Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

October 6, 2017 | Author: ivan ara | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA (AGH 321)

Disusun Oleh : Kelompok 9A 1. Trisnani Yuda Fitri 2. Galvan Yudistira 3. Vicky Oktarina Chairunnissa

A24070021 A24070040 A24070121

Asisten Praktikum Arie eka prasetia rizki Maulana marman Angga waluya Heny agustin

A24052120 A24061763 A24062477 A24061070

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

1

PENGELOLAAN SARANA TUMBUH

Disusun Oleh : Trisnani Yuda Fitri

A24070021

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi yag terjadi di alam meliputi komoetisi intrapesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisi interspesifik yatu interaksi negatif yang terjadi pada rumbuhan berbeda jenis. Tanaman budidaya mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan gulma sampai batas populasi gulma tertentu. Setelah batas populasi tersebut, tanaman budidayaakan kalah dalam berseing sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya akan menurun. Kompetisi gulma dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas hasil panen. Penurunan kuantitas hasil panen terjadi melalui dua cara yaitu pengurangan jumlah hasil yang dapt dipanen dan penurunan jumlah indididu tanaman yang dipanen. Penurunan kualitas hasi akibat kompetisi gulma disebabkan diantaranya oleh tercampurnya hasil penen dengan biji gulma. Akibatnya, hasil panen menurun. Kompetisi antara gulma dan tanaman terjadi karena faktor umbuh yang terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh. Besarnya daya kompetisi gulma tergantung pada beberapa faktor antara lain jumlah individu gulma dan berat gulma, siklus hidup gulma, periode ada gulma pada tanaman, dan jenis gulma. Dalam kenyataannya sangat sulit bagi kita untuk menjelaskan faktor mana yang terlibat atau berperan dalam peristiwa kompetisi tersebut. De Wit (1960) menyebutkan istilah “sarana pertumbuhan” yang mencakup semua faktor yang telibat dalam kompetisi. Ada beberapa perubahan kompetisi yang dapat digunakan untuk mengukur daya kompetisi, diantaranya total hasil relatif (THR), penguasaan sarana tumbuh (PST), dan agresivitas.

3

Pada praktikum ini mahasiswa akan diperkenalkan salah satu peubah untuk mengukur kompetisi, yaitu penguasaan sarana tumbuh. Prinsipnya adalah bahwa tanaman yang menguasai persaingan atu kompetisi akan menguasai sarana tumbuh lebih besar dibandingkan terhadap pesaingnya.

Tujuan

Praktikum ini memiliki tujuan untuk mempelajari penguasaan sarana tumbuh dalam suatu percobaan kompetisi antara tanaman dan gulma danc cara perhitungannya.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jagung Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk dala ordo Tripsaceae, famili Poaceae, subfamili Panicoidae dan genus Zea. Tanaman jagung memiiki akar serabut dengan tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang rumbuh dari radikula dan embrio, akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar udara (brace root) (Sudjana et. al., 1991). Batang jagung berbentuk silindris dan terdir dari sejumlah ruas dan buk, dengan panjang yang berbeda-beda tergantung varietas dan lingkungan tempat tumbuh (Goldsworthy dan Fischer, 1992). Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 20-260C dengan curah hujan 500 – 1500 mm per tahun. Jagung dapat tumbuh di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah 5,5 – 7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Gulma Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan, pitensi, dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah yang banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat dan daur hidup lama (Ashton dan Monaco, 1991). Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma ( Tjirtosoedirdjo et. al., 1984).

Gulma Tanaman Jagung Gulma yang gumbuh pada tanaman jagung umumnya telah berasosiasi dan menyesuaikan diri dengan tanaman tersebut. Gulma yang tumbuh dominan adalah

5

dari golongan rumput, menusul gulma berdaun lebar, dan paling sedikit dari golongan teki. Species gulma yang umum dijumpai pada pertanaman jagung adalah Digitaria ciliaris, Cynodon dactilon, Echinochloa colona, Paspalum distichum, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Borreria latifolia, Phyllanthus niruri, Alternanthera philoxeroides, Synedrella nodiflora, Spighlea anthelmia, dan Ageratum conizoides (Bangun, 1985).

6

BAB III BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan antara lain cngkul kored, neraca analitik, dan oven.Bahan yang sigunakan dalam praktikum ini adalah benih tanaman jagung, pupuk urea, SP-18, KCl, dan insektisida furadan 3G.

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2009 di Lapangan Praktikum Cikabayan, Kampus IPB Dramaga Bogor.

Metodologi

Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Perlakuan yang dicobakan sebagai berikut: 1. (P1) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 1 benih per lubang 2. (P2) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 2 benih per lubang 3. (P3) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 3 benih per lubang 4. (P4) jarak tanam 100 x 20 cm dengan 2 benih per lubang 5. (P5) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 5 benih per lubang 6. (P6) jarak tanam 100 x 20 cm sengan 3 benih per lubang Satuan perobaan berpa petakan dengan ukuran 10m x 4 m. Percobaan dilakukan denan empat ulangan, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pembajakan dan penghalusan pada saat satu bulan sebelum tanam. Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Pemupukan dilakukan dengan ara split, yaitu pada saat tanam dan pada saan 4 MST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan dosis 300 kg Urea/ha, 300 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali yaitu ½

7

dosis pada saat tanam dan ½ dosis pada saat 4 MST. Pemupukan SP-18 dilakukan seluruhnya pada saat tanam. Furadan diberikan dalam lubang tanam pada saat tanam dengan dosis 12 kg/ha. Pengamatan dilakukan pada peubah tinggi dan jumlah daun 10 tanaman sampel, yang diamati pada 2, 4, 6, 8 MST; Biomassa tajuk jagung, diamati dengan cara memotong 3 tanaman sampel, dioven dan ditimbang bobot keringnya pada 2, 4, 6, 8 MST; bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot saat panen; dan bobot total dan biomassa tiap jenis gulma dari pengambilan sampel kuadran.

8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan peubah-peubah yang telah diamati terhadap bobot biomassa tanaman jagung dan biomassa gulma. Peubah yang diamati antara lain tinggi jarak tanam dan perlakuan benih, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot biomassa jagung berkelobot dan tanpa kelobot, dan biomassa gulma. Peubah tersebut kemudian diamati untuk mengetahui pengaruh peubah bobot terhadap tingkat persaingan antara gulma dan tanaman jagung. Pada perlakuan pengaruh jarak tanaman dan perlakuan benih terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun jagung saat 2, 4, 6, 8, dan 10 MST menghasilkan data bahwa tidak terdapat pengaruh keterkaitan antara jarak tanam dan jumlah benih terhadap tinggi tanaman maupun jumlah daun (Tabel.3). Dari hasil F hitung dengan taraf nyata 95%, korelasi antara jarak tanam dan perlakuan benih menghasilkan angka nol dan kurang dari satu yang membuktikan bahwa tidak ada atau hanya kecil sekali terdapat keterkaitan (Tabel. 1 dan Tabel.2). Terhadap faktor persaingan dengan gulma, terdapat pengeruh yang nyata pada 10 MST dimana dari uji F dengan taraf nyata 95% F, sehingga dapat dibuktikan adanya persaingan dengan gulma dalam memperoleh nutrisi dari lahan yang sama pada jarak tanam berbeda (Tabel. 4). Pengamatan hubungan antara jarak tanam dan perlakuan benih tidak mempengaruhi tinggi dan jumlah daun tanaman. Adengan kata lain, peubah tersebut tidak mempengaruhi fase vegetatif tanaman. Jagung merupakan tanaman C-4 yang dapat beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas dan hasil. Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C-4 beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasi surya yang tinggi dan suhu siang malam yang tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat yang menguntungkan dari tanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktifitas fotosintesis pada tanaman normal tinggi, fotorespirasi sangan rendah, transpirasi rendahh serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomi yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil (Muhadjir, 1988).

9

Peubah lain yang digunakan dalam percobaan yaitu komponen hasil yang meliputi bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot. Pengamatan tongkol dilakukan pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. Dari data perhitungan dengan uji F, taraf nyata 95%, pada 2-8 MST tidak terdapat pengaruh jarak tanam dan perlakuan benih pada bobot kering jagung berkelobot. Hal ini dapat dipastikan karena pada masa awal tanam tidak memungkinkan dalam pertumbuhan vegetatif sehingga tongkol tidak terbentuk. Dari data (Tabel.5 dan Tabel.6) juga menunjukkan tidak adanya korelasi antara bobot basah jagung berkelobot dan tanpa kelobot dengan jarak tanam ataupun perlakuan benih. Namun, terhadap persaingan dengan gulma, pada 10 MST menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga terdapat pengaruh jarak tanam dan perlakuan benih terhadap bobot basah jagung berkelobot. Bobot yang dihasilkan pada jarak tanam rapat lebih kecil dibandingkan dengan bobot pada jarak tanam lebar (Tabel.7). Pengamatan terhadap tongkol menunjukkan hasil yang nyata pada 10 MST. Hal ini disebabkan pada 10 MST sudah masuk pada fase generatif yang diawali dengan proses pembungaan jagung hingga pembentukkan tongkol. Pengaruh yang terlihat juga dipengaruhi oleh persaingan tanaman dengan gulma dimana jarak makin besarnya populasi gulma, maka makin besar pula kehilangan hasil yang akan dialami tanaman. Populasi yang besar akan meningkatkan persaingan tanaman dalam mempeoleh nutrisi yang sangat diperlukan pada fase pertumbuhan. Bila telah mengalami banyak kehilangan, maka pada saat pembentukkan hasil (biji) akan mengurangi bobot basahnya. Smith (1981) menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman budidaya adalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hama dan penyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi energi dalam pengendaliannya, menghalangi sistem irigasi, menyebabkan keracunan dan luka pada manusia dan hewan serta mengurangi nilai dan produktivitas dan estetika lahan. Pengamatanbeberapa peubah di atas menjelaskan bahwa persaingan tanaman terhadap gulmalah yang menjadi penentu keberhasilan produksi tanaman jagung. Grafik.1 menyatakan hubungan antara hasil nyata dengan densitas gulma per satuan luas.

10

250

hasil nyata (O)

200 150 y = -0.0002x2 + 0.1142x + 95.973 R2 = 0.3136

100 50 0 0

200

400

600

800

1000

1200

-50

Densitas (Z)

Grafik.1. Hubungan antara hasil nyata dan densitas per satuan luas

Pada saat kerapatan gula 200, maka hasil nyata yang diperoleh sebesar 171,54. Pada titik kerapatan 300 hasil nyata meningkat menjadi 214,43. Seangkan ketika kerapatan meningkat menjadi 400, maka hasil nyata yang dihasilkan sebesar 65, 584. Secara hiperbolik, grafik menunjukkan peningkatan hasil pada awal pertumbuhan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan gulma. Namun, setelah mencapai titik maksimum, maka hasil tidak lagi mengalami peningkatan, melainkan penurunan secara drastis terhadap peningkatan kerapatan gulma. Hal ini dikarenakan pada awal pertumbuhan, gulma beulum mampu menyaingi pertumbuhan tanaman jagung. Namun, pada vase generatif, tanaman sudah mulai mengurangi prosuksi biomassa pertumbuhan dan mengalihkannya unuk fase generatif, sedangkan gulma masih terus melakukan pertumbuhan vegetatif, sehingga pada akhirnya gulma mampu menekan pertumbuhan tanaman jagung (lihat Tabel.8). Penurunan hasil akibat kompetisi jagung dengan gulma dapat berkisar antara 16-62% (Bangun, 1988). Penurunan tersebut dikarenakan adanya persaingan nutrisi dengan tumbuhan gulma yang sangat beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi tanaman, jenis gulma, dan berbagai faktor bdidaya lainnya.

11

120 densitas 1 densitas 2 100

densitas 3 densitas 4 densitas 5

80

PST

densitas 6

60

40

20

0 2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

10 MST

12 MST

Grafik.2. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuh

Grafik.2 menyatakan hubungan kompetisi antara gulma dan tanaman yang ditunjukkan dari tingkat densitas atau kerapatan gulma dan umur tanaman. Densitas 1 adalah tingkat kerapatan gulma yang ada pada populasi 100 tanaman. Pada populasi ini memiliki jarak tanam yang lebar, sehingga persaingan terhadap gulmanya pun tinggi. Berbeda dengan densitas 6 dengan jumlah populasi 1000 yang memiliki jarak tanam rapat, sehingga persaingan terhadap gulma sedikit. Hal ini disebabkan karena pada jarak tanam yang sempit, terdapat sedikit ruang tumbuh bagi gulma, sehingga menjadi salah satu solusi yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kultur teknis. Secara umum dapat dijelaskan bahwa semakin meningkat umur tanaman, maka semakin tinggi pula persaingan antara tanaman dengan gulma, karena tanaman dan gulma sama-sama melakukan pertumbuhan baik generatif maupun vegetatif sehingga membutuhkan nutrisi yang berasal dari sumber yang sama. Persaingan akan sangat tampak terjadi berkaitan dengan jenis tanaman dan jenis gulma. Tingkat persaingan tanaman jagung dengan gulma berdaun lebar umumnya akan menyebabkan kekalahan pada tanaman jagung. Hal ini dikarenakan gulma daun lebar adalah tumbuhan C3 yang lebih boros dalam memanfaatkan nutrisi dibandingkan dengan gulma rumput yang sebagian besar juga merupakan tanaman C4.

12

BAB V KESIMPULAN

Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa peubah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan jarak tanam dan perlakuan benih tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan komponen tumbuh tanaman jagung (tinggi, jumlah daun), namun memberikan hasil nyata pada komponen biomassanya (bobot tanaman). Namun ketiga komponen tersebut berkorelasi dimana semakin lebar jarak tanam atau semakin kecil populasi maka persaingan tumbuh antara tanaman dan gulma meningkat.

13

DAFTAR PUSTAKA Ashton, F. M. adnd T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principles and Pratice. 3rd Ed. John Wiley and Sons, Inc.: New York. 466 p. Bangun, P.1983. Pengendalian gulma pada tanaman jagung. Hal 83-95. Dalam Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswandi (ed.). Hasil Penelitian Jagung, Sorgum, dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fischer. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 874 hal. Muhadjir, F. 1988. Karakteristik tanaman jagung. Hal 33-38. Dalam Subandi, M. Syam dan A. Widjono (Eds.). Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Smith, J. R. 1981. Weed of Majpr Economic Importance in Rice and Yields Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Procidings of The Conference on Weed Control of Rice. IRRI. Manila. Philippines. Sudjana, A., A. Arifin, dan M. Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik (3): 1- 27. Suprapto dan J. A. R. Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya: Jakarta. 48 hal. Tjirtosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J Wiroatmojo (Eds.) 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia: Jakarta. 218 hal Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 123 hal.

14

LAMPIRAN

Tabel.1. Tabel sidik ragam tinggi tanaman Sumber keragaman

db

JK

KT

F Hit

Pr > F

KK 5,845,089

ulangan

3

847

282

1.90

0.1876

perlakuan JT

1

0.33264

0.33264

0.00

0.9631

3

331

110

0.74

0.5486

1

0.47254

0.47254

0.00

0.9560

galat

11

1,632

148

total

19

2,733

ulangan

3

2,908

969

4.94

0.0206

perlakuan JT

1

45

45

0.23

0.6418

perlakuan benih

3

613

204

1.04

0.4119

1

23

23

0.12

0.7364

galat

11

2,157

196

total

19

5,389

ulangan

3

5,937

1,979

3.74

0.0539

perlakuan JT

1

958

958

1.81

0.2113

perlakuan benih

2 MST

JT*benih

4MST

JT*benih

perlakuan benih

3

3,135

1,045

1.98

0.1883

JT*benih

1

1,609

1,609

3.04

0.1151

galat

9

4,761

529

total

17

12,489

ulangan

3

10,642

3,547

4.23

0.0324

perlakuan JT

1

9

9

0.01

0.9184

3

569

190

0.23

0.8765

1

1,712

1,712

2.04

0.1810

galat

11

9,230

839

total

19

21,360

ulangan

3

3,873

1,291

0.79

0.5501

perlakuan JT

1

18

18

0.01

0.9213

3

637

212

0.13

0.9384

JT*benih

1

135

135

0.08

0.7853

galat

5

8,191

1,638

total

13

14,829

perlakuan benih

6MST

8MST

JT*benih

perlakuan benih

10MST

38

40

3,866,478

51

15

Tabel. 2. Tabel sidik ragam jumlah daun sumber keragaman ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total

2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

10 MST

12 MST

db 3 1 3 1 12 20 3 1 3 1 12 20 3 1 3 1 10 18 3 1 3 1 12 20 3 1 3 1 6 14 3 1 2 1 4 11

JK

KT

4 2 3 0.00427287 7.4194382 16.50666667 13 1 8 0.07814858 14.295125 34.50952381 17 0.58228338 11 0.20806971 23.79931287 48.79684211 20.68954054 4.16454313 2.73117364 4.16454313 2411045946 5964666667 4.68615385 0.9351717 0.19193659 0.64720223 12.09384615 18.59733333 7.07047619 3.6125 1.54815735 0.675 8.34285714 19.23666667

1 2 1 0.00427 0.61829

F Hit 2.35 3.27 1.73 0.01

Pr > F 0.1241 0.0957 0.2139 0.9351

KK 21

4 1 3 0.07815 1.19126

3.55 1.11 2.34 0.07

0.0477 0.3136 0.1246 0.8022

24

6 0.58228 4 0.20807 2.37993

2.32 0.24 1.49 0.09

0.1373 0.6315 0.2756 0.7735

29

6.89651 4.16454 0.91039 4.16454 2.0092

3.43 2.07 0.45 2.07

0.0522 0.1755 0.7199 0.1755

24

1.56205 0.93517 0.06398 0.6472 2.01564

0.77 0.46 0.03 0.32

0.5491 0.5212 0.9916 0.5915

25

2.35683 3.6125 0.77408 0.675 2.08571

1.13 1.73 0.37 0.32

0.4371 0.2585 0.7115 0.5999

24

16

Tabel 3. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun Tinggi tanaman (cm)

Jumlah daun (helai)

Perlakukan

Kel

2MS T

4MS T

6MS T

8MS T

10MS T

12MS T

2MS T

4MS T

6MS T

8MS T

10MS T

12MS T

JT 100cmX40c m 1benih/lub ang

A

6.4

54

70

102

108

115

5

5

5

6

7

7

JT 100cmX40c m 2benih/lub ang JT 100cmX40c m 3benih/lub ang JT 100cmX20c m 2benih/lub ang JT 100cmX20c m 5benih/lub ang JT 100cmX20c m 3benih/lub ang

B

17

22

39

50

45

44

4

4

3

5

4

4

C

39

74

102

137

142

155

5

8

9

9

8

8

D

14

20

25

25

33

44

2.2

2.7

3.2

2.3

3.2

4.2

A

28

37

-

73.5

61

-

3

4

-

7

5

-

B

-

-

-

-

-

-

4

5

6

6

6

5

C

-

-

-

-

-

-

4

5

6

6

6

5

D

20

42

94

107

120

128

3

5

6

6

6

6

A

20.4 1

38.8

52.8 8

72.4 1

84.45

89.73

2

4

6

5

5

6

B

-

28

-

48

51

mati

-

3

-

4

5

mati

C

20

36

58

57.9

mati

mati

3.2

3.6

3.7

4.5

mati

mati

D

14

31

53

65.8

-

-

3

4

4

4

-

-

A

25

46

99

111

124

133

4

6

7

6

6

6

B

18

24

32

39.8

-

-

4

5

6

7

-

-

C

61

76

99

90.9

91

124

6

7

7

7

6

8

D

3.5

7.4

15

43

77

95

3

4

5

5

6

6

A

17

23

29

48.8

-

-

4

3

3

4

-

-

B

31.3 9

48.4 4

70.9

1,01 8

1,105

-

4

6

8

9

8

-

C

18

41

67

129

-

-

4

6

7

9

-

-

D

26

-

46

53.6

50

-

4

-

4

5

5

-

A

18

27

-

-

-

-

4

4

-

-

-

-

B

18

34

57

68.5

80

85

4

4

4

6

6

7

C

18

41

67

129

-

-

3.6

5.1

6.5

8.7

-

-

D

15

28

33

47.1

50

-

-

-

-

-

-

-

17

Tabel. 4. Tabel bobot kering gulma MS T 2

4

6

8

10

12

Sumber

DB

JK

KT

F Hitung

Pr>F

KK

Ulangan Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat Umum Ulangan

2

738.78540517

369.39270258

0.96

0.5852

132.6018

1

176.00732827

176.00732827

0.46

0.6215

2

925.97071579

462.98535789

1.20

0.5419

1

595.37520027

595.37520027

1.55

0.4311

1

384.86592400

384.86592400

8 3

5214.47178203

0.50

0.7197

Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat

1

1865.60521400 15643.4153461 0 2234.69611210

2234.69611210

0.21

0.6891

34718.6637536 7

11572.8879178 9

1.11

0.5065

0.05

0.8472

Umum

10

Ulangan

2

9840.92267346

0.53

0.6957

Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat

1

Umum

8

Ulangan Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat Umum Ulangan Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat Umum Ulangan Perlakuan JT Perlakuan

3 1

499.40016003

499.40016003

2

20880.3406250 7 87880.8815321 8 19681.8453469 2 776.25418282

10440.1703125 3

776.25418282

0.04

0.8713

2

24865.5999337 5

12432.7999668 7

0.67

0.6528

1

1202.90724015

1202.90724015

0.07

0.8409

1

18463.5102802 5

2

18463.5102802 5 64975.2927980 0 1507.09896292

753.54948146

0.67

0.6539

1

2.08954682

2.08954682

0.00

0.9726

2

1725.61391050

862.80695525

0.77

0.6283

1

163.34010015

163.34010015

0.15

0.7683

1

1125.50185225

1125.50185225

8

4368.34353622

2

413.81868292

206.90934146

112.28

0.0666

1

892.74251250

892.74251250

484.45

0.0289

2

748.67500975

374.33750487

203.13

0.0496

0

0.00000000

1

1.84280625

7

1553.26124800

3

3059.30028442

1019.76676147

0.37

0.8016

1

185.85920000

185.85920000

0.07

0.8384

3

3465.11300442

1155.03766814

0.42

0.7802

201.4602

314.0632

225.5142

9.276977

1.84280625

284.6411

18

Benih JT*Benih Galat Umum

0

0.00000000

1

2761.44995025

8

9160.58223800

2761.44995025

Tabel. 5. Sidik ragam jagung berkelobot sumber keragaman ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total

db

2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

10 MST

12 MST

JK 2 1 2 1 1 8 2 1 2 1 1 8 2 1 2 1 1 8 2 1 2 1 1 8 2 1 2 0 1 7 3 1 3 0 1 8

KT

F Hit

Pr > F

739

369

0.96

0.5852

176

176

0.46

0.6215

926

463

1.2

0.5419

595

595

1.55

0.4311

385

385

KK 133

1,866 739

369

0.96

0.5852

176

176

0.46

0.6215

926

463

1.2

0.5419

595

595

1.55

0.4311

385

385

9,841

0.53

0.6957

133

1,866 19,682 776

776

0.04

0.8713

24,866

12,433

0.67

0.6528

1,203

1,203

0.07

0.8409

18,464

18,464

314

64,975 1,507

754

0.67

0.6539

2

2

0

0.9726

1,726

863

0.77

0.6283

163

163

0.15

0.7683

1,126

1,126

226

4,368 414

207

112.28

0.0666

893

893

484.45

0.0289

749

374

203.13

0.0496

0.37

0.8016

9

0 2 1,553 3,059

1,020

186

186

0.07

0.8384

3,465

1,155

0.37

0.7802

0.32

0.5999

0 2,761

285

2,761

9,161

19

Tabel. 6. Sidik ragam jagung tanpa kelobot sumber keragaman ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total

2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

10 MST

12 MST

db JK KT F Hit 2 73,878,540,517 36,939,270,258 0.96 1 17,600,732,827 17,600,732,827 0.46 2 92,597,071,579 46,298,535,789 1.20 1 59,537,520,027 59,537,520,027 1.55 1 38,486,592,400 38,486,592,400 8 186,560,521,400 3 1,564,341,534,610 521,447,178,203 0.50 1 223,469,611,210 223,469,611,210 0.21 3 3,471,866,375,367 1,157,288,791,789 1.11 1 49,940,016,003 49,940,016,003 0.05 2 2,088,034,062,507 1,044,017,031,253 10 8,788,088,153,218 2 1,968,184,534,692 984,092,267,346 0.53 1 77,625,418,282 77,625,418,282 0.04 2 2,486,559,993,375 1,243,279,996,687 0.67 1 120,290,724,015 120,290,724,015 0.07 1 1,846,351,028,025 1,846,351,028,025 8 6,497,529,279,800 2 150,709,896,292 75,354,948,146 0.67 1 208,954,682 208,954,682 0.00 2 172,561,391,050 86,280,695,525 0.77 1 16,334,010,015 16,334,010,015 0.15 1 112,550,185,225 112,550,185,225 8 436,834,353,622 2 41,381,868,292 20,690,934,146 112.28 1 89,274,251,250 89,274,251,250 484.45 2 74,867,500,975 37,433,750,487 203.13 0 0.00000000 . . 1 184,280,625 184,280,625 7 155,326,124,800 3 1 3 0 1 8

Pr > F

KK

0.5852

1,326,018

0.6215 0.5419 0.4311

0.7197 0.6891 0.5065 0.8472

0.6957

0.6528 0.8409

0.6539

0.6283 0.7683

0.0666

9,276,977

0.0289 0.0496 .

