank dari ketiga jenis ayam yang saudara amati.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kerangka Ayam No 1
Hasil Pengamatan Rangka
Keterangan Keterangan : a. incisive b. mandible c. quadrate d. nasal e. lacrimal f. occipital g. atlas h. epistropheus i. humerus j. radius k. ulna l. metacarpus m. phalanges n. scapula o. illium p. pygostyle q. ischium r. pubis s. femur t. fiula u. tibia v. metatarsus w. corucoid x. clavicle
4.1.2 Ayam Ras Broiler dan Layer No 1
Bagian Seluruh Tubuh
Keterangan :
2
Kepala
Keterangan :
Ayam Broiler
Ayam Layer
3
Bulu
Keterangan :
4
Kaki
Keterangan :
4.1.3 Ayam Kampung Jantan dan Betina No 1
Bagian Seluruh Tubuh
Keterangan :
Ayam Jantan
Ayam Betina
2
Kepala
Keterangan :
3
Bulu
Keterangan :
4
Kaki
Keterangan :
4.2 Pembahasan 4.2.1 Kerangka Ayam Unggas adalah hewan bipedal, yaitu berdiri pada kedua kakinya. Namun demikian, struktur dasar kerangka unggas umumnya analog dengan mamalia. Beberapa perbedaan terdapat pada bagian tertentu, yaitu sebagai berikut. 1. Unggas memiliki sepasang ekstra tulang pada daerah bahu, disebut coracoid. Sepasang tulang ini mendukung pergerakan sayap dan mendukung melekatnya sayap pada tubuh. 2. Tulang leher (vertebrae cervicalis) pada unggas membentuk suatu bangun seperti huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang leher ini berbeda jumlahnya untuk setiap jenis unggas. Pada ayam berjumlah 13-14 ruas, itik 15 ruas, dan angsa 17-18 ruas. Bentuk leher yang demikian ini berfungsi sebagai pegas yang mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh terhadap kepala pada saat unggas mendarat setelah terbang. Selain itu, susunan tulang leher yang demikian ini juga memudahkan bagi unggas untuk menggerakkan leher secara bebas. 3. Tulang belakang atau columna vertebralis (sepanjang punggung) dan pinggul (thorasic column) pada unggas terdiri dari beberapa tulang yang menyatu. Konformasi punggung yang kaku ini mendukung kuat bagi melekatnya otot sayap dan pergerakan sayap pada saat terbang. 4. Terdapat satu lunas yang besar, serta tulang panggul yang kuat, dan kokoh pada ileum. Tulang velvic tidak menyatu, sedikit terbuka atau tertutup tidak rapat, sedangkan pada mamalia tertutup. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pengeluaran telur pada saat oviposisi. Velvic cenderung akan meluas pada saat ayam akan bertelur dan merapat setelah selesai bertelur.
Sayap tersusun atas tulang seperti halnya pada organ ekstremitas depan pada mamalia. Demikian pula dengan kaki, terdiri dari tulang seperti pada mamalia. Akan tetapi, tulang pada metatarsus-umum dijumpai pada mamalia-pada unggas telah bersatu dan memanjang untuk membentuk cakar. Sistem kerangka pada unggas berkaitan dengan sistem respirasi, beberapa tulang bersifat pneumatic, yaitu berlubang dan berhubungan dengan sistem respirasi. Tulang-tulang ini berfungsi sebagai tempat penampungan udara dan meringankan berat tubuh saat terbang. Tulang tersebut adalah tulang tengkorak, sayap, lunas, selangka, dan beberapa tulang belakang (lumbar vertebrae dan sacral vertebrae). Apabila terjadi penyumbatan pada trachea-sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam tubuh, tetapi salah satu bagian dari tulang ini terbuka, misalnya tulang sayap-maka unggas akan tetap bernapas. Produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, pubic bones, sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Tulang ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium. Kalsium ini dapat dimobilisai saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi telur. Pada ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini. Pada tulang rusuk, 30%-nya merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ini tidak ditemukan pada ayam jantan atau betina yang sedang bertelur. Akan tetapi, tulang ini dapat dibentuk dengan menambahkan hormon esterogen. Ayam dara mulai membentuk tulang meduler ini sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur pertama. Namun, cadangan kalsium pada tulang ini hanya dapat menyediakan untuk beberapa butir telur saja. Sekitar 40% kalsium
tulang ini akan habis setelah bertelur 6 butir, bila kondisi pakan kekurangan kalsium.