0.37

0.8016

18,585,920,000

18,585,920,000

0.07

0.8384

346,511,300,442

115,503,766,814

0.42

0.7802

.

.

276,144,995,025

2,255,142

0.9726

101,976,676,147

.

3,140,632

0.8713

305,930,028,442

0.00000000

2,014,602

2,846,411

276,144,995,025

916,058,223,800

20

Tabel.7. Pengamatan bobot basah (gram) tongkol 10 tanaman contoh Perlakukan

Kelompok Berkelobot A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D

JT 100cmX40cm 1benih/lubang JT 100cmX40cm 2benih/lubang JT 100cmX40cm 3benih/lubang JT 100cmX20cm 2benih/lubang JT 100cmX20cm 5benih/lubang JT 100cmX20cm 3benih/lubang

22.9

Tanpa kelobot 18.763

tidak diamati 212.5 123.5 169.2 117.5 tidak diamati 132.92 90.4 tidak ada tongkol mati mati mati tidak diamati 136.6 95.4 59.7 0.452 0.331 tidak diamati 0.388889 0.302222222 tidak diamati 40.28 14.2 tidak diamati 0.388889 0.302222222 tidak diamati

Tabel.8. Pengamatan bobot kering tanaman jagung Perlakukan

Kel

JT 100cmX40c m 1benih/lub ang

A B C

JT 100cmX40c m 2benih/lub ang

BK 1.65 0.8613 0.214 0.55366 7 0.81974 2 0.861

BK 1.744 1.173 2.48

C

0.333

0.78

D

0.53

0.31

D

A B

1.287 1.671

BK 23.26 1.51139 5.21 2.39866 7 8.09501 4

0.384 12.4433 3 0.109

BK 36.79 1.9963 7.28

BK 57.32 7.5 14.31

3.46667

3.864

12.3832 4 6.5 5.74666 7 1.14423

20.7485

BK 64.35 29.16 6.06033 3 33.1901 1

77 5.47666 7 7.038

6.68 9.004

21

JT 100cmX40c m 3benih/lub ang

A B C

0.57466 7 0.83 0.114

JT 100cmX20c m 5benih/lub ang

JT 100cmX20c m 3benih/lub ang

7.842 7.930

D

A B C

0.73 0.14 0.102

1.29433 3 0.729 0.37 0.774

D

0.108

0.221

1.633

0.215

0.791

0.8

0.27

0.5235

1.42425

3.72025

11.9502 5

15.4442 5

A B C

0.35 0.543

0.94 1.891

1.89 2.876

5.68 5.21

6.433

8.46

D

0.094

0.75

2.71333

9.333

46.5

0.329

1.19366 7

2.49311

6.741

26.4665

8.46

0.472 JT 100cmX20c m 2benih/lub ang

0.49133 6.27616 3 5 0.96 0.22 0.343 1.057 2.58 5.67

3 4.46363 29.8382 3 2 2.41 6.070 1,96 2.428 14.5

2.31566 7 0.153 0.69 3.221

6.446

6.07

7.93

1.337 0.67 12.659

7.087 0.46 39.463

8.987 1.89 50.1

A B C

0.571 0.26667

0.27

0.98

1.02

0.78

1.16

D

0.105

0.128

0.134

0.205

0.232

0.316

0.31422 3

0.199

0.55533 4

0.61416 5

0.506

0.738

Tabel.9. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuh Populasi 100 200 300 400 600 1000

densitas 1 densitas 2 densitas 3 densitas 4 densitas 5 densitas 6

2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

10 MST

12 MST

2.469846

5.034649

24.38992

37.31016

62.51431

100.0003

1.925827

1.646559

21.03272

14.95856

99.99404

26.28016

5.952081

16.32198

29.20135

81.28625

76.54477

100

1.748705

3.390544

9.224417

24.09488

77.39799

100.0275

42.57769

26.96477

75.24844

83.22019

68.56369

100

1.242917

4.509508

9.418625

25.46657

99.98678

31.96071

22

Perhitungan tinggi tanaman dengan 10

SAS The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday, 28

General Linear Models Procedure

Class Levels 4

Values

j1 j2

4

b1 b2 b3 b5

20

M2

20

M4

18

M6

20

M8

14

M10

General Linear Models Procedure

Source Sum of Squares F Value Pr > F

Number of

Dependent Variables

29

JT

observations in data set = 24 Group 1 2

Source Type III SS F Value

22:47 Sunday,

Dependent Variable: M2

BNIH

Obs

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.

UL 1 2 3 4

2

M12

The SAS System January 26, 1997

Class Level Information

1.68 0.2289 JT 4.39862904 0.03 0.8664 BNIH 349.65857906 0.79 0.5266 JT*BNIH 0.47253640 0.00 0.9560

6

Model 1101.26664650 0.93 0.5302

DF Mean Square 8 137.65833081

Error 1631.96967830

11

Corrected Total 2733.23632480

19

1 4.39862904 3 116.55285969 1 0.47253640 DF Mean Square

Pr > F

UL 847.01806312 1.90 0.1876 JT 0.33263769 0.00 0.9631 BNIH 330.55875133 0.74 0.5486 JT*BNIH 0.47253640 0.00 0.9560

3 282.33935437 1 0.33263769 3 110.18625044 1 0.47253640

148.36087985 The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday, 30

R-Square Root MSE

C.V. M2 Mean

General Linear Models Procedure

58.45089 20.83860000

0.402917 12.18034810

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

3 4

Source Type I SS Value

DF Mean Square

5

UL 746.73690200

Pr > F 3 248.91230067

F

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05

df= 11

MSE= 148.3609

23

Number WARNING: Cell sizes are not equal.

of Means

Harmonic Mean of cell sizes= 9.9

Critical Range

Number of Means

Means with the same letter are not significantly different.

Critical Range

2

2

3

17.91 18.74 19.23

12.05 Grouping

Grouping A

Mean 21.581

11

Duncan N JT

Mean

j2

Source Sum of Squares F Value Pr > F Model 3232.02712156 2.06 0.1324

25.939

6

b2

20.273

3

b5

A A

A

A

19.931

9

19.205

4

b1

A

General Linear Models Procedure

N

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

4

Level of Level --------------M2------------JT BNIH Mean SD 19.2050000

2

23.8650000

3

18.2766667

4

26.9762500

4

17.1670000

3

20.2730000

Alpha= df= 11

19

MSE= 148.3609

WARNING: Cell sizes are not equal.

j1 14.0041101 j1 5.4659354 j1 3.3629501 j2 24.4002853 j2 1.4903219 j2 4.7624667

b1 b2 b3 b2 b3 b5

Harmonic Mean of cell sizes= 4.48 The SAS System

196.10192867

R-Square Root MSE

b3

22:47 Sunday, 31

404.00339020

Corrected Total 5389.14833695

38.35778 36.50795000 of

0.05

7

Mean Square

8

11

C.V. M4 Mean 17.643

DF

Error 2157.12121539

j1 A

The SAS System January 26, 1997

Dependent Variable: M4

Duncan N BNIH

A A

32

General Linear Models Procedure

Means with the same letter are not significantly different. A

January 26, 1997

4

22:47 Sunday,

Source Type I SS Value

Pr > F

UL 2406.33693792 4.09 0.0354 JT 205.76203210 1.05 0.3277 BNIH 596.54802745 1.01 0.4233 JT*BNIH 23.38012410 0.12 0.7364 Source Type III SS

0.599729 14.00363984

DF Mean Square 3

F

802.11231264

1 205.76203210 3 198.84934248 1 23.38012410 DF Mean Square

24

F Value

Pr > F

A

UL 2908.36880161 4.94 0.0206 JT 44.85906964 0.23 0.6418 BNIH 613.43215210 1.04 0.4119 JT*BNIH 23.38012410 0.12 0.7364

3

38.278

10

j1 A

A 969.45626720

1 44.85906964

A A

34.738

10

j2

A The SAS System January 26, 1997

34

8

b3

32.05

2

b5

A

3 204.47738403 1 23.38012410

32.88

22:47 Sunday, of

General Linear Models Procedure

N

Level of Level --------------M4------------JT BNIH Mean SD

Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday,

33

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate 0.05

df= 11

WARNING: Cell sizes are not equal.

0.05

df= 11

MSE= 196.1019

Number of Means

Number

Critical Range

13.78

Critical Range

3

Mean

Duncan N JT

2

39.6950000

4

33.4125000

4

38.4737500

4

32.3482500

2

32.0455000

j1 26.3197435 j1 3.2597623 j1 4.6990026 j2 29.5851723 j2 6.5794246 j2 12.4387154

b1 b2 b3 b2 b3 b5

A

Mean

Duncan N BNIH

35

22:47 Sunday,

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M6 Source Sum of Squares F Value Pr > F

DF Mean Square

42.44

4

b1

Model 7727.94692583 1.83 0.1940

8

6

b2

Error 4761.06179086

9

38.88

A A

The SAS System January 26, 1997

4

22.24 23.27 23.88

Grouping

Means with the same letter are not significantly different. Grouping

2

Means with the same letter are not significantly different.

2

42.4350000

Harmonic Mean of cell sizes= 3.84 of Means

Alpha=

Alpha=

MSE= 196.1019

4

965.99336573

529.00686565

25

Corrected Total 12489.00871670

The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday, 36

General Linear Models Procedure 0.618780 23.00014925

39.92194 57.61280889

DF Mean Square Pr > F

UL 4036.37970549 2.54 0.1215 JT 275.61401025 0.52 0.4887 BNIH 1806.60646655 1.14 0.3848 JT*BNIH 1609.34674354 3.04 0.1151 Source Type III SS F Value

Pr > F

3 1345.45990183 1 275.61401025 3

Duncan's Multiple Range Test for variable: M6

F

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05

df= 9

DF Mean Square

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 8.888889 Number of Means

Alpha= 0.05

Critical Range

Mean

Duncan N JT

3 1979.14367780

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4.210526 of Means

A

3 1045.11938292

A

2

Critical Range

3

61.57

Number

4

35.86 37.43 38.33

Grouping A

8

Mean

Duncan N BNIH

67.69

5

b2

58.74

4

b1

53.49

6

b3

47.55

3

b5

A A

1 958.22105352

MSE= 529.0069

24.68

Means with the same letter are not significantly different.

A

df= 9

Means with the same letter are not significantly different.

2

Grouping UL 5937.43103339 3.74 0.0539 JT 958.22105352 1.81 0.2113 BNIH 3135.35814876 1.98 0.1883 JT*BNIH 1609.34674354 3.04 0.1151

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

MSE= 529.0069

602.20215552 1 1609.34674354

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M6

R-Square Root MSE

C.V. M6 Mean

Source Type I SS Value

17

j1 A A

54.45

10

j2

1 1609.34674354

A A

The SAS System January 26, 1997

37

22:47 Sunday, Level of

Level

26

of

--------------M6------------JT BNIH Mean SD

N 4

58.7438900

1

94.0000000

3

54.5266667

4

61.1150000

3

52.4600000

3

47.5450000

The SAS System January 26, 1997

j1 34.2334980 j1 . j1 3.1868689 j2 44.0583201 j2 17.6938104 j2 18.8790208

b1 b2 b3 b2 b3 b5

22:47 Sunday, 38

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M8 Source Sum of Squares F Value Pr > F Model 12130.01748617 1.81 0.1790

DF Mean Square 8 1516.25218577

Source Type I SS Value

DF Mean Square

Pr > F

UL 10015.32600127 3.98 0.0382 JT 1.83771442 0.00 0.9635 BNIH 401.35090323 0.16 0.9214 JT*BNIH 1711.50286725 2.04 0.1810 Source Type III SS F Value

3

rate, not the F

3338.44200042

0.05

df= 11

Number of Means

3 133.78363441

Critical Range

DF Mean Square Pr > F

2 28.51

Means with the same letter are not significantly different. Grouping A

3

Alpha=

MSE= 839.1338

1 1.83771442

1 1711.50286725

UL 10642.32866245 4.23 0.0324 JT 9.22435911 0.01 0.9184 BNIH 568.55218604 0.23 0.8765 JT*BNIH 1711.50286725 2.04 0.1810

experimentwise

error rate

Mean

Duncan N JT

75.97

10

j2

73.87

10

j1

A 3547.44288748

A

1 9.22435911 3 189.51739535 1 1711.50286725

The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday, 40

General Linear Models Procedure Error 9230.47219263

11

Corrected Total 21360.48967880

19

C.V. M8 Mean 38.66478 74.92040000

839.13383569

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday,

General Linear Models Procedure

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

0.05

39

R-Square Root MSE 0.567872 28.96780688

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error

Alpha= df= 11

MSE= 839.1338

WARNING: Cell sizes are not equal.

27

Harmonic Mean of cell sizes= 4.48 Number of Means

2

Critical Range

3

General Linear Models Procedure

Means with the same letter are not significantly different.

A

Mean

Duncan N BNIH

N

Mean Square

Model 6638.25796320 0.51 0.8128

8

77.53

6

b2

Error 8190.78629353

5 1638.15725871

Corrected Total 14829.04425673 76.98

3

b5

69.74

7

b3

Level of Level --------------M8------------JT BNIH Mean SD

4

78.5275000

2

90.2350000

4

61.0212500

4

71.1700000

3

81.3696667

3

76.9846667

j1 50.5599350 j1 23.7092904 j1 10.5275340 j2 35.3528679 j2 42.2134803 j2 44.6980468

b1 b2 b3 b2 b3 b5

Source Type I SS Value

829.78224540

DF Mean Square

Pr > F

UL 3873.24391297 0.79 0.5501 JT 17.69096334 0.01 0.9213 BNIH 637.38980506 0.13 0.9384 JT*BNIH 135.30439419 0.08 0.7853

3 1291.08130432 1 17.69096334 3 212.46326835 1 135.30439419

13 The SAS System January 26, 1997

R-Square Root MSE

C.V. M10 Mean

22:47 Sunday, 42

General Linear Models Procedure

50.77059 79.71968093 of

DF

b1

A A

Source Sum of Squares F Value Pr > F

4

A A

Dependent Variable: M10

78.53

A A

41

Source Type III SS F Value

22:47 Sunday,

4

42.60 44.56 45.73

Grouping

The SAS System January 26, 1997

0.447652 40.47415544

DF Mean Square Pr > F

UL 5866.32127738 1.19 0.4012 JT 6.28932318 0.00 0.9530 BNIH 630.34296845 0.13 0.9393 JT*BNIH 135.30439419 0.08 0.7853

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10

F

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

3 1955.44042579

0.05

1 6.28932318

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 6.857143

3 210.11432282 1 135.30439419

Alpha= df= 5

MSE= 1638.157

Number of Means Critical Range

2 56.19 Means with the same

28

letter are not significantly different. Grouping

Mean

Duncan N JT

A

80.57

8

b2

82.05

4

b1

Error 1674.99083333

2

Corrected Total 12286.27247840

9

A A 78.58

6

j2

43

66.25

of

50.27

Alpha=

MSE= 1638.157

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.352941 Number of Means

2

Critical Range

3 95.9

b5

0.863670 28.93951307

4

82.0500000

2

90.7041665

2

67.4875000

3

97.0666667

2 1

j1 51.9876748 j1 41.4305651 j1 23.9885976 j2 24.3816188 j2 21.7945866 j2 .

65.0111000 50.2700000

The SAS System January 26, 1997

44

b1 b2 b3 b2 b3 b5

22:47 Sunday,

Source Type I SS Value

DF Mean Square

F

Pr > F

UL 6416.73864373 2.55 0.2938 JT 425.12400933 0.51 0.5501 BNIH 1136.12365692 0.68 0.5958 JT*BNIH 2633.29533508 3.14 0.2182 Source Type III SS F Value

Pr > F

3 2138.91288124 1 425.12400933 2 568.06182846 1 2633.29533508 DF Mean Square

4 98.9 100.2

Means with the same letter are not significantly different. Grouping

1

Level of Level -------------M10------------JT BNIH Mean SD

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

R-Square Root MSE

C.V. M12 Mean 28.58156 101.25240000

N

df= 5

b3

22:47 Sunday,

General Linear Models Procedure

0.05

4

A A

The SAS System January 26, 1997

837.49541667

j1

A A

1515.89737787

A A

A

5

Model 10611.28164507 1.81 0.4013

7

94.52

Mean

Duncan N BNIH

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M12 Source Sum of Squares F Value Pr > F

DF Mean Square

UL 8194.60583333 3.26 0.2434 JT 58.74906420 0.07 0.8159 BNIH 972.04673906 0.58 0.6328

3 2731.53527778 1 58.74906420 2 486.02336953

29

JT*BNIH 2633.29533508 3.14 0.2182

1 2633.29533508

of The SAS System January 26, 1997

The SAS System January 26, 1997

22:47 Sunday, 45

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05

df= 2

22:47 Sunday, 46

N

General Linear Models Procedure

4

89.450000

Duncan's Multiple Range Test for variable: M12

1

128.000000

1

89.730000

3

117.183333

1

85.444000

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05

df= 2

MSE= 837.4954

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3

MSE= 837.4954

WARNING: Cell sizes are not equal.

Number of Means

Harmonic Mean of cell sizes= 4.8

Critical Range

Number of Means

Means with the same letter are not significantly different.

Critical Range

2

Grouping

Mean

Duncan N JT

109.25

4

A

Mean

Duncan N BNIH

119.89

4

b2

89.45

4

b1

b2 b3 b2 b3

The SAS System Sunday, January 26, 1997 1

23:27

General Linear Models Procedure Class Level Information Values

4 1234

JT

2 j1 j2

BNIH

4 b1 b2 b3 b5

Number of observations in data set = 22

A

A 6

b1

Perhitungan perbedaan bobot kering gulma dengan SAS

UL

A 95.92

j1 54.9655498 j1 . j1 . j2 20.0743825 j2 .

Class Levels

j2

A A

3

101.7 101.7

Grouping

A A

2

80.38

Means with the same letter are not significantly different.

Level of Level -------------M12------------JT BNIH Mean SD

87.59

2

b3

Group Obs Dependent Variables 1

9 M2 M6 M8

2

11 M4

3

8 M10

j1

30

4

9 M12

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.

The SAS System Sunday, January 26, 1997 2

23:27

General Linear Models Procedure

595.37520027

1.55

Source Square

DF Pr > F

F Value

UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20 JT*BNIH 1 595.37520027 1.55

0.4311 Type III SS

Mean

738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419 595.37520027 0.4311

Source Square

Dependent Variable: M2 Source Square

DF Sum of Squares F Value Pr > F

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 3

23:27

General Linear Models Procedure Model 211.53418429 Error 384.86592400

7 0.55

1480.73929000 0.7806

1

5761.77391153 JT 1 4290.83587883 BNIH 11866.35883209 JT*BNIH 1202.90724015

F Value

0.31

0.8286 4290.83587883 0.23 0.7140 2 23732.71766419 0.64 0.6615 1 1202.90724015 0.07 0.8409 DF Pr > F

UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07

Type III SS

Mean

19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409

Dependent Variable: M6

384.86592400

Source Square

DF Sum of Squares F Value Pr > F

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 4

23:27

General Linear Models Procedure Corrected Total

8

R-Square

1865.60521400 C.V.

Model 6644.54035968

7 0.36

46511.78251775 0.8605

M2 Mean

Error 1 18463.51028025

0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667

Corrected Total

18463.51028025

8

DF F Value Pr > F

Type I SS

UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027

Mean

Source Square

64975.29279800

R-Square Source Square

Dependent Variable: M8

Root MSE

C.V.

F Value

Model 463.26309771

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41

Error 1 1125.50185225

0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333

Corrected Total R-Square

UL

DF F Value Pr > F 3

Type I SS

17285.32173458

3242.84168397 0.8370

Root MSE

M6 Mean

Source Square

Mean

Mean

1125.50185225

8

4368.34353622 C.V.

Root MSE

M8 Mean 0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444

31

Harmonic Mean of cell sizes= 4 Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77 JT*BNIH 1 163.34010015 0.15 Source Square

Type I SS

Mean

934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286 163.34010015 0.7683

DF F Value Pr > F

Type III SS

Means with the same letter are not significantly

Duncan Grouping A A A

Mean

3 j2

14.88

The SAS System Sunday, January 26, 1997 7

N JT

23:27

General Linear Models Procedure

3 j2

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

14.75

6 j1 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 6

23:27

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 301.4

Duncan's Multiple Range Test for variable: M6

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

The SAS System Sunday, January 26, 1997 5

19.49

Number of Means 2 Critical Range 176.3

different.

UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283 JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683

A

23:27

different. Duncan Grouping

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

A A A

Mean 18.07

6 j1

8.49

3 j2

N JT

General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 1221

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal.

different. Duncan Grouping A A

Mean 55.15

The SAS System Sunday, January 26, 1997 8

N JT

23:27

General Linear Models Procedure

6 j1

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

32

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Duncan Grouping Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

different.

A A A A A A A

Means with the same letter are not significantly

Mean

N

BNIH A A A A A A A

25.69

2 b1

13.27

4 b3

13.10

1 b5

7.79

2 b2

Mean

N

BNIH

different. Duncan Grouping

145.1

2 b1

19.8

1 b5

15.7

2 b2

12.0

4 b3

The SAS System Sunday, January 26, 1997 10

Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 The SAS System Sunday, January 26, 1997 9

23:27

General Linear Models Procedure

A A A A A A A

Means with the same letter are not significantly

Duncan Grouping Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal.

Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1 Means with the same letter are not significantly different.

N

37.36

2 b1

25.34

1 b5

5.64

4 b3

5.62

2 b2

--------------M2------------Mean

SD

j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . j1 b3 3 7.9803333 9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . j2 b3 1 29.1540000 . j2 b5 1 13.1000000 . Level of Level of

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Mean

BNIH

------Mean

32.8048049 .

12.370000

4.8731973 .

18.975000

.

19.752000

.

19.752000

--------------M8-----------

-JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

37.3635000

j1 j1 j2 j2

b2 b3 b2 b3

1 3 1 1

11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000

SD

50.9420938 . 4.3303516 . .

33

j2

b5

1

25.3400000

The SAS System Sunday, January 26, 1997 11

. 23:27

General Linear Models Procedure

5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05

0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472

Sunday, January 26, 1997 13 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4

Dependent Variable: M4 Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 8375.06761339

8 0.80

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 12

67000.54090712 0.6621

23:27

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316

General Linear Models Procedure Error 2 10440.17031253

20880.34062507

Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2

Duncan's Multiple Range Test for variable: M4

Corrected Total

10

87880.88153218

R-Square

C.V.

Means with the same letter are not significantly Root MSE

M4 Mean

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

N

BNIH 0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273

Source Square

DF F Value Pr > F

UL 3 7601.23562017 0.73 JT 1 8257.68670305 0.79 BNIH 3 11813.24906117 1.13 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05 Source Square UL

F Value

Mean

22803.70686052 0.6228 8257.68670305 0.4676 35439.74718351 0.5008 499.40016003 0.8472

DF Pr > F 3

Type I SS

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

Type III SS

15643.41534610

A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly

194.51

2 b1

22.54

3 b2

18.67

4 b3

13.30

2 b5

different. Duncan Grouping A A A

Mean 71.95

N JT

7 j1

Level of Level of

--------------M4-----------

-13.56

4 j2

Mean

JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

194.510000

j1 j1

b2 b3

2 3

32.903500 16.283333

SD

184.816499 The SAS System

23:27

46.070128 10.701304

34

j2 j2 j2

b2 b3 b5

1 1 2

1.800000 25.824000 13.300000

The SAS System Sunday, January 26, 1997 14

. . 3.889087 23:27

General Linear Models Procedure

UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .

413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000

The SAS System Sunday, January 26, 1997 16

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .

Dependent Variable: M10 Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 258.56974029

6 140.31

Error 1.84280625

1

M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 15

1551.41844175 0.0645

23:27

23:27

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286

General Linear Models Procedure 1.84280625

Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10

Corrected Total

7

R-Square

1553.26124800 C.V.

Means with the same letter are not significantly Root MSE

M10 Mean

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

N

BNIH 0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000

Source Square

DF F Value Pr > F

UL 3 168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . . Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

504.48090900 0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000

Type III SS

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Mean

A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly

21.493

2 b2

15.590

1 b5

15.471

3 b3

6.039

2 b1

different. Duncan Grouping

.

Mean

A A A

Mean 16.852

N JT

6 j1

Level of Level of

-------------M10-----------

-7.978

2 j2

JT

BNIH

j1 j1

b1 b2

N 2 1

Mean

6.0385000 42.6200000

SD 2.4741666 .

35

j1

b3

3

15.4706667

j2 j2

b2 b5

1 1

0.3650000 15.5900000

Square

F Value

Pr > F

14.3097867

The SAS System Sunday, January 26, 1997 17

. . 23:27

General Linear Models Procedure

UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .

The SAS System Sunday, January 26, 1997 19

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .

Dependent Variable: M12 Source Square

F Value

Model 914.16175539

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33

M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 18

6399.13228775 0.8742

23:27

23:27

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

General Linear Models Procedure Error 1 2761.44995025

2761.44995025

Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0

Duncan's Multiple Range Test for variable: M12

Corrected Total

8

R-Square

9160.58223800 C.V.

Means with the same letter are not significantly Root MSE

M12 Mean

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

N

BNIH 0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667

Source Square

DF F Value Pr > F

Type I SS

UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source

DF

Type III SS

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean

A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 472.1 Means with the same letter are not significantly

53.13

2 b1

11.59

1 b5

8.75

3 b2

7.35

3 b3

different. Duncan Grouping

.

Mean

A A A

Mean 24.93

N JT

6 j1

Level of Level of

-------------M12-----------

-5.52

3 j2

JT

BNIH

j1

b1

N 2

Mean

SD

53.1340000

36

74.5870375

General Linear Models Procedure j1 j1 j2 j2

b2 b3 b2 b5

1 3 2 1

21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000

. 11.3358695 0.7212489 .

The SAS System Sunday, January 26, 1997 20

Source Square

DF Sum of Squares F Value Pr > F

Mean

Error 384.86592400

7 0.55

1480.73929000 0.7806

1

Dependent Variable: M6

384.86592400

8

Source Square

1865.60521400

R-Square

F Value

C.V.

Corrected Total

9 M2 M6 M8

2

11 M4

9 M12

Type I SS

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 21

23:27

18463.51028025

8

64975.29279800

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20

Type III SS

738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419

C.V.

Root MSE

M6 Mean 0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333

UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.

46511.78251775 0.8605

R-Square DF F Value Pr > F

Group Obs Dependent Variables 1

7 0.36

Error 1 18463.51028025

0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667

Source Square

4

Mean

Root MSE

Number of observations in data set = 22

8 M10

DF Sum of Squares Pr > F

Model 6644.54035968

M2 Mean

4 b1 b2 b3 b5

3

23:27

Values

2 j1 j2

BNIH

The SAS System Sunday, January 26, 1997 22

General Linear Models Procedure Model 211.53418429

4 1234

JT

595.37520027 0.4311

Dependent Variable: M2

Corrected Total UL

1 1.55

23:27

General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels

JT*BNIH 595.37520027

Source Square

Mean

F Value

DF Pr > F

UL 3 5761.77391153 0.31 JT 1 4290.83587883 0.23 BNIH 2 11866.35883209 0.64 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07 Source Square

F Value

Type I SS

Mean

17285.32173458 0.8286 4290.83587883 0.7140 23732.71766419 0.6615 1202.90724015 0.8409

DF Pr > F

Type III SS

Mean

37

UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07

19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409

The SAS System Sunday, January 26, 1997 23

23:27

General Linear Models Procedure

JT*BNIH 163.34010015

1 0.15

Source Square

DF Pr > F

F Value

163.34010015 0.7683

A A

Type III SS

F Value

Model 463.26309771

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41

UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283 JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683

The SAS System Sunday, January 26, 1997 25

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 24

3242.84168397 0.8370

6 j1

Mean

Dependent Variable: M8 Source Square

14.75

23:27

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

General Linear Models Procedure Error 1 1125.50185225

1125.50185225

Number of Means 2 Critical Range 1221

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

Corrected Total

8

4368.34353622

R-Square

C.V.

Means with the same letter are not significantly Root MSE

M8 Mean

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77

Type I SS

934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286

different. Duncan Grouping

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean

A A A

Mean 55.15

6 j1

19.49

3 j2

N JT

Number of Means 2 Critical Range 176.3 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A

Mean 14.88

3 j2

N JT

The SAS System Sunday, January 26, 1997 26

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable:

38

M8

A A A A A A A

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

N

BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 301.4 Means with the same letter are not significantly

25.69

2 b1

13.27

4 b3

13.10

1 b5

7.79

2 b2

145.1

2 b1

19.8

1 b5

15.7

2 b2

12.0

4 b3

The SAS System Sunday, January 26, 1997 29

different.

23:27

General Linear Models Procedure Duncan Grouping

Mean

N JT

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

A A A

18.07

6 j1

8.49

3 j2

The SAS System Sunday, January 26, 1997 28

23:27

General Linear Models Procedure

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

M6 The SAS System Sunday, January 26, 1997 27

23:27

General Linear Models Procedure

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

M2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping

Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping

Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4

Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1

BNIH

Mean

N

Mean

N

BNIH A A A A A A A

37.36

2 b1

25.34

1 b5

5.64

4 b3

5.62

2 b2

39

Model 8375.06761339

8 0.80

The SAS System Sunday, January 26, 1997 31

67000.54090712 0.6621

23:27

General Linear Models Procedure Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD

--------------M2------------Mean

SD

-------

Error 2 10440.17031253

Level of Level of

M4

32.8048049

10

87880.88153218

R-Square

C.V.

Root MSE

M4 Mean .

0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273

4.8731973 .

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

12.370000 Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

18.975000 .

19.752000

.

19.752000

--------------M8-----------

-N

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Mean Corrected Total

j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . j1 b3 3 7.9803333 9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . j2 b3 1 29.1540000 . j2 b5 1 13.1000000 .

20880.34062507

JT

BNIH

Mean

j1

b1

2

37.3635000

j1 j1 j2 j2 j2

b2 b3 b2 b3 b5

1 3 1 1 1

11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000 25.3400000

SD

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 7601.23562017 0.73 JT 1 8257.68670305 0.79 BNIH 3 11813.24906117 1.13 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05

Type I SS

Mean

22803.70686052 0.6228 8257.68670305 0.4676 35439.74718351 0.5008 499.40016003 0.8472

Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A

Mean 71.95

7 j1

13.56

4 j2

N JT

50.9420938

The SAS System Sunday, January 26, 1997 30

. 4.3303516 . . . 23:27

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M4 Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Mean

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05

Type III SS

15643.41534610 0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 32

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

40

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316 Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2 Means with the same letter are not significantly

Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 258.56974029

6 140.31

Error 1.84280625

1

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 34

1551.41844175 0.0645

23:27

General Linear Models Procedure 1.84280625 Duncan's Multiple Range Test for variable:

different.

M10 Corrected Total Duncan Grouping

Mean

7

1553.26124800

N

BNIH

R-Square

C.V.

Root MSE

M10 Mean A A A A A A A

Level of Level of

194.51

2 b1

22.54

3 b2

18.67

4 b3

13.30

2 b5

0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000

Source Square

--------------M4-----------

-JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

194.510000

j1 j1 j2 j2 j2

b2 b3 b2 b3 b5

2 3 1 1 2

32.903500 16.283333 1.800000 25.824000 13.300000

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

SD

F Value

DF Pr > F

UL 3 168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .

Type I SS

504.48090900 0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Mean

Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A

.

Mean

N JT

16.852

6 j1

7.978

2 j2

184.816499

The SAS System Sunday, January 26, 1997 33

46.070128 10.701304 . . 3.889087 23:27

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M10

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .

Type III SS

413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 35

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .

M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

41

experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286 Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63

Source Square

F Value

Model 914.16175539

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 37

6399.13228775 0.8742

General Linear Models Procedure Error 1 2761.44995025

2761.44995025 Duncan's Multiple Range Test for variable:

Means with the same letter are not significantly different.

M12 Corrected Total

Duncan Grouping

Mean

N

BNIH

8

R-Square

9160.58223800 C.V.

Root MSE

M12 Mean A A A A A A A

21.493

2 b2

15.590

1 b5

15.471

3 b3

6.039

Level of Level of

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667

Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean

Number of Means 2 Critical Range 472.1

2 b1

-------------M10-----------

-N

23:27

JT

BNIH

Mean

SD

j1 j1 j1

b1 b2 b3

2 1 3

6.0385000 42.6200000 15.4706667

2.4741666 .

j2 j2

b2 b5

1 1

0.3650000 15.5900000

.

UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source Square

F Value

DF Pr > F

Type III SS

Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A

.

Mean 24.93

6 j1

5.52

3 j2

N JT

Mean

14.3097867

The SAS System Sunday, January 26, 1997 36

. 23:27

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M12

UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .

The SAS System Sunday, January 26, 1997 38

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .

M12 NOTE: This test controls the type I

42

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

384.86592400 Class Levels

Values Corrected Total

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

UL

2 j1 j2

BNIH

Means with the same letter are not significantly

4 b1 b2 b3 b5

Number of observations in data set = 22

N

2 b1

11.59

1 b5

8.75

3 b2

7.35

3 b3

1

9 M2 M6 M8

2

11 M4

3

8 M10

4

9 M12

-------------M12-----------

-JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

53.1340000

j1 j1 j2 j2

b2 b3 b2 b5

1 3 2 1

21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000

SD

The SAS System Sunday, January 26, 1997 40

74.5870375

23:27

General Linear Models Procedure

The SAS System Sunday, January 26, 1997 39

. 11.3358695 0.7212489 .

DF Pr > F

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20 JT*BNIH 1 595.37520027 1.55

Mean

Type III SS

Mean

738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419 595.37520027 0.4311

Dependent Variable: M2 Source Square

DF Sum of Squares F Value Pr > F

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 41

23:27

General Linear Models Procedure Class Level Information

Type I SS

UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values. Level of Level of

F Value

Group Obs Dependent Variables

BNIH 53.13

Root MSE

0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667

Source Square

A A A A A A A

C.V.

M2 Mean

different. Mean

1865.60521400

R-Square JT

Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0

Duncan Grouping

8

4 1234

23:27

General Linear Models Procedure Model 211.53418429 Error

7 0.55 1

1480.73929000 0.7806 384.86592400

Dependent Variable: M6 Source

DF

Sum of Squares

Mean

43

Square

F Value

Pr > F General Linear Models Procedure

Model 6644.54035968

7 0.36

Error 1 18463.51028025 Corrected Total

46511.78251775 0.8605

Source Square

64975.29279800

R-Square

C.V.

F Value

Model 463.26309771

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41

UL 3 5761.77391153 0.31 JT 1 4290.83587883 0.23 BNIH 2 11866.35883209 0.64 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07 Source Square

F Value

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M2 Corrected Total

Mean

8

4368.34353622

Type III SS

Root MSE

M8 Mean

Source Square

Mean

19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409

The SAS System Sunday, January 26, 1997 42

C.V.

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444

17285.32173458 0.8286 4290.83587883 0.7140 23732.71766419 0.6615 1202.90724015 0.8409

DF Pr > F

UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07

Type I SS

23:27

1125.50185225

R-Square DF Pr > F

The SAS System Sunday, January 26, 1997 43

3242.84168397 0.8370

Error 1 1125.50185225

0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333

F Value

0.6283 163.34010015 0.7683

Mean

Root MSE

M6 Mean

Source Square

0.77 1 0.15

Dependent Variable: M8

18463.51028025

8

862.80695525 JT*BNIH 163.34010015

DF Pr > F

UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77 JT*BNIH 1 163.34010015 0.15 Source Square

23:27

F Value

F Value

Type I SS

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean

934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286 163.34010015 0.7683

DF Pr > F

Type III SS

UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050

Number of Means 2 Critical Range 176.3 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A

Mean 14.88

3 j2

14.75

6 j1

N JT

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 44

23:27

General Linear Models Procedure

44

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Critical Range 301.4

A A A

M6 Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

13.10

1 b5

7.79

2 b2

different. Duncan Grouping

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

A A A

Mean 18.07

6 j1

8.49

3 j2

N JT The SAS System Sunday, January 26, 1997 47

23:27

General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 1221

Duncan's Multiple Range Test for variable: M6

Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A

Mean 55.15

The SAS System Sunday, January 26, 1997 46

N JT

23:27

General Linear Models Procedure

6 j1

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

M2 19.49

3 j2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

The SAS System Sunday, January 26, 1997 45

23:27

Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Means with the same letter are not significantly different.

General Linear Models Procedure

Duncan Grouping Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Number of Means

2

A A A A

25.69

2 b1

13.27

4 b3

N

Mean

N

BNIH A A A A A A A

145.1

2 b1

19.8

1 b5

15.7

2 b2

12.0

4 b3

45

The SAS System Sunday, January 26, 1997 48

23:27

j1

b2

j1 9.436667 j2 . j2 . j2 .

b3

1

13.1800000

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

3 7.9803333 2.540341 b2 1 2.4000000

Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1

.

18.975000

1

29.1540000

.

19.752000

b5

1

13.1000000

.

19.752000

--------------M8-----------

JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

37.3635000

j1 j1 j2 j2 j2

b2 b3 b2 b3 b5

1 3 1 1 1

11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000 25.3400000

The SAS System Sunday, January 26, 1997 49 2 b1

25.34

1 b5

5.64

4 b3

5.62

2 b2

. 4.3303516 . . .

N

BNIH 37.36

SD

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 7601.23562017 0.73 JT 1 8257.68670305 0.79 BNIH 3 11813.24906117 1.13 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05

Type I SS

Mean

22803.70686052 0.6228 8257.68670305 0.4676 35439.74718351 0.5008 499.40016003 0.8472

50.9420938

Means with the same letter are not significantly

Mean

0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273

4.8731973

--

different.

A A A A A A A

12.370000

b3

Level of Level of Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Duncan Grouping

.

.

23:27

General Linear Models Procedure

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05

Type III SS

Mean

15643.41534610 0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472

Dependent Variable: M4 Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 8375.06761339

8 0.80

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 50

67000.54090712 0.6621

23:27

General Linear Models Procedure Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD

--------------M2------------Mean

j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316

SD

-------

Error 2 10440.17031253

20880.34062507 Duncan's Multiple Range Test for variable:

Mean

M4 Corrected Total

32.8048049

R-Square M4 Mean

10

87880.88153218 C.V.

Root MSE

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

46

BNIH

R-Square

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

C.V.

Root MSE

M10 Mean A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly

194.51

2 b1

22.54

3 b2

18.67

4 b3

13.30

2 b5

0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000

Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

Mean

different. Duncan Grouping A A A

Mean 71.95

N JT

7 j1

Level of Level of

--------------M4-----------

-13.56

4 j2

JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

194.510000

j1 j1 j2 j2 j2

b2 b3 b2 b3 b5

2 3 1 1 2

32.903500 16.283333 1.800000 25.824000 13.300000

SD

UL 3 168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .

504.48090900 0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000

.

184.816499 The SAS System Sunday, January 26, 1997 51

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

The SAS System Sunday, January 26, 1997 52

46.070128 10.701304 . . 3.889087 23:27

General Linear Models Procedure

Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .

Type III SS

413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000

Mean

.

Dependent Variable: M10

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316 Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2 Means with the same letter are not significantly

Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 258.56974029

6 140.31

Error 1.84280625

1

1551.41844175 0.0645

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 53

23:27

General Linear Models Procedure 1.84280625 Duncan's Multiple Range Test for variable:

different.

M10 Corrected Total Duncan Grouping

Mean

N

7

1553.26124800 NOTE: This test controls the type I

47

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Duncan Grouping

Mean

N

BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3

A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly

21.493

2 b2

A A A

Mean 16.852

15.590

1 b5

15.471

3 b3

6.039

Source Square

N JT

6 j1

Level of Level of

2 j2

The SAS System Sunday, January 26, 1997 54

23:27

-------------M10-----------

JT

BNIH

N

Mean

SD

j1 j1 j1

b1 b2 b3

2 1 3

6.0385000 42.6200000 15.4706667

2.4741666 .

j2 j2

b2 b5

1 1

0.3650000 15.5900000

. .

The SAS System Sunday, January 26, 1997 55

23:27

M10 General Linear Models Procedure NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286 Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63

DF Pr > F

Type I SS

Mean

UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source Square

F Value

DF Pr > F

Type III SS

.

Mean

UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .

.

Dependent Variable: M12 Source Square

F Value

Model 914.16175539

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33

6399.13228775 0.8742

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 56

23:27

General Linear Models Procedure Error 1 2761.44995025

2761.44995025 Duncan's Multiple Range Test for variable:

Means with the same letter are not significantly different.

F Value

14.3097867

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable:

Root MSE

2 b1

-7.978

C.V.

0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667

different. Duncan Grouping

R-Square M12 Mean

M12 Corrected Total

8

9160.58223800

48

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

N

Group Obs Dependent Variables

BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

A A A A A A A

Number of Means 2 Critical Range 472.1 Means with the same letter are not significantly

53.13

2 b1

11.59

1 b5

8.75

3 b2

7.35

3 b3

1

9 M2 M6 M8

2

11 M4

3

8 M10

4

9 M12

different. Duncan Grouping A A A

Mean 24.93

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.

N JT

6 j1

Level of Level of

-------------M12-----------

-5.52

3 j2

JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

53.1340000

j1 j1 j2 j2

b2 b3 b2 b5

1 3 2 1

21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000

SD

The SAS System Sunday, January 26, 1997 59

74.5870375 The SAS System Sunday, January 26, 1997 57

23:27

General Linear Models Procedure . 11.3358695 0.7212489 .

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable:

The SAS System Sunday, January 26, 1997 58

General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels

Dependent Variable: M2 Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 211.53418429 Error 384.86592400

7 0.55 1

Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0 Means with the same letter are not significantly

UL

BNIH

384.86592400

8

1865.60521400

4 1234 R-Square

JT

1480.73929000 0.7806

Values Corrected Total

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

Mean

23:27

M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

23:27

2 j1 j2 4 b1 b2 b3 b5

C.V.

Root MSE

M2 Mean 0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667

Number of observations in data set = 22

49

Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

Mean

F Value

DF Pr > F

UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20 JT*BNIH 1 595.37520027 1.55

Type III SS

Corrected Total

Mean

23:27

DF F Value Pr > F

UL 3 5761.77391153 0.31 JT 1 4290.83587883 0.23 BNIH 2 11866.35883209 0.64 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07 Source Square

General Linear Models Procedure

F Value

Mean

DF Sum of Squares F Value Pr > F 7 0.36

Error 1 18463.51028025 Corrected Total

Mean

R-Square

46511.78251775 0.8605

Type III SS

Mean

19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409

The SAS System Sunday, January 26, 1997 61

Source Square

64975.29279800 C.V.

C.V.

Root MSE

DF Pr > F

UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77 JT*BNIH 1 163.34010015 0.15 Source Square

23:27

F Value

F Value

Type I SS

Mean

934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286 163.34010015 0.7683

DF Pr > F

Type III SS

Mean

UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283 JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683

Dependent Variable: M8

18463.51028025

8

4368.34353622

M8 Mean

Source Square

General Linear Models Procedure Model 6644.54035968

8

0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444

17285.32173458 0.8286 4290.83587883 0.7140 23732.71766419 0.6615 1202.90724015 0.8409

DF Pr > F

UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07

Type I SS

Dependent Variable: M6 Source Square

1125.50185225

R-Square Source Square

738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419 595.37520027 0.4311

The SAS System Sunday, January 26, 1997 60

Error 1 1125.50185225

0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333

UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311 Source Square

M6 Mean

F Value

Model 463.26309771 Root MSE

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41

3242.84168397 0.8370

Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 62

23:27

General Linear Models Procedure

50

Number of Means 2 Critical Range 1221

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

A A A

Mean 55.15

N JT

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

19.49

3 j2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Means with the same letter are not significantly different.

A A A

Mean 14.88

3 j2

14.75

6 j1

23:27

General Linear Models Procedure

6 j1

Number of Means 2 Critical Range 176.3

Duncan Grouping

The SAS System Sunday, January 26, 1997 65

The SAS System Sunday, January 26, 1997 64

N JT

23:27

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

General Linear Models Procedure Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different. Duncan Grouping

Mean

N

BNIH The SAS System Sunday, January 26, 1997 63

23:27

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 301.4

Duncan's Multiple Range Test for variable: M6

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

A A A A A A A

25.69

2 b1

13.27

4 b3

13.10

1 b5

7.79

2 b2

different. Duncan Grouping A A A

Mean 18.07

6 j1

8.49

3 j2

N JT The SAS System Sunday, January 26, 1997 66

23:27

General Linear Models Procedure

51

Level of Level of Duncan's Multiple Range Test for variable:

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Means with the same letter are not significantly

Mean

N

BNIH A A A A A A A

145.1

2 b1

19.8

1 b5

15.7

2 b2

12.0

4 b3

The SAS System Sunday, January 26, 1997 67

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

j1

b1

2

37.3635000

j1 j1 j2 j2 j2

b2 b3 b2 b3 b5

1 3 1 1 1

11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000 25.3400000

37.36

2 b1

25.34

1 b5

Mean

5.64

4 b3

5.62

2 b2

SD

. 4.3303516 . . . 23:27

General Linear Models Procedure Dependent Variable: M4 Source Square

F Value

DF Sum of Squares Pr > F

Model 8375.06761339 Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD

N

The SAS System Sunday, January 26, 1997 68 A A A A A A A

different.

BNIH

N

BNIH

Means with the same letter are not significantly

Duncan Grouping

Mean

JT

50.9420938

different. Duncan Grouping

Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831

--------------M8-----------

--

--------------M2------------Mean

j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . j1 b3 3 7.9803333 9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . j2 b3 1 29.1540000 . j2 b5 1 13.1000000 .

SD

-------

8 0.80

Error 2 10440.17031253

Mean

67000.54090712 0.6621 20880.34062507

Mean Corrected Total

32.8048049

10

R-Square

87880.88153218 C.V.

Root MSE

M4 Mean .

12.370000 0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273

4.8731973 .

18.975000

.

19.752000

.

19.752000

Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

Mean

UL 3 22803.70686052 7601.23562017 0.73 0.6228 JT 1 8257.68670305

52

8257.68670305 0.79 0.4676 BNIH 3 35439.74718351 11813.24906117 1.13 0.5008 JT*BNIH 1 499.40016003 499.40016003 0.05 0.8472 Source Square

F Value

DF Pr > F

UL 3 5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05

Type III SS

Duncan Grouping A A A

Mean 71.95

N JT

7 j1

Level of Level of

13.56

4 j2

Mean

JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

194.510000

j1 j1 j2 j2 j2

b2 b3 b2 b3 b5

2 3 1 1 2

32.903500 16.283333 1.800000 25.824000 13.300000

SD

184.816499

15643.41534610 0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472

The SAS System Sunday, January 26, 1997 70

23:27

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

The SAS System Sunday, January 26, 1997 69

--------------M4-----------

--

23:27

Dependent Variable: M10

General Linear Models Procedure Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2

M4 Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Source Square

F Value

Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly

DF Sum of Squares Pr > F

Model 258.56974029

6 140.31

Error 1.84280625

1

Mean

1551.41844175 0.0645 1.84280625

different. Corrected Total Duncan Grouping

Mean

7

1553.26124800

N

BNIH Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

23:27

General Linear Models Procedure

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316

Duncan's Multiple Range Test for variable:

The SAS System Sunday, January 26, 1997 71

46.070128 10.701304 . . 3.889087

R-Square

C.V.

Root MSE

M10 Mean A A A A A A A

194.51

2 b1

22.54

3 b2

18.67

4 b3

13.30

2 b5

0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000

Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

Mean

different. UL

3

504.48090900

53

168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . . Source Square

F Value

0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000

DF Pr > F

UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .

Type III SS

413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000

different. Duncan Grouping A A A

.

Mean 16.852

N JT

6 j1

Level of Level of

-------------M10-----------

-7.978

2 j2

Mean

The SAS System Sunday, January 26, 1997 73

23:27

JT

BNIH

N

Mean

SD

j1 j1 j1

b1 b2 b3

2 1 3

6.0385000 42.6200000 15.4706667

2.4741666 .

j2 j2

b2 b5

1 1

0.3650000 15.5900000

. .

14.3097867

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .

The SAS System Sunday, January 26, 1997 74

23:27

M10 General Linear Models Procedure NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

The SAS System Sunday, January 26, 1997 72

23:27

Dependent Variable: M12

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286

General Linear Models Procedure Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10

Source Square

F Value

Model 914.16175539

DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33

Mean

6399.13228775 0.8742

Error 1 2761.44995025

2761.44995025

Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

different.

Corrected Total Duncan Grouping

Mean

BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly

N

8

R-Square

9160.58223800 C.V.

Root MSE

M12 Mean A A A A A A A

21.493

2 b2

15.590

1 b5

15.471

3 b3

6.039

0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667

Source Square

F Value

DF Pr > F

Type I SS

Mean

2 b1

54

UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source Square

F Value

DF Pr > F

Type III SS

UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .

experimentwise error rate

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 .

Number of Means 2 Critical Range 472.1

Mean

Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0 Means with the same letter are not significantly different.

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping

Duncan Grouping A A A

Mean 24.93

6 j1

5.52

3 j2

N JT

A A A A A A A

.

The SAS System Sunday, January 26, 1997 76 23:27

N

53.13

2 b1

11.59

1 b5

8.75

3 b2

7.35

3 b3

23:27 Level of Level of

The SAS System Sunday, January 26, 1997 75

Mean

BNIH

General Linear Models Procedure

-------------M12-----------

-JT

BNIH

N

Mean

j1

b1

2

53.1340000

j1 j1 j2 j2

b2 b3 b2 b5

1 3 2 1

21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000

SD

Duncan's Multiple Range Test for variable: General Linear Models Procedure

M12 74.5870375

Duncan's Multiple Range Test for variable: M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

. 11.3358695 0.7212489 .

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

55

PERIODE KRITIS

Disusun Oleh : Galvan Yudistira

A24070040

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

56

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung tidak jarang menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma , kepadatan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Secara keseluruhan , kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Meskipun demikian, kehilangan hasil akibat gulma sulit diperkirakan karena pengaruhnya tidak dapat diamati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan korelasi negatif antara bobot kering gulma dan hasil jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% (Violic, 2000 dalam Fadhly, 2004). Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan rendah tidak memberikan hasil akibat persaingan intensif dengan gulma (Clay and Aquilar, 1998 dalam Fadhly, 2004). Secara konvensional , gulma pada pertanaman jagung dapat dikendalikan melalui pengolahan tanah dan penyingan, tetapi penglahan tanah secara konvensional memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Pada tanah dengan tekstur lempug berpasir, lempung berdebu, dan liat, jagung yang dibudidayakan tanpa olah tanah memberikan hasil yang sama tingginya dengan yang dibudidayakan dengan pengolahan tanah konvensional (Widiyati et al. 2001 dalam Fadhly, 2004). Gulma pada pertanaman jagung tanpa olah tanah dikendalikan dengan herbisida. Sebelum jagung ditanam, herbisida disemprotkan untuk mematikan gulma yang tumbuh diareal pertanaman. Setelah jagung tumbuh, gulma masih perlu dikendallikan untuk melindungi tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penyiangan dengan tangan , penggunaan alat mekanis, dan penyemprotan herbisida. Formulasi atau nama dagang herbisida yang tersedia di pasaran cukup beragam. Pemilihan dan penggunaan herbisida bergantung pada jenis gulma di pertanaman. Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan

57

herbisida terhadap lingkungan, penggunaannya perlu dibatasi degan memadukan degan cara pengendalian lainnya (Fadhly et al, 2004) Kehadiran gulma sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Ada suatu periode dimana tanaman budidaya peka terhadap kehadiran gulma di lingkungan tumbuh tanaman. Periode tersebut dikatakan sebagai periode kritis. Pada periode tersebut tanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan, terutama ruang tumbuh, unsur hara, air dan cahaya matahari. Apabila pada periode kritis tersebut gulma tumbuh mengganggu tanaman, maka tanaman akan kalah bersaing dalam memanfaatkan faktor-faktor lingkungan tersebut. Oleh karena itu, pada saat tersebut gulma harus dikendalikan agar tidak mengganggu tanaman budidaya. Penentuan periode kritis tanaman terhadap persaingan gulma merupakan salah satu langkah yang penting dalam menyusun rencana pengendalian yang tepat. Sehingga pengendalian gulma pada lahan pertanaman dapat memberikan tambahan pendapatan atau keuntungan dari hasil yang diperoleh. I.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk menentukan periode kritis suatu tanaman budidaya terhadap kompetisi gulma sehingga dapat diketahui waktu pengendalian yang tepat.

58

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah beras yang digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Oleh sebab itu, ketersediaannya sangat dibutuhkan sepangjang tahun (Syaefullah, 2004). Kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri dalam negeri tidak mencukupi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya impor jagung dari tahun ke tahun. Tahun 1990 impor jagung hanya 515 ton, tetapi pada tahun 1995 menigkat tajam menjadi 626,231 ton (Thahir dkk, 1998 dalam Syaefullah, 2004). Botani Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanamn pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan karena kedudukannya di samping sumber utama karbohidrat dan protein juga merupakan bahan baku utama industri pakan ternak dan bahan baku industri lainnya, sehingga merupakan komoditas penting dalam upaya diversifikasi pangan. Jagung tumbuh baik di daerah beriklim sedang yang panas, daerah beriklim subtripis yang basah, dan dapt pula tumbuh di daerah tropis. Tanamn jagung terdiri dari berbagai macam varietas. Beberapa varietas unggul diantaranya adalah Harapan Baru, Arjuna, Bromo, Nakula, Sadewa, Hibrida, dan lain-lain. Tanaman jagung dapt dipanen apabila sudah mencapai tingkat ketuaan tertentu, dan waktunya dapat berbeda tergantung varietas. Misalnya varietas Arjuna dipanen setelah umur 90 hari. Jagung yang sudah dapat dipanen ditandai oleh kelonotnya yagn berwarna colelat muda dan kering,serta bijinya mengkilat. Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas (kadar air mencapai 35-40%). Pengeringan dapt dilakukan pada jagung berupa tongkol berkelobot atau tongkol kupasan. Jagung kemudian dipipil dan dikeringkan lagi sampai kadar air 12-14%. Cara pengeringan dapat dengan sinar matahari atau dengan pemanas lain (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998 dalam Syaefullah, 2004 ). Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung

59

Kandungan (per 100 g No

Zat Gizi

jagung)

1

Kalori

355,00 Kalori

2

Protein

9,20 G

3

Lemak

3,90 G

4

Karbohodrat

73,70 g

5

Kalsium

10,00 mg

6

Fosfor

256,00 mg

7

Besi

2,40 mg

8

Vitamin A

510,00 SI

9

Vitamin B1

0,38 MG

10

Vitamin C

0,00 MG

11

Air

12,00 G

Sumber : Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998 dalam Syaefullah, 2004 Berdasarkan zat gizi yang dikandungnya, jagung terutama adalah sebagai sumber energi. Selain mengandung energi, jagung mempunyau nilai gizi yang tinggi karena mengandung berbagai zat gizi lainnya (Tabel 1) (Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998). Dengan kondisi nutrisi tersebut, jagung juga disukai dan sangat dibutuhkan oleh serangga dalam memenuhi kehidupan hidupnya (Syaefullah, 2004) Penyimpanan jagung sangat penting artinyabagi cadangan makanan kita. Oleh karena itu harus diperhatikan cara penyimpanannya untuk mencegah serangan

hama

dan

penyakit.

Faktor-faktor

yang

berpengaruh

selama

penyimpanan adalah faktor fisik (suhu dan kelembaban), faktor kimia (kadar air, komposisi kimia bahan dan enzim), faktor fisiologis (respirasi) dan faktor biologis (kapang, serangga, dan tikus) (Syaefullah, 2004)

Gulma dan Allelopati Semua tumbuhan pada pertanaman jagung yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan kerugian disebut gulma. Gulma yang tumbuh

60

pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada diatas tanah. Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perlu diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenis gulma, persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitannya dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Fadhly, et al, 2004). Tanah Sebagai Bank Biiji Gulma Kehadiran gulma pada pertanaman jagung berkaitan dengan deposit biji gulma dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama puluhan tahun dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi lingkungan mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas permukaan tanah dan tersediannya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan mendorng gulma untuk tumbuh dan berkembang (Fadhly, et al, 2004). Biji spesies gulma setahun (annual spesies) dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai cadangan beinih hidup tau viable seeds (Melinda et al. 1998 Dalam Fadhly, et al, 2004). Biji gulma yang ditemukan di makam mesir yang telah berumur ribuan tahun masih dapat menghasilkan kecambah yang sehat. Jumlah biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan juta biji (Direktorat Jenderal Perkebunan 1976 dalam Fadhly, et al, 2004). Karena benih gulma dapat terakumulasi dalam tanah, maka kepadatannya terus meningkat (Kropac, 1966 dalam Fadhly, et al, 2004). Dengan pengolahan tanah konvensional , perkecambahan benih gulma yang terendam tertunda, sampai terangkat ke permukaan

karena

pengolahan

tanah.

Penelitian

selama

tujuh

tahun

mengindikasikan lebih sedikit benih gulma pada petak tanpa olah tanah dibanding petak yang diolah dengan bajak singkal (moldboard-plow), biji gulma terkonsentrasi pada kedalaman 5 cm dari lapisan atas tanah (Clements et al, 1996 dalam Fadhly, et al, 2004). Pengelompokan Gulma Jenis gulma tertentu merupakan pesaing tanaman jagung dalam mendapatkan air, hara dan cahaya. Di Indonesia terdapat 140 jenis gulma berdaun

61

lebar, 36 jenis gulma rerumputan, dan 51 jenis gulma teki (Laumonier et al, 1986 dalam Fadhly, et al, 2004). Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan pengendalian , pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat, ekologi, klasifikasi amsonomi, dan tanggapan terhadap herbisida. Bedasar daur hidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari setahun dan gulma tahunan (parennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan habitatnya dikenal juga gulma daratan (terrestrial) dan gulma air (aquatic) yan terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulma tenggelam (submergent), dan gulma sebagian mengapung dan sebagian tenggelam (emergent). Berdasarkan ekologi dikenal gulma swah, gulma lahan kering, gulma perkebunan, dan gulma rawa atau waduk. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma dikotil, dan gulma paku-pakuan . Berdasarkan tanggapan terhadap herbisida, gulma dikelompokkan atas gulma berdaun lebar (abroad leaves), gulma rerumputan (grasses), dan gulma teki (sedges). Pengelompokan yang terakhir ini banyak digunakan dalam pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisida (Fadhly, et al, 2004). Persaingan Tanaman dengan Gulma Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara,s erta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan rumputan dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung (Fadhly, et al, 2004). Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Tanman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung dimana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia V3, gulma hanya mengganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar dari tanaman jagung, atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara stadia V3 san V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma. Setelah V8 matang, tanaman telah cukup besar sehingga menaungi dan menekan pertumbuhan glma. Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika

62

terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994 dalam Fadhly, et al, 2004). Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi selama stadia pertumbuhan awal jagung, sehingga tanaman jagung kekurangan cahaya untuk fotosintesis. Gulma yang melilit dan memanjat tanaman jagung dapat menaungi dan menghalangi cahaya pada permukaan daun sehingga proses fotosintesis terhambat yang pada akhirnya menurunkan hasil (Fadhly, et al. 2004). Dibanyak daerah penanaman jagung, air merupakan faktor pembatas. Kekeringan yang terjadi pada stadia awal pertumbuhan vegetatif dapat mengakibatkan kematian tanaman. Kehadiran gulma pada stadia ini memperburuk kondisi cekaman air selama periode kritis, dua minggu sebelum dan sesudah pembungaan. Pada saat itu tanaman rentan terhadap persaingan dengnan gulma (Violic, 2000 dalam Fadhly, et al. 2004). Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Gulma dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali daya serap tanaman jagung. Pemupukan merangksang vigor gulma sehingga meningkatkan daya saingnya. Nitrogen merupakan hara utaman yang menjadi kurang tersedia bagi tanaman jagung karena persaingan dengan gulma. Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah diketahui melalui warna daun yang pucat. Interaksi positif penyiangan dan pemberian nitrogen umumnya teramati pada pertanaman jagung, dimana waktu pengendalian gulma yang tepat dapat mengoptimalkan penggunaan nitrogen dan hara serta menghemat penggunaan pupuk (Violic, 2000 dalam Fadhlt, 2004). Allelopati Beberapa spesis gulma menyebakan kerusakan lebih besar pada tanaman karena adanya bahan toksik yang dilepaskan dn menekan pertumbuhan jagung. Spesies gulma dileporkan menghasilkan bahan allelopati dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Gulma yang umum dijumpai pada pertanaman jagung yang mengeluarkan senyawa allelopati Nama Ilmiah

Nama Umum

63

Abutilon theophrasti

Velvetleaf

Agropyron repens

Quackgrass

Amaranthus sp.

Pigweed/Bayam

Ambosia sp

Rigweed

Avene fatua

Wild oat

Brassica sp.

Mustard

Chenopodium album

Common lambsquaters

Cynodon dactilon

Bermuda grass/ Glintingan

Cyperus esculentus

Yellow nutsedge

Cyperus rotundus

Purple nutsedge/ Teki

Digitaria sanguinalis

Crabgrass/ Genjoran

Echninochload crusgalli

Barnyardgrass/Padi burung

Helianthus annus

Sunflower/ Bunga Matahari

Imperata cylindrical

Speargrass/Alang-alang

Poa sp

Bluegrass

Porulaca oeracea

Common purslane/ Gelang

Rattboelia exaltata

Itchy grass/ Branjangan

Setaria faberi

Giant fostail

Sorghum helepense

Johnsongrass

Sumber: Lafitte et al (1994) dalam Fadhly (2004) Allelopati merupakan senyawa biokimia yang dihasilkan dan dilepaskan gulma ke dalam tanah dan mengambat pertumbuhan jagung. Senyawa tersebut masuk ke dalam linhkunga tumbuh tanaman sebagai sekresi dan hasil pencucian dari akar dan daun gulma yang hidup dan mati dan pembusukan vegetasi. Senyawa allelopati menghambat perkecambahan benih tanaman, dan menghambat perpanjangan akar sehingga menyebabkan kekacauan selluler dalam akar (Violic, 2000 dalam Fadhly, 2004). Pengendalian Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi degan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenagi, melaui budidaya dengan

64

pergiliran tanaman, penigkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut; membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman jagung umumnya dikendalikan dengan cara emkanis dan kimiawi. Penegndalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi memalui pemaduan dengan cara pengendalian lainya. Pengendalian secara mekanis Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak megolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma menggunakan herbisida. Pada uasahatani jagung yang menerapkan sistem olah tanah konservasi, pengolahan tanah banyak dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali. Pada tanah Podzolik Merah kuning (PMK) Lampung, hasil jagung tanpa olah tanah masih tetap tinggi hingga musin tanah ke-10 (Utomo, 1997 dalam Fadhly, 2004 ). Pembajakan dan penggaruan dapat secara berangsur dikurangi dan diganti dengan penggunaan herbisida atau pengelolaan tanah konservasi. Ketersediaan herbisida juga memungkinkan pemanfaatan lahan marjinal dan lahan miring yang bersifat rapuh terhadap pengolahan tanah konensiona. Penggunaan herbisida memungkinkan penanaman jagung langsung pada barisan tanaman tanpa olah tanah. Pada tanah Inceptisol Wolangi yang bertekstur liat (Tabel 2), gulma pada pertanaman tanpa olah tanah lebih sedikit daripada yang diolah secara konvensional, ayng tercermin dari bobot gulma yang lebih ringan. Pada tanah Ultisol Bulukumba yang bertekstur lempug berdebu, 21 hari setelah tanam yaitu menjelang penyiangan pertama, gulma pada petak tanpa olah tanah lebih sedikit dibanding pada petak yang diolah secara konvensional. Sebelum penanaman jagung, gulma dip petak tanpa olah tanah dikendalikan dengan penyemprotan herbisida,s edang di petak olah tanah konvensional, dikendalikan dengan

65

pengolahan tanah. Pada 42 hari setelah tanam, yaitu menjelang penyingangan kedua, dan menjelang panen, jumlah gulma hampir sama di kedua petak (Fadhly et al 2004). Menurut Robert dan Nielson et al (1981) dalam Fadhly (2004), jumlah benih gulma berkurang jika pengendaliannya menggunakan herbisida. Gulma pada 42 hari setelah tanam, yaitu menjelang penyiangan kedua, dan menjelang panen, jumlahnya hampir sama pada petak tanpa olah tanah dengan petak yang diolah secara konvensioanal. Pengendalian gulma dengan penyiangan menggunakan sabit, cangkul, dan alat ekanis nonmesin membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang tinggi. Untuk penyiangan dengan tangan seluas 1 ha lahan san biaya yang tinggi. Untuk penyiangan dengan tangan seluas 1 ha lahan pertanaman jagung setidaknya dibutuhkan 15 hari orang kerja (Violic, 2000 dalam Fadhly, 2004). Penyiangan gulma dengan tangan menyerap 25-70% tenaga yang dibutuhkan dalam proses produksi (Ranson, 1990 dalam Fadhly, 2004). Penggunaan herbisida merupakan salah satu cara mengatasi masalah gulma. Herbisida membuka peluanga bagi modifikasi cara penyiapan lahan konvensional yang menerapkan olah tanah intensif.