4.2.2 Ayam Ras Pedaging/Broiler Secara keseluruhan tubuh ayam broiler terdiri dari kepala, badan, kaki, dan ekor yang ditutupi oleh bulu (tecrices) dan kulit. Kepalanya terdiri dari jengger, paruh, dan telinga. Badannya terdiri dari dada, perut, sayap. Ekornya terdiri dari bulu-bulu (rectrices). Pada sayapnya terdapat bulu remiges yang terdiri dari bulu primer (pertama kali muncul), bulu sekunder (yang sudah sempurna), dan bulu axial (bulu antara). Berdasarkan sifat kualitatif, ayam broiler yang diamati memiliki warna putih, bentuk tubuh besar, dan pertumbuhannya cepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mountney (1983), ayam yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih. Ayam broiler yang diamati juga sangat tenang, karena memang sifat tersebut sudah sesuai dengan tujuan produksinya yaitu menghasilkan daging. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna, et al. (2005) bahwa karakteristik broiler bersifat tenang sehingga sangat efektif untuk menghasilkan daging. Kemudian ayam ini memiliki jengger lebih kecil dari ayam layer, inilah yang menyebabkan perbedaan antara ayam broiler dan ayam layer. Pada ayam yang diamati jengger berwarna merah agak pucat, padahal harusnya berwarna merah cerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas ayam broiler yang diamati sudah mulai menurun. Ayam broiler juga memiliki shank yang pendek dan kuat untuk menopang tubuhnya yang besar. Berdasarkan sifat kuantitatif, ayam broiler yang diamati memiliki bobot badan 1,15. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amrullah (2003) bahwa broiler
mampu menghasilkan bobot badan 1,5--1,9 kg/ ekor pada usia 5--6 minggu. Panjang tubuh ayam broiler tidak jauh berbeda dengan ayam layer namun dada ayam broiler lebih lebar dibanding dengan ayam layer karena terdapat banyak daging di dalamnya. Sedangkan panjang paha bawah dan panjang kaki broiler lebih pendek dibanding dengan ayam layer dan ayam kampung guna untuk menopang tubuhnya yang besar.
4.2.3 Ayam Ras Petelur/Layer Ayam layer atau yang lebih akrab disebut dengan ayam petelur memiliki jengger yang bertipe single comb untuk mendapatkan angka fertilitas yang tinggi ketika dikawinkan. Kebanyakan ayam sekarang memiliki comb tipe single comb. Hal ini karena tipe ini memiliki angka fertilitas yang paling tinggi dibandingkan tipe jengger yang lain, ayam masa sekarang sudah mengalami banyak pemuliaan baik di bidang jengger ataupun sifat sifat yang lain. Dalam ayam layer jengger bisa menjadi suatu cara untuk melihat tingkatan produktivitas ayam tersebut. Jika jengger ayam itu berwarna merah terang maka ayam itu lagi dalam masa produktivitas yang baik dan sebaliknya jika warna jenggernya merah pucat maka ayam itu sedang tidak dalam masa produktivitas maksimalnya. Pada bagian badan bulu yang menyelimuti ayam ini adalah tipe contur, pada bagian kepala sebagian kecil bertipe filoplumulae kebanyakan sudah menjadi plumulae. Pada bagian di bawah sayap bulu bertipe plumulae. Bulu pada ayam ini tidak terpaut dengan jenis kelamin. Pada bagian kaki ayam tipe layer ini memiiki kaki yang lebih panjang dari ayam broiler namun tidaak lebih panjang dari ayam kampung. Dari bagian kaki atau shank dapat pula diukur tingkat produktivitasnya. Jika shank itu berwarna kuning pucat maka ayam ini dalam tingkat produktivitas yang bagus,
dan sebaliknya jika shank berwarna kuning terang maka ayam ini sedang dalam tingkat produktivitas yang tidak maksimal. Dalam shank ini terdapat dua pigmen yaitu lipocrom dan melanin. Lipocrom sendiri adalah pigmen yang menghasilkan warna kuning dan melanin adalah pigmen yang menghasilkan warna hitam. Jika shank berwarna pucat maka sebagian besar lipocrom digunakan untuk pembuatan kuning telur yang menyebabkan ayam sedang dalam kondisi produktif. Pada betina memiliki taji yang tidak berkembang dan pada jantan memiliki taji yang berkembang. Ayam tipe layer ini memiliki sifat yang lebih sensitif dibandingkan ayam broiler, jadi jika ingin memiliki peternakan ayam layer kita harus memikirkan faktor lingkungan apa saja yang dapat mengganggu ayam dan dapat mempengaruhi produktivitasnya. Ada pula cara untuk mengetahui produktivitas dengan menghitung jarak tulang pubis kiri dan kanan dan jarak antara tulang sternum ke anus. Jika jarak antar tulang pubis adalah tiga jari atau lebih maka ayam ini produktivitasnya tinggi, dan jika jarak dari tulang sternum ke anus adalah 4 jari atau lebih maka dapat dikatakan produktivasnya juga tinggi.
4.2.4 Ayam Kampung Jantan Ayam kampung atau ayam lokal ini memiliki sifat yang agresif dan sangat lincah dibanding ayam broiler dan ayam layer. Ayam ini memiliki tubuh yang relatif besar dan terlihat gagah. Pada bagian kepala ayam ini memiliki aksesoris yang lengkap yaitu jengger dan pial yang besar. Bentuk dari jengger ayam ini adalah tipe single. Jenger dan pial dari ayam kampung jantan ini lebih besar dan tebal dibandingkan ayam broiler dan ayam layer. Tujuan dari pemotongan ayam ini adalah selain dari efisiensi ransum adalah dari sifatnya yang agresif dan ini dilakukan untuk mencegah ayam ini mematuki ayam yang lain atau kanibalisme.
Paruh pada ayam ini pun biasanya dipotong atau de beaking. Pada bagian badan, bulu tipe contur lebih panjang dibandingkan ayam kampung betina. Pemotongan paruh ini umumnya dilakukan hanya pada ayam kampung jantan dan tipe ayam broiler tidak akan melakukan pemotongan ini. Hal ini dikarenakan jika ayam broiler melakukan de beaking ini menjadi kegiatan yang tidak efisien karena masa pemeliharaannya yang amat pendek dibandingkan ayam kampung jantan. Selain di badan, bulu contur yang panjang juga berada di bagian ekor. Pada bagian bawah sayap bulunya sudah tidak ada tipe plumulae. Pada ayam ini pun warna bulu tidak terpaut dengan jenis kelamin. Pada bagian kaki ayam kampung jantan memiliki kaki yang besar dan tinggi, ini selaras dengan sifatnya yang agresif. Pada ayam kampung jantan ini taji pun berkembang baik dan memiliki ukuran yang besar. Ayam ini pun jika sudah menjadi olahan memilki rasa yang unik dan memilki penikmatnya tersendiri. 4.2.5 Ayam Kampung Betina Pada ayam betina dara, jengger berwarna merah cerah dan berukuran relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ayam yang sudah bertelur. Sedangkan ayam yang sudah bertelur jenggernya berukuran relatif lebih besar namun jengger berwarna pucat. Warna jengger ini dapat menjadi indikator produktivitas ayam petelur. Jika jengger berwarna merah pucat maka produksi telur semakin banyak begitu pula dengan semakin bertambahnya usia maka ukuran jengger semakin besar namun warna jengger akan semakin pucat hingga akhirnya jika ayam tersebut afkir dapat dilihat dari warna jengger yang cenderung berwana pucat keputihan. Bulu ayam dara biasanya tersusun rapi, sementara ayam yang sudah bertelur bulunya akan lebih barantakan dan tidak rapi. Ayam mengalami masa-
masa perontokan bulu yang disebut molting. Pada saat molting maka produksi telur akan terhenti dan akan berproduksi kembali setelah bulu kembali tumbuh. Bulu berdasarkan letaknya dibedakan menjadi 5 bagian yaitu reminges (bulu pada sayap), retrices (bulu pada ekor), tetrices (bulu yang menutupi badan), parapterium (bulu antara baan dan sayap) dan alaspuria (bulu pada jari-jari kakai) ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro, 1991. . Bulu pada sayap ayam dibagi atas 3 bagian, yaitu bulu primer, bulu sekunder dan bulu axial. Bulu primer berada dibagian depan sayap dan bulu sekunder berada di bagian belakang sayap sementara bulu axial berada diantara bulu primer dan sekunder. Ciri yang menonjol dari bulu axial yaitu berukuran lebih pendek dibandingkan dengan bulu promer dan bulu sekunder. Selain itu warna sisik kaki (shank) menunjukan tingkat produktivitas pada ayam petelur. Warna shank yang pudar menandakan bahwa produktivitas telur yang tinggi . hal ini karena pigmen lipochrom pada epidermis berasal dari karotenoid pakan. Ketika ayam sedang bereproduksi pigmen kuning digunakan untuk pembentukan warna yolk apabila pigmen dari ransum kurang maka pigmen pigmen dari shank akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Semakin pudar warna shank maka semakin tinggi produksi telur. Hal ini juga terlihat pada warna shank antara ayam dara dan ayam yang telah bertelur. Pada ayam dara warna shank jauh lebih cerah dibandingkan ayam yang telah bertelur sesuai dengan pernyataan Neshiem et al., 1979.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono B. 1995. Beternak Ayam Buras. CV. Aneka, Yogyakarta Eko, P. T. 2002. New Lohmann Broiler Berubah untuk Meningkatkan Produksi. Majalah Invovet. Jakarta National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 8 th Revised Ed. Washington, DC: National Academy Pres. Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging. Cet. Ke-26. Penebar Swadaya, Jakarta Siregar , A.P., M. Sabrani dan S. P ramu . 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Penerbit Margie Group, Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. PenebarSwadaya. Jakarta. Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1. Bogor: Lembaga Satu Gunung Budi. Hardjosubroto, W. dan M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hutt. E.B. 1949. Genetics of the Fowl. New York, McGraw-Hill. p: 87 Mountney, G. J. 1976. Poultry Products Technology. 2 nd Ed. #vi Publishing Company. INC. Westport. Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. Ciganjur: PT.Agromedia Pustaka. Suprijatna, Edjeng dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia. Margie Group. Jakarta Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah: Srigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. Ciganjur: PT.Agromedia Pustaka. Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed. Lea and Febiger, Philadelphia. Nesheim MC, Austic RE, Card LE. 1979. Poultry Production. Ed ke-12. Philadelphia: Lea and Febiger North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub. Co. Inc., Westport, Connecticut. Radiopoetra, 1991. Zoologi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Suprijatna, Edjeng dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Depok.
Suprijatna, Edjeng, dkk. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Depok. Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia. Margie Group. Jakarta. Yuwanta, T. 2004. Ilmu Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta
View more...
Comments