Tabel 2 Bobot gulma tanaman jagung tanpa olah tanah pada tanah Inceptisol bertekstur liat Wolangi, Kabupaten Bone. Bobot kering gulma (g/m2)

Cara penyiapan lahan 42 hari setelah tanam

mejelang panen

Tanpa olah tanah

6,0

4,7

Olah tanpa minimum

2,6

7,8

Olah tanah konvensional

11,6

23,8

Sumber : Efendi et al. (2004)

Kompetisi Jagung dengan Gulma Penyebab rendahnya produksi tanaman pertanian salah satunya adalah karena gangguan gulma. Gangguan gulma terhadap tanaman dapat terjadi karena adanya persaingan atau kompetisi dengan

tanaman atau dengan tanaman

budidaya dalam mendapatkan sarana tumbuh dimana keduanya mempunyai kebutuhan yang sama yaitu kebutuhan air, unsur hara, cahaya, CO2 dan ruang tumbuh. Sumber daya lingkungan yang sama seta sarana tumbuh yang terbatas

66

jumlahnya menyebabkan terjadinya kompetisi antara tanaman dengan gulma (Sastroutomo, 1990 dalam Eprim, 2006). Menurut Sukman dan Yakub (1991) dalam Eprim (2006) gulma juga dapat bersaing dengan tanaman dengan cara mengeluarkan senyawa allelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuahan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

dan biji, abnormalitas kecambah, terhambatnya

pertumbuhan memanjang akar, dan perubahan sel-sel akar tanaman. Senyawa – senyawa allelopati ini dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan antara lain pada daun, batang, akar, rhizom, serta bagian-bagian tumbuhan ya ng membusuk. Menurut Guntoro et al. (2003) dalam Eprim (2006) ekstrak bahan kering gulma Borreria alata, Ageratum conyzoides, dan Cyperus rotundus cenderung menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai dimana peningkatan konsentrasi ekstrak gulma tersebut cenderung meningkatkan pengaruh penghambatan terhadap seluruh pertumbuhan dan produksi kedelai. Gulma

yang

berkecambah

bersamaan

dengan

tanaman

kedelai

menyebabkan kehilangan panen yang lebih besar daripada gulma yang berkecambah setelah tanaman budidaya berkembang. Kemampuan tanaman jagung bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, dan saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman, serta tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies akan menentukan kemampuan bersaing karena perbedaan sistem fotosintesis, kondisi perakaran dan kedaan morfologinya. Spesies gulma yang tumbuh cepat, berhabitat besar dan memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies yang memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies yang memiliki metabolisme efisien adalah tumbuhan berjalur fotosintesis C4 dimana salah satunya adalah gulma Imperata cylindrica dari famili graminae (Sukman dan Yakub, 1995 dalam Eprim, 2006). Kehilangan hasil panen akibat kompetisi dengan gulma dapat dikurangi sampai kurang dari 5% dengan cara melakukan pengendalian gulma yang tepat selama periode kritis. Gulma yang tumbuh selanjutnya tidak akan memiliki

67

dampak serius lagi terhadap hasil panen dan memiliki kemampuan produksi bebih gulma yang rendah (Omafra, 2002 dalam Eprim, 2006). Periode Kritis Tanaman Nietto et al. (1968) dalam Eprim (2006) menyatakan bahwa kehadiran gulma di sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap produksi tanaman. Pada periode awal, kompetisi gulma hanya sedikit pengaruhnya terhadap tanaman, begitu pula pada akhir pertumbuhannya. Diantara kedua periode tersebut terdapat suatu periode dimana tanaman peka terhadap kehadiran gulma. Menurut Moenandir (1993) dalam Eprim (2006) periode dimana tanaman sangat sensitif terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis tanaman. Pada periode kritis tersebut tanaman berada pada kondisi sangat peka terhadap lingkungan, terutama terhadap kompetisi dalam penggunaan unsur hara, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Menurut Alddrich (1984) dalam Eprim (2006) pengendalian gulma pada saat periode kritis merupakan suatu keharusan untuk menghindari

terjadinya

gangguan

gulma

yang

berkelanjutan

sehingga

menurunkan hasil panen. Menurut Soejono (2002) dalam Eprim (2006) kompetisi tanaman dengan gulma berlangsung sejak awal pertumbuhan tanaman dimana semakin dewasa tanaman maka kompetisi dengan gulma akan semakin meningkat. Suatu saat kompetisi akan mencapai maksimum dan kemudian akan menurun secara bertahap. Menurut Omafra (2002) dalam Eprim (2006) penentuan periode kritis tanaman sangat dibutuhkan dalam penerapan sistem manajemen gulma terpadu. Periode kritis tanaman terjadi pada saat kompetisi dengan gulma mulai menunjukkan produksi tanaman sebesar 5%. Apabila gulma dapat dikontrol pada saat periode kritis maka gulma yang akan tumbuh selanjutnya tidak akan berpengaruh terhadap hasil panen. Nieto et al. (1968) dalam Eprim (2006) penentuan periode kritis tanaman berdasarkan percobaan dengan perlakuan setangkup antara periode penyiangan dan kompetisi gulma. Zimdahl (1980) dalam Eprim (2006) menggunakan cara tersebut untuk menentukan saat gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkontribusi secara aktif. Pada periode penyiangan gulma dan

68

tanaman budidaya ditumbuhkan secara bersama-sama untuk jangka waktu tertentu sampai gulmanya disiangi, selanjutnya tanaman budidaya ditumbuhkan bebas gulma sampai panen. Pada periode kompetisi gulma tanaman dibiarkan bebas gulma untuk berbagai periode tertentu sejak pertanaman, setelah ini tanaman budidaya dibiarkan tumbuh bersama-sama gulma hingga panen. Menurut Soejono (2002) dalam Eprim (2006), faktor yang mempengaruhi periode kritis pada tanaman budidaya yaitu jenis tanaman atau jenis gulma, cara budidaya tanaman yang meliputi ukuran benih , saat tanam dan jarak tananam yang digunakan seta kesuburan dan lengas tanah. Menurut Omafra (2002) dalam Eprim (2006) beberapa penelitian pada jagung dan kedelai menunjukkan baha periode kritis bervariasi tergantung pada jenis tanah dan sistem pengolahan tanah dimana akhir masa kritis berlangsung sedikit lebih lama pada jenis tanah liat daripada penggunaan sistem tanpa olah tanah. Pada tanah pasir yang bertekstur ringan, dampak dari adanya kompetisi dengan gulma terjadi pada fase pertumbuhan tanaman yang lebih awal daripada tanah yang memiliki tekstur berat. Menurut Moenandir (1993) dalam Eprim (2006) periode kritis yang diakibatkan oleh persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma bergantung dari waktu tanam, jenis tanah, perbedaan musim tanam, termasuk perbedaan kadar air tanah, perbedaan kesuburan tanah, pola tanaman tunggal atau ganda. Periode kritis tanaman juga ditentukan oleh derajat kompetisi yang dipengaruhi oleh spesies, kepadatan gulma dan tanaman, serta keadaan iklim dan lingkungan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984 dalam Eprim 2006). Perubahan faktorfaktor

lingkungan

kompetisi

karena

perubahan-perubahan

ini

dapat

mempengaruhi perkecambahan biji dan kecepatan pertumbuhan dari gulma maupun tanaman budidayanya secara berbeda-beda (Aldrich, 1984 dalam Eprim, 2006). Pengetahuan periode kritis untuk persaingan gulma sangat penting artinya dalam usaha mencapai efisiensi tindakan pengendalian gulma baik dari segi waktu, biaya dan tenaga. Periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma berkisar antar 33-50% dari umur tanaman (Sukman dan Yakub, 1995 dalam Eprim, 2006). Sukman dan Yakub (1999) dalam Eprim (2006) mrnyatakan bahwa periode kritis tanaman berada pada awal pertumbuhannya, yaitu antara 25-33% pertama dari siklus hidup

69

tanaman tersebut. Walaupun demikian menurut Zimdahl (1980) dalam Eprim (2006) konsep periode kritis pengendalian ini pada beberapa jenis jenis tanaman budidaya tertentu terhadap kompetisi gulma yang terjadi pada semua peride pertumbuhannya. Penentuan periode kritis sangat penting artinya untuk menghindari kehilangan hasil akibat persaingan dengan gulma. Menurut Syawal (1990) dalam Eprim (2006) untuk mendapatkan hasil maksimum jagung manis, penyaingan gulma cukup dilakukan dua kali yaitu pada periode kritis tanaman yaitu 20 HST dan 50 HST dengan pemberian pupuk 300 kg/ha. Periode kritis yang berbeda akibat derajat kompetisi tanaman dengan gulma yang berbeda salah satunya disebabkan oleh jarak tanam. Menurut O’Hanlon (2001) dalam Eprim (2006) jarak tanam berperan penting dalam menentukan periode kritis tanaman akibat kompetisi dengan gulma dimana pada jarak baris 30 inchi atau lebih, periode kritis tanaman dimulai pada saat fase pembentukan daun trifoliate yang ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak baris yang sempit maka periode kritis tanaman akan lebih cepat. Menurut Mimbar (1986) dalam Eprim (2006) pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan enyerapan cahaya matahari yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Pengaturan jarak tanam yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam tingkat kompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari antara tanaman dengan gulma, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tanaman

70

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum bab periode kritis ini dilaksanakan mulai dari tanggal 12 Oktober 2009 sampai 16 Oktober 2009 bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan. 3.2 Bahan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain benih tanaman jagung manis, pupuk (Sp-18, Urea, KCl), insektisida, dan fungisida. Peralatan yang digunakan antara lain kored, cangkul, sprayer, kuadran 0,5 m x 0,5 m, oven, meteran, timbangan, dan pisau. 3.3 Metode Percobaan Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Penentuan periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma menggunakan Nieto et al.,(1986), yaitu dengan membuat percobaan yang perlakuannya setangkup antara periode penyiangan dan periode kompetisi. Sehingga, dapt diketahui pada saat kapan gulma secara nyata menurunkan hasil dan pada saaat kapan kompetisi gulma tidak menyebabkan hasil menurun secara nyata. Perlakuan yang dicobakan yaitu :

Bersih gulma 0-2 MST Bersih gulma 0-4 MST Bersih gulma 0-6 MST Bersih gulma 0-8 MST Bersih gulma 0-10 MST Bersih gulma 0-12MST (panen) Bergulma 0-2 MST Bergulma 0-4 MST Bergulma 0-6 MST Bergulma 0-8 MST Bergulma 0-10MST Bergulma 0-12 MST (panen)

71

Percobaan dilakukan dengan empat ulangan. Satuan percobaan berupa petak dengan ukuran 5 m x 4 m. Total percobaan terdapat 48 satuan percobaan. Tanamn jagunga manis ditanam dengan menggunakan jarak tanamn 80 cm x 25 cm dengan satu benih per lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 300 kg Urea/ha, 300 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pemberian furadan 3G dilakukan pada saat tanam dengan dosis 12 kg/ha. Pengamatan Peubah yang diamati antara lain : 1. Bobot kering gulma total dan gulma dominan Pengamatan dilakukan dengan mengambil 2 petak contoh secara acak dengan kuadrat 0,5 x 0,5 m pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST. Gulma yang ada dal;am petak cotoh tersebut dipotong tepat setinggi permukaan tanah. Gulma dan tanaman hasil panen kemudian dikeringkan dalam oven sampai mencapai berat konstan , kemudian ditimbang. 2. Bobot kering biomass tanaman jagung Pengamatan dilakuakn dengan memotong tanaman jagung sebanyak tiga contoh tanaman yang ditentukan secara acak pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST dengan cara memotong tepat setinggi permukaan tanamn, selanjutnya dioven dan ditimbang. 3. Tinggi tanaman dan jumlah daun diamati dari 10 tanaman contoh yang ditentukan secara acak. Pengamatan dilakkukan pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST. 4. Bobot basah tongkol berklobot dan tanpa kelobot per tongkol pada saat panen yang diamati dari 10 tanaman contoh. 5. Bobot basah tongkol berklobot dan tanpa kelobot ubinan (2 m x 2 m). Penentuan periode kritis dilakukan dengan cara membuat grafik dari peubah respon tanaman terhadap kondisi bebas gulma dan kondisi bergulma dari saat awal penanaman sampai akhir pengamatan (sampai panen). Grafik tersebut seperti tertera dalam Gambar 2 di bawah ini.

72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Grafik Periode Kritis

Perlakukan Bersih gulma 0-2 MST

Bersih gulma 0-4 MST

Bersih gulma 0-6 MST

Kelompok 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST A 0.46 3.2 7.4 8 16 B 0.205 0.237 3.29 3 C 0.463 3.263 4.75 6.81 15.346 D 0.905333 0.972333 2.527667 8.794667 8.896333 0.51 1.92 4.49 6.65 13.41 A 1.65 1.744 23.26 36.79 57.32 B 0.1712 0.4532 3.223 4.5713 C 18 59.8 10.4 16.9 70 D 1.116 1.252333 2.454 5.355667 7.334333 5.23 15.81 9.83 15.90 44.88 A 0.313 2.059 2.826 14.97 20 73

12

2 6 1 6

4 2

B C D Bersih gulma 0-8 MST

Bersih gulma 0-10 MST

Bersih gulma 0-12 MST

Bersih gulma 0-2 MST Bersih gulma 0-4 MST Bersih gulma 0-6 MST Bersih gulma 0-8 MST Bersih gulma 0-10 MST Bersih gulma 0-12 MST Bersih gulma

Bersih gulma Bergulma

A B C D

0.565 0.296 0.238 0.35

0.976 1.662667 0.284 1.25 0.736 0.182667 0.42

1.29 12.44 0.59 4.29 2.979 19.5

1.743

0.667 5.79 20.00 2 20.017 12.5 26.33333 17.93333 18

25.752 12.97

48.756 16.64

50.432 24.30

82.07 42.81

109.566 46.67

A

0.1

0.204

0.774

0.89

0.703

B C D

0.078 0.474 0.405 0.26

0.358666 3.08 0.437 1.02

1.152 4.75 3.223 2.47

0.358666 76.5 2.102 19.96

4.243 84.5 2.885 23.08

A

0.11

2.94

6.21

10.7

33.8

B C D

0.363

1.057

1.12

0.9175

0.9033

1.347

1.843

2.197

2.263

3.163

0.256667 1.190333 18.14867 45.76667 92.87733 0.52 1.76 6.92 14.91 32.69

2 MST 0.91 5.23 0.35 12.97

4 MST 0.97 15.81 1.25 16.64

6 MST 2.53 9.83 4.29 24.30

8 MST 8.79 15.90 5.79 42.81

10 MST 8.90 44.88 20.00 46.67

12 MST 6.75 49.27 25.98 82.02

0.26

1.02

2.47

19.96

23.08

23.13

0.52 3.37

1.76 6.24

6.92 8.39

14.91 18.03

32.69 29.37

36.56 37.28

2 MST 3.37 5.02

4 MST 6.24 8.35

6 MST 8.39 11.53

8 MST 18.03 20.49

10 MST 29.37 24.72

12 MST 37.28 55.82

74

21 8

2

2

3

9 3

Data

Berat

Basah

Tongkol (gram)

Perlakukan

Bersih

gulma

MST

Bersih

gulma

MST

Bersih

gulma

MST

Bersih MST

gulma

Kelompok

Berkelobot

Tanpa kelobot

A

-

-

0-2 B

-

-

C

205.61

193.87

D

-

-

A

49.95

44.8

0-4 B

-

-

C

-

-

D

-

-

A

74

53.5

0-6 B

-

-

C

-

-

D

-

-

A

41.5

35

-

-

C

0.425556

0.33222

D

-

-

0-8 B

75

Bersih

gulma

A

-

-

0-10 B

-

-

C

260

163.5

D

mati

Mati

A

-

-

0-12 B

-

-

C

-

-

D

-

-

A

-

-

B

58.2

-

C

10.76

7.88

D

mati

Mati

A

mati

mati

B

-

-

C

8.33

-

D

-

-

A

-

-

B

-

-

C

0.38888889

0.302222222

D

-

-

A

mati

Mati

B

-

-

C

-

-

D

-

-

A

-

-

B

-

-

C

0.246667

0.193333

D

-

-

A

-

-

B

-

-

C

-

-

MST

Bersih

gulma

MST

Bergulma 0-2 MST

Bergulma 0-4 MST

Bergulma 0-6 MST

Bergulma 0-8 MST

Bergulma 0-10 MST

Bergulma 0-12 MST

76

D

-

-

Dari tabel berat basah tongkol dalam gram tersebut diatas dapat kita lihat bahwa dari beberapa perlakuan yang diujikan yaitu mulai dari perlakuan bersih gulma yaitu mulai dari

0-2 MST sampai bersih gulma 0-12 MST dan perlakuan

bergulma dari bergulma 0-2 MST sampai bergulma 0-12 MST ada beberapa data yang kosong, hal ini mungkin disebabkan karena ada beberapa kelompok yang pada

saat

itu

tidak

mengamati

Data Anova Tinggi Tanaman sumber keragaman

Db

JK

ulangan

3

perlakuan 2 galat

Pr > F

KK

26.3103 8.77011 6.45

0.0015

23.5638

11

10.3182 0.93802 0.69

0.7385

33

44.889

total

47

81.5176

ulangan

3

13994.5 4664.85 26.5

0.0001

perlakuan 4

11

1480.39 134.581 0.76

0.6711

33

5808.24 176.007

total

47

21283.2

ulangan

3

26170.5 8723.49 13.68

0.0001

perlakuan 6

11

4700.8

0.7554

galat

32

20409.5 637.796

total

46

51280.8

ulangan

3

38735.3 12911.8 15.86

0.0001

perlakuan 8

11

12211.2 1110.11 1.36

0.2387

31

25236.1 814.068

total

45

76182.6

ulangan

3

193.541 64.5138 9.84

0.0002

perlakuan 10

11

156.551 14.2319 2.17

0.0545

galat

24

157.33

38

507.423

galat

galat

total

MST

MST

MST

MST

MST

KT

F Hit

1.36027

427.345 0.67

29.8665

38.2769

35.4585

30.5401

6.55544

77

ulangan

3

255.57

perlakuan 12

11

142.173 12.9248 1.15

20

224.315 11.2157

34

622.057

MST

galat total

85.19

7.6

0.0014

44.7214

0.3759

Dari data anova tinggi tanaman diatas dapat diketahui bahwa pengamatan tinggi tanaman jagung mulai dari 2 MST sampai 12 MST baik dengan perlakuan dengan gulma maupun dengan perlakuan tanpa gulma. Dari data 2 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0015 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 2 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,7385 maka secara umum untuk 2 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 4 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 4 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,6711 maka secara umum untuk 4 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 6 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 6 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,7554 maka secara umum untuk 6 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 8 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 8 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

78

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,2387 maka secara umum untuk 8 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 10 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0002 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 10 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,0545 maka secara umum untuk 10 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 12 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0014 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 12 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih besar dari 0,3759 maka secara umum untuk 12 MST tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan tinggi tanaman. Dari pembahasan Pr>F diatas dapat kita ketaui bahwa dari 6 masa tanam yang di bahas hanya 1 yang tidak sesuai korelasinya antara MST dan tinggi tanaman yaitu pada 12 MST, akan tetapi secara umum dapat disimpulkan bahawa berdasarkan data anova tinggi tanaman nilai dari MST berkorelasi positif dengan nilai tinggi tanaman dengan 4 yang mempunyai ragam yang melebihi batas normal yaitu 30

Data Anova Jumlah Daun sumber keragaman ulangan perlakuan galat

2 MST

db

JK

3

KT

F Hit

Pr > F

KK

12.1028 4.03428 3.38

0.0302

25.6901

11

14.5909 1.32645 1.11

0.3855

32

38.2424 1.19508

79

total

46

64.9362

ulangan

3

67.7292 22.5764 10.56

0.0001

perlakuan 4

11

11.7292 1.06629 0.5

0.8901

33

70.5208 2.13699

total

47

149.979

ulangan

3

115.076 38.3588 12.67

0.0001

perlakuan 6

11

32.2273 2.92975 0.97

0.494

galat

32

96.9091 3.02841

total

46

244.213

ulangan

3

5.29308 1.76436 7.02

0.001

perlakuan 8

11

3.22871 0.29352 1.17

0.3477

31

7.79128 0.25133

total

45

16.3131

ulangan

3

209.815 69.9382 17.47

0.0001

perlakuan 10

11

109.709 9.97356 2.49

0.0298

galat

24

96.0659 4.00274

total

38

415.59

ulangan

3

16.2481 5.41603 17.19

0.0001

perlakuan 12

11

2.31594 0.21054 0.67

0.7513

20

6.30133 0.31507

34

24.8654

MST

galat

MST

MST

galat

galat total

MST

MST

30.1153

30.6333

19.1618

30.4792

21.532

Dari data Anova Jumlah Daun yang terdiri dari 6 masa setelah tanam dapt kita lihat bahwa untuk KK yaitu koefesien keragaman pada 4 MST, 6 MST, 10 MST, nilainya lebih dari 30 hal ini menunjukkan bahwa dari 6 masa setelah tanam ada 50% yang keragamannya melebihi standart normal. Untuk data 2 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 2 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,3855

80

Untuk data 4 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 4 MST ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,8901 Untuk data 6 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 6 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,494 Untuk data 8 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 8 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,3477 Untuk data 10 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 10 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,0298 Untuk data 12 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 12 MST ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,7513 Dari seluruh rentang waktu diatas dapat disimpulkan bahwa untuk hubungan secara umum antara jumlah daun dengan Minggu Setelah Tanam dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah daun dengan minggu setelah tanam.

Data Anova Berat Kering Jagung sumber keragaman

db

JK

Ulangan

3

perlakuan Galat

2 MST

total ulangan perlakuan

4 MST

KT

F Hit

Pr > F

KK

67.7781 22.5927 0.58

0.6339

130.641

11

582.767 52.9788 1.36

0.256

23

895.61

37

1546.15

3

25.7726 8.59087 2.56

0.0739

11

24.7577 2.2507

0.755

38.9396

0.67

97.4789

81

galat

30

100.825

total

44

151.355

ulangan

3

14.5201 4.84003 1.41

0.2585

11

58.6745 5.33405 1.55

0.1625

31

106.404 3.43239

total

45

179.599

ulangan

3

47.7251 15.9084 2.9

0.0576

11

52.2271 4.74792 0.87

0.5827

22

120.519 5.47812

total

36

220.471

ulangan

3

71.0959 23.6986 4.32

0.0139 0.9268

perlakuan galat

perlakuan galat

6 MST

8 MST

perlakuan

10

11

26.06

2.36909 0.43

galat

MST

25

137.227 5.48906

total

39

234.382

ulangan

3

99.4116 33.1372 7.35

0.0023 0.4819

perlakuan

12

11

49.7291 4.52083 1

galat

MST

17

76.5984 4.50579

31

225.739

total

61.5995

57.2827

85.0177

66.0565

Dari data anova berat kering jagung dapat diketahui bahwa dari nilai keragaman dari 6 masa yang diamati yaitu dari 2 MST sampai 12 MST nilai keragamannya sangat besar yaitu diatas standart ragam normal 30. Untuk 2 MST nilai Pr>F untuk ulangan melebihi 0,05 yaitu 0,6336 dan pada perlakuan nilai Pr>F kurang dari alpha yaitu 0,256 hal ini berarti pada 2 MST tidak ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 4 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0739 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,755 hal ini berarti pada 4 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 6 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,2585 dan pada perlakuan nilai Pr>F kurang dari alpha yaitu 0,1625 hal ini berarti pada 4 MST tidak ada korelasi antara berat kering jagung.

82

Untuk 8 MST nilai Pr>F untuk ulangan lebih dari 0,05 yaitu 0,0576 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,5827 hal ini berarti pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 10 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0139 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,9268 hal ini berarti pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 12 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0023 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,4819 hal ini berarti pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Dari analisis diatas dari 6 masa tanam yang diamati ada 2 masa tanam yang tidak berkorelasi hal ini berarti secara umum dari 6 masa tanam yang diamati dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering jagung.

Data Anova Berat Kering Gulma sumber keragaman

db

JK

ulangan

3

Pr > F

KK

25.6247 8.54158 6.93

0.0011

43.2939

11

8.12179 0.73834 0.6

0.815

31

38.2158 1.23277

total

45

71.9623

ulangan

3

50.8344 16.9448 5.69

0.0032

11

29.8865 2.71695 0.91

0.5405

31

92.3186 2.97802

total

45

173.039

5405ulangan

3

54.4633 18.1544 2.76

0.0588

11

135.494 12.3176 1.87

0.0836

31

203.986 6.58021

Total

45

393.943

ulangan

3

3.25581 1.08527 0.2

0.8938

11

84.3764 7.67058 1.43

0.214

28

150.104 5.36085

perlakuan galat

perlakuan galat

perlakuan Galat

perlakuan Galat

2 MST

4 MST

6 MST

8 MST

KT

F Hit

51.7045

63.9664

68.052

83

Total

42

237.736

ulangan

3

16.4724 5.4908

1.25

0.3119 0.0225

perlakuan

10

11

125.206 11.3823 2.59

Galat

MST

26

114.196 4.39216

Total

40

255.874

ulangan

3

67.7781 22.5927 0.58

0.6339 0.256

perlakuan

12

11

582.767 52.9788 1.36

galat

MST

23

895.61

37

1546.15

Total

51.9126

130.641

38.9396

Dari data Anova berat kering gulma dapat dilihat bahwa dai 6 masa tanam yang diamati, semuanya menunjukkan keragaman diatas normal yaitu melebihi standart normal keragaman yaitu 30. Untuk 2 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0011 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,815 hal ini menunjukan pada 2 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 4 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0032 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,5405 hal ini menunjukan pada 4 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 6 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0588 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,0836 hal ini menunjukan pada 6 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 8 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,8938 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,214 hal ini menunjukan pada 8 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 10 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,3119 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,0225 hal ini menunjukan pada 10 MST tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 12 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,6339 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,256 hal ini menunjukan pada 12 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

84

Dari pembahasan data diatas dapat diketahui bahwa untuk hubungan antara masa tanam dengan berat kering gulma secara umum berkorelasi positif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan ke empat tabel Anova Pr>F diatas dapat kita ambil empat kesimpulkan bahwa yang pertama nilai dari MST berkorelasi positif dengan nilai tinggi tanaman dengan 4 yang mempunyai ragam yang melebihi batas normal yaitu 30. Yang kedua, jumlah daun dengan Minggu Setelah Tanam tidak ada hubungan.Yang ketiga tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering jagung.Yang keempat, hubungan masa tanam dengan berat kering gulma secara umum berkorelasi positif. 5.2 Saran Untuk praktikum pengendalian gulma ini diusahakan agar waktu masuknya lebih ketat sehingga bisa melatih kedisiplinan mahasiswa.

85

DAFTAR PUSTAKA

Eprim, Yeheskiel Sah. 2006. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam di Lahan Alang-alang (Imprata cylindrica (L.)Beauv.). Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Fadhly, A.F. dan Tabri, F. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Syaefullah, Enrico. 2004. Modifikasi Atmosfer Dengan Konsentrasi CO2 Terhadap Perkembangan Sitophilus zeamais Selama Penyimpanan Jagung. Pengantar ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor

86

APPLIKASI HERBISIDA

Disusun Oleh : Vicky Oktarina Chairunnissa

A24070121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

87

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian gulma. Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya. Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan. Contoh: 

glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino

aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat 

fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena

menjadi substrat dari enzim glutamin sintase.

88

Untuk menguji keefektivan suatu hasil aplikasi herbisida dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu cara biologi dan cara fisik. Cara biologi dilakukan dengan mengamati tamping respon tumbuhan (gulma) setelah aplikasi. Respon tumbuhan akibat herbisida bervariasi antara testimulasi sampai kematian total. Biasanya untuk menilai hasil suatu aplikasi tersebut dapat digunakan skor, seperti yang diperkenalkan oleh EWRC. Cara fisik dilakukan dengan mengamati produksi butiran semprot, baik dalam populasi maupun ukran butiran semprot. Metode ini dilakukan dengan menggunakan kertas peka air (water sensitive paper). Aplikator secara umum dibagi menjadi tiga kelas, berdasarkan volume semprot yang dialokasikan setiap hektar. Pembagian ini meliputi LV (Low Volume), HV (High Volume), dan ULV (Ultra Low Volume). Masing-masing alat ini memberikan konsekuensi yang berbeda terutama dalam hal penyediaan air bersih, konsentrasi herbisida dalam tangki, ukuran butiran semprot yang memberikan pengaruh efektivitas herbisida. Keberadaan gulma di pertanaman dapat menimbulkan masalah yang cukup berat, karena gulma berkompetisi secara fisik maupun kimiawi dengan tanaman pokok. Selain itu, gulma juga menjadi tumbuhan inang dan dapat menciptakan kondisi yang optimal bagi perkembangan penyakit. Mengingat besarnya kerugian yang disebabkan oleh gulma, maka perlu dipikirkan cara pengendalian yang tepat. Penggunaan herbisida merupakan metode pengendalian yang paling efisien dan menguntungkan, antara lain: (1) mengurangi tenaga kerja, (2) pekerjaan menjadi lebih cepat, (3) mampu mengendalikan gulma yang sulit disiangi secara mekanis, (4) mampu mengendalikan gulma sejak awal (pra tumbuh), (5) menghindari kerusakan akar tanaman pokok, (6) menghindari pembentukan cekungan pada areal pertanaman akibat penyiangan secara mekanis, dan (7) mengurangi erosi tanah. Herbisida mutakhir biasanya ditandai dengan kemampuan kerjanya yang selektif. Dalam percobaan ini digunakan beberapa herbisida pasca tumbuh terhadap pengendalian gulma di pertanaman karet menghasilkan. Gulma di perkebunan karet dapat merugikan baik produksi karet itu sendiri maupun gangguan terhadap kegiatan pengelolaannya yang pada akhirnya menurunkan keuntungan usaha perkebunan tersebut. Penting tidaknya suatu jenis

89

gulma di suatu areal perkebunan karet ditentukan atas tingkat kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gulma tersebut terhadap pertumbuhan, produksi maupun gangguan yang ditimbulkan terhadap pengelolaan perkebunan karet. Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan. Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit.

1.2

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara aplikasi herbisida dengan benar dan mempelajari cara pengendalian gulma pada perkebunan karet dengan menggunakan herbisida.

90

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan, potensi, dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Menurut Rochecouste (1971) gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, bersifat agresif dalam bersaing dengan tanaman liar, sulit diberantas, mudah tumbuh menjadi populasi besar dan kurang berguna. Gulma adalah suatu tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirdjo, et. al., 1984). Smith (1981) menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman bududaya adalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hama, dan penyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi

energi

dalam

pengendaliannya,

menghalangi

sistem

irigasi,

menyebabkan keracunan dan luka pada manusia dan hewan, serta mengurangi nilai dan produktivitas dan estetika lahan. Penurunan hasil tanaman akibat munculnya gulma disebabkan oleh terjadinya persaingan (kompetisi) antara gulma dan tanaman untuk memperebutkan unsure hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Menurut Sukman dan Yakup (1991), beberapa jenis gulma tertentu menyerap lebih banyak unsure hara daripada tanaman budidaya. Pada dasarnya jenis gulma di suatu daerah berbeda dengan daerah lain, walaupun pada tanaman budidaya yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh iklim, rotasi tanaman, dan tindakan agronomis yang tidak sama. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Pada daerah yang baru diolah, gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim. Sedangkan pada perkebunan yang telah ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah jenis gulma tahunan. Penyebaran gulma ditentukan pula oleh perbedaan ketinggian suatu tempat. Tempat di dataran tinggi cenderung lebih banyak populasinya dibandingkan dengan di dataran rendah (Tjitrosoedirdjo, 1984). Penyebaran gulma dari suatu tempat ke tempat lain antara lain disebabkan oleh: manusia, hewan, angin, dan alat-alat pertanian (Sukman dan Yakup, 1991). Biji gulma juga dapat disebarkan melalui aliran irigasi (Wilson dan Furer, 1996).

91

Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat menyebabkan, kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Misalnya, gulma yang terdiri dari jenis Paspalum Conjugatum, Axonopus Compress dan Digitaria adscendens dibiarkan tumbuh tanpa pengendalian mengakibatkan sebanyak 85% bibit karet menjadi tidak memenuhi syarat untuk diokulasi karena pertumbuhan lilitan batang yang terhambat. P. conjugatum juga telah dilaporkan dapat menekan pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lilit batang berturut-turut sebesar 80%, 89% dan 53% dipembibitan karet (Nasution, 1986). Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di perkebunan karet. Pengendalian secara khemis dilakukan dengan cara penyemprotan pada sepanjang strip sepanjang barisan tanaman. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin disamping pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding dengan metoda lain seperti membabat dan mengikis. Pengendalian gulma didefinisikan sebagai proses untuk membatasi infestasi gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Pengendalian hanya bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomik, atau tidak melampaui ambang ekonomi (economic threshold). Pengendalian gulma tidak bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat nol (Sukman dan Yakup, 1991). Pengendalian gulma merupakan salah satu komponen penting hamper di setiap sistem produksi pertanian, karena hasil panen sangat dipengaruhi oleh adanya gulma (Sastroutomo, 1990). Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Teknik pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah: preventif, mekanis, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu (integrated weed management). Pemeliharaan tanaman menghasilkan mencakup pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta penunasan. Pengendalian gulma merupakan salah satu

92

komponen penting hamper di detiap sistem produksi tanaman, karena hasil panen dipengaruhi oleh adanya gulma (Sastroutomo, 1990). Contoh pengendalian gulma secara kimiawi adalah dengan menggunakan herbisida. Namun menurut Bangun (1988), penggunaan satu macam herbisida sejenis secara terus-menerus tidak dianjurkan karena akan mengubah dominasi dan komposisi gulma. Oleh karena itu, perlu dilakukan kombinasi pengendalian gulma dengan cara-cara lain, seperti menggunakan tangan (manual). Johnson, et. al. (1998), menambahkan bahwa hasil pengendalian gulma yang memuaskan telah dicapai melalui penggunaan herbisida, namun penggunaan herbisida juga dapat mempengaruhi komposisi spesies dan kepadatan (density) gulma di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama. Suhardi

(2002)

menyatakan

bahwa

pengendalian

gulma

dengan

menggunakan herbisida memerlukan sedikit tenaga kerja, total biaya lebih rendah, perusakan perakaran dan erosi dapat dihindarkan dan dapat pula mengendalikan gulma yang tidak terjangkau dengan pengendalian mekanis. Di samping keunggulan cara kimia (herbisida) yang dapat menghindarkan keadaan di atas, terdapat pula kelemahan cara tersebut. Pengendalian gulma dengan herbisida merupakan suatu penerapan teknologi tinggi, sehingga diperlukan keterampilan yang cukup baik dalam pemakaiannya baik yang berhubungan dengan keselamatan, dosis, maupun manipulasi unsur lingkungan lainnya (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida dapat berhasil tergantung dari kemampuan herbisida dapat berhasil tergantung dari kemampuan herbisida untuk membasmi beberapa jenis gulma dengan tidak menimbulkan efek yang merugikan pada tanaman budidaya. Herbisida adalah bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan normal tumbuhan (Ashton dan Monaco, 1991). Tjitrosoedirdjo et. al. (1984) menyatakan bahwa cara umum yang dilakukan dalam pengendalian gulma di perkebunan adalah kimia dengan menggunakan herbisida. Aplikasi herbisida sebagai salah satu alternative untuk mengendalikan gulma menyebabkan penggunaan herbisida yang semakin meluas dalam bidang pertanian terutama pada perkebunan-perkebunan besar.

93

Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Ashton dan Crafts (1981) membagi herbisida menjadi tiga golongan berdasarkan sifat kimia, sifat selektivitas, dan cara pengendalian gulma. Menurut sukman dan Yakup (1991), penggunaan herbisida sendiri mulai berkembang pesat sejak diperkenalkannya senyawa 2,4-D sebagai herbisida pada tahun 1944. Penemuan tersebut dinilai memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan produksi tanaman per satuan luas dan menghemat penggunaan tenaga kerja. Selain itu, penggunaan herbisida memberikan keuntungan yang tidak didapat pada sistem pengendalian gulma secara manual seperti vegetasi pratanam di lahan dapat difungsikan sebagai mulsa, mempercepat waktu panen, dan lainlain. Keuntungan

penggunaan

herbisida

yang

lain

diantaranya:

dapat

mengendalikan gulma sebelum mengganggu, dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman, lebih efektif dalam membunuh gulma tahunan dan semak belukar, dalam dosis rendah dapat berperan sebagai hormone tumbuh, dan dapat meningkatkan produksi tanaman budidaya dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa. Metode pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: (1) fisik, (2) kultur teknis, (3) kimia, dan (4) biologi. Metode pengendalian gulma secara kimia umumnya menyangkut herbisida. Glifosat, metsulfuron metil, dan 2,4-D termasuk jenis herbisida sistemik yang sering digunakan pada areal perkebunan. Menurut Tjitrosoedirdjo et. al. (1984) keuntungan menggunakan herbisida disbanding manual adalah: (1) pekerjaan lebih cepat dan tenaga kerja lebih sedikit, (2) kerusakan pada akar tanaman terhindari, (3) erosi tanah lebih kecil terutama pada daerah miring, dan (4) pembentukan

cekungan-cekungan

atau

parit-parit

yang

mengakibatkan

terkumpulnya air hujan dapat dihindari. Secara umum, herbisida dapat digolongkan berdasarkan waktu aplikasi, selektivitas, dan pergerakan dalam tanaman (Herman Pane, 1984). Berdasarkan waktu aplikasi, herbisida dapat dibagi menjadi herbisida pra tanam (pre planting), yaitu herbisida yang diaplikasikan pada gulma yang sedang tumbuh sebelum tanam, herbisida pra tumbuh (pre emergence), yaitu herbisida yang diaplikasikan

94

saat gulma dan tanaman berkecambah, dan herbisida pasca tumbuh (post emergence) yang diaplikasikan setelah gulma dan tanaman tumbuh. Berdasarkan selektivitas, herbisida dapat digolongkan menjadi herbisida selektif, yaitu herbisida yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan jenis gulma tertentu, tapi tidak membunuh tanaman, dan herbisida tidak selektif, yaitu herbisida yang dapat membunuh gulma maupun tanamannya. Sedangkan berdasarkan pergerakan dalam tanaman, herbisida ada yang bersifat kontak, yaitu langsung mematikan bagian gulma yang terkenan. Sifat herbisida yang lain ialah sistemik, yaitu herbisida ditranslokasikan dan mengumpul ke bagian sasaran dahulu, baru mematikan gulma (Bangun, 1985). Kelemahan penggunaan herbisida adalah dapat menimbulkan efek samping seperti: mengakibatkan resistensi beberapa spesies gulma, menimbulkan polusi, dan residunya dapat meracuni tanaman. Menurut Cousens dan Mortimer (1995) dalam Johnson et. al. (1998), keanekaragaman spesies dan kepadatan gulma telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir akibat semakin berkembangnya penggunaan herbisida-herbisida yang memiliki tingkat efektivitas tinggi. Herbisida adalah salah satu senyawa organic atau anorganik yang dapat mematikan tumbuhan atau menghambat pertumbuhan normalnya. Efikasi suatu herbisida bersifat relative, bergantung pada konsentrasi dan dosisnya. Pada konsentrasi tertentu beberapa tumbuhan dapat mati, sedangkan tumbuhan lainnya tidak terpengaruh sama aekali. Semua herbisida bersifat fitotoksik pada konsentrasi tinggi (Ashton dan Monaco, 1991). Bahan aktif herbisida tidak dapat dijual dalam bentuk murni karena harganya sangat mahal, sangat beracun, sangat berbahaya, serta sulit digunakan di lapangan. Karena itu, bahan aktif ini diformulasikan terlebih dahulu dengan bahan-bahan pembantu. Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Kebetulan aplikasi suatu herbisida dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: jenis herbisida, formulasi herbisida, ukuran butiran semprot, volume semprotan, dan waktu pemakaian (pra pengolahan, pra tanam,

95

pra tumbuh, atau pasca tumbuh). Factor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan aplikasi herbisida adalah sifat kimia dari herbisida itu sendiri, iklim, kondisi tanah, dan aktifitas mikroorganisme. Teknik penyemprotan dan air pelarut yang digunakan juga mempengaruhi efektivitas herbisida yang diaplikasikan (Utomo et. al., 1998). Herbisida dapat diformulasikan dalam bentuk wettable powder (WP), flowable (FW), emulsifiable concentrate (EC), granules (G), dusts, fumigants, aerosols, dan juga dalam bentuk batangan lilin (wax bars). Wettable powder adalah bubuk padat yang amat halus yan g dapat segera membentuk suspense di dalam air. WP dibuat dengan menjenuhkan bahan herbisida teknis pada lempung (kaolin). Kemudian ditambahkan bahan pembasah (wetting agent) dan bahan pencampur (dispersing agent) kepada formulasi untuk menstimulasi pembasahan dan pencampuran partikel padat tersebut dengan air. Biasanya partikelpadat tersebut akan mengendap ke dasar tangki sehingga diperlukan pengadukan yang terus-menerus selama penyemprotan. Bahan aktif dari formulasi herbisida secara langsung menentukan efektivitas herbisida itu. Setiap formulasi herbisida terdapat perbedaan walaupun berbahan aktif sama, misalnya surfaktan dan jenis carrier (pembawa). Surfaktan digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan, menambah pembasahan, dan mempermudah kontak dengan permukaan daun. Surfaktan sering disebut sebagai bahan pembasah (wetting agent). Hal ini yang dapat menyebabkan perbedaan efikasi. Formulasi ini bersifat mengikis sehingga akan merusak pompa dan nosel peralatan. Dosis herbisida adalah jumlah herbisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan gulma pada setiap satuan luas bidang sasaran, misalnya liter/hektar, kilogram/hektar, dan sebagainya. Di antara berbagai macam herbisida, glifosat dan 2,4-D merupakan bahan aktif yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma di perkebunan. 2,4-D bersifat sistemik dan mampu mematikan gulma daun lebar (Moenandir, 1993). Glifosat juga bersifat sistemik apabila disemprotkan pada bagian tumbuhan dan segera ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan (Thomson, 1979).

96

Glifosat dapat diabsorbsi lewat daun kemudian ditranslokasikan bersama fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian gulma. Glifosat juga mempunyai daya brantas yang sangat luas dengan daya racun yang rendah terhadap hewan dan manusia (Duke, 1988). Glifosat merupakan herbisida sistemik yang bekerja lebih efektif pada saat pertumbuhan aktif sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Cara bekerja glifosat adalah dengan menghambat sintesa protein dan metabolism asam amino. Menurut Thomson (1979), ada tiga fakta herbisida glifosat tidak aktif di dalam tanah: 1.

Diikat dengan cepat dan kuat oleh partikel tanah sehingga tidak tersedia untuk akar gulma dan tanaman.

2.

Sejumlah kecil yang tidak diikat oleh partikel tanah dan bebas di dalam air tanah segera didegradasikan oleh mikroorganisme.

3.

Sangat sedikit yang diambil oleh akar, walaupun dengan mudah mengadakan penetrasi ke dalam daun. Herbisida glifosat dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Secara kimia hal

ini berhubungan erat dengan asam amino glycine yang juga dikandung oleh sistem hewan dan tanaman. Sebagai akibatnya, mikroorganisme di dalam tanaman dapat dengan mudah mendegradasi herbisida glifosat menjadi CO2, nitrat, air, dan fosfat yang tidak berbahaya (Thomson, 1979). Herbisida glifosat boleh dikatakan suatu herbisida serba guna, karena sifatsifatnya yang unik, kecuali tidak dapat dipakai sebagai herbisida pra tumbuh untuk gulma, karena tidak aktif melalui tanah. Akan tetapi karena sifat inilah maka herbisida glifosat bisa dipakai juga untuk pemberantasan gulma sebelum tanam (pre planting) tanaman pokok (Arif, 1979). Menurut Klingman et. al. (1982), herbisida 2,4-D digunakan untuk gulma berdaun lebar dan mempunyai sifat yang selektif dan sangat efektif untuk mengendalikan gulma annual maupun perennial. Herbisida ini diaplikasikan melalui jaringan akar maupun daun atau keduanya pada tumbuhan yang akan dikendalikan. Hali ini sesuai dengan pernyataan Ashton dan Crafts (1981) bahwa herbisida 2,4-D lebih diformulasikan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar.

97

Herbisida 2,4-D banyak digunakan sebagai herbisida pasca tumbuh untuk mengontrol gulma semusim dan tahunan berdaun lebar pada lahan sawah dan bukan sawah. Juga dapat digunakan untuk mengendalikan gulma berkayu dan gulma air. Pada konsentrasi yang rendah dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh (Ashton dan Monaco, 1991). Herbisida 2,4-D ini

diabsorbsi

melalui

daun maupun

akar

dan

ditransportasikan melalui simplas atau apoplas dan akhirnya masuk sel hidup dengan menembus plasmolemma. Herbisida jenis ini lebih efektif terhadap gulma berdaun lebar daripada jenis rerumputan (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Pengaruh herbisida 2,4-D terhadap respirasi adalah dalam kadar rendah menghambat sebagian pengambilan O2. Dalam interaksi dengan hormone tanaman dan pengaturan pertumbuhan pertumbuhan 2,4-D dapat menggantikan zat tumbuh asam indo asetat, dimana kultur jaringan tumbuhan yang butuh IAA juga dapat tumbuh bila diberi 2,4-D (Moenandir, 1993). Menurut Ashton dan Monaco (1991), tipe tanah dan formulasi dari 2,4-D berpengaruh pada proses pencucian di dalam tanah. Herbisida 2,4-D diserap oleh koloitd tanah dan sangat sedikit tercuci pada tanah lempung dan tanah organic serta tanah berpasir. Kehilangan 2,4-D di dalam tanah tidak terlepas dari peranan penting mikroorganisme. Penemuan sifat 2,4-D benar-benar menjadi tonggak perkembangan herbisida modern, yaitu dalam jumlah yang amat sedikit masih dapat mematikan gulma secara selektif dan sistemik (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Menurut Setyobudi et. al., (1995) ada beberapa keuntungan yang diberikan oleh herbisida seperti: 1.

Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu,

2.

Dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman,

3.

Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman,

4.

Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar,

5.

Dalam dosis rendah dapat sebagai hormone tumbuh,

98

6.

Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan perlakuan penyiangan biasa. Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan

gulma tanpa menggunakan tanaman pokok. Berdasarkan cara aplikasi melalui daun, herbisida dibedakan menjadi yang bersifat kontak contoh Paraquat (Gramoxone) dan bersifat sistemik contoh glifosat (Round Up) (Setyobudi et. al., 1995). Komunitas gulma selalu ditemukan dengan spesies gulma yang beragam, oleh sebab itu herbisida yang diharapkan adalah herbisida yang mempunyai daya pengendalian yang berspektum luas. Alasan utama digunakannya campuran dari dua atau lebih herbisida adalah untuk memperluas spectrum pengendalian gulma dan mengurangi salah satu komponen dari herbisida campuran secara terusmenerus dan untuk menghemat biaya (Motooka, 1986). Herbisida sampai saat ini telah dikembangkan lebih efektif dan ekonomis. Salah satu pertimbangan penting dalam teknik pengembangan herbisida adalah pemakaian herbisida yang dicampur herbisida. Menurut Utomo (1989), pemakaian herbisida yang dicampur ini diharapkan untuk mendapatkan efek sinergi dan meningkatkan toksisitas terhadap jasad sasaran ataupun memperoleh sifat kimia fisik yang optimal dalam penetrasi herbisida. Penggunaan herbisida campuran saat ini telah banyak digunakan untuk mengendalikan gulma-gulma pada tanaman tropis. Salah satu tujuan dari pencampuran herbisida adalah untuk memperluas spektum pengendalian gulma atau untuk memperoleh pengendalian yang lebih efektif pada beberapa gulma perennial yang spesifik (Rochecouste, 1971). Moenandir dan Murniningtias (1999) menambahkan, herbisida glifosat yang diaplikasikan secara tunggal kurang efektif dalam mengendalikan gulma dibandingkan dengan penambahan herbisida 2,4-D yang meningkatkan efikasi, fitotoksitas, kompatibilitas, dan efek sinergi dari glifosat. Pada umumnya hanya sejumlah kecil herbisida yang diperlukan untuk mengendalikan gulma secara efisien, tetapi justru ini yang sangat diperlukan agar jumlah yang kecil itu dapat disebarkan merata ke seluruh gulma yang ada. Apabila tidak merata atau terlalu sedikit, tidak mematikan gulma sedangkan bila terlalu

99

banyak mungkin menjadi beracun bagi tanaman budi daya. Oleh karena itu herbisida harus diformulasikan sedemikian rupa agar mudah mengatur, aman, dan efektif (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Metsulfuron metil mempunyai nama kimia 2, -{{{{(4-metoksi-6-6 metil, 13, 5, triazin-2-yl) amino} sulfonil} benzoa. Metsulfuron metil adalah herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh, bersifat sistemik dan selektif. Metsulfuron metil dengan bahan aktif sebesar 20% dari formulasinya terdapat pada Ally 20 Water Dispersible Granule (WDG), berbentuk butiran granul berwarna putih kekuningan yang dapat terdispersi dalam air. Metsulfuron metil termasuk turunan molekul sulfonil-urea dengan dosis penggunaan yang rendah, sekitar 2 – 75 g b.a/ha. Metsulfuron metil agak sedikit berbau, tidak berdebu, dan tidak mudah menguap (FAO, 2002). Metsulfuron metil adalah salah satu herbisida sistemik yang berbentuk granule. Menurut Tomlin (1994), metsulfuron metil digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Metsulfuron metil diserap melalui daun, akar, dan dapat menghambat pertumbuhan pucuk. Daya racunnya akan terdegradasi oleh mikroorganisme dalam tanah, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya dampak lingkungan atau pencemaran dalam tanah. Paraquat atau ion 1,1-dimethyl-a,4-bipyridilium merupakan herbisida pasca tumbuh yang bersifat kontak dan non selektif. Paraquat tidak dapat diserap oleh bagian gulma yang tidak berwarna hijau (batang atau akar) dan bila tersemprot ke daun, hanya daun itu saja yang layu dan mati. Butir semprot tidak meresap ke bagian lain sehingga gulma tetap normal. Paraquat bereaksi dengan cahaya matahari menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2) sehingga merusak membrane sel (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Penetrasi paraquat lebih banyak terjadi melalui daun , keefektifan paraquat dalam merusak klorofil meningkat apabila ada sinar matahari. Penyerapan akan meningkat dengan intensitas cahaya yang tinggi dan kelembaban yang cukup. Paraquat bereaksi di kloroplas dimana terdapat sistem fotosintesis dalam menghasilkan karbohidrat. Paraquat diketahui dapat menghambat proses dalam fotosistem I, yaitu dalam mengikat electron hasil dari sistem tersebut, dan membentuk electron radikal bebas . radikal bebas ini akan diikat oleh oksigen

100

membentuk superoxide yang bersifat sangat aktif. Superoxide ini akan merusak membrane sel dan jaringan tanaman (Pusat Informasi Paraquat, 2006). Daya kerja biologis paraquat hilang apabila terkena tanah karena adanya reaksi antara muatan positif ganda pada kation paraquat dengan mineral liat tanah sehingga membentuk ikatan kompleks dan tidak aktif. Butiran semprot paraquat bila jatuh ke perairan atau terlarut oleh air hujan akan segera terikat oleh butiran lumpur (Ashton dan Monaco, 1991). Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringanjaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas (Barus, 2003). Paraquat adalah salah satu anggota golongan herbisida piridina, yang bersifat non selektif yang dipergunakan secara pasca tumbuh, terutama sekali pada gulma semusim dan rerumputan (Sukman dan Yakup, 2002)

101

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2009 dengan pemangamatan yang dilakukan pada 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah aplikasi (MSA). Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus IPB Darmaga Bogor dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIB.

3.2

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: herbisida glifosat, metsulfuron metil, dan paraquat, 2,4-D, sprayer punggung Solo, ember, gelas ukur, pipet, kuadrat 0,5 m x 0,5 m, kantong plastik, pisau.

3.3

Metodologi

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kali ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: P1 = perlakuan metsulfuron metil dengan dosis:

P2 = perlakuan metsulfuron metil dengan dosis:

P3 = perlakuan monoamonium glifosat dengan dosis:

P4 = perlakuan monoamonium glifosat dengan dosis:

P5 = perlakuan 2,4-D dengan dosis:

102

P6 = perlakuan 2,4-D dengan dosis:

P7 = perlakuan gramoxon dengan dosis:

P8 = perlakuan gramoxon dengan dosis:

P9 = perlakuan paraquat 400

+ metsulfuron metil 30

P10 = perlakuan paraquat 800

+ metsulfuron metil 30

P11 = perlakuan glifosat 0,5

+ 2,4 D 0,5 = 3,6

P12 = perlakuan glifosat 1

+ 2,4 D 0,25 = 4,5

Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati dilakukan analisis ragam. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji nilai tengah dengan uji BNT pada taraf 5%. Aplikasi herbisida dilakukan secara bersamaan pada awal percobaan. Agar penyemprotan merata tiap petak, sebelum aplikasi dilakukan kalibrasi alat berdasarkan volume larutan. Pengujian efikasi herbisida didasarkan pada analisis bobot kering gulma. Untuk menentukan bobot kering biomassa gulma, dilakukan pemanenan gulma yang masih hidup tepat di atas permukaan tanah pada 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah aplikasi (MSA). Gulma hasil panenan dikelompokkan menurut spesies gulma dominan, kemudian dikeringkan sampai bobot konstan.

103

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

Tabel Pengamatan Bobot Kering Gulma dan Gulma Toleran BK gulma (gram) Perlakuan

Metil metsulfuron 100 gr/ha

Metil metsulfuron 50 gr/ha

Monoamonium glifosat 1 kg/ha

Monoamonium glifosat 2 kg/ha

2,4 D 1L/ha

Kelompok

Gulma Toleran 1 MSA

2 MSA

A

30.7

9.65

B

-

13.682

Tetracer scandens Digitaria adscendens Axonopus compressus, mikania micrantha

C

31.82

7.675

D

22.89

6.54

A

97.5

-

B

44.36

21.36

-

C

44.655

37.93

-

D

4.79

5.965

Digitaria adscendens Melastoma affine, Clidemia hirta

Phylanthus niruri

A

-

-

B

45.7

14.5

-

C

mati

mati

-

D

25.4

-

Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, Cyperus rotundus

A

-

-

Melastoma affine, Chromolaena odorata, Urena lobata, Clidemiahirta, Mikhania micrantha

B

61.05

25.27

-

C

0

15.88

-

D

65

30

Tetracera scandens, Mimosa pudica, Mikania michrantha, Chromolaena odorata, Urena lobata

A

-

-

-

B

-

-

Axonopus compressus

C

63.5

60.52

D

50.8

37.5

A

-

-

-

B

17.6

-

-

C

-

-

-

D

17

mati

Setaria plicata, Axonopus compressus, Mikania micrantha

Axonopus compressus, Setaria plicata

2,4 D 2L/ha

Gramoxon 1L/ha

A

12.25

12.8

B

0.0786

0.1486

C

0

30.1

-

D

46.5

14.3

-

Rumput kawat, gulma x, Boreria alata

104

Gramoxon 2L/ha

Paraquat 400ml/ha + Metil metsulfuron 30gr/ha

Paraquat 800ml/ha + Metil metsulfuron 30gr/ha

Glifosat 0,5L/ha + 2,4 D 0,5L/ha

Glifosat 1L/ha + 2,4 D 0,25L/ha

A

14

mati

-

B

3

4.01

-

C

0

23.51

-

D

46.5

50.02

-

A

-

-

Mikania micrantha, tetracera indica, Borreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris

B

-

4.85

C

0

17.34

-

D

35

14.5

-

A

-

-

-

B

0.637

-

-

C

0

17.34

-

D

65

50.5

-

A

-

-

-

-

Melastoma affine, Chromolaena odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, Boreria alata

B

-

C

12.34

0

-

D

55.2

33.5

-

A

-

-

-

B

37.5

15.5

-

C

-

-

-

D

7.18

6.175

Tabel Pengamatan Persentase Kematian Gulma dan Gulma yang Mati

Perlakuan

Metil metsulfuron 100 gr/ha

Metil metsulfuron 50 gr/ha

Monoamoniu m glifosat 1 kg/ha

Kelompok

%Kematian

Gulma Yang Mati

A

1 MSA

2 MSA

Melastoma malabathrichum, Eleusine indica, Axonopus compressus

B

30

70

-

C

-

-

-

D

0

0

Cyperus kilyngia

A

35

56

Cynodon dactylon, Mikania micrantha

B

40

78

Melastoma malabathricum, Digitaria adscendens

C

30

40

Cyperus sp Mikania micrantha, Tetracera indica, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris, Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, Penisetum polystachyon Melastoma malabathrichum, Clidemia hirta, Setaria plicata

D

0.01

0.5

A

5

20

B

90

90

Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

C

80

15

-

105

Monoamoniu m glifosat 2 kg/ha

2,4 D 1L/ha

D

100

100

A

10

-

Gramoxon 2L/ha

Paraquat 400ml/ha + Metil metsulfuron 30ml/ha

Paraquat 800ml/ha + Metil metsulfuron 30ml/ha

Glifosat 0,5L/ha + 2,4 D 0,5L/ha

Glifosat 1L/ha + 2,4 D 0,25L/ha

Setaria plicata, Digitaria adscendens Axonopus compressus, Borreria alata, Setaria plicata Boreria alata, Setaria plicata, Axonopus compressus Axonopus commpressus,Ottochloa nodosa,Boreria alata, Cyperus killyngi, Asistasia gangetica

B

55

65

C

61.667

31.67

D

-

-

A

64

78

-

B

50

94

-

C

60

60

-

D

0

0

Mikania micrantha, Melastoma affine, Chromolaena odorata, Pennisetum polistachyon

A

40

55

Otthocloa, Setaria

B

20

47.8

-

2,4 D 2L/ha

Gramoxon 1L/ha

-

C

-

-

Axonopus compressus, Setaria plicata, Clibadium sp., Digitaria adscendens

D

5

10

Ipomea, Setaria

A

80

100

tidak diamati

B

40

40

-

-

Axonopus compressus , Clidemia hirta, Mikania micrantha, Paspalum conjugatum

C

-

D

99

-

Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

A

80

15

Ipomoea, Setaria

B

85

100

-

C

95

-

Axonopus compressus , Clidemia hirta

D

0

-

Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

A

80

15

Teh-tehan

B

100

100

-

C

75.5

89

Borreria alata, Setaria plicata, Axonopus compressus

D

100

100

Setaria plicata, Axonopus compressus

A

40

15

-

B

30

30

Cleome rutidosperma, Borreria alata Borreria alata, Setaria plicata, Axonopus compressus Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus, Cyrtococcum patens

C

90

-

D

100

100

A

43.333

70

B

90

100

Ottochloa nodosa

-

C

62.375

-

Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Mikania micrantha

D

33

100

Pennisetum polystachyon. Cyrtococcum patens

A

30

40

-

B

40

55

Axonopus compressus, Setaria plicata

C

45

20

-

-

Axonopus compressus, Setaria plicata, Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Mikania micrantha, Pennisetum polisatchyon, Digitaria ciliaris, Tetracera indica

D

100

5

10

4.2

Pembahasan

Dari hasil pengam perla kuan

106

pertama, yaitu dengan Metsulfuron metil 100

, persentase kematian gulma

pada 1 MSA kelompok A adalah sebanyak 30 % dan pada 2 MSA meningkat menjadi 70 %. Ini menunjukkan bahwa terdapat gulma yang toleran terhadap pengaplikasian herbisida Metsulfuron metil 100

. Menurut hasil pengamatan,

gulma yang toleran tersebut adalah Tetracer scandens. Gulma-gulma yang mati diantaranya Melastoma malabathrichum, Euleusina indica, dan Axonopus compressus. Pada pengamatan 1 MSA, jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar 30,7 gram, sedangkan pada pengamatan 2 MSA jumlah bobot kering gulma yang masih hidup berkurang menjadi hanya sebesar 9,65 gram. Pada kelompok B dengan perlakuan yang sama, tidak diketahui persen kematian gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena kelompok tersebut tidak mengumpulkan data atau tidak melakukan pengamatan atau data pengamatan tersebut hilang. Data yang diketahui hanya jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 2 MSA yaitu sebesar 13,68 gram dan gulma yang toleran yaitu Digitaria adscendens. Pada kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 0 %. Gulma-gulma yang tetap bertahan hidup di antaranya ialah Axonopus compressus dan Mikania micrantha yang memiliki bobot kering pada pengamatan 1 MSA sebesar 31,82 gram serta 7,675 gram pada 2 MSA. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Metsulfuron metil 100

terhadap kedua jenis gulma ini tidak efektif. Pada kelompok D dengan perlakuan herbisida yang sama, persentase

kematian gulma pada 1 MSA ialah sebesar 35 %, sedangkan pada pengamatan 2 MSA meningkat menjadi 56 %. Gulma yang mendominasi petak kelompok D adalah Digitaria adscendens dan Cyperus kilyngia. Gulma yang toleran terhadap perlakuan herbisida Metsulfuron metil 100

pada petak kelompok D adalah

Digitaria adscendens. Sedangkan gulma yang mati adalah Cyperus kilyngia. Hal

107

ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif untuk Cyperus kilyngia, tetapi kurang efektif untuk gulma Digitaria adscendens. Pada perlakuan kedua, yakni dengan perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50

hasilnya ternyata cukup signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang

pertama. Pada petak kelompok A sebelum pengaplikasian herbisida didominasi oleh gulma Melastoma affine, Clidemia hirta, Cynodon dactylon dan Mikania micrantha. Setelah pengaplikasian herbisida, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 78 %. Gulma yang masih bertahan hidup diantaranya Melastoma affine dan Clidemia hirta. Data bobot kering gulma yang masih hidup yang ada hanya pada 1 MSA yaitu sebesar 97,5 gram. Gulma yang mati diantaranya Cynodon dactylon dan Mikania micrantha. Pada petak kelompok B dengan perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50

, persentase kematian gulma pada 1 MSA ialah sebesar 30 %, sedangkan

pada 2 MSA meningkat sebesar 10 % menjadi 40 %. Gulma yang toleran tidak diketahui, sedangkan

gulma

yang mati diantaranya adalah

Melastoma

malabatrichum dan Digitaria adscendens. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 44,36 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 21,36 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida tersebut kurang efektif pada petak kelompok B. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulmanya sangat kecil yakni 0,01 % pada 1 MSA dan 0,5 % pada 2 MSA, hanya saja tidak diketahui nama gulma yang tolerannya itu apa. Gulma yang mati ialah Cyperus sp. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 44,66 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 37,93 gram. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50

pada petak

kelompok C tidak efektif. Pada petak kelompok D, persentase kematiannya juga kecil yakni sebesar 5 % pada 1 MSA dan 20 % pada 2 MSA. Gulma yang mati diantaranya ialah Mikania micrantha, Tetracera indica, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon,

108

Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris, Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, dan Penisetum polystachyon. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adah sebesar 4,79 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 5,965 gram. Hanya saja tidak diketahui data nama gulma yang toleran tersebut. Perlakuan yang ketiga, yakni dengan perlakuan herbisida Monoamonium glifosat 1

. Pada petak kelompok A, persentase kematian gulmanya cukup

tinggi, yakni 90 % pada 1 MSA maupun 2 MSA. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya ialah Melastoma malabathrichum, Clidemia hirta, dan Setaria plicata. Hali ini menunjukkan bahwa perlakuan ini cukup efektif untuk mengendalikan jenis gulma-gulma tersebut. Gulma yang toleran pada petak kelompok A adalah Phylanthus niruri. Sedangkan data bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui (tidak ada datanya). Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma dengan perlakuan yang sama pada 1 MSA adalah sebesar 80 %. Sedangkan pada 2 MSA persentase kematian gulma menurun drastis hingga menjadi 15 %. Hal ini mungkin disebabkan herbisida sudah menguap. Gulma- gulma yang mati tersebut diantaranya Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 45,7 gram dan 14,5 gram pada 2 MSA. Sedangkan data nama dulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok C, persentase kematian gulmanya adalah sebesar 100 % baik pada 1 MSA maupun pada 2 MSA sehingga bobot kering gulma yang masih hidup tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida pada petak kelompok C sangat efektif, hanya saja tidak diketahui nama-nama gulma yang mati tersebut. Pada petak kelompok D, persentase kematian gulmanya adalah sebesar 10 % pada 1 MSA, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui persentasenya. Nama gulma yang matinya pun tidak diketahui datanya. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 25,4 gram, sedangkan bobot kering gulma pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma-gulma yang toleran tersebut diantaranya

109

ialah Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, dan Cyperus rotundus. Perlakuan yang keempat adalah dengan perlakuan herbisida Monoamonium glifosat 2

. Pada petak kelompok A, persentase kematian gulma pada 1 MSA

adalah sebesar 55 % dan 65 % pada 2 MSA. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya Setaria plicata dan Digitaria adscendens. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif karena persentase kematiannya melebihi 50 %. Gulma yang toleran pada petak ini diantaranya ialah Melastoma affine, Chromolaena odorata, Urena lobata, Clidemiahirta, dan Mikhania micrantha. Hanya saja data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 61,7 %, sedangkan pada 2 MSA menurun menjadi 31,7 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya ialah Axonopus compressus, Borreria alata, dan Setaria plicata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar 61,05 gram pada 1 MSA dan 25,27 gram pada 2 MSA. Hanya saja tidak diketahui data nama gulma yang toleran pada petak tersebut. Pada petak kelompok C, gulma-gulma yang mati setelah pengaplikasian herbisida dengan perlakuan yang sama seperti pada kelompok A dan B diantaranya Boreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Hanya saja tidak diketahui data persentase kematian gulma pada petak ini. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 15,88 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 64 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 78 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya Axonopus commpressus, Ottochloa nodosa, Boreria alata, Cyperus killyngi, dan Asistasia gangetica. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 65 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 30 gram. Gulma yang toleran pada petakan ini diantaranya ialah Tetracera scandens, Mimosa pudica, Mikania michrantha, Chromolaena odorata, dan Urena lobata.

110

Perlakuan yang kelima yakni dengan perlakuan herbisida 2,4 D

.

Pada petak kelompok A, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 50 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 94 %. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup dan nama gulma yang tolerannya tidak diketahui. Pada petak kelompok B, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 60 %. Data nama gulma yang mati dan toleran, serta data bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Pada petak kelompok C, jumlah persentase kematiannya baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 0 %. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida pada gulma di petak ini tidak efektif sama sekali terutama pada gulma Axonopus compressus. Bobot kering gulma ini pada 1 MSA adalah sebesar 63,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 60,52 gram. Pada petak kelompok D, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 40 % dan 55 % pada 2 MSA. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 50,8 gram dan 37,5 gram pada 2 MSA. Gulma yang toleran pada petak kelompok D dengan perlakuan herbisida ini diantaranya adalah Axonopus compressus dan Setaria plicata. Perlakuan yang keenam adalah dengan perlakuan herbisida 2,4-D dengan dosis 2

. Pada petak kelompok A dengan perlakuan herbisida ini, persentase

kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 20 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 47,8 %. Gulma yang mati adalah spesies padag. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup dan nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma yang mati pada petakan ini adalah Otthocloa dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup yang diketahui hanya pada 1 MSA saja, yaitu sebesar 17,6 gram. Sedangkan data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 2 MSA tidak diketahui, sama halnya dengan data nama gulma yang toleran.

111

Pada petak kelompok C dengan perlakuan herbisida yang sama, persentase kematian gulma cukup rendah yaitu pada 1 MSA adalah sebesar 5 % dan 10 % pada 2 MSA. Gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus, Setaria plicata, Clibadium sp., dan Digitaria adscendens. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup dan nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentasi kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 80 % dan 100 % pada 2 MSA. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif pada petak kelompok D. gulma yang mati diantaranya adalah Ipomea dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 17 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Data nama gulma yang toleran juga tidak ada. Perlakuan yang ketujuh adalah perlakuan herbisida Gramoxon dengan dosis 1

. Pada petak kelompok A dengan perlakuan herbisida ini, persentasi

kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 40 %. Nama gulma yang mati tidak diamati oleh kelompok ini. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 12,25 gram dan 12,8 gram pada 2 MSA. Gulma yang toleran dalam petakan ini diantaranya Setaria plicata, Axonopus compressus, dan Mikania micrantha. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, data persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui. Sama halnya dengan data nama gulma yang mati pun tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar 0,079 gram pada 1 MSA dan 0,149 gram pada 2 MSA. Gulma-gulma yang toleran diantaranya adalah Rumput kawat, gulma x, Boreria alata. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan data persentase kematian gulma pada 2 MSA tidak diketahui. Gulma-gulma yang mati diantaranya Axonopus compressus , Clidemia hirta, Mikania micrantha, dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada pengamatan 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 30,1 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

112

Pada kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada pengamatan 1 MSA adalah sebesar 80 %, sedangkan pada pengamatan 2 MSA adalah sebesar 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 46,5 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 14,3 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada. Perlakuan yang kedelapan adalah perlakuan herbisida Gramoxon dengan dosis 2

. Pada petak kelompok A, persentase kematian gulma pada

pengamatan 1 MSA adalah sebesar 85 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 100%. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Ipomoea dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 14 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak ada gulma yang hidup. Nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA 95 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Nama gulma yang mati pun tidak diketahui datanya. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 3 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 4,01 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA 0 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulmagulma yang mati diantaranya adalah Axonopos compressus dan Clidemia hirta. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 23,51 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 80 %, sedangkan pada 2 MSA adalah 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya ialah Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 46,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 50,02 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang kesembilan adalah perlakuan herbisida campuran Paraquat 400

+ Metsulfuron metil 30

. Pada petak kelompok A dengan perlakuan

113

herbisida ini, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100 %. Gulma-gulma yang mati adalah sejenis teh-tehan. Ini menunjukkan perlakuan herbisida pada petak ini sangat efektif terutama pada gulma jenis teh-tehan. Karena persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100 %, pada ulangan ini tidak terdapat jumlah bobot kering gulma yang masih hidup ataupun gulma-gulma yang toleran. Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 75,5 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 89%. Hal ini menunjukkan herbisida ini bekerja cukup efektif dalam mengendalikan gulma. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA tidak diketahui, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 4,85 gram. Gulma-gulma yang toleran diantaranya adalah Mikania micrantha, tetracera indica, Borreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, dan Digitaria ciliaris. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA sebesar 100 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya Borreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah 17,34 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentasi kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Setaria plicata dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 35 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 14,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang kesepuluh adalah perlakuan herbisida campuran Paraquat 800

+ Metsulfuron metil 30

. Pada petak kelompok A dengan perlakuan

herbisida ini, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 30 %. Data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah

114

bobot kering gulma yang masih hidup serta nama gulma yang toleran juga tidak ada. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma- gulma yang mati diantaranya ialah Cleome rutidosperma dan Borreria alata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 0,637 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak ada datanya. Data nama gulma yang toleran pun tidak diketahui. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida ini sangat efektif dalam mengendalikan gulma di petakan tersebut. Gulma-gulma yang mati diantaranya Borreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 17,34 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 43,3 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 70 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus, dan Cyrtococcum patens. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 65 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 50,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang kesebelas adalah dengan perlakuan herbisida Glifosat 0,5 +

2,4-D 0,5

. Pada petak kelompok A dengan menggunakan

perlakuan herbisida ini, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 100 %. Ini membuktikan perlakuan herbisida pada petakan ini efektif. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui datanya. Sama halnya dengan data nama gulma yang toleran yang juga tidak diketahui. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 62,4 %, sedangkan pada 2 MSA

115

tidak diketahui datanya. Gulma yang mati adalah spesies Ottochloa nodosa. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Gulma-gulma yang toleran pada petakan ini diantaranya adalah Melastoma affine, Chromolaena odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, dan Boreria alata. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 33 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 100 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya adalah Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Mikania micrantha. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 12,34 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Data nama gulma yang toleran pun tidak ada. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 30 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 40 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya Pennisetum polystachyon dan Cyrtococcum patens. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 55,2 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 33,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang terakhir yakni perlakuan herbisida Glifosat 1 D 0,25

+ 2,4-

. Pada petak kelompok A dengan menggunakan perlakuan herbisida

ini, persentase kematian yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 55 %. Data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup serta data nama gulma yang toleran juga tidak ada. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 45 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 20 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida pada petakan ini kurang efektif. Gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus dan Setaria plicata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 37,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 15,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

116

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 100 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui. Data nama gulma yang mati, jumlah bobot kering gulma yang masih hidup, serta data nama gulma yang toleran tidak ada. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 5 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 10 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus, Setaria plicata, Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Mikania micrantha, Pennisetum polistachyon, Digitaria ciliaris, dan Tetracera indica. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 7,18 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 6,175 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Dilihat dari jumlah persentase kematiannya yang maasih kecil, perlakuan herbisida pada petakan ini kurang efektif. Kelompok kami kedapatan untuk mengaplikasikan herbisida di areal perkebunan karet. Jenis perlakuan yang digunakan adalah Paraquat 400 Metsulfuron metil 30

.

+

Hasil aplikasi dengan perlakuan herbisida campuran

ini sangat efektif dalam mengendalikan gulma terutama sejenis gulma teh-tehan. persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100 %. Luas petakan lahan yang disediakan untuk aplikasi ini adalah 12 m x 3 m atau 36 m2. Contoh perhitungan dosis:  Paraquat 400

=

400

= 1,44

 Metsulfuron metil 30

=

30

= 0,108

 Volume semprot (36 m2)

117

=

= 1,44 liter

 Volume air yang dimasukkan pada awal penyemprotan = 1,44 liter + 2,88 liter = 4,32 liter Sebelum penyemprotan, lahan perkebunan karet belum menghasilkan didominasi oleh gulma Cyperus, spp dan Ageratum conyzoides, L. Cyperus, spp adalah teki-tekian. Teki-tekian yang mendominansi adalah C. rotundus, L. C. brevifolius, L., C. compressus, L. dan C. diformis, L. Pada pertanaman karet dikenal banyak jenis gulma yang menyerang diantaranya Axonopus compressus (rumput pait/papaitan), Borreria alata (gletak/goletrak),

Centotheca

lappaceae

(suket

lorodan/jukut

kidang),

Chromolaena odorata ( kirinyuh), Croton hirtus (jarak bromo), Cyclosorus aridus (pakis kadal), Cyrtococcum patens (telur ikan), Imperata cylindrical (alangalang),

Lantana

camara

(tahi

ayam/cente),

melastoma

malabatrichum

(senggani/harendong), Mikania micrantha (sembung rambat/areu caputeheur), Panicum repens (balungan/jajahean), Paspalum conjugatum (pahitan/jukut pahit). Dari semua gulma yang disebut diatas Imperata cylindrica, Chromolaena odorata dan Mikania micrantha merupakan gulma yang paling penting pada tanaman karet. Diantara 12 perlakuan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan didapatkan aplikasi herbisida yang paling efektif adalah aplikasi herbisida dengan perlakuan Monoamonium glifosat dengan dosis 1

. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena herbisida yang berbahan aktif glifosat, paraquat dan 2,4-D secara sinergis efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar seperti A. conyzoides. Sementara itu gulma Cyperus spp, secara populasi cukup tertekan, namun masih dominan dibandingkan dengan gulma-gulma lain. Hasil pengamatan dilapangan tingkat keracunan gulma umumnya katagori empat (4) yaitu keracunan sangat berat, 76% – 100% gulma mati. Pada perlakuan herbisida Metsulfuron metil dengan dosis 100

maupun

50

tingkat

keracunannya tidak terlalu tinggi. Hal ini diduga herbisida Metsulfuron metil yang biasa digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sementara gulma 118

berdaun sempit tidak begitu efektif sehingga masih banyak yang hidup. Setelah dicampur dengan herbisida Paraquat, tingkat keracunan meningkat menjadi kategori empat. Hasil sidik keragaman memperlihatkan bahwa perlakuan berbagai kombinasi herbisida berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian gulma lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Bobot kering gulma yang masih hidup terbanyak adalah pada perlakuan herbisida Metsulfuron metil. Pada perlakuan dengan herbisida 2,4-D juga tidak terlalu efektif. Hal ini mungkin dikarenakan herbisida 2,4-D kurang efektif dalam mengendalikan gulma berdaun sempit yang dominan di lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Herbisida Gramoxon bersifat arena herbisida ini akan mematikan pada bagian gulma yang terkena herbisida. Bersifat non selektif karena herbisida ini mempengaruhi semua jenis tumbuhan yang terkena herbisida ini. Dengan demikian herbisida ini dapat mengendalikan semua jenis gulma apabila penggunaannya benar. Herbisida ini sering digunakan untuk tujuan pengendalian gulma saat pra tanam dan juga untuk tujuan pemeliharaan tanaman perkebunan dengan teknis-teknis tertentu. Sebagai sarana pemeliharaan tanaman sering digunakan untuk mengendalikan gulma pada saat tanaman tumbuh dan berkembang. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma yang dapat memberikan pengaruh kompetisi dan menghalangi serta mempersulit operasi pemeliharaan tanaman diantara barisan (Utomo dan Roesmanto, 2005).

119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Perlakuan berbagai kombinasi herbisida berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian gulma di lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Perlakuan herbisida yang paling efektif pada percobaan ini adalah perlakuan herbisida Monoamonium glifosat dengan dosis 1

.

Perlakuan herbisida yang

kurang efektif dalam percobaan ini adalah perlakuan herbisida Metsulfuron metil dengan dosis 100 perlakuan Paraquat 400

.

Perlakuan Herbisida kelompok kami yaitu dengan + Metsulfuron metil 30

juga sangat efektif

untuk mengendalikan gulma di kebun karet ini terutama jenis gulma teh-tehan.

5.2

Saran

Pemakaian herbisida dapat menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit. Oleh karena itu kita tidak boleh sembarangan dalam penggunaan atau pengaplikasian herbisida. Praktek pelaksanaan aplikasi herbisida harus tepat (Lima Tepat) agar tidak salah sasaran dan tidak mencemari lingkungan.

120

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 1979. Use of round up herbicide and the prospect of its development in Indonesia. Round Up

herbicide Symposium III for Sumatera, Medan

Indonesia. 4-9p.

Ashton, F. M. and A. S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. A Wiley Interscience Publication, John Wiley and Sons. New York. 525 p.

Ashton, F. M., and T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principiles and Practices (3rd ed.). John Wiley and Sons, Inc. New York. 466 p.

Bangun, P. 1985. Pengendalian Gulma pada Tanaman Jagung. Hal 83-95. Dalam Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswadi (ed.). Hasil Penelitian Jagung, Sorgum, dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta

Duke, S. O. 1988. Glyphosate. Pl-7, in Kearney, C. P., and D. D. Kurfman (eds). 1988. Herbicides: Chemistry , Degradation, and Mode of Action. Vol 3. Marcel Dekker Inc. New York and Bassel.

FAO.

2002.

Metsulfuron

Methyl.

Available

from

http:

//www.

Fao.

Org/docrep/W8053E/w8053e08. Htm# metsulfuron methyl.

Johnson, G. A., T. R. Hoverstad, and R. E. Greenwald. 1998. Integrated weed management using narrow corn spacing, herbicides, and cultivation. Agronomy Journal. 90 (2): 40 – 46.

121

Klingman, G. C., F. M. Ashton, and L. J. Noordhoff. 1982. Weed Science: Principles and Practices, 2nd edition. John Wiley and Sons, Inc. New York, USA. 431-449 p.

Moenandir, J., and E. Murniningtias. 1999. The effect of herbicide glifosat and 2,4-D mixtures on weed depression in soybean field. Proceeding the Seventeenth Asian-Pasific Weed Science Society Confrence. Bangkok. 419423p.

Motooka. 1986. Chemical weed control in tropical pastures. Weed Science Society of the Philippines. Philippines. 9-45p.

Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hal.

Pusat Informasi Paraquat. 2006. The Paraquat Information Center on Behalf of Syngenta Crop Protection AG. http: //www.paraquat.com

Rochecouste, E. 1971. Weed control in tropical plantation crops. Proceeding of the First Indonesia Weed Science Conference. Indonesia. 149-158p.

Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia. Jakarta. 254 hal.

Setyobudi, H., Subiyantono, dan S. Wanasuria. 1995. Praktek-praktek pencampuran herbisida pada tanaman perkebunan. Hal: 47-53. Dalam P. Bangunan, I, U. Sutanto dan R. C. B. Ginting (eds). Prosiding Seminar Pengembangan Aplikasi Kombinasi Herbisida. Jakarta.

Smith, J. R. 1981. Weeds of Major Economic Importance in Rice and Yields Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Proceedings of The Conference on Weed Control in Rice IRRI. Manila, Philippines.

122

Suhardi. 2002. Dasar-dasar Bercocok Tanam Kanisius. Yogyakarta. 217 hal.

Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 123 hal.

Sukman, dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Thomson, W. T. 1979. Agricultural Chemistry. Book II: Herbicides. Thomson Publ. Indianapolis. 326 p.

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo. (Eds). 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 209 hal.

Tomlin, C. 1994. The Pesticide Manual 10th Edition. British Crop Protection Publication. United Kingdom. 948 p.

Utomo, I. H. 1989. There has never been a herbicide like this before. Round Up Herbicide Symposium III for Sumatera, Medan Indonesia. 7-8p.

Utomo, I. H., A. P. Lontoh, S. Zaman dan D. Gontoro. 1998. Panduan Praktikum Pengendalian Gulma Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak Dipublikasikan). 24 hal.

Utomo, I. H. dan Roesmanto. 2005. Aplikasi paraquat pada beberapa ekosistem tanaman penting. Prosiding Konferensi HIGI ke XVII. Yogyakarta.

Wilson, R. G., and J. Furrer. 1996. Where do Weeds Come From?. University of Nebraska Nebguide Publication. Nebraska.

123

PENYIANGAN MANUAL

Disusun Oleh : 1. Trisnani Yuda Fitri 2. Galvan Yudistira 3. Vicky Oktarina Chairunnissa

A24070021 A24070040 A24070121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

124

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Komoditas agronomi tidak hanya mencakup tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan tanaman perkebunan. Komoditas ini memiliki keuntungan dalam nilai ekonomi yang berbeda-beda, dan dalam perawatannya pun membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda. Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara perawatan dengan hasil produksi yang akan diperoleh mengingat kedekatannya dalam keuntungan dan efektifitas pelaksanaan pertanaman. Kendala-kendala yang mungkin terjadi dalam proses pertanaman antara lain serangan gulma yang dapat menurunkan produksi. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki. Gulma biasanya menjadi faktor pembatas yang menghambat produksi yang optimum pada suatu tanaman budidaya. Apabila gulma yang muncul di lahan pertanaman hanya sedikit maka tidak akan menjadi faktor yang berarti, namun bila gulma tersebut hidup dalam jumlah yang banyak di suatu areal pertanaman yang memiliki luas herktaran, hal ini akan menjadi kendala yang memerlukan solusi tersendiri. Solusi yang ditawarkan untuk mengendalikan gulma ada dua macam, yaitu pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian Kimia memerlukan idetifikasi yang cermat sehingga tidak berdampak buruk bagi tanaman budidaya, lahan tanam, dan lingkungan disekitarnya. Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu teknik yang sering diterapkan di perkebunan ataupun pada budidaya tanaman lainnya. Pengendalian manual masih sangat diperlukan meskipun efisiensinya lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian secara kimiawi.

Tujuan

Praktikum pengendalian gulma secara manual ini memiliki tujuan untuk menerapkan pengendalia gulma secara manual pada lahan perkebunan.

125

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Gulma Pengendalian gulma didefinisikan sebagai prses untuk membaasi invasi gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat dibudidayakan seara produktif dan efisien. Pengendalian hanya berujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomik, atau tidak melampaui ambang ekonomi (economic treshold). Pengendalian tidak bertujuan untuk menekan ppulasi gulma sampai tingkat nol (Sukman dan Yakup, 1991). Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan oenyiangan manual menggunakan alat sederhana ataupun tenaga mesin. Menurut Bangun (1985), penggunaan satu macam herbisida sejenis secara terus menerus tidak dianjurkan karena akan merubah dominansi dan komposisi gulma. Oleh karena itu perlu dikombinasikan dengan pengendalian lain seperti menggunakan tangan (manual).

HOK Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005).

126

BAB III BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai dalam praktikum ini adalah gulma yang tumbuh di areal kebun karet. Alat yang digunakan meliputi parang, cangkul, dan garpu

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2009 di Lapangan Praktikum Cikabayan, Kampus IPB Dramaga Bogor.

Metodologi

Pengendalian gulma dilakukan secara berkelompok dengan membagi luasan areal kebun ke dalam petakan berukuran x m2. Pengendalien dilakukan dengan membabat dengan teknik babat dempes, babat merah, dan dongkel anak kayu. Kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk membabat bersih gulma pada luas petakan tersebut.

127

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tabel Aplikasi Herbisida Perlak

Kelo

%Kem

BK

Gulma

uan

mpo

atian

gulma

Toleran

k

Gulma yang mati

(gram) 1

2

1

2

M

M

M

M

SA

S

SA

SA

30.

9.6

Tetracer

Melastoma

7

5

scandens

malabathrichum,

A Metil

A

30

70

metsulf uron

Eleusine

100

Axonopus compressus

gr/ha

B

-

-

-

13.

Digitaria

68

adscendens

indica,

-

2 C

0

0

31.

7.6

Axonopus

82

75

compressus,

-

mikania micrantha D

Metil

A

35

40

56

78

metsulf

22.

6.5

Digitaria

89

4

adscendens

97.

-

Melastoma

Cynodon

affine,

Mikania micrantha

5

uron 50 gr/ha

Cyperus kilyngia

dactylon,

Clidemia hirta B

30

40

44.

21.

36

36

-

Melastoma malabathricum,

128

Digitaria adscendens C

0.0

0.

44.

37.

1

5

65

93

-

Cyperus sp

-

Mikania

5 D

5

20

4.7

5.9

9

65

micrantha,

Tetracera

indica,

Cleome rutidosperma, Cynodon

dactylon,

Digitaria adscendens, Setaria

plicata,

Digitaria

ciliaris,

Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, Penisetum polystachyon Monoa

A

90

90

-

-

moniu

Phylanthus

Melastoma

niruri

malabathrichum,

m

Clidemia hirta, Setaria

glifosat

plicata

1 kg/ha

B

C

D

80

15

45.

14.

7

5

-

Paspalum conjugatum

10

10

ma ma -

0

0

ti

ti

10

-

25.

-

4

Axonopus compressus,

Cynodon

-

-

dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, Cyperus rotundus

Monoa

A

55

65

-

-

Melastoma

Setaria

plicata,

129

moniu

affine,

m

Chromolaena

glifosat

odorata, Urena

2 kg/ha

lobata,

Digitaria adscendens

Clidemiahirta, Mikhania micrantha B

C

61.

31

61.

25.

66

.6

05

27

7

7

-

-

-

Axonopus compressus, Borreria alata, Setaria plicata

0

15.

-

88

Boreria alata, Setaria plicata,

Axonopus

compressus D

64

78

65

30

Tetracera

Axonopus

scandens,

commpressus,Ottochlo

Mimosa

a

pudica,

alata, Cyperus killyngi,

Mikania

Asistasia gangetica

nodosa,Boreria

michrantha, Chromolaena odorata, Urena lobata 2,4 1L/ha

D A

50

94

-

-

-

-

B

60

60

-

-

-

-

C

0

0

63.

60.

Axonopus

-

5

52

compressus

50.

37.

Axonopus

Mikania

8

5

compressus,

Melastoma

Setaria plicata

Chromolaena odorata,

D

40

55

micrantha, affine,

Pennisetum polistachyon 2,4

D A

20

47

-

-

-

Otthocloa, Setaria

130

2L/ha

.8 B

-

-

17.

-

-

-

-

-

Axonopus compressus,

6 C

5

10

-

Setaria

plicata,

Clibadium

sp.,

Digitaria adscendens D

80

10

17

0 Gramo

A

40

40

xon

ma -

Ipomea, Setaria

ti 12.

12.

Setaria plicata, tidak diamati

25

8

Axonopus

1L/ha

compressus, Mikania micrantha B

-

-

0.0

0.1

Rumput

78

48

kawat, gulma

6

6

x,

-

Boreria

alata C

99

-

0

30.

-

1

Axonopus compressus ,

Clidemia

Mikania

hirta,

micrantha,

Paspalum conjugatum D

Gramo

A

80

85

xon 2L/ha

15

10

46.

14.

5

3

Paspalum conjugatum

14

ma -

Ipomoea, Setaria

0 B

95

-

-

Axonopus compressus,

ti 3

4.0

-

-

-

Axonopus compressus

1 C

0

-

0

23. 51

D

80

15

46.

50.

5

02

, Clidemia hirta -

Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

131

Paraqu

A

at 400ml/ ha

B

+

10

10

0

0

75.

89

-

-

-

Teh-tehan

-

4.8

Mikania

-

5

micrantha,

5

Metil

tetracera

metsulf

indica,

uron

Borreria alata,

30ml/h

Cleome

a

rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris C

10

10

0

0

0

17.

-

34

Borreria alata, Setaria plicata,

Axonopus

compressus D

40

15

35

14.

-

5

Setaria

plicata,

Axonopus compressus

Paraqu

A

30

30

-

-

-

-

at

B

90

-

0.6

-

-

Cleome rutidosperma,

800ml/ ha

37

+ C

Metil

10

10

0

0

0

Borreria alata 17.

-

34

plicata,

metsulf uron

Borreria alata, Setaria Axonopus

compressus D

43.

30ml/h

33

a

3

70

65

50.

-

5

Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus, Cyrtococcum patens

Glifosa

A

90

10

-

-

-

-

132

t

0

0,5L/ha B

62.

+ 2,4 D

37

affine,

0,5L/ha

5

Chromolaena

-

-

-

Melastoma

Ottochloa nodosa

odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, Boreria alata C

33

10

12.

0

34

0

-

Paspalum conjugatum, Setaria

plicata,

Mikania micrantha D

30

40

55.

33.

2

5

-

Pennisetum polystachyon. Cyrtococcum patens

Glifosa

A

40

55

-

-

-

-

t 1L/ha B

45

20

37.

15.

-

Axonopus compressus,

5

5

-

-

-

-

-

10

7.1

6.1

-

Axonopus compressus,

8

75

+ 2,4 D 0,25L/h C

10

a

0 D

5

Setaria plicata

Setaria

plicata,

Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon

dactylon,

Digitaria adscendens, Mikania

micrantha,

Pennisetum polisatchyon, Digitaria ciliaris,

Tetracera

indica

133

Pembahasan Pengendalian diartikan sebagai upaya penekanan pertumbuhan gulma atau mengurangi populasinya sedemikian rupa sehingga penurunan hasil menjadi tidak berarti. Penyiangan secara manual dapat membesarkan akar tsnaman dari akar rumpang gulma, sehingga pertumbuahan gulma berikutnya dapat ditekan. Alasan utama dari penyiagan ini adalah karena adanya persaingan antara gulma dengan pertumbuhan tanaman (Baharsjah, 1983). Dongkel anak kayu merupakan pengendalian gulma dengan cara mendongkel atau membongkar gulma sampai ke akarnya menggunakan tenaga manusia. Alat yang digunakan adalah cangkul dan tidak diperbolehkan menggunakan parang paa saat mendongkel. Babat dempes ialah pembabatan gulma yang dilakukan dengan membabas gulma hingga 5 m di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang.

134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu: (a) hasilnya ceat terlihat, (b) mudah dilaksanakan, (c) menghindarkan dmpak polusi lingkungan. Pada lahanlahan yang sempit, pengendalian secara manual memberikan hasil yang efektif dan efisien. Pengendalian manual juga memilikiki kelemahan, yaitu: (a) membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak, (b) pada beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya erosi permukaan dan perlakuan akar.

5.2 Saran Agar diperhatikan waktu masuk dan bubarnya praktikum, lebih displin.

DAFTAR PUSTAKA

Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 123 hal. Baharsjah, J. S. 1983. Legum Pangan. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB Bogor. 110 hal. Hartopo, M. 2005. Pegelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan Teh (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 72 hal. Nu’man, M. 2009. Pegelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi. Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 76 hal.

135

136

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF