Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)
October 6, 2017 | Author: ivan ara | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA (AGH 321)
Disusun Oleh : Kelompok 9A 1. Trisnani Yuda Fitri 2. Galvan Yudistira 3. Vicky Oktarina Chairunnissa
A24070021 A24070040 A24070121
Asisten Praktikum Arie eka prasetia rizki Maulana marman Angga waluya Heny agustin
A24052120 A24061763 A24062477 A24061070
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
1
PENGELOLAAN SARANA TUMBUH
Disusun Oleh : Trisnani Yuda Fitri
A24070021
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik yang sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada dalam keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi yag terjadi di alam meliputi komoetisi intrapesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisi interspesifik yatu interaksi negatif yang terjadi pada rumbuhan berbeda jenis. Tanaman budidaya mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan gulma sampai batas populasi gulma tertentu. Setelah batas populasi tersebut, tanaman budidayaakan kalah dalam berseing sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya akan menurun. Kompetisi gulma dapat menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas hasil panen. Penurunan kuantitas hasil panen terjadi melalui dua cara yaitu pengurangan jumlah hasil yang dapt dipanen dan penurunan jumlah indididu tanaman yang dipanen. Penurunan kualitas hasi akibat kompetisi gulma disebabkan diantaranya oleh tercampurnya hasil penen dengan biji gulma. Akibatnya, hasil panen menurun. Kompetisi antara gulma dan tanaman terjadi karena faktor umbuh yang terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan ruang tumbuh. Besarnya daya kompetisi gulma tergantung pada beberapa faktor antara lain jumlah individu gulma dan berat gulma, siklus hidup gulma, periode ada gulma pada tanaman, dan jenis gulma. Dalam kenyataannya sangat sulit bagi kita untuk menjelaskan faktor mana yang terlibat atau berperan dalam peristiwa kompetisi tersebut. De Wit (1960) menyebutkan istilah “sarana pertumbuhan” yang mencakup semua faktor yang telibat dalam kompetisi. Ada beberapa perubahan kompetisi yang dapat digunakan untuk mengukur daya kompetisi, diantaranya total hasil relatif (THR), penguasaan sarana tumbuh (PST), dan agresivitas.
3
Pada praktikum ini mahasiswa akan diperkenalkan salah satu peubah untuk mengukur kompetisi, yaitu penguasaan sarana tumbuh. Prinsipnya adalah bahwa tanaman yang menguasai persaingan atu kompetisi akan menguasai sarana tumbuh lebih besar dibandingkan terhadap pesaingnya.
Tujuan
Praktikum ini memiliki tujuan untuk mempelajari penguasaan sarana tumbuh dalam suatu percobaan kompetisi antara tanaman dan gulma danc cara perhitungannya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Jagung Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk dala ordo Tripsaceae, famili Poaceae, subfamili Panicoidae dan genus Zea. Tanaman jagung memiiki akar serabut dengan tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang rumbuh dari radikula dan embrio, akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar udara (brace root) (Sudjana et. al., 1991). Batang jagung berbentuk silindris dan terdir dari sejumlah ruas dan buk, dengan panjang yang berbeda-beda tergantung varietas dan lingkungan tempat tumbuh (Goldsworthy dan Fischer, 1992). Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 20-260C dengan curah hujan 500 – 1500 mm per tahun. Jagung dapat tumbuh di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah 5,5 – 7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Gulma Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan, pitensi, dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah yang banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat dan daur hidup lama (Ashton dan Monaco, 1991). Sifat gulma umumnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma ( Tjirtosoedirdjo et. al., 1984).
Gulma Tanaman Jagung Gulma yang gumbuh pada tanaman jagung umumnya telah berasosiasi dan menyesuaikan diri dengan tanaman tersebut. Gulma yang tumbuh dominan adalah
5
dari golongan rumput, menusul gulma berdaun lebar, dan paling sedikit dari golongan teki. Species gulma yang umum dijumpai pada pertanaman jagung adalah Digitaria ciliaris, Cynodon dactilon, Echinochloa colona, Paspalum distichum, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Borreria latifolia, Phyllanthus niruri, Alternanthera philoxeroides, Synedrella nodiflora, Spighlea anthelmia, dan Ageratum conizoides (Bangun, 1985).
6
BAB III BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan antara lain cngkul kored, neraca analitik, dan oven.Bahan yang sigunakan dalam praktikum ini adalah benih tanaman jagung, pupuk urea, SP-18, KCl, dan insektisida furadan 3G.
Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2009 di Lapangan Praktikum Cikabayan, Kampus IPB Dramaga Bogor.
Metodologi
Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Perlakuan yang dicobakan sebagai berikut: 1. (P1) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 1 benih per lubang 2. (P2) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 2 benih per lubang 3. (P3) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 3 benih per lubang 4. (P4) jarak tanam 100 x 20 cm dengan 2 benih per lubang 5. (P5) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 5 benih per lubang 6. (P6) jarak tanam 100 x 20 cm sengan 3 benih per lubang Satuan perobaan berpa petakan dengan ukuran 10m x 4 m. Percobaan dilakukan denan empat ulangan, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pembajakan dan penghalusan pada saat satu bulan sebelum tanam. Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Pemupukan dilakukan dengan ara split, yaitu pada saat tanam dan pada saan 4 MST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan dosis 300 kg Urea/ha, 300 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali yaitu ½
7
dosis pada saat tanam dan ½ dosis pada saat 4 MST. Pemupukan SP-18 dilakukan seluruhnya pada saat tanam. Furadan diberikan dalam lubang tanam pada saat tanam dengan dosis 12 kg/ha. Pengamatan dilakukan pada peubah tinggi dan jumlah daun 10 tanaman sampel, yang diamati pada 2, 4, 6, 8 MST; Biomassa tajuk jagung, diamati dengan cara memotong 3 tanaman sampel, dioven dan ditimbang bobot keringnya pada 2, 4, 6, 8 MST; bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot saat panen; dan bobot total dan biomassa tiap jenis gulma dari pengambilan sampel kuadran.
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan peubah-peubah yang telah diamati terhadap bobot biomassa tanaman jagung dan biomassa gulma. Peubah yang diamati antara lain tinggi jarak tanam dan perlakuan benih, tinggi tanaman, jumlah daun, bobot biomassa jagung berkelobot dan tanpa kelobot, dan biomassa gulma. Peubah tersebut kemudian diamati untuk mengetahui pengaruh peubah bobot terhadap tingkat persaingan antara gulma dan tanaman jagung. Pada perlakuan pengaruh jarak tanaman dan perlakuan benih terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun jagung saat 2, 4, 6, 8, dan 10 MST menghasilkan data bahwa tidak terdapat pengaruh keterkaitan antara jarak tanam dan jumlah benih terhadap tinggi tanaman maupun jumlah daun (Tabel.3). Dari hasil F hitung dengan taraf nyata 95%, korelasi antara jarak tanam dan perlakuan benih menghasilkan angka nol dan kurang dari satu yang membuktikan bahwa tidak ada atau hanya kecil sekali terdapat keterkaitan (Tabel. 1 dan Tabel.2). Terhadap faktor persaingan dengan gulma, terdapat pengeruh yang nyata pada 10 MST dimana dari uji F dengan taraf nyata 95% F, sehingga dapat dibuktikan adanya persaingan dengan gulma dalam memperoleh nutrisi dari lahan yang sama pada jarak tanam berbeda (Tabel. 4). Pengamatan hubungan antara jarak tanam dan perlakuan benih tidak mempengaruhi tinggi dan jumlah daun tanaman. Adengan kata lain, peubah tersebut tidak mempengaruhi fase vegetatif tanaman. Jagung merupakan tanaman C-4 yang dapat beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas dan hasil. Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C-4 beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasi surya yang tinggi dan suhu siang malam yang tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat yang menguntungkan dari tanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktifitas fotosintesis pada tanaman normal tinggi, fotorespirasi sangan rendah, transpirasi rendahh serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomi yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil (Muhadjir, 1988).
9
Peubah lain yang digunakan dalam percobaan yaitu komponen hasil yang meliputi bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot. Pengamatan tongkol dilakukan pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. Dari data perhitungan dengan uji F, taraf nyata 95%, pada 2-8 MST tidak terdapat pengaruh jarak tanam dan perlakuan benih pada bobot kering jagung berkelobot. Hal ini dapat dipastikan karena pada masa awal tanam tidak memungkinkan dalam pertumbuhan vegetatif sehingga tongkol tidak terbentuk. Dari data (Tabel.5 dan Tabel.6) juga menunjukkan tidak adanya korelasi antara bobot basah jagung berkelobot dan tanpa kelobot dengan jarak tanam ataupun perlakuan benih. Namun, terhadap persaingan dengan gulma, pada 10 MST menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga terdapat pengaruh jarak tanam dan perlakuan benih terhadap bobot basah jagung berkelobot. Bobot yang dihasilkan pada jarak tanam rapat lebih kecil dibandingkan dengan bobot pada jarak tanam lebar (Tabel.7). Pengamatan terhadap tongkol menunjukkan hasil yang nyata pada 10 MST. Hal ini disebabkan pada 10 MST sudah masuk pada fase generatif yang diawali dengan proses pembungaan jagung hingga pembentukkan tongkol. Pengaruh yang terlihat juga dipengaruhi oleh persaingan tanaman dengan gulma dimana jarak makin besarnya populasi gulma, maka makin besar pula kehilangan hasil yang akan dialami tanaman. Populasi yang besar akan meningkatkan persaingan tanaman dalam mempeoleh nutrisi yang sangat diperlukan pada fase pertumbuhan. Bila telah mengalami banyak kehilangan, maka pada saat pembentukkan hasil (biji) akan mengurangi bobot basahnya. Smith (1981) menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman budidaya adalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hama dan penyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi energi dalam pengendaliannya, menghalangi sistem irigasi, menyebabkan keracunan dan luka pada manusia dan hewan serta mengurangi nilai dan produktivitas dan estetika lahan. Pengamatanbeberapa peubah di atas menjelaskan bahwa persaingan tanaman terhadap gulmalah yang menjadi penentu keberhasilan produksi tanaman jagung. Grafik.1 menyatakan hubungan antara hasil nyata dengan densitas gulma per satuan luas.
10
250
hasil nyata (O)
200 150 y = -0.0002x2 + 0.1142x + 95.973 R2 = 0.3136
100 50 0 0
200
400
600
800
1000
1200
-50
Densitas (Z)
Grafik.1. Hubungan antara hasil nyata dan densitas per satuan luas
Pada saat kerapatan gula 200, maka hasil nyata yang diperoleh sebesar 171,54. Pada titik kerapatan 300 hasil nyata meningkat menjadi 214,43. Seangkan ketika kerapatan meningkat menjadi 400, maka hasil nyata yang dihasilkan sebesar 65, 584. Secara hiperbolik, grafik menunjukkan peningkatan hasil pada awal pertumbuhan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan gulma. Namun, setelah mencapai titik maksimum, maka hasil tidak lagi mengalami peningkatan, melainkan penurunan secara drastis terhadap peningkatan kerapatan gulma. Hal ini dikarenakan pada awal pertumbuhan, gulma beulum mampu menyaingi pertumbuhan tanaman jagung. Namun, pada vase generatif, tanaman sudah mulai mengurangi prosuksi biomassa pertumbuhan dan mengalihkannya unuk fase generatif, sedangkan gulma masih terus melakukan pertumbuhan vegetatif, sehingga pada akhirnya gulma mampu menekan pertumbuhan tanaman jagung (lihat Tabel.8). Penurunan hasil akibat kompetisi jagung dengan gulma dapat berkisar antara 16-62% (Bangun, 1988). Penurunan tersebut dikarenakan adanya persaingan nutrisi dengan tumbuhan gulma yang sangat beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi tanaman, jenis gulma, dan berbagai faktor bdidaya lainnya.
11
120 densitas 1 densitas 2 100
densitas 3 densitas 4 densitas 5
80
PST
densitas 6
60
40
20
0 2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
12 MST
Grafik.2. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuh
Grafik.2 menyatakan hubungan kompetisi antara gulma dan tanaman yang ditunjukkan dari tingkat densitas atau kerapatan gulma dan umur tanaman. Densitas 1 adalah tingkat kerapatan gulma yang ada pada populasi 100 tanaman. Pada populasi ini memiliki jarak tanam yang lebar, sehingga persaingan terhadap gulmanya pun tinggi. Berbeda dengan densitas 6 dengan jumlah populasi 1000 yang memiliki jarak tanam rapat, sehingga persaingan terhadap gulma sedikit. Hal ini disebabkan karena pada jarak tanam yang sempit, terdapat sedikit ruang tumbuh bagi gulma, sehingga menjadi salah satu solusi yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kultur teknis. Secara umum dapat dijelaskan bahwa semakin meningkat umur tanaman, maka semakin tinggi pula persaingan antara tanaman dengan gulma, karena tanaman dan gulma sama-sama melakukan pertumbuhan baik generatif maupun vegetatif sehingga membutuhkan nutrisi yang berasal dari sumber yang sama. Persaingan akan sangat tampak terjadi berkaitan dengan jenis tanaman dan jenis gulma. Tingkat persaingan tanaman jagung dengan gulma berdaun lebar umumnya akan menyebabkan kekalahan pada tanaman jagung. Hal ini dikarenakan gulma daun lebar adalah tumbuhan C3 yang lebih boros dalam memanfaatkan nutrisi dibandingkan dengan gulma rumput yang sebagian besar juga merupakan tanaman C4.
12
BAB V KESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa peubah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan jarak tanam dan perlakuan benih tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan komponen tumbuh tanaman jagung (tinggi, jumlah daun), namun memberikan hasil nyata pada komponen biomassanya (bobot tanaman). Namun ketiga komponen tersebut berkorelasi dimana semakin lebar jarak tanam atau semakin kecil populasi maka persaingan tumbuh antara tanaman dan gulma meningkat.
13
DAFTAR PUSTAKA Ashton, F. M. adnd T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principles and Pratice. 3rd Ed. John Wiley and Sons, Inc.: New York. 466 p. Bangun, P.1983. Pengendalian gulma pada tanaman jagung. Hal 83-95. Dalam Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswandi (ed.). Hasil Penelitian Jagung, Sorgum, dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fischer. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 874 hal. Muhadjir, F. 1988. Karakteristik tanaman jagung. Hal 33-38. Dalam Subandi, M. Syam dan A. Widjono (Eds.). Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Smith, J. R. 1981. Weed of Majpr Economic Importance in Rice and Yields Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Procidings of The Conference on Weed Control of Rice. IRRI. Manila. Philippines. Sudjana, A., A. Arifin, dan M. Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik (3): 1- 27. Suprapto dan J. A. R. Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya: Jakarta. 48 hal. Tjirtosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J Wiroatmojo (Eds.) 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia: Jakarta. 218 hal Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 123 hal.
14
LAMPIRAN
Tabel.1. Tabel sidik ragam tinggi tanaman Sumber keragaman
db
JK
KT
F Hit
Pr > F
KK 5,845,089
ulangan
3
847
282
1.90
0.1876
perlakuan JT
1
0.33264
0.33264
0.00
0.9631
3
331
110
0.74
0.5486
1
0.47254
0.47254
0.00
0.9560
galat
11
1,632
148
total
19
2,733
ulangan
3
2,908
969
4.94
0.0206
perlakuan JT
1
45
45
0.23
0.6418
perlakuan benih
3
613
204
1.04
0.4119
1
23
23
0.12
0.7364
galat
11
2,157
196
total
19
5,389
ulangan
3
5,937
1,979
3.74
0.0539
perlakuan JT
1
958
958
1.81
0.2113
perlakuan benih
2 MST
JT*benih
4MST
JT*benih
perlakuan benih
3
3,135
1,045
1.98
0.1883
JT*benih
1
1,609
1,609
3.04
0.1151
galat
9
4,761
529
total
17
12,489
ulangan
3
10,642
3,547
4.23
0.0324
perlakuan JT
1
9
9
0.01
0.9184
3
569
190
0.23
0.8765
1
1,712
1,712
2.04
0.1810
galat
11
9,230
839
total
19
21,360
ulangan
3
3,873
1,291
0.79
0.5501
perlakuan JT
1
18
18
0.01
0.9213
3
637
212
0.13
0.9384
JT*benih
1
135
135
0.08
0.7853
galat
5
8,191
1,638
total
13
14,829
perlakuan benih
6MST
8MST
JT*benih
perlakuan benih
10MST
38
40
3,866,478
51
15
Tabel. 2. Tabel sidik ragam jumlah daun sumber keragaman ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
12 MST
db 3 1 3 1 12 20 3 1 3 1 12 20 3 1 3 1 10 18 3 1 3 1 12 20 3 1 3 1 6 14 3 1 2 1 4 11
JK
KT
4 2 3 0.00427287 7.4194382 16.50666667 13 1 8 0.07814858 14.295125 34.50952381 17 0.58228338 11 0.20806971 23.79931287 48.79684211 20.68954054 4.16454313 2.73117364 4.16454313 2411045946 5964666667 4.68615385 0.9351717 0.19193659 0.64720223 12.09384615 18.59733333 7.07047619 3.6125 1.54815735 0.675 8.34285714 19.23666667
1 2 1 0.00427 0.61829
F Hit 2.35 3.27 1.73 0.01
Pr > F 0.1241 0.0957 0.2139 0.9351
KK 21
4 1 3 0.07815 1.19126
3.55 1.11 2.34 0.07
0.0477 0.3136 0.1246 0.8022
24
6 0.58228 4 0.20807 2.37993
2.32 0.24 1.49 0.09
0.1373 0.6315 0.2756 0.7735
29
6.89651 4.16454 0.91039 4.16454 2.0092
3.43 2.07 0.45 2.07
0.0522 0.1755 0.7199 0.1755
24
1.56205 0.93517 0.06398 0.6472 2.01564
0.77 0.46 0.03 0.32
0.5491 0.5212 0.9916 0.5915
25
2.35683 3.6125 0.77408 0.675 2.08571
1.13 1.73 0.37 0.32
0.4371 0.2585 0.7115 0.5999
24
16
Tabel 3. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun (helai)
Perlakukan
Kel
2MS T
4MS T
6MS T
8MS T
10MS T
12MS T
2MS T
4MS T
6MS T
8MS T
10MS T
12MS T
JT 100cmX40c m 1benih/lub ang
A
6.4
54
70
102
108
115
5
5
5
6
7
7
JT 100cmX40c m 2benih/lub ang JT 100cmX40c m 3benih/lub ang JT 100cmX20c m 2benih/lub ang JT 100cmX20c m 5benih/lub ang JT 100cmX20c m 3benih/lub ang
B
17
22
39
50
45
44
4
4
3
5
4
4
C
39
74
102
137
142
155
5
8
9
9
8
8
D
14
20
25
25
33
44
2.2
2.7
3.2
2.3
3.2
4.2
A
28
37
-
73.5
61
-
3
4
-
7
5
-
B
-
-
-
-
-
-
4
5
6
6
6
5
C
-
-
-
-
-
-
4
5
6
6
6
5
D
20
42
94
107
120
128
3
5
6
6
6
6
A
20.4 1
38.8
52.8 8
72.4 1
84.45
89.73
2
4
6
5
5
6
B
-
28
-
48
51
mati
-
3
-
4
5
mati
C
20
36
58
57.9
mati
mati
3.2
3.6
3.7
4.5
mati
mati
D
14
31
53
65.8
-
-
3
4
4
4
-
-
A
25
46
99
111
124
133
4
6
7
6
6
6
B
18
24
32
39.8
-
-
4
5
6
7
-
-
C
61
76
99
90.9
91
124
6
7
7
7
6
8
D
3.5
7.4
15
43
77
95
3
4
5
5
6
6
A
17
23
29
48.8
-
-
4
3
3
4
-
-
B
31.3 9
48.4 4
70.9
1,01 8
1,105
-
4
6
8
9
8
-
C
18
41
67
129
-
-
4
6
7
9
-
-
D
26
-
46
53.6
50
-
4
-
4
5
5
-
A
18
27
-
-
-
-
4
4
-
-
-
-
B
18
34
57
68.5
80
85
4
4
4
6
6
7
C
18
41
67
129
-
-
3.6
5.1
6.5
8.7
-
-
D
15
28
33
47.1
50
-
-
-
-
-
-
-
17
Tabel. 4. Tabel bobot kering gulma MS T 2
4
6
8
10
12
Sumber
DB
JK
KT
F Hitung
Pr>F
KK
Ulangan Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat Umum Ulangan
2
738.78540517
369.39270258
0.96
0.5852
132.6018
1
176.00732827
176.00732827
0.46
0.6215
2
925.97071579
462.98535789
1.20
0.5419
1
595.37520027
595.37520027
1.55
0.4311
1
384.86592400
384.86592400
8 3
5214.47178203
0.50
0.7197
Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat
1
1865.60521400 15643.4153461 0 2234.69611210
2234.69611210
0.21
0.6891
34718.6637536 7
11572.8879178 9
1.11
0.5065
0.05
0.8472
Umum
10
Ulangan
2
9840.92267346
0.53
0.6957
Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat
1
Umum
8
Ulangan Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat Umum Ulangan Perlakuan JT Perlakuan Benih JT*Benih Galat Umum Ulangan Perlakuan JT Perlakuan
3 1
499.40016003
499.40016003
2
20880.3406250 7 87880.8815321 8 19681.8453469 2 776.25418282
10440.1703125 3
776.25418282
0.04
0.8713
2
24865.5999337 5
12432.7999668 7
0.67
0.6528
1
1202.90724015
1202.90724015
0.07
0.8409
1
18463.5102802 5
2
18463.5102802 5 64975.2927980 0 1507.09896292
753.54948146
0.67
0.6539
1
2.08954682
2.08954682
0.00
0.9726
2
1725.61391050
862.80695525
0.77
0.6283
1
163.34010015
163.34010015
0.15
0.7683
1
1125.50185225
1125.50185225
8
4368.34353622
2
413.81868292
206.90934146
112.28
0.0666
1
892.74251250
892.74251250
484.45
0.0289
2
748.67500975
374.33750487
203.13
0.0496
0
0.00000000
1
1.84280625
7
1553.26124800
3
3059.30028442
1019.76676147
0.37
0.8016
1
185.85920000
185.85920000
0.07
0.8384
3
3465.11300442
1155.03766814
0.42
0.7802
201.4602
314.0632
225.5142
9.276977
1.84280625
284.6411
18
Benih JT*Benih Galat Umum
0
0.00000000
1
2761.44995025
8
9160.58223800
2761.44995025
Tabel. 5. Sidik ragam jagung berkelobot sumber keragaman ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total
db
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
12 MST
JK 2 1 2 1 1 8 2 1 2 1 1 8 2 1 2 1 1 8 2 1 2 1 1 8 2 1 2 0 1 7 3 1 3 0 1 8
KT
F Hit
Pr > F
739
369
0.96
0.5852
176
176
0.46
0.6215
926
463
1.2
0.5419
595
595
1.55
0.4311
385
385
KK 133
1,866 739
369
0.96
0.5852
176
176
0.46
0.6215
926
463
1.2
0.5419
595
595
1.55
0.4311
385
385
9,841
0.53
0.6957
133
1,866 19,682 776
776
0.04
0.8713
24,866
12,433
0.67
0.6528
1,203
1,203
0.07
0.8409
18,464
18,464
314
64,975 1,507
754
0.67
0.6539
2
2
0
0.9726
1,726
863
0.77
0.6283
163
163
0.15
0.7683
1,126
1,126
226
4,368 414
207
112.28
0.0666
893
893
484.45
0.0289
749
374
203.13
0.0496
0.37
0.8016
9
0 2 1,553 3,059
1,020
186
186
0.07
0.8384
3,465
1,155
0.37
0.7802
0.32
0.5999
0 2,761
285
2,761
9,161
19
Tabel. 6. Sidik ragam jagung tanpa kelobot sumber keragaman ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total ulangan perlakuan JT perlakuan benih JT*benih galat total
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
12 MST
db JK KT F Hit 2 73,878,540,517 36,939,270,258 0.96 1 17,600,732,827 17,600,732,827 0.46 2 92,597,071,579 46,298,535,789 1.20 1 59,537,520,027 59,537,520,027 1.55 1 38,486,592,400 38,486,592,400 8 186,560,521,400 3 1,564,341,534,610 521,447,178,203 0.50 1 223,469,611,210 223,469,611,210 0.21 3 3,471,866,375,367 1,157,288,791,789 1.11 1 49,940,016,003 49,940,016,003 0.05 2 2,088,034,062,507 1,044,017,031,253 10 8,788,088,153,218 2 1,968,184,534,692 984,092,267,346 0.53 1 77,625,418,282 77,625,418,282 0.04 2 2,486,559,993,375 1,243,279,996,687 0.67 1 120,290,724,015 120,290,724,015 0.07 1 1,846,351,028,025 1,846,351,028,025 8 6,497,529,279,800 2 150,709,896,292 75,354,948,146 0.67 1 208,954,682 208,954,682 0.00 2 172,561,391,050 86,280,695,525 0.77 1 16,334,010,015 16,334,010,015 0.15 1 112,550,185,225 112,550,185,225 8 436,834,353,622 2 41,381,868,292 20,690,934,146 112.28 1 89,274,251,250 89,274,251,250 484.45 2 74,867,500,975 37,433,750,487 203.13 0 0.00000000 . . 1 184,280,625 184,280,625 7 155,326,124,800 3 1 3 0 1 8
Pr > F
KK
0.5852
1,326,018
0.6215 0.5419 0.4311
0.7197 0.6891 0.5065 0.8472
0.6957
0.6528 0.8409
0.6539
0.6283 0.7683
0.0666
9,276,977
0.0289 0.0496 .
0.37
0.8016
18,585,920,000
18,585,920,000
0.07
0.8384
346,511,300,442
115,503,766,814
0.42
0.7802
.
.
276,144,995,025
2,255,142
0.9726
101,976,676,147
.
3,140,632
0.8713
305,930,028,442
0.00000000
2,014,602
2,846,411
276,144,995,025
916,058,223,800
20
Tabel.7. Pengamatan bobot basah (gram) tongkol 10 tanaman contoh Perlakukan
Kelompok Berkelobot A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D
JT 100cmX40cm 1benih/lubang JT 100cmX40cm 2benih/lubang JT 100cmX40cm 3benih/lubang JT 100cmX20cm 2benih/lubang JT 100cmX20cm 5benih/lubang JT 100cmX20cm 3benih/lubang
22.9
Tanpa kelobot 18.763
tidak diamati 212.5 123.5 169.2 117.5 tidak diamati 132.92 90.4 tidak ada tongkol mati mati mati tidak diamati 136.6 95.4 59.7 0.452 0.331 tidak diamati 0.388889 0.302222222 tidak diamati 40.28 14.2 tidak diamati 0.388889 0.302222222 tidak diamati
Tabel.8. Pengamatan bobot kering tanaman jagung Perlakukan
Kel
JT 100cmX40c m 1benih/lub ang
A B C
JT 100cmX40c m 2benih/lub ang
BK 1.65 0.8613 0.214 0.55366 7 0.81974 2 0.861
BK 1.744 1.173 2.48
C
0.333
0.78
D
0.53
0.31
D
A B
1.287 1.671
BK 23.26 1.51139 5.21 2.39866 7 8.09501 4
0.384 12.4433 3 0.109
BK 36.79 1.9963 7.28
BK 57.32 7.5 14.31
3.46667
3.864
12.3832 4 6.5 5.74666 7 1.14423
20.7485
BK 64.35 29.16 6.06033 3 33.1901 1
77 5.47666 7 7.038
6.68 9.004
21
JT 100cmX40c m 3benih/lub ang
A B C
0.57466 7 0.83 0.114
JT 100cmX20c m 5benih/lub ang
JT 100cmX20c m 3benih/lub ang
7.842 7.930
D
A B C
0.73 0.14 0.102
1.29433 3 0.729 0.37 0.774
D
0.108
0.221
1.633
0.215
0.791
0.8
0.27
0.5235
1.42425
3.72025
11.9502 5
15.4442 5
A B C
0.35 0.543
0.94 1.891
1.89 2.876
5.68 5.21
6.433
8.46
D
0.094
0.75
2.71333
9.333
46.5
0.329
1.19366 7
2.49311
6.741
26.4665
8.46
0.472 JT 100cmX20c m 2benih/lub ang
0.49133 6.27616 3 5 0.96 0.22 0.343 1.057 2.58 5.67
3 4.46363 29.8382 3 2 2.41 6.070 1,96 2.428 14.5
2.31566 7 0.153 0.69 3.221
6.446
6.07
7.93
1.337 0.67 12.659
7.087 0.46 39.463
8.987 1.89 50.1
A B C
0.571 0.26667
0.27
0.98
1.02
0.78
1.16
D
0.105
0.128
0.134
0.205
0.232
0.316
0.31422 3
0.199
0.55533 4
0.61416 5
0.506
0.738
Tabel.9. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuh Populasi 100 200 300 400 600 1000
densitas 1 densitas 2 densitas 3 densitas 4 densitas 5 densitas 6
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
12 MST
2.469846
5.034649
24.38992
37.31016
62.51431
100.0003
1.925827
1.646559
21.03272
14.95856
99.99404
26.28016
5.952081
16.32198
29.20135
81.28625
76.54477
100
1.748705
3.390544
9.224417
24.09488
77.39799
100.0275
42.57769
26.96477
75.24844
83.22019
68.56369
100
1.242917
4.509508
9.418625
25.46657
99.98678
31.96071
22
Perhitungan tinggi tanaman dengan 10
SAS The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday, 28
General Linear Models Procedure
Class Levels 4
Values
j1 j2
4
b1 b2 b3 b5
20
M2
20
M4
18
M6
20
M8
14
M10
General Linear Models Procedure
Source Sum of Squares F Value Pr > F
Number of
Dependent Variables
29
JT
observations in data set = 24 Group 1 2
Source Type III SS F Value
22:47 Sunday,
Dependent Variable: M2
BNIH
Obs
NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.
UL 1 2 3 4
2
M12
The SAS System January 26, 1997
Class Level Information
1.68 0.2289 JT 4.39862904 0.03 0.8664 BNIH 349.65857906 0.79 0.5266 JT*BNIH 0.47253640 0.00 0.9560
6
Model 1101.26664650 0.93 0.5302
DF Mean Square 8 137.65833081
Error 1631.96967830
11
Corrected Total 2733.23632480
19
1 4.39862904 3 116.55285969 1 0.47253640 DF Mean Square
Pr > F
UL 847.01806312 1.90 0.1876 JT 0.33263769 0.00 0.9631 BNIH 330.55875133 0.74 0.5486 JT*BNIH 0.47253640 0.00 0.9560
3 282.33935437 1 0.33263769 3 110.18625044 1 0.47253640
148.36087985 The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday, 30
R-Square Root MSE
C.V. M2 Mean
General Linear Models Procedure
58.45089 20.83860000
0.402917 12.18034810
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2
3 4
Source Type I SS Value
DF Mean Square
5
UL 746.73690200
Pr > F 3 248.91230067
F
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05
df= 11
MSE= 148.3609
23
Number WARNING: Cell sizes are not equal.
of Means
Harmonic Mean of cell sizes= 9.9
Critical Range
Number of Means
Means with the same letter are not significantly different.
Critical Range
2
2
3
17.91 18.74 19.23
12.05 Grouping
Grouping A
Mean 21.581
11
Duncan N JT
Mean
j2
Source Sum of Squares F Value Pr > F Model 3232.02712156 2.06 0.1324
25.939
6
b2
20.273
3
b5
A A
A
A
19.931
9
19.205
4
b1
A
General Linear Models Procedure
N
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
4
Level of Level --------------M2------------JT BNIH Mean SD 19.2050000
2
23.8650000
3
18.2766667
4
26.9762500
4
17.1670000
3
20.2730000
Alpha= df= 11
19
MSE= 148.3609
WARNING: Cell sizes are not equal.
j1 14.0041101 j1 5.4659354 j1 3.3629501 j2 24.4002853 j2 1.4903219 j2 4.7624667
b1 b2 b3 b2 b3 b5
Harmonic Mean of cell sizes= 4.48 The SAS System
196.10192867
R-Square Root MSE
b3
22:47 Sunday, 31
404.00339020
Corrected Total 5389.14833695
38.35778 36.50795000 of
0.05
7
Mean Square
8
11
C.V. M4 Mean 17.643
DF
Error 2157.12121539
j1 A
The SAS System January 26, 1997
Dependent Variable: M4
Duncan N BNIH
A A
32
General Linear Models Procedure
Means with the same letter are not significantly different. A
January 26, 1997
4
22:47 Sunday,
Source Type I SS Value
Pr > F
UL 2406.33693792 4.09 0.0354 JT 205.76203210 1.05 0.3277 BNIH 596.54802745 1.01 0.4233 JT*BNIH 23.38012410 0.12 0.7364 Source Type III SS
0.599729 14.00363984
DF Mean Square 3
F
802.11231264
1 205.76203210 3 198.84934248 1 23.38012410 DF Mean Square
24
F Value
Pr > F
A
UL 2908.36880161 4.94 0.0206 JT 44.85906964 0.23 0.6418 BNIH 613.43215210 1.04 0.4119 JT*BNIH 23.38012410 0.12 0.7364
3
38.278
10
j1 A
A 969.45626720
1 44.85906964
A A
34.738
10
j2
A The SAS System January 26, 1997
34
8
b3
32.05
2
b5
A
3 204.47738403 1 23.38012410
32.88
22:47 Sunday, of
General Linear Models Procedure
N
Level of Level --------------M4------------JT BNIH Mean SD
Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday,
33
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate 0.05
df= 11
WARNING: Cell sizes are not equal.
0.05
df= 11
MSE= 196.1019
Number of Means
Number
Critical Range
13.78
Critical Range
3
Mean
Duncan N JT
2
39.6950000
4
33.4125000
4
38.4737500
4
32.3482500
2
32.0455000
j1 26.3197435 j1 3.2597623 j1 4.6990026 j2 29.5851723 j2 6.5794246 j2 12.4387154
b1 b2 b3 b2 b3 b5
A
Mean
Duncan N BNIH
35
22:47 Sunday,
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M6 Source Sum of Squares F Value Pr > F
DF Mean Square
42.44
4
b1
Model 7727.94692583 1.83 0.1940
8
6
b2
Error 4761.06179086
9
38.88
A A
The SAS System January 26, 1997
4
22.24 23.27 23.88
Grouping
Means with the same letter are not significantly different. Grouping
2
Means with the same letter are not significantly different.
2
42.4350000
Harmonic Mean of cell sizes= 3.84 of Means
Alpha=
Alpha=
MSE= 196.1019
4
965.99336573
529.00686565
25
Corrected Total 12489.00871670
The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday, 36
General Linear Models Procedure 0.618780 23.00014925
39.92194 57.61280889
DF Mean Square Pr > F
UL 4036.37970549 2.54 0.1215 JT 275.61401025 0.52 0.4887 BNIH 1806.60646655 1.14 0.3848 JT*BNIH 1609.34674354 3.04 0.1151 Source Type III SS F Value
Pr > F
3 1345.45990183 1 275.61401025 3
Duncan's Multiple Range Test for variable: M6
F
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05
df= 9
DF Mean Square
WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 8.888889 Number of Means
Alpha= 0.05
Critical Range
Mean
Duncan N JT
3 1979.14367780
WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4.210526 of Means
A
3 1045.11938292
A
2
Critical Range
3
61.57
Number
4
35.86 37.43 38.33
Grouping A
8
Mean
Duncan N BNIH
67.69
5
b2
58.74
4
b1
53.49
6
b3
47.55
3
b5
A A
1 958.22105352
MSE= 529.0069
24.68
Means with the same letter are not significantly different.
A
df= 9
Means with the same letter are not significantly different.
2
Grouping UL 5937.43103339 3.74 0.0539 JT 958.22105352 1.81 0.2113 BNIH 3135.35814876 1.98 0.1883 JT*BNIH 1609.34674354 3.04 0.1151
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
MSE= 529.0069
602.20215552 1 1609.34674354
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M6
R-Square Root MSE
C.V. M6 Mean
Source Type I SS Value
17
j1 A A
54.45
10
j2
1 1609.34674354
A A
The SAS System January 26, 1997
37
22:47 Sunday, Level of
Level
26
of
--------------M6------------JT BNIH Mean SD
N 4
58.7438900
1
94.0000000
3
54.5266667
4
61.1150000
3
52.4600000
3
47.5450000
The SAS System January 26, 1997
j1 34.2334980 j1 . j1 3.1868689 j2 44.0583201 j2 17.6938104 j2 18.8790208
b1 b2 b3 b2 b3 b5
22:47 Sunday, 38
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M8 Source Sum of Squares F Value Pr > F Model 12130.01748617 1.81 0.1790
DF Mean Square 8 1516.25218577
Source Type I SS Value
DF Mean Square
Pr > F
UL 10015.32600127 3.98 0.0382 JT 1.83771442 0.00 0.9635 BNIH 401.35090323 0.16 0.9214 JT*BNIH 1711.50286725 2.04 0.1810 Source Type III SS F Value
3
rate, not the F
3338.44200042
0.05
df= 11
Number of Means
3 133.78363441
Critical Range
DF Mean Square Pr > F
2 28.51
Means with the same letter are not significantly different. Grouping A
3
Alpha=
MSE= 839.1338
1 1.83771442
1 1711.50286725
UL 10642.32866245 4.23 0.0324 JT 9.22435911 0.01 0.9184 BNIH 568.55218604 0.23 0.8765 JT*BNIH 1711.50286725 2.04 0.1810
experimentwise
error rate
Mean
Duncan N JT
75.97
10
j2
73.87
10
j1
A 3547.44288748
A
1 9.22435911 3 189.51739535 1 1711.50286725
The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday, 40
General Linear Models Procedure Error 9230.47219263
11
Corrected Total 21360.48967880
19
C.V. M8 Mean 38.66478 74.92040000
839.13383569
Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday,
General Linear Models Procedure
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Duncan's Multiple Range Test for variable: M8
0.05
39
R-Square Root MSE 0.567872 28.96780688
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error
Alpha= df= 11
MSE= 839.1338
WARNING: Cell sizes are not equal.
27
Harmonic Mean of cell sizes= 4.48 Number of Means
2
Critical Range
3
General Linear Models Procedure
Means with the same letter are not significantly different.
A
Mean
Duncan N BNIH
N
Mean Square
Model 6638.25796320 0.51 0.8128
8
77.53
6
b2
Error 8190.78629353
5 1638.15725871
Corrected Total 14829.04425673 76.98
3
b5
69.74
7
b3
Level of Level --------------M8------------JT BNIH Mean SD
4
78.5275000
2
90.2350000
4
61.0212500
4
71.1700000
3
81.3696667
3
76.9846667
j1 50.5599350 j1 23.7092904 j1 10.5275340 j2 35.3528679 j2 42.2134803 j2 44.6980468
b1 b2 b3 b2 b3 b5
Source Type I SS Value
829.78224540
DF Mean Square
Pr > F
UL 3873.24391297 0.79 0.5501 JT 17.69096334 0.01 0.9213 BNIH 637.38980506 0.13 0.9384 JT*BNIH 135.30439419 0.08 0.7853
3 1291.08130432 1 17.69096334 3 212.46326835 1 135.30439419
13 The SAS System January 26, 1997
R-Square Root MSE
C.V. M10 Mean
22:47 Sunday, 42
General Linear Models Procedure
50.77059 79.71968093 of
DF
b1
A A
Source Sum of Squares F Value Pr > F
4
A A
Dependent Variable: M10
78.53
A A
41
Source Type III SS F Value
22:47 Sunday,
4
42.60 44.56 45.73
Grouping
The SAS System January 26, 1997
0.447652 40.47415544
DF Mean Square Pr > F
UL 5866.32127738 1.19 0.4012 JT 6.28932318 0.00 0.9530 BNIH 630.34296845 0.13 0.9393 JT*BNIH 135.30439419 0.08 0.7853
Duncan's Multiple Range Test for variable: M10
F
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
3 1955.44042579
0.05
1 6.28932318
WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 6.857143
3 210.11432282 1 135.30439419
Alpha= df= 5
MSE= 1638.157
Number of Means Critical Range
2 56.19 Means with the same
28
letter are not significantly different. Grouping
Mean
Duncan N JT
A
80.57
8
b2
82.05
4
b1
Error 1674.99083333
2
Corrected Total 12286.27247840
9
A A 78.58
6
j2
43
66.25
of
50.27
Alpha=
MSE= 1638.157
WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.352941 Number of Means
2
Critical Range
3 95.9
b5
0.863670 28.93951307
4
82.0500000
2
90.7041665
2
67.4875000
3
97.0666667
2 1
j1 51.9876748 j1 41.4305651 j1 23.9885976 j2 24.3816188 j2 21.7945866 j2 .
65.0111000 50.2700000
The SAS System January 26, 1997
44
b1 b2 b3 b2 b3 b5
22:47 Sunday,
Source Type I SS Value
DF Mean Square
F
Pr > F
UL 6416.73864373 2.55 0.2938 JT 425.12400933 0.51 0.5501 BNIH 1136.12365692 0.68 0.5958 JT*BNIH 2633.29533508 3.14 0.2182 Source Type III SS F Value
Pr > F
3 2138.91288124 1 425.12400933 2 568.06182846 1 2633.29533508 DF Mean Square
4 98.9 100.2
Means with the same letter are not significantly different. Grouping
1
Level of Level -------------M10------------JT BNIH Mean SD
Duncan's Multiple Range Test for variable: M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
R-Square Root MSE
C.V. M12 Mean 28.58156 101.25240000
N
df= 5
b3
22:47 Sunday,
General Linear Models Procedure
0.05
4
A A
The SAS System January 26, 1997
837.49541667
j1
A A
1515.89737787
A A
A
5
Model 10611.28164507 1.81 0.4013
7
94.52
Mean
Duncan N BNIH
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M12 Source Sum of Squares F Value Pr > F
DF Mean Square
UL 8194.60583333 3.26 0.2434 JT 58.74906420 0.07 0.8159 BNIH 972.04673906 0.58 0.6328
3 2731.53527778 1 58.74906420 2 486.02336953
29
JT*BNIH 2633.29533508 3.14 0.2182
1 2633.29533508
of The SAS System January 26, 1997
The SAS System January 26, 1997
22:47 Sunday, 45
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05
df= 2
22:47 Sunday, 46
N
General Linear Models Procedure
4
89.450000
Duncan's Multiple Range Test for variable: M12
1
128.000000
1
89.730000
3
117.183333
1
85.444000
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05
df= 2
MSE= 837.4954
WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3
MSE= 837.4954
WARNING: Cell sizes are not equal.
Number of Means
Harmonic Mean of cell sizes= 4.8
Critical Range
Number of Means
Means with the same letter are not significantly different.
Critical Range
2
Grouping
Mean
Duncan N JT
109.25
4
A
Mean
Duncan N BNIH
119.89
4
b2
89.45
4
b1
b2 b3 b2 b3
The SAS System Sunday, January 26, 1997 1
23:27
General Linear Models Procedure Class Level Information Values
4 1234
JT
2 j1 j2
BNIH
4 b1 b2 b3 b5
Number of observations in data set = 22
A
A 6
b1
Perhitungan perbedaan bobot kering gulma dengan SAS
UL
A 95.92
j1 54.9655498 j1 . j1 . j2 20.0743825 j2 .
Class Levels
j2
A A
3
101.7 101.7
Grouping
A A
2
80.38
Means with the same letter are not significantly different.
Level of Level -------------M12------------JT BNIH Mean SD
87.59
2
b3
Group Obs Dependent Variables 1
9 M2 M6 M8
2
11 M4
3
8 M10
j1
30
4
9 M12
NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.
The SAS System Sunday, January 26, 1997 2
23:27
General Linear Models Procedure
595.37520027
1.55
Source Square
DF Pr > F
F Value
UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20 JT*BNIH 1 595.37520027 1.55
0.4311 Type III SS
Mean
738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419 595.37520027 0.4311
Source Square
Dependent Variable: M2 Source Square
DF Sum of Squares F Value Pr > F
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 3
23:27
General Linear Models Procedure Model 211.53418429 Error 384.86592400
7 0.55
1480.73929000 0.7806
1
5761.77391153 JT 1 4290.83587883 BNIH 11866.35883209 JT*BNIH 1202.90724015
F Value
0.31
0.8286 4290.83587883 0.23 0.7140 2 23732.71766419 0.64 0.6615 1 1202.90724015 0.07 0.8409 DF Pr > F
UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07
Type III SS
Mean
19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409
Dependent Variable: M6
384.86592400
Source Square
DF Sum of Squares F Value Pr > F
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 4
23:27
General Linear Models Procedure Corrected Total
8
R-Square
1865.60521400 C.V.
Model 6644.54035968
7 0.36
46511.78251775 0.8605
M2 Mean
Error 1 18463.51028025
0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667
Corrected Total
18463.51028025
8
DF F Value Pr > F
Type I SS
UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027
Mean
Source Square
64975.29279800
R-Square Source Square
Dependent Variable: M8
Root MSE
C.V.
F Value
Model 463.26309771
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41
Error 1 1125.50185225
0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333
Corrected Total R-Square
UL
DF F Value Pr > F 3
Type I SS
17285.32173458
3242.84168397 0.8370
Root MSE
M6 Mean
Source Square
Mean
Mean
1125.50185225
8
4368.34353622 C.V.
Root MSE
M8 Mean 0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444
31
Harmonic Mean of cell sizes= 4 Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77 JT*BNIH 1 163.34010015 0.15 Source Square
Type I SS
Mean
934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286 163.34010015 0.7683
DF F Value Pr > F
Type III SS
Means with the same letter are not significantly
Duncan Grouping A A A
Mean
3 j2
14.88
The SAS System Sunday, January 26, 1997 7
N JT
23:27
General Linear Models Procedure
3 j2
Duncan's Multiple Range Test for variable: M8
14.75
6 j1 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 6
23:27
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 301.4
Duncan's Multiple Range Test for variable: M6
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
The SAS System Sunday, January 26, 1997 5
19.49
Number of Means 2 Critical Range 176.3
different.
UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283 JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683
A
23:27
different. Duncan Grouping
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
A A A
Mean 18.07
6 j1
8.49
3 j2
N JT
General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 1221
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal.
different. Duncan Grouping A A
Mean 55.15
The SAS System Sunday, January 26, 1997 8
N JT
23:27
General Linear Models Procedure
6 j1
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2
32
Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Duncan Grouping Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
different.
A A A A A A A
Means with the same letter are not significantly
Mean
N
BNIH A A A A A A A
25.69
2 b1
13.27
4 b3
13.10
1 b5
7.79
2 b2
Mean
N
BNIH
different. Duncan Grouping
145.1
2 b1
19.8
1 b5
15.7
2 b2
12.0
4 b3
The SAS System Sunday, January 26, 1997 10
Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 The SAS System Sunday, January 26, 1997 9
23:27
General Linear Models Procedure
A A A A A A A
Means with the same letter are not significantly
Duncan Grouping Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal.
Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1 Means with the same letter are not significantly different.
N
37.36
2 b1
25.34
1 b5
5.64
4 b3
5.62
2 b2
--------------M2------------Mean
SD
j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . j1 b3 3 7.9803333 9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . j2 b3 1 29.1540000 . j2 b5 1 13.1000000 . Level of Level of
Duncan's Multiple Range Test for variable:
Mean
BNIH
------Mean
32.8048049 .
12.370000
4.8731973 .
18.975000
.
19.752000
.
19.752000
--------------M8-----------
-JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
37.3635000
j1 j1 j2 j2
b2 b3 b2 b3
1 3 1 1
11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000
SD
50.9420938 . 4.3303516 . .
33
j2
b5
1
25.3400000
The SAS System Sunday, January 26, 1997 11
. 23:27
General Linear Models Procedure
5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05
0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472
Sunday, January 26, 1997 13 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4
Dependent Variable: M4 Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 8375.06761339
8 0.80
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 12
67000.54090712 0.6621
23:27
Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316
General Linear Models Procedure Error 2 10440.17031253
20880.34062507
Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2
Duncan's Multiple Range Test for variable: M4
Corrected Total
10
87880.88153218
R-Square
C.V.
Means with the same letter are not significantly Root MSE
M4 Mean
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
N
BNIH 0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273
Source Square
DF F Value Pr > F
UL 3 7601.23562017 0.73 JT 1 8257.68670305 0.79 BNIH 3 11813.24906117 1.13 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05 Source Square UL
F Value
Mean
22803.70686052 0.6228 8257.68670305 0.4676 35439.74718351 0.5008 499.40016003 0.8472
DF Pr > F 3
Type I SS
Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909
Type III SS
15643.41534610
A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly
194.51
2 b1
22.54
3 b2
18.67
4 b3
13.30
2 b5
different. Duncan Grouping A A A
Mean 71.95
N JT
7 j1
Level of Level of
--------------M4-----------
-13.56
4 j2
Mean
JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
194.510000
j1 j1
b2 b3
2 3
32.903500 16.283333
SD
184.816499 The SAS System
23:27
46.070128 10.701304
34
j2 j2 j2
b2 b3 b5
1 1 2
1.800000 25.824000 13.300000
The SAS System Sunday, January 26, 1997 14
. . 3.889087 23:27
General Linear Models Procedure
UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .
413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000
The SAS System Sunday, January 26, 1997 16
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .
Dependent Variable: M10 Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 258.56974029
6 140.31
Error 1.84280625
1
M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 15
1551.41844175 0.0645
23:27
23:27
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286
General Linear Models Procedure 1.84280625
Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63
Duncan's Multiple Range Test for variable: M10
Corrected Total
7
R-Square
1553.26124800 C.V.
Means with the same letter are not significantly Root MSE
M10 Mean
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
N
BNIH 0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000
Source Square
DF F Value Pr > F
UL 3 168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . . Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
504.48090900 0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000
Type III SS
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Mean
A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly
21.493
2 b2
15.590
1 b5
15.471
3 b3
6.039
2 b1
different. Duncan Grouping
.
Mean
A A A
Mean 16.852
N JT
6 j1
Level of Level of
-------------M10-----------
-7.978
2 j2
JT
BNIH
j1 j1
b1 b2
N 2 1
Mean
6.0385000 42.6200000
SD 2.4741666 .
35
j1
b3
3
15.4706667
j2 j2
b2 b5
1 1
0.3650000 15.5900000
Square
F Value
Pr > F
14.3097867
The SAS System Sunday, January 26, 1997 17
. . 23:27
General Linear Models Procedure
UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .
The SAS System Sunday, January 26, 1997 19
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .
Dependent Variable: M12 Source Square
F Value
Model 914.16175539
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33
M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 18
6399.13228775 0.8742
23:27
23:27
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154
General Linear Models Procedure Error 1 2761.44995025
2761.44995025
Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0
Duncan's Multiple Range Test for variable: M12
Corrected Total
8
R-Square
9160.58223800 C.V.
Means with the same letter are not significantly Root MSE
M12 Mean
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
N
BNIH 0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667
Source Square
DF F Value Pr > F
Type I SS
UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source
DF
Type III SS
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean
A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 472.1 Means with the same letter are not significantly
53.13
2 b1
11.59
1 b5
8.75
3 b2
7.35
3 b3
different. Duncan Grouping
.
Mean
A A A
Mean 24.93
N JT
6 j1
Level of Level of
-------------M12-----------
-5.52
3 j2
JT
BNIH
j1
b1
N 2
Mean
SD
53.1340000
36
74.5870375
General Linear Models Procedure j1 j1 j2 j2
b2 b3 b2 b5
1 3 2 1
21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000
. 11.3358695 0.7212489 .
The SAS System Sunday, January 26, 1997 20
Source Square
DF Sum of Squares F Value Pr > F
Mean
Error 384.86592400
7 0.55
1480.73929000 0.7806
1
Dependent Variable: M6
384.86592400
8
Source Square
1865.60521400
R-Square
F Value
C.V.
Corrected Total
9 M2 M6 M8
2
11 M4
9 M12
Type I SS
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 21
23:27
18463.51028025
8
64975.29279800
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20
Type III SS
738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419
C.V.
Root MSE
M6 Mean 0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333
UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311
NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.
46511.78251775 0.8605
R-Square DF F Value Pr > F
Group Obs Dependent Variables 1
7 0.36
Error 1 18463.51028025
0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667
Source Square
4
Mean
Root MSE
Number of observations in data set = 22
8 M10
DF Sum of Squares Pr > F
Model 6644.54035968
M2 Mean
4 b1 b2 b3 b5
3
23:27
Values
2 j1 j2
BNIH
The SAS System Sunday, January 26, 1997 22
General Linear Models Procedure Model 211.53418429
4 1234
JT
595.37520027 0.4311
Dependent Variable: M2
Corrected Total UL
1 1.55
23:27
General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels
JT*BNIH 595.37520027
Source Square
Mean
F Value
DF Pr > F
UL 3 5761.77391153 0.31 JT 1 4290.83587883 0.23 BNIH 2 11866.35883209 0.64 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07 Source Square
F Value
Type I SS
Mean
17285.32173458 0.8286 4290.83587883 0.7140 23732.71766419 0.6615 1202.90724015 0.8409
DF Pr > F
Type III SS
Mean
37
UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07
19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409
The SAS System Sunday, January 26, 1997 23
23:27
General Linear Models Procedure
JT*BNIH 163.34010015
1 0.15
Source Square
DF Pr > F
F Value
163.34010015 0.7683
A A
Type III SS
F Value
Model 463.26309771
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41
UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283 JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683
The SAS System Sunday, January 26, 1997 25
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 24
3242.84168397 0.8370
6 j1
Mean
Dependent Variable: M8 Source Square
14.75
23:27
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
General Linear Models Procedure Error 1 1125.50185225
1125.50185225
Number of Means 2 Critical Range 1221
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2
Corrected Total
8
4368.34353622
R-Square
C.V.
Means with the same letter are not significantly Root MSE
M8 Mean
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77
Type I SS
934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286
different. Duncan Grouping
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean
A A A
Mean 55.15
6 j1
19.49
3 j2
N JT
Number of Means 2 Critical Range 176.3 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A
Mean 14.88
3 j2
N JT
The SAS System Sunday, January 26, 1997 26
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable:
38
M8
A A A A A A A
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
N
BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 301.4 Means with the same letter are not significantly
25.69
2 b1
13.27
4 b3
13.10
1 b5
7.79
2 b2
145.1
2 b1
19.8
1 b5
15.7
2 b2
12.0
4 b3
The SAS System Sunday, January 26, 1997 29
different.
23:27
General Linear Models Procedure Duncan Grouping
Mean
N JT
Duncan's Multiple Range Test for variable: M8
A A A
18.07
6 j1
8.49
3 j2
The SAS System Sunday, January 26, 1997 28
23:27
General Linear Models Procedure
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Duncan's Multiple Range Test for variable:
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
M6 The SAS System Sunday, January 26, 1997 27
23:27
General Linear Models Procedure
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Duncan's Multiple Range Test for variable:
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
M2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4
Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1
BNIH
Mean
N
Mean
N
BNIH A A A A A A A
37.36
2 b1
25.34
1 b5
5.64
4 b3
5.62
2 b2
39
Model 8375.06761339
8 0.80
The SAS System Sunday, January 26, 1997 31
67000.54090712 0.6621
23:27
General Linear Models Procedure Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD
--------------M2------------Mean
SD
-------
Error 2 10440.17031253
Level of Level of
M4
32.8048049
10
87880.88153218
R-Square
C.V.
Root MSE
M4 Mean .
0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273
4.8731973 .
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
12.370000 Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909
18.975000 .
19.752000
.
19.752000
--------------M8-----------
-N
Duncan's Multiple Range Test for variable:
Mean Corrected Total
j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . j1 b3 3 7.9803333 9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . j2 b3 1 29.1540000 . j2 b5 1 13.1000000 .
20880.34062507
JT
BNIH
Mean
j1
b1
2
37.3635000
j1 j1 j2 j2 j2
b2 b3 b2 b3 b5
1 3 1 1 1
11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000 25.3400000
SD
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 7601.23562017 0.73 JT 1 8257.68670305 0.79 BNIH 3 11813.24906117 1.13 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05
Type I SS
Mean
22803.70686052 0.6228 8257.68670305 0.4676 35439.74718351 0.5008 499.40016003 0.8472
Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A
Mean 71.95
7 j1
13.56
4 j2
N JT
50.9420938
The SAS System Sunday, January 26, 1997 30
. 4.3303516 . . . 23:27
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M4 Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Mean
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05
Type III SS
15643.41534610 0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 32
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
40
Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316 Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2 Means with the same letter are not significantly
Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 258.56974029
6 140.31
Error 1.84280625
1
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 34
1551.41844175 0.0645
23:27
General Linear Models Procedure 1.84280625 Duncan's Multiple Range Test for variable:
different.
M10 Corrected Total Duncan Grouping
Mean
7
1553.26124800
N
BNIH
R-Square
C.V.
Root MSE
M10 Mean A A A A A A A
Level of Level of
194.51
2 b1
22.54
3 b2
18.67
4 b3
13.30
2 b5
0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000
Source Square
--------------M4-----------
-JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
194.510000
j1 j1 j2 j2 j2
b2 b3 b2 b3 b5
2 3 1 1 2
32.903500 16.283333 1.800000 25.824000 13.300000
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
SD
F Value
DF Pr > F
UL 3 168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .
Type I SS
504.48090900 0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Mean
Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A
.
Mean
N JT
16.852
6 j1
7.978
2 j2
184.816499
The SAS System Sunday, January 26, 1997 33
46.070128 10.701304 . . 3.889087 23:27
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M10
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .
Type III SS
413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 35
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .
M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the
41
experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286 Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63
Source Square
F Value
Model 914.16175539
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 37
6399.13228775 0.8742
General Linear Models Procedure Error 1 2761.44995025
2761.44995025 Duncan's Multiple Range Test for variable:
Means with the same letter are not significantly different.
M12 Corrected Total
Duncan Grouping
Mean
N
BNIH
8
R-Square
9160.58223800 C.V.
Root MSE
M12 Mean A A A A A A A
21.493
2 b2
15.590
1 b5
15.471
3 b3
6.039
Level of Level of
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667
Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean
Number of Means 2 Critical Range 472.1
2 b1
-------------M10-----------
-N
23:27
JT
BNIH
Mean
SD
j1 j1 j1
b1 b2 b3
2 1 3
6.0385000 42.6200000 15.4706667
2.4741666 .
j2 j2
b2 b5
1 1
0.3650000 15.5900000
.
UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source Square
F Value
DF Pr > F
Type III SS
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A
.
Mean 24.93
6 j1
5.52
3 j2
N JT
Mean
14.3097867
The SAS System Sunday, January 26, 1997 36
. 23:27
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M12
UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .
The SAS System Sunday, January 26, 1997 38
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .
M12 NOTE: This test controls the type I
42
comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
384.86592400 Class Levels
Values Corrected Total
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154
UL
2 j1 j2
BNIH
Means with the same letter are not significantly
4 b1 b2 b3 b5
Number of observations in data set = 22
N
2 b1
11.59
1 b5
8.75
3 b2
7.35
3 b3
1
9 M2 M6 M8
2
11 M4
3
8 M10
4
9 M12
-------------M12-----------
-JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
53.1340000
j1 j1 j2 j2
b2 b3 b2 b5
1 3 2 1
21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000
SD
The SAS System Sunday, January 26, 1997 40
74.5870375
23:27
General Linear Models Procedure
The SAS System Sunday, January 26, 1997 39
. 11.3358695 0.7212489 .
DF Pr > F
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20 JT*BNIH 1 595.37520027 1.55
Mean
Type III SS
Mean
738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419 595.37520027 0.4311
Dependent Variable: M2 Source Square
DF Sum of Squares F Value Pr > F
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 41
23:27
General Linear Models Procedure Class Level Information
Type I SS
UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311
NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values. Level of Level of
F Value
Group Obs Dependent Variables
BNIH 53.13
Root MSE
0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667
Source Square
A A A A A A A
C.V.
M2 Mean
different. Mean
1865.60521400
R-Square JT
Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0
Duncan Grouping
8
4 1234
23:27
General Linear Models Procedure Model 211.53418429 Error
7 0.55 1
1480.73929000 0.7806 384.86592400
Dependent Variable: M6 Source
DF
Sum of Squares
Mean
43
Square
F Value
Pr > F General Linear Models Procedure
Model 6644.54035968
7 0.36
Error 1 18463.51028025 Corrected Total
46511.78251775 0.8605
Source Square
64975.29279800
R-Square
C.V.
F Value
Model 463.26309771
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41
UL 3 5761.77391153 0.31 JT 1 4290.83587883 0.23 BNIH 2 11866.35883209 0.64 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07 Source Square
F Value
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M2 Corrected Total
Mean
8
4368.34353622
Type III SS
Root MSE
M8 Mean
Source Square
Mean
19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409
The SAS System Sunday, January 26, 1997 42
C.V.
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444
17285.32173458 0.8286 4290.83587883 0.7140 23732.71766419 0.6615 1202.90724015 0.8409
DF Pr > F
UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07
Type I SS
23:27
1125.50185225
R-Square DF Pr > F
The SAS System Sunday, January 26, 1997 43
3242.84168397 0.8370
Error 1 1125.50185225
0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333
F Value
0.6283 163.34010015 0.7683
Mean
Root MSE
M6 Mean
Source Square
0.77 1 0.15
Dependent Variable: M8
18463.51028025
8
862.80695525 JT*BNIH 163.34010015
DF Pr > F
UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77 JT*BNIH 1 163.34010015 0.15 Source Square
23:27
F Value
F Value
Type I SS
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Mean
934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286 163.34010015 0.7683
DF Pr > F
Type III SS
UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050
Number of Means 2 Critical Range 176.3 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A
Mean 14.88
3 j2
14.75
6 j1
N JT
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 44
23:27
General Linear Models Procedure
44
Duncan's Multiple Range Test for variable:
Critical Range 301.4
A A A
M6 Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
13.10
1 b5
7.79
2 b2
different. Duncan Grouping
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
A A A
Mean 18.07
6 j1
8.49
3 j2
N JT The SAS System Sunday, January 26, 1997 47
23:27
General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 1221
Duncan's Multiple Range Test for variable: M6
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A A A
Mean 55.15
The SAS System Sunday, January 26, 1997 46
N JT
23:27
General Linear Models Procedure
6 j1
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Duncan's Multiple Range Test for variable:
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
M2 19.49
3 j2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
The SAS System Sunday, January 26, 1997 45
23:27
Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
Means with the same letter are not significantly different.
General Linear Models Procedure
Duncan Grouping Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4
Duncan's Multiple Range Test for variable: M8
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 Number of Means
2
A A A A
25.69
2 b1
13.27
4 b3
N
Mean
N
BNIH A A A A A A A
145.1
2 b1
19.8
1 b5
15.7
2 b2
12.0
4 b3
45
The SAS System Sunday, January 26, 1997 48
23:27
j1
b2
j1 9.436667 j2 . j2 . j2 .
b3
1
13.1800000
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
3 7.9803333 2.540341 b2 1 2.4000000
Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1
.
18.975000
1
29.1540000
.
19.752000
b5
1
13.1000000
.
19.752000
--------------M8-----------
JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
37.3635000
j1 j1 j2 j2 j2
b2 b3 b2 b3 b5
1 3 1 1 1
11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000 25.3400000
The SAS System Sunday, January 26, 1997 49 2 b1
25.34
1 b5
5.64
4 b3
5.62
2 b2
. 4.3303516 . . .
N
BNIH 37.36
SD
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 7601.23562017 0.73 JT 1 8257.68670305 0.79 BNIH 3 11813.24906117 1.13 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05
Type I SS
Mean
22803.70686052 0.6228 8257.68670305 0.4676 35439.74718351 0.5008 499.40016003 0.8472
50.9420938
Means with the same letter are not significantly
Mean
0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273
4.8731973
--
different.
A A A A A A A
12.370000
b3
Level of Level of Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
Duncan Grouping
.
.
23:27
General Linear Models Procedure
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05
Type III SS
Mean
15643.41534610 0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472
Dependent Variable: M4 Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 8375.06761339
8 0.80
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 50
67000.54090712 0.6621
23:27
General Linear Models Procedure Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD
--------------M2------------Mean
j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316
SD
-------
Error 2 10440.17031253
20880.34062507 Duncan's Multiple Range Test for variable:
Mean
M4 Corrected Total
32.8048049
R-Square M4 Mean
10
87880.88153218 C.V.
Root MSE
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
46
BNIH
R-Square
Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909
C.V.
Root MSE
M10 Mean A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly
194.51
2 b1
22.54
3 b2
18.67
4 b3
13.30
2 b5
0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000
Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
Mean
different. Duncan Grouping A A A
Mean 71.95
N JT
7 j1
Level of Level of
--------------M4-----------
-13.56
4 j2
JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
194.510000
j1 j1 j2 j2 j2
b2 b3 b2 b3 b5
2 3 1 1 2
32.903500 16.283333 1.800000 25.824000 13.300000
SD
UL 3 168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .
504.48090900 0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000
.
184.816499 The SAS System Sunday, January 26, 1997 51
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
The SAS System Sunday, January 26, 1997 52
46.070128 10.701304 . . 3.889087 23:27
General Linear Models Procedure
Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .
Type III SS
413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000
Mean
.
Dependent Variable: M10
Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316 Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2 Means with the same letter are not significantly
Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 258.56974029
6 140.31
Error 1.84280625
1
1551.41844175 0.0645
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 53
23:27
General Linear Models Procedure 1.84280625 Duncan's Multiple Range Test for variable:
different.
M10 Corrected Total Duncan Grouping
Mean
N
7
1553.26124800 NOTE: This test controls the type I
47
comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Duncan Grouping
Mean
N
BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3
A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly
21.493
2 b2
A A A
Mean 16.852
15.590
1 b5
15.471
3 b3
6.039
Source Square
N JT
6 j1
Level of Level of
2 j2
The SAS System Sunday, January 26, 1997 54
23:27
-------------M10-----------
JT
BNIH
N
Mean
SD
j1 j1 j1
b1 b2 b3
2 1 3
6.0385000 42.6200000 15.4706667
2.4741666 .
j2 j2
b2 b5
1 1
0.3650000 15.5900000
. .
The SAS System Sunday, January 26, 1997 55
23:27
M10 General Linear Models Procedure NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286 Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63
DF Pr > F
Type I SS
Mean
UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source Square
F Value
DF Pr > F
Type III SS
.
Mean
UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .
.
Dependent Variable: M12 Source Square
F Value
Model 914.16175539
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33
6399.13228775 0.8742
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 56
23:27
General Linear Models Procedure Error 1 2761.44995025
2761.44995025 Duncan's Multiple Range Test for variable:
Means with the same letter are not significantly different.
F Value
14.3097867
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable:
Root MSE
2 b1
-7.978
C.V.
0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667
different. Duncan Grouping
R-Square M12 Mean
M12 Corrected Total
8
9160.58223800
48
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
N
Group Obs Dependent Variables
BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
A A A A A A A
Number of Means 2 Critical Range 472.1 Means with the same letter are not significantly
53.13
2 b1
11.59
1 b5
8.75
3 b2
7.35
3 b3
1
9 M2 M6 M8
2
11 M4
3
8 M10
4
9 M12
different. Duncan Grouping A A A
Mean 24.93
NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values.
N JT
6 j1
Level of Level of
-------------M12-----------
-5.52
3 j2
JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
53.1340000
j1 j1 j2 j2
b2 b3 b2 b5
1 3 2 1
21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000
SD
The SAS System Sunday, January 26, 1997 59
74.5870375 The SAS System Sunday, January 26, 1997 57
23:27
General Linear Models Procedure . 11.3358695 0.7212489 .
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable:
The SAS System Sunday, January 26, 1997 58
General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels
Dependent Variable: M2 Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 211.53418429 Error 384.86592400
7 0.55 1
Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0 Means with the same letter are not significantly
UL
BNIH
384.86592400
8
1865.60521400
4 1234 R-Square
JT
1480.73929000 0.7806
Values Corrected Total
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154
Mean
23:27
M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
23:27
2 j1 j2 4 b1 b2 b3 b5
C.V.
Root MSE
M2 Mean 0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667
Number of observations in data set = 22
49
Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
Mean
F Value
DF Pr > F
UL 2 369.39270258 0.96 JT 1 176.00732827 0.46 BNIH 2 462.98535789 1.20 JT*BNIH 1 595.37520027 1.55
Type III SS
Corrected Total
Mean
23:27
DF F Value Pr > F
UL 3 5761.77391153 0.31 JT 1 4290.83587883 0.23 BNIH 2 11866.35883209 0.64 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07 Source Square
General Linear Models Procedure
F Value
Mean
DF Sum of Squares F Value Pr > F 7 0.36
Error 1 18463.51028025 Corrected Total
Mean
R-Square
46511.78251775 0.8605
Type III SS
Mean
19681.84534692 0.6957 776.25418282 0.8713 24865.59993375 0.6528 1202.90724015 0.8409
The SAS System Sunday, January 26, 1997 61
Source Square
64975.29279800 C.V.
C.V.
Root MSE
DF Pr > F
UL 3 311.48612385 0.28 JT 1 422.19687537 0.38 BNIH 2 861.42316845 0.77 JT*BNIH 1 163.34010015 0.15 Source Square
23:27
F Value
F Value
Type I SS
Mean
934.45837156 0.8465 422.19687537 0.6502 1722.84633689 0.6286 163.34010015 0.7683
DF Pr > F
Type III SS
Mean
UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283 JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683
Dependent Variable: M8
18463.51028025
8
4368.34353622
M8 Mean
Source Square
General Linear Models Procedure Model 6644.54035968
8
0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444
17285.32173458 0.8286 4290.83587883 0.7140 23732.71766419 0.6615 1202.90724015 0.8409
DF Pr > F
UL 2 9840.92267346 0.53 JT 1 776.25418282 0.04 BNIH 2 12432.79996687 0.67 JT*BNIH 1 1202.90724015 0.07
Type I SS
Dependent Variable: M6 Source Square
1125.50185225
R-Square Source Square
738.78540517 0.5852 176.00732827 0.6215 925.97071579 0.5419 595.37520027 0.4311
The SAS System Sunday, January 26, 1997 60
Error 1 1125.50185225
0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333
UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973 390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311 Source Square
M6 Mean
F Value
Model 463.26309771 Root MSE
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.41
3242.84168397 0.8370
Mean The SAS System Sunday, January 26, 1997 62
23:27
General Linear Models Procedure
50
Number of Means 2 Critical Range 1221
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
A A A
Mean 55.15
N JT
Duncan's Multiple Range Test for variable: M2
19.49
3 j2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Means with the same letter are not significantly different.
A A A
Mean 14.88
3 j2
14.75
6 j1
23:27
General Linear Models Procedure
6 j1
Number of Means 2 Critical Range 176.3
Duncan Grouping
The SAS System Sunday, January 26, 1997 65
The SAS System Sunday, January 26, 1997 64
N JT
23:27
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
General Linear Models Procedure Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4
Duncan's Multiple Range Test for variable: M8
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different. Duncan Grouping
Mean
N
BNIH The SAS System Sunday, January 26, 1997 63
23:27
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
General Linear Models Procedure Number of Means 2 Critical Range 301.4
Duncan's Multiple Range Test for variable: M6
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4
A A A A A A A
25.69
2 b1
13.27
4 b3
13.10
1 b5
7.79
2 b2
different. Duncan Grouping A A A
Mean 18.07
6 j1
8.49
3 j2
N JT The SAS System Sunday, January 26, 1997 66
23:27
General Linear Models Procedure
51
Level of Level of Duncan's Multiple Range Test for variable:
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778
Means with the same letter are not significantly
Mean
N
BNIH A A A A A A A
145.1
2 b1
19.8
1 b5
15.7
2 b2
12.0
4 b3
The SAS System Sunday, January 26, 1997 67
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
j1
b1
2
37.3635000
j1 j1 j2 j2 j2
b2 b3 b2 b3 b5
1 3 1 1 1
11.1100000 7.5253333 0.1350000 0.0000000 25.3400000
37.36
2 b1
25.34
1 b5
Mean
5.64
4 b3
5.62
2 b2
SD
. 4.3303516 . . . 23:27
General Linear Models Procedure Dependent Variable: M4 Source Square
F Value
DF Sum of Squares Pr > F
Model 8375.06761339 Level of Level of -------M6------------JT BNIH N SD
N
The SAS System Sunday, January 26, 1997 68 A A A A A A A
different.
BNIH
N
BNIH
Means with the same letter are not significantly
Duncan Grouping
Mean
JT
50.9420938
different. Duncan Grouping
Number of Means 2 3 4 Critical Range 1831 1831 1831
--------------M8-----------
--
--------------M2------------Mean
j1 b1 2 25.6885000 145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . j1 b3 3 7.9803333 9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . j2 b3 1 29.1540000 . j2 b5 1 13.1000000 .
SD
-------
8 0.80
Error 2 10440.17031253
Mean
67000.54090712 0.6621 20880.34062507
Mean Corrected Total
32.8048049
10
R-Square
87880.88153218 C.V.
Root MSE
M4 Mean .
12.370000 0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273
4.8731973 .
18.975000
.
19.752000
.
19.752000
Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
Mean
UL 3 22803.70686052 7601.23562017 0.73 0.6228 JT 1 8257.68670305
52
8257.68670305 0.79 0.4676 BNIH 3 35439.74718351 11813.24906117 1.13 0.5008 JT*BNIH 1 499.40016003 499.40016003 0.05 0.8472 Source Square
F Value
DF Pr > F
UL 3 5214.47178203 0.50 JT 1 2234.69611210 0.21 BNIH 3 11572.88791789 1.11 JT*BNIH 1 499.40016003 0.05
Type III SS
Duncan Grouping A A A
Mean 71.95
N JT
7 j1
Level of Level of
13.56
4 j2
Mean
JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
194.510000
j1 j1 j2 j2 j2
b2 b3 b2 b3 b5
2 3 1 1 2
32.903500 16.283333 1.800000 25.824000 13.300000
SD
184.816499
15643.41534610 0.7197 2234.69611210 0.6891 34718.66375367 0.5065 499.40016003 0.8472
The SAS System Sunday, January 26, 1997 70
23:27
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
The SAS System Sunday, January 26, 1997 69
--------------M4-----------
--
23:27
Dependent Variable: M10
General Linear Models Procedure Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2
M4 Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
Source Square
F Value
Number of Means 2 Critical Range 275.6 Means with the same letter are not significantly
DF Sum of Squares Pr > F
Model 258.56974029
6 140.31
Error 1.84280625
1
Mean
1551.41844175 0.0645 1.84280625
different. Corrected Total Duncan Grouping
Mean
7
1553.26124800
N
BNIH Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909
23:27
General Linear Models Procedure
Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316
Duncan's Multiple Range Test for variable:
The SAS System Sunday, January 26, 1997 71
46.070128 10.701304 . . 3.889087
R-Square
C.V.
Root MSE
M10 Mean A A A A A A A
194.51
2 b1
22.54
3 b2
18.67
4 b3
13.30
2 b5
0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000
Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
Mean
different. UL
3
504.48090900
53
168.16030300 91.25 JT 1 298.26252300 161.85 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . . Source Square
F Value
0.0768 298.26252300 0.0499 748.67500975 0.0496 0.00000000
DF Pr > F
UL 2 206.90934146 112.28 JT 1 892.74251250 484.45 BNIH 2 374.33750487 203.13 JT*BNIH 0 . .
Type III SS
413.81868292 0.0666 892.74251250 0.0289 748.67500975 0.0496 0.00000000
different. Duncan Grouping A A A
.
Mean 16.852
N JT
6 j1
Level of Level of
-------------M10-----------
-7.978
2 j2
Mean
The SAS System Sunday, January 26, 1997 73
23:27
JT
BNIH
N
Mean
SD
j1 j1 j1
b1 b2 b3
2 1 3
6.0385000 42.6200000 15.4706667
2.4741666 .
j2 j2
b2 b5
1 1
0.3650000 15.5900000
. .
14.3097867
General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: .
The SAS System Sunday, January 26, 1997 74
23:27
M10 General Linear Models Procedure NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
The SAS System Sunday, January 26, 1997 72
23:27
Dependent Variable: M12
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286
General Linear Models Procedure Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63
Duncan's Multiple Range Test for variable: M10
Source Square
F Value
Model 914.16175539
DF Sum of Squares Pr > F 7 0.33
Mean
6399.13228775 0.8742
Error 1 2761.44995025
2761.44995025
Means with the same letter are not significantly NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
different.
Corrected Total Duncan Grouping
Mean
BNIH Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Number of Means 2 Critical Range 14.08 Means with the same letter are not significantly
N
8
R-Square
9160.58223800 C.V.
Root MSE
M12 Mean A A A A A A A
21.493
2 b2
15.590
1 b5
15.471
3 b3
6.039
0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667
Source Square
F Value
DF Pr > F
Type I SS
Mean
2 b1
54
UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . . Source Square
F Value
DF Pr > F
Type III SS
UL 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384 BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 . .
experimentwise error rate
WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4 .
Number of Means 2 Critical Range 472.1
Mean
Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0 Means with the same letter are not significantly different.
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Duncan Grouping A A A
Mean 24.93
6 j1
5.52
3 j2
N JT
A A A A A A A
.
The SAS System Sunday, January 26, 1997 76 23:27
N
53.13
2 b1
11.59
1 b5
8.75
3 b2
7.35
3 b3
23:27 Level of Level of
The SAS System Sunday, January 26, 1997 75
Mean
BNIH
General Linear Models Procedure
-------------M12-----------
-JT
BNIH
N
Mean
j1
b1
2
53.1340000
j1 j1 j2 j2
b2 b3 b2 b5
1 3 2 1
21.2600000 7.3523333 2.4900000 11.5900000
SD
Duncan's Multiple Range Test for variable: General Linear Models Procedure
M12 74.5870375
Duncan's Multiple Range Test for variable: M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the
NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate
. 11.3358695 0.7212489 .
Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45
55
PERIODE KRITIS
Disusun Oleh : Galvan Yudistira
A24070040
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
56
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung tidak jarang menurunkan hasil dan mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma , kepadatan, lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Secara keseluruhan , kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma melebihi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Meskipun demikian, kehilangan hasil akibat gulma sulit diperkirakan karena pengaruhnya tidak dapat diamati. Beberapa hasil penelitian menunjukkan korelasi negatif antara bobot kering gulma dan hasil jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% (Violic, 2000 dalam Fadhly, 2004). Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan rendah tidak memberikan hasil akibat persaingan intensif dengan gulma (Clay and Aquilar, 1998 dalam Fadhly, 2004). Secara konvensional , gulma pada pertanaman jagung dapat dikendalikan melalui pengolahan tanah dan penyingan, tetapi penglahan tanah secara konvensional memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Pada tanah dengan tekstur lempug berpasir, lempung berdebu, dan liat, jagung yang dibudidayakan tanpa olah tanah memberikan hasil yang sama tingginya dengan yang dibudidayakan dengan pengolahan tanah konvensional (Widiyati et al. 2001 dalam Fadhly, 2004). Gulma pada pertanaman jagung tanpa olah tanah dikendalikan dengan herbisida. Sebelum jagung ditanam, herbisida disemprotkan untuk mematikan gulma yang tumbuh diareal pertanaman. Setelah jagung tumbuh, gulma masih perlu dikendallikan untuk melindungi tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penyiangan dengan tangan , penggunaan alat mekanis, dan penyemprotan herbisida. Formulasi atau nama dagang herbisida yang tersedia di pasaran cukup beragam. Pemilihan dan penggunaan herbisida bergantung pada jenis gulma di pertanaman. Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan
57
herbisida terhadap lingkungan, penggunaannya perlu dibatasi degan memadukan degan cara pengendalian lainnya (Fadhly et al, 2004) Kehadiran gulma sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Ada suatu periode dimana tanaman budidaya peka terhadap kehadiran gulma di lingkungan tumbuh tanaman. Periode tersebut dikatakan sebagai periode kritis. Pada periode tersebut tanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan, terutama ruang tumbuh, unsur hara, air dan cahaya matahari. Apabila pada periode kritis tersebut gulma tumbuh mengganggu tanaman, maka tanaman akan kalah bersaing dalam memanfaatkan faktor-faktor lingkungan tersebut. Oleh karena itu, pada saat tersebut gulma harus dikendalikan agar tidak mengganggu tanaman budidaya. Penentuan periode kritis tanaman terhadap persaingan gulma merupakan salah satu langkah yang penting dalam menyusun rencana pengendalian yang tepat. Sehingga pengendalian gulma pada lahan pertanaman dapat memberikan tambahan pendapatan atau keuntungan dari hasil yang diperoleh. I.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk menentukan periode kritis suatu tanaman budidaya terhadap kompetisi gulma sehingga dapat diketahui waktu pengendalian yang tepat.
58
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah beras yang digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Oleh sebab itu, ketersediaannya sangat dibutuhkan sepangjang tahun (Syaefullah, 2004). Kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri dalam negeri tidak mencukupi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya impor jagung dari tahun ke tahun. Tahun 1990 impor jagung hanya 515 ton, tetapi pada tahun 1995 menigkat tajam menjadi 626,231 ton (Thahir dkk, 1998 dalam Syaefullah, 2004). Botani Jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanamn pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan karena kedudukannya di samping sumber utama karbohidrat dan protein juga merupakan bahan baku utama industri pakan ternak dan bahan baku industri lainnya, sehingga merupakan komoditas penting dalam upaya diversifikasi pangan. Jagung tumbuh baik di daerah beriklim sedang yang panas, daerah beriklim subtripis yang basah, dan dapt pula tumbuh di daerah tropis. Tanamn jagung terdiri dari berbagai macam varietas. Beberapa varietas unggul diantaranya adalah Harapan Baru, Arjuna, Bromo, Nakula, Sadewa, Hibrida, dan lain-lain. Tanaman jagung dapt dipanen apabila sudah mencapai tingkat ketuaan tertentu, dan waktunya dapat berbeda tergantung varietas. Misalnya varietas Arjuna dipanen setelah umur 90 hari. Jagung yang sudah dapat dipanen ditandai oleh kelonotnya yagn berwarna colelat muda dan kering,serta bijinya mengkilat. Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas (kadar air mencapai 35-40%). Pengeringan dapt dilakukan pada jagung berupa tongkol berkelobot atau tongkol kupasan. Jagung kemudian dipipil dan dikeringkan lagi sampai kadar air 12-14%. Cara pengeringan dapat dengan sinar matahari atau dengan pemanas lain (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998 dalam Syaefullah, 2004 ). Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung
59
Kandungan (per 100 g No
Zat Gizi
jagung)
1
Kalori
355,00 Kalori
2
Protein
9,20 G
3
Lemak
3,90 G
4
Karbohodrat
73,70 g
5
Kalsium
10,00 mg
6
Fosfor
256,00 mg
7
Besi
2,40 mg
8
Vitamin A
510,00 SI
9
Vitamin B1
0,38 MG
10
Vitamin C
0,00 MG
11
Air
12,00 G
Sumber : Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998 dalam Syaefullah, 2004 Berdasarkan zat gizi yang dikandungnya, jagung terutama adalah sebagai sumber energi. Selain mengandung energi, jagung mempunyau nilai gizi yang tinggi karena mengandung berbagai zat gizi lainnya (Tabel 1) (Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998). Dengan kondisi nutrisi tersebut, jagung juga disukai dan sangat dibutuhkan oleh serangga dalam memenuhi kehidupan hidupnya (Syaefullah, 2004) Penyimpanan jagung sangat penting artinyabagi cadangan makanan kita. Oleh karena itu harus diperhatikan cara penyimpanannya untuk mencegah serangan
hama
dan
penyakit.
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
selama
penyimpanan adalah faktor fisik (suhu dan kelembaban), faktor kimia (kadar air, komposisi kimia bahan dan enzim), faktor fisiologis (respirasi) dan faktor biologis (kapang, serangga, dan tikus) (Syaefullah, 2004)
Gulma dan Allelopati Semua tumbuhan pada pertanaman jagung yang tidak dikehendaki keberadaannya dan menimbulkan kerugian disebut gulma. Gulma yang tumbuh
60
pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada diatas tanah. Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perlu diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenis gulma, persaingan antara tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitannya dengan waktu pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Fadhly, et al, 2004). Tanah Sebagai Bank Biiji Gulma Kehadiran gulma pada pertanaman jagung berkaitan dengan deposit biji gulma dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama puluhan tahun dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi lingkungan mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas permukaan tanah dan tersediannya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan mendorng gulma untuk tumbuh dan berkembang (Fadhly, et al, 2004). Biji spesies gulma setahun (annual spesies) dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai cadangan beinih hidup tau viable seeds (Melinda et al. 1998 Dalam Fadhly, et al, 2004). Biji gulma yang ditemukan di makam mesir yang telah berumur ribuan tahun masih dapat menghasilkan kecambah yang sehat. Jumlah biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan juta biji (Direktorat Jenderal Perkebunan 1976 dalam Fadhly, et al, 2004). Karena benih gulma dapat terakumulasi dalam tanah, maka kepadatannya terus meningkat (Kropac, 1966 dalam Fadhly, et al, 2004). Dengan pengolahan tanah konvensional , perkecambahan benih gulma yang terendam tertunda, sampai terangkat ke permukaan
karena
pengolahan
tanah.
Penelitian
selama
tujuh
tahun
mengindikasikan lebih sedikit benih gulma pada petak tanpa olah tanah dibanding petak yang diolah dengan bajak singkal (moldboard-plow), biji gulma terkonsentrasi pada kedalaman 5 cm dari lapisan atas tanah (Clements et al, 1996 dalam Fadhly, et al, 2004). Pengelompokan Gulma Jenis gulma tertentu merupakan pesaing tanaman jagung dalam mendapatkan air, hara dan cahaya. Di Indonesia terdapat 140 jenis gulma berdaun
61
lebar, 36 jenis gulma rerumputan, dan 51 jenis gulma teki (Laumonier et al, 1986 dalam Fadhly, et al, 2004). Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan pengendalian , pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat, ekologi, klasifikasi amsonomi, dan tanggapan terhadap herbisida. Bedasar daur hidup dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari setahun dan gulma tahunan (parennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan habitatnya dikenal juga gulma daratan (terrestrial) dan gulma air (aquatic) yan terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulma tenggelam (submergent), dan gulma sebagian mengapung dan sebagian tenggelam (emergent). Berdasarkan ekologi dikenal gulma swah, gulma lahan kering, gulma perkebunan, dan gulma rawa atau waduk. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dikenal gulma monokotil, gulma dikotil, dan gulma paku-pakuan . Berdasarkan tanggapan terhadap herbisida, gulma dikelompokkan atas gulma berdaun lebar (abroad leaves), gulma rerumputan (grasses), dan gulma teki (sedges). Pengelompokan yang terakhir ini banyak digunakan dalam pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan herbisida (Fadhly, et al, 2004). Persaingan Tanaman dengan Gulma Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara,s erta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan rumputan dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung (Fadhly, et al, 2004). Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Tanman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung dimana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia V3, gulma hanya mengganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih besar dari tanaman jagung, atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara stadia V3 san V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma. Setelah V8 matang, tanaman telah cukup besar sehingga menaungi dan menekan pertumbuhan glma. Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika
62
terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman (Lafitte, 1994 dalam Fadhly, et al, 2004). Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi selama stadia pertumbuhan awal jagung, sehingga tanaman jagung kekurangan cahaya untuk fotosintesis. Gulma yang melilit dan memanjat tanaman jagung dapat menaungi dan menghalangi cahaya pada permukaan daun sehingga proses fotosintesis terhambat yang pada akhirnya menurunkan hasil (Fadhly, et al. 2004). Dibanyak daerah penanaman jagung, air merupakan faktor pembatas. Kekeringan yang terjadi pada stadia awal pertumbuhan vegetatif dapat mengakibatkan kematian tanaman. Kehadiran gulma pada stadia ini memperburuk kondisi cekaman air selama periode kritis, dua minggu sebelum dan sesudah pembungaan. Pada saat itu tanaman rentan terhadap persaingan dengnan gulma (Violic, 2000 dalam Fadhly, et al. 2004). Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Gulma dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali daya serap tanaman jagung. Pemupukan merangksang vigor gulma sehingga meningkatkan daya saingnya. Nitrogen merupakan hara utaman yang menjadi kurang tersedia bagi tanaman jagung karena persaingan dengan gulma. Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah diketahui melalui warna daun yang pucat. Interaksi positif penyiangan dan pemberian nitrogen umumnya teramati pada pertanaman jagung, dimana waktu pengendalian gulma yang tepat dapat mengoptimalkan penggunaan nitrogen dan hara serta menghemat penggunaan pupuk (Violic, 2000 dalam Fadhlt, 2004). Allelopati Beberapa spesis gulma menyebakan kerusakan lebih besar pada tanaman karena adanya bahan toksik yang dilepaskan dn menekan pertumbuhan jagung. Spesies gulma dileporkan menghasilkan bahan allelopati dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Gulma yang umum dijumpai pada pertanaman jagung yang mengeluarkan senyawa allelopati Nama Ilmiah
Nama Umum
63
Abutilon theophrasti
Velvetleaf
Agropyron repens
Quackgrass
Amaranthus sp.
Pigweed/Bayam
Ambosia sp
Rigweed
Avene fatua
Wild oat
Brassica sp.
Mustard
Chenopodium album
Common lambsquaters
Cynodon dactilon
Bermuda grass/ Glintingan
Cyperus esculentus
Yellow nutsedge
Cyperus rotundus
Purple nutsedge/ Teki
Digitaria sanguinalis
Crabgrass/ Genjoran
Echninochload crusgalli
Barnyardgrass/Padi burung
Helianthus annus
Sunflower/ Bunga Matahari
Imperata cylindrical
Speargrass/Alang-alang
Poa sp
Bluegrass
Porulaca oeracea
Common purslane/ Gelang
Rattboelia exaltata
Itchy grass/ Branjangan
Setaria faberi
Giant fostail
Sorghum helepense
Johnsongrass
Sumber: Lafitte et al (1994) dalam Fadhly (2004) Allelopati merupakan senyawa biokimia yang dihasilkan dan dilepaskan gulma ke dalam tanah dan mengambat pertumbuhan jagung. Senyawa tersebut masuk ke dalam linhkunga tumbuh tanaman sebagai sekresi dan hasil pencucian dari akar dan daun gulma yang hidup dan mati dan pembusukan vegetasi. Senyawa allelopati menghambat perkecambahan benih tanaman, dan menghambat perpanjangan akar sehingga menyebabkan kekacauan selluler dalam akar (Violic, 2000 dalam Fadhly, 2004). Pengendalian Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi degan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenagi, melaui budidaya dengan
64
pergiliran tanaman, penigkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut; membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman jagung umumnya dikendalikan dengan cara emkanis dan kimiawi. Penegndalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi memalui pemaduan dengan cara pengendalian lainya. Pengendalian secara mekanis Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak megolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma menggunakan herbisida. Pada uasahatani jagung yang menerapkan sistem olah tanah konservasi, pengolahan tanah banyak dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali. Pada tanah Podzolik Merah kuning (PMK) Lampung, hasil jagung tanpa olah tanah masih tetap tinggi hingga musin tanah ke-10 (Utomo, 1997 dalam Fadhly, 2004 ). Pembajakan dan penggaruan dapat secara berangsur dikurangi dan diganti dengan penggunaan herbisida atau pengelolaan tanah konservasi. Ketersediaan herbisida juga memungkinkan pemanfaatan lahan marjinal dan lahan miring yang bersifat rapuh terhadap pengolahan tanah konensiona. Penggunaan herbisida memungkinkan penanaman jagung langsung pada barisan tanaman tanpa olah tanah. Pada tanah Inceptisol Wolangi yang bertekstur liat (Tabel 2), gulma pada pertanaman tanpa olah tanah lebih sedikit daripada yang diolah secara konvensional, ayng tercermin dari bobot gulma yang lebih ringan. Pada tanah Ultisol Bulukumba yang bertekstur lempug berdebu, 21 hari setelah tanam yaitu menjelang penyiangan pertama, gulma pada petak tanpa olah tanah lebih sedikit dibanding pada petak yang diolah secara konvensional. Sebelum penanaman jagung, gulma dip petak tanpa olah tanah dikendalikan dengan penyemprotan herbisida,s edang di petak olah tanah konvensional, dikendalikan dengan
65
pengolahan tanah. Pada 42 hari setelah tanam, yaitu menjelang penyingangan kedua, dan menjelang panen, jumlah gulma hampir sama di kedua petak (Fadhly et al 2004). Menurut Robert dan Nielson et al (1981) dalam Fadhly (2004), jumlah benih gulma berkurang jika pengendaliannya menggunakan herbisida. Gulma pada 42 hari setelah tanam, yaitu menjelang penyiangan kedua, dan menjelang panen, jumlahnya hampir sama pada petak tanpa olah tanah dengan petak yang diolah secara konvensioanal. Pengendalian gulma dengan penyiangan menggunakan sabit, cangkul, dan alat ekanis nonmesin membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang tinggi. Untuk penyiangan dengan tangan seluas 1 ha lahan san biaya yang tinggi. Untuk penyiangan dengan tangan seluas 1 ha lahan pertanaman jagung setidaknya dibutuhkan 15 hari orang kerja (Violic, 2000 dalam Fadhly, 2004). Penyiangan gulma dengan tangan menyerap 25-70% tenaga yang dibutuhkan dalam proses produksi (Ranson, 1990 dalam Fadhly, 2004). Penggunaan herbisida merupakan salah satu cara mengatasi masalah gulma. Herbisida membuka peluanga bagi modifikasi cara penyiapan lahan konvensional yang menerapkan olah tanah intensif.
Tabel 2 Bobot gulma tanaman jagung tanpa olah tanah pada tanah Inceptisol bertekstur liat Wolangi, Kabupaten Bone. Bobot kering gulma (g/m2)
Cara penyiapan lahan 42 hari setelah tanam
mejelang panen
Tanpa olah tanah
6,0
4,7
Olah tanpa minimum
2,6
7,8
Olah tanah konvensional
11,6
23,8
Sumber : Efendi et al. (2004)
Kompetisi Jagung dengan Gulma Penyebab rendahnya produksi tanaman pertanian salah satunya adalah karena gangguan gulma. Gangguan gulma terhadap tanaman dapat terjadi karena adanya persaingan atau kompetisi dengan
tanaman atau dengan tanaman
budidaya dalam mendapatkan sarana tumbuh dimana keduanya mempunyai kebutuhan yang sama yaitu kebutuhan air, unsur hara, cahaya, CO2 dan ruang tumbuh. Sumber daya lingkungan yang sama seta sarana tumbuh yang terbatas
66
jumlahnya menyebabkan terjadinya kompetisi antara tanaman dengan gulma (Sastroutomo, 1990 dalam Eprim, 2006). Menurut Sukman dan Yakub (1991) dalam Eprim (2006) gulma juga dapat bersaing dengan tanaman dengan cara mengeluarkan senyawa allelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuahan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan biji, abnormalitas kecambah, terhambatnya
pertumbuhan memanjang akar, dan perubahan sel-sel akar tanaman. Senyawa – senyawa allelopati ini dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan antara lain pada daun, batang, akar, rhizom, serta bagian-bagian tumbuhan ya ng membusuk. Menurut Guntoro et al. (2003) dalam Eprim (2006) ekstrak bahan kering gulma Borreria alata, Ageratum conyzoides, dan Cyperus rotundus cenderung menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai dimana peningkatan konsentrasi ekstrak gulma tersebut cenderung meningkatkan pengaruh penghambatan terhadap seluruh pertumbuhan dan produksi kedelai. Gulma
yang
berkecambah
bersamaan
dengan
tanaman
kedelai
menyebabkan kehilangan panen yang lebih besar daripada gulma yang berkecambah setelah tanaman budidaya berkembang. Kemampuan tanaman jagung bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, dan saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman, serta tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies akan menentukan kemampuan bersaing karena perbedaan sistem fotosintesis, kondisi perakaran dan kedaan morfologinya. Spesies gulma yang tumbuh cepat, berhabitat besar dan memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies yang memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies yang memiliki metabolisme efisien adalah tumbuhan berjalur fotosintesis C4 dimana salah satunya adalah gulma Imperata cylindrica dari famili graminae (Sukman dan Yakub, 1995 dalam Eprim, 2006). Kehilangan hasil panen akibat kompetisi dengan gulma dapat dikurangi sampai kurang dari 5% dengan cara melakukan pengendalian gulma yang tepat selama periode kritis. Gulma yang tumbuh selanjutnya tidak akan memiliki
67
dampak serius lagi terhadap hasil panen dan memiliki kemampuan produksi bebih gulma yang rendah (Omafra, 2002 dalam Eprim, 2006). Periode Kritis Tanaman Nietto et al. (1968) dalam Eprim (2006) menyatakan bahwa kehadiran gulma di sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap produksi tanaman. Pada periode awal, kompetisi gulma hanya sedikit pengaruhnya terhadap tanaman, begitu pula pada akhir pertumbuhannya. Diantara kedua periode tersebut terdapat suatu periode dimana tanaman peka terhadap kehadiran gulma. Menurut Moenandir (1993) dalam Eprim (2006) periode dimana tanaman sangat sensitif terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis tanaman. Pada periode kritis tersebut tanaman berada pada kondisi sangat peka terhadap lingkungan, terutama terhadap kompetisi dalam penggunaan unsur hara, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Menurut Alddrich (1984) dalam Eprim (2006) pengendalian gulma pada saat periode kritis merupakan suatu keharusan untuk menghindari
terjadinya
gangguan
gulma
yang
berkelanjutan
sehingga
menurunkan hasil panen. Menurut Soejono (2002) dalam Eprim (2006) kompetisi tanaman dengan gulma berlangsung sejak awal pertumbuhan tanaman dimana semakin dewasa tanaman maka kompetisi dengan gulma akan semakin meningkat. Suatu saat kompetisi akan mencapai maksimum dan kemudian akan menurun secara bertahap. Menurut Omafra (2002) dalam Eprim (2006) penentuan periode kritis tanaman sangat dibutuhkan dalam penerapan sistem manajemen gulma terpadu. Periode kritis tanaman terjadi pada saat kompetisi dengan gulma mulai menunjukkan produksi tanaman sebesar 5%. Apabila gulma dapat dikontrol pada saat periode kritis maka gulma yang akan tumbuh selanjutnya tidak akan berpengaruh terhadap hasil panen. Nieto et al. (1968) dalam Eprim (2006) penentuan periode kritis tanaman berdasarkan percobaan dengan perlakuan setangkup antara periode penyiangan dan kompetisi gulma. Zimdahl (1980) dalam Eprim (2006) menggunakan cara tersebut untuk menentukan saat gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkontribusi secara aktif. Pada periode penyiangan gulma dan
68
tanaman budidaya ditumbuhkan secara bersama-sama untuk jangka waktu tertentu sampai gulmanya disiangi, selanjutnya tanaman budidaya ditumbuhkan bebas gulma sampai panen. Pada periode kompetisi gulma tanaman dibiarkan bebas gulma untuk berbagai periode tertentu sejak pertanaman, setelah ini tanaman budidaya dibiarkan tumbuh bersama-sama gulma hingga panen. Menurut Soejono (2002) dalam Eprim (2006), faktor yang mempengaruhi periode kritis pada tanaman budidaya yaitu jenis tanaman atau jenis gulma, cara budidaya tanaman yang meliputi ukuran benih , saat tanam dan jarak tananam yang digunakan seta kesuburan dan lengas tanah. Menurut Omafra (2002) dalam Eprim (2006) beberapa penelitian pada jagung dan kedelai menunjukkan baha periode kritis bervariasi tergantung pada jenis tanah dan sistem pengolahan tanah dimana akhir masa kritis berlangsung sedikit lebih lama pada jenis tanah liat daripada penggunaan sistem tanpa olah tanah. Pada tanah pasir yang bertekstur ringan, dampak dari adanya kompetisi dengan gulma terjadi pada fase pertumbuhan tanaman yang lebih awal daripada tanah yang memiliki tekstur berat. Menurut Moenandir (1993) dalam Eprim (2006) periode kritis yang diakibatkan oleh persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma bergantung dari waktu tanam, jenis tanah, perbedaan musim tanam, termasuk perbedaan kadar air tanah, perbedaan kesuburan tanah, pola tanaman tunggal atau ganda. Periode kritis tanaman juga ditentukan oleh derajat kompetisi yang dipengaruhi oleh spesies, kepadatan gulma dan tanaman, serta keadaan iklim dan lingkungan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984 dalam Eprim 2006). Perubahan faktorfaktor
lingkungan
kompetisi
karena
perubahan-perubahan
ini
dapat
mempengaruhi perkecambahan biji dan kecepatan pertumbuhan dari gulma maupun tanaman budidayanya secara berbeda-beda (Aldrich, 1984 dalam Eprim, 2006). Pengetahuan periode kritis untuk persaingan gulma sangat penting artinya dalam usaha mencapai efisiensi tindakan pengendalian gulma baik dari segi waktu, biaya dan tenaga. Periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma berkisar antar 33-50% dari umur tanaman (Sukman dan Yakub, 1995 dalam Eprim, 2006). Sukman dan Yakub (1999) dalam Eprim (2006) mrnyatakan bahwa periode kritis tanaman berada pada awal pertumbuhannya, yaitu antara 25-33% pertama dari siklus hidup
69
tanaman tersebut. Walaupun demikian menurut Zimdahl (1980) dalam Eprim (2006) konsep periode kritis pengendalian ini pada beberapa jenis jenis tanaman budidaya tertentu terhadap kompetisi gulma yang terjadi pada semua peride pertumbuhannya. Penentuan periode kritis sangat penting artinya untuk menghindari kehilangan hasil akibat persaingan dengan gulma. Menurut Syawal (1990) dalam Eprim (2006) untuk mendapatkan hasil maksimum jagung manis, penyaingan gulma cukup dilakukan dua kali yaitu pada periode kritis tanaman yaitu 20 HST dan 50 HST dengan pemberian pupuk 300 kg/ha. Periode kritis yang berbeda akibat derajat kompetisi tanaman dengan gulma yang berbeda salah satunya disebabkan oleh jarak tanam. Menurut O’Hanlon (2001) dalam Eprim (2006) jarak tanam berperan penting dalam menentukan periode kritis tanaman akibat kompetisi dengan gulma dimana pada jarak baris 30 inchi atau lebih, periode kritis tanaman dimulai pada saat fase pembentukan daun trifoliate yang ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak baris yang sempit maka periode kritis tanaman akan lebih cepat. Menurut Mimbar (1986) dalam Eprim (2006) pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan enyerapan cahaya matahari yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Pengaturan jarak tanam yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam tingkat kompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari antara tanaman dengan gulma, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tanaman
70
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum bab periode kritis ini dilaksanakan mulai dari tanggal 12 Oktober 2009 sampai 16 Oktober 2009 bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan. 3.2 Bahan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain benih tanaman jagung manis, pupuk (Sp-18, Urea, KCl), insektisida, dan fungisida. Peralatan yang digunakan antara lain kored, cangkul, sprayer, kuadran 0,5 m x 0,5 m, oven, meteran, timbangan, dan pisau. 3.3 Metode Percobaan Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Penentuan periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma menggunakan Nieto et al.,(1986), yaitu dengan membuat percobaan yang perlakuannya setangkup antara periode penyiangan dan periode kompetisi. Sehingga, dapt diketahui pada saat kapan gulma secara nyata menurunkan hasil dan pada saaat kapan kompetisi gulma tidak menyebabkan hasil menurun secara nyata. Perlakuan yang dicobakan yaitu :
Bersih gulma 0-2 MST Bersih gulma 0-4 MST Bersih gulma 0-6 MST Bersih gulma 0-8 MST Bersih gulma 0-10 MST Bersih gulma 0-12MST (panen) Bergulma 0-2 MST Bergulma 0-4 MST Bergulma 0-6 MST Bergulma 0-8 MST Bergulma 0-10MST Bergulma 0-12 MST (panen)
71
Percobaan dilakukan dengan empat ulangan. Satuan percobaan berupa petak dengan ukuran 5 m x 4 m. Total percobaan terdapat 48 satuan percobaan. Tanamn jagunga manis ditanam dengan menggunakan jarak tanamn 80 cm x 25 cm dengan satu benih per lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu 300 kg Urea/ha, 300 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pemberian furadan 3G dilakukan pada saat tanam dengan dosis 12 kg/ha. Pengamatan Peubah yang diamati antara lain : 1. Bobot kering gulma total dan gulma dominan Pengamatan dilakukan dengan mengambil 2 petak contoh secara acak dengan kuadrat 0,5 x 0,5 m pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST. Gulma yang ada dal;am petak cotoh tersebut dipotong tepat setinggi permukaan tanah. Gulma dan tanaman hasil panen kemudian dikeringkan dalam oven sampai mencapai berat konstan , kemudian ditimbang. 2. Bobot kering biomass tanaman jagung Pengamatan dilakuakn dengan memotong tanaman jagung sebanyak tiga contoh tanaman yang ditentukan secara acak pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST dengan cara memotong tepat setinggi permukaan tanamn, selanjutnya dioven dan ditimbang. 3. Tinggi tanaman dan jumlah daun diamati dari 10 tanaman contoh yang ditentukan secara acak. Pengamatan dilakkukan pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST. 4. Bobot basah tongkol berklobot dan tanpa kelobot per tongkol pada saat panen yang diamati dari 10 tanaman contoh. 5. Bobot basah tongkol berklobot dan tanpa kelobot ubinan (2 m x 2 m). Penentuan periode kritis dilakukan dengan cara membuat grafik dari peubah respon tanaman terhadap kondisi bebas gulma dan kondisi bergulma dari saat awal penanaman sampai akhir pengamatan (sampai panen). Grafik tersebut seperti tertera dalam Gambar 2 di bawah ini.
72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Grafik Periode Kritis
Perlakukan Bersih gulma 0-2 MST
Bersih gulma 0-4 MST
Bersih gulma 0-6 MST
Kelompok 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST A 0.46 3.2 7.4 8 16 B 0.205 0.237 3.29 3 C 0.463 3.263 4.75 6.81 15.346 D 0.905333 0.972333 2.527667 8.794667 8.896333 0.51 1.92 4.49 6.65 13.41 A 1.65 1.744 23.26 36.79 57.32 B 0.1712 0.4532 3.223 4.5713 C 18 59.8 10.4 16.9 70 D 1.116 1.252333 2.454 5.355667 7.334333 5.23 15.81 9.83 15.90 44.88 A 0.313 2.059 2.826 14.97 20 73
12
2 6 1 6
4 2
B C D Bersih gulma 0-8 MST
Bersih gulma 0-10 MST
Bersih gulma 0-12 MST
Bersih gulma 0-2 MST Bersih gulma 0-4 MST Bersih gulma 0-6 MST Bersih gulma 0-8 MST Bersih gulma 0-10 MST Bersih gulma 0-12 MST Bersih gulma
Bersih gulma Bergulma
A B C D
0.565 0.296 0.238 0.35
0.976 1.662667 0.284 1.25 0.736 0.182667 0.42
1.29 12.44 0.59 4.29 2.979 19.5
1.743
0.667 5.79 20.00 2 20.017 12.5 26.33333 17.93333 18
25.752 12.97
48.756 16.64
50.432 24.30
82.07 42.81
109.566 46.67
A
0.1
0.204
0.774
0.89
0.703
B C D
0.078 0.474 0.405 0.26
0.358666 3.08 0.437 1.02
1.152 4.75 3.223 2.47
0.358666 76.5 2.102 19.96
4.243 84.5 2.885 23.08
A
0.11
2.94
6.21
10.7
33.8
B C D
0.363
1.057
1.12
0.9175
0.9033
1.347
1.843
2.197
2.263
3.163
0.256667 1.190333 18.14867 45.76667 92.87733 0.52 1.76 6.92 14.91 32.69
2 MST 0.91 5.23 0.35 12.97
4 MST 0.97 15.81 1.25 16.64
6 MST 2.53 9.83 4.29 24.30
8 MST 8.79 15.90 5.79 42.81
10 MST 8.90 44.88 20.00 46.67
12 MST 6.75 49.27 25.98 82.02
0.26
1.02
2.47
19.96
23.08
23.13
0.52 3.37
1.76 6.24
6.92 8.39
14.91 18.03
32.69 29.37
36.56 37.28
2 MST 3.37 5.02
4 MST 6.24 8.35
6 MST 8.39 11.53
8 MST 18.03 20.49
10 MST 29.37 24.72
12 MST 37.28 55.82
74
21 8
2
2
3
9 3
Data
Berat
Basah
Tongkol (gram)
Perlakukan
Bersih
gulma
MST
Bersih
gulma
MST
Bersih
gulma
MST
Bersih MST
gulma
Kelompok
Berkelobot
Tanpa kelobot
A
-
-
0-2 B
-
-
C
205.61
193.87
D
-
-
A
49.95
44.8
0-4 B
-
-
C
-
-
D
-
-
A
74
53.5
0-6 B
-
-
C
-
-
D
-
-
A
41.5
35
-
-
C
0.425556
0.33222
D
-
-
0-8 B
75
Bersih
gulma
A
-
-
0-10 B
-
-
C
260
163.5
D
mati
Mati
A
-
-
0-12 B
-
-
C
-
-
D
-
-
A
-
-
B
58.2
-
C
10.76
7.88
D
mati
Mati
A
mati
mati
B
-
-
C
8.33
-
D
-
-
A
-
-
B
-
-
C
0.38888889
0.302222222
D
-
-
A
mati
Mati
B
-
-
C
-
-
D
-
-
A
-
-
B
-
-
C
0.246667
0.193333
D
-
-
A
-
-
B
-
-
C
-
-
MST
Bersih
gulma
MST
Bergulma 0-2 MST
Bergulma 0-4 MST
Bergulma 0-6 MST
Bergulma 0-8 MST
Bergulma 0-10 MST
Bergulma 0-12 MST
76
D
-
-
Dari tabel berat basah tongkol dalam gram tersebut diatas dapat kita lihat bahwa dari beberapa perlakuan yang diujikan yaitu mulai dari perlakuan bersih gulma yaitu mulai dari
0-2 MST sampai bersih gulma 0-12 MST dan perlakuan
bergulma dari bergulma 0-2 MST sampai bergulma 0-12 MST ada beberapa data yang kosong, hal ini mungkin disebabkan karena ada beberapa kelompok yang pada
saat
itu
tidak
mengamati
Data Anova Tinggi Tanaman sumber keragaman
Db
JK
ulangan
3
perlakuan 2 galat
Pr > F
KK
26.3103 8.77011 6.45
0.0015
23.5638
11
10.3182 0.93802 0.69
0.7385
33
44.889
total
47
81.5176
ulangan
3
13994.5 4664.85 26.5
0.0001
perlakuan 4
11
1480.39 134.581 0.76
0.6711
33
5808.24 176.007
total
47
21283.2
ulangan
3
26170.5 8723.49 13.68
0.0001
perlakuan 6
11
4700.8
0.7554
galat
32
20409.5 637.796
total
46
51280.8
ulangan
3
38735.3 12911.8 15.86
0.0001
perlakuan 8
11
12211.2 1110.11 1.36
0.2387
31
25236.1 814.068
total
45
76182.6
ulangan
3
193.541 64.5138 9.84
0.0002
perlakuan 10
11
156.551 14.2319 2.17
0.0545
galat
24
157.33
38
507.423
galat
galat
total
MST
MST
MST
MST
MST
KT
F Hit
1.36027
427.345 0.67
29.8665
38.2769
35.4585
30.5401
6.55544
77
ulangan
3
255.57
perlakuan 12
11
142.173 12.9248 1.15
20
224.315 11.2157
34
622.057
MST
galat total
85.19
7.6
0.0014
44.7214
0.3759
Dari data anova tinggi tanaman diatas dapat diketahui bahwa pengamatan tinggi tanaman jagung mulai dari 2 MST sampai 12 MST baik dengan perlakuan dengan gulma maupun dengan perlakuan tanpa gulma. Dari data 2 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0015 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 2 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,7385 maka secara umum untuk 2 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 4 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 4 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,6711 maka secara umum untuk 4 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 6 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 6 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,7554 maka secara umum untuk 6 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 8 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 8 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x
78
tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,2387 maka secara umum untuk 8 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 10 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0002 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 10 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,0545 maka secara umum untuk 10 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi tanaman. Dari data 12 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk ulangannya 0,0014 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk data 12 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa karena untuk nilai alpha lebih besar dari 0,3759 maka secara umum untuk 12 MST tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan tinggi tanaman. Dari pembahasan Pr>F diatas dapat kita ketaui bahwa dari 6 masa tanam yang di bahas hanya 1 yang tidak sesuai korelasinya antara MST dan tinggi tanaman yaitu pada 12 MST, akan tetapi secara umum dapat disimpulkan bahawa berdasarkan data anova tinggi tanaman nilai dari MST berkorelasi positif dengan nilai tinggi tanaman dengan 4 yang mempunyai ragam yang melebihi batas normal yaitu 30
Data Anova Jumlah Daun sumber keragaman ulangan perlakuan galat
2 MST
db
JK
3
KT
F Hit
Pr > F
KK
12.1028 4.03428 3.38
0.0302
25.6901
11
14.5909 1.32645 1.11
0.3855
32
38.2424 1.19508
79
total
46
64.9362
ulangan
3
67.7292 22.5764 10.56
0.0001
perlakuan 4
11
11.7292 1.06629 0.5
0.8901
33
70.5208 2.13699
total
47
149.979
ulangan
3
115.076 38.3588 12.67
0.0001
perlakuan 6
11
32.2273 2.92975 0.97
0.494
galat
32
96.9091 3.02841
total
46
244.213
ulangan
3
5.29308 1.76436 7.02
0.001
perlakuan 8
11
3.22871 0.29352 1.17
0.3477
31
7.79128 0.25133
total
45
16.3131
ulangan
3
209.815 69.9382 17.47
0.0001
perlakuan 10
11
109.709 9.97356 2.49
0.0298
galat
24
96.0659 4.00274
total
38
415.59
ulangan
3
16.2481 5.41603 17.19
0.0001
perlakuan 12
11
2.31594 0.21054 0.67
0.7513
20
6.30133 0.31507
34
24.8654
MST
galat
MST
MST
galat
galat total
MST
MST
30.1153
30.6333
19.1618
30.4792
21.532
Dari data Anova Jumlah Daun yang terdiri dari 6 masa setelah tanam dapt kita lihat bahwa untuk KK yaitu koefesien keragaman pada 4 MST, 6 MST, 10 MST, nilainya lebih dari 30 hal ini menunjukkan bahwa dari 6 masa setelah tanam ada 50% yang keragamannya melebihi standart normal. Untuk data 2 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 2 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,3855
80
Untuk data 4 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 4 MST ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,8901 Untuk data 6 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 6 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,494 Untuk data 8 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 8 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,3477 Untuk data 10 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 10 MST tidak ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,0298 Untuk data 12 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 12 MST ada korelasi antara Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,7513 Dari seluruh rentang waktu diatas dapat disimpulkan bahwa untuk hubungan secara umum antara jumlah daun dengan Minggu Setelah Tanam dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah daun dengan minggu setelah tanam.
Data Anova Berat Kering Jagung sumber keragaman
db
JK
Ulangan
3
perlakuan Galat
2 MST
total ulangan perlakuan
4 MST
KT
F Hit
Pr > F
KK
67.7781 22.5927 0.58
0.6339
130.641
11
582.767 52.9788 1.36
0.256
23
895.61
37
1546.15
3
25.7726 8.59087 2.56
0.0739
11
24.7577 2.2507
0.755
38.9396
0.67
97.4789
81
galat
30
100.825
total
44
151.355
ulangan
3
14.5201 4.84003 1.41
0.2585
11
58.6745 5.33405 1.55
0.1625
31
106.404 3.43239
total
45
179.599
ulangan
3
47.7251 15.9084 2.9
0.0576
11
52.2271 4.74792 0.87
0.5827
22
120.519 5.47812
total
36
220.471
ulangan
3
71.0959 23.6986 4.32
0.0139 0.9268
perlakuan galat
perlakuan galat
6 MST
8 MST
perlakuan
10
11
26.06
2.36909 0.43
galat
MST
25
137.227 5.48906
total
39
234.382
ulangan
3
99.4116 33.1372 7.35
0.0023 0.4819
perlakuan
12
11
49.7291 4.52083 1
galat
MST
17
76.5984 4.50579
31
225.739
total
61.5995
57.2827
85.0177
66.0565
Dari data anova berat kering jagung dapat diketahui bahwa dari nilai keragaman dari 6 masa yang diamati yaitu dari 2 MST sampai 12 MST nilai keragamannya sangat besar yaitu diatas standart ragam normal 30. Untuk 2 MST nilai Pr>F untuk ulangan melebihi 0,05 yaitu 0,6336 dan pada perlakuan nilai Pr>F kurang dari alpha yaitu 0,256 hal ini berarti pada 2 MST tidak ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 4 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0739 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,755 hal ini berarti pada 4 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 6 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,2585 dan pada perlakuan nilai Pr>F kurang dari alpha yaitu 0,1625 hal ini berarti pada 4 MST tidak ada korelasi antara berat kering jagung.
82
Untuk 8 MST nilai Pr>F untuk ulangan lebih dari 0,05 yaitu 0,0576 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,5827 hal ini berarti pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 10 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0139 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,9268 hal ini berarti pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Untuk 12 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0023 dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,4819 hal ini berarti pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung. Dari analisis diatas dari 6 masa tanam yang diamati ada 2 masa tanam yang tidak berkorelasi hal ini berarti secara umum dari 6 masa tanam yang diamati dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering jagung.
Data Anova Berat Kering Gulma sumber keragaman
db
JK
ulangan
3
Pr > F
KK
25.6247 8.54158 6.93
0.0011
43.2939
11
8.12179 0.73834 0.6
0.815
31
38.2158 1.23277
total
45
71.9623
ulangan
3
50.8344 16.9448 5.69
0.0032
11
29.8865 2.71695 0.91
0.5405
31
92.3186 2.97802
total
45
173.039
5405ulangan
3
54.4633 18.1544 2.76
0.0588
11
135.494 12.3176 1.87
0.0836
31
203.986 6.58021
Total
45
393.943
ulangan
3
3.25581 1.08527 0.2
0.8938
11
84.3764 7.67058 1.43
0.214
28
150.104 5.36085
perlakuan galat
perlakuan galat
perlakuan Galat
perlakuan Galat
2 MST
4 MST
6 MST
8 MST
KT
F Hit
51.7045
63.9664
68.052
83
Total
42
237.736
ulangan
3
16.4724 5.4908
1.25
0.3119 0.0225
perlakuan
10
11
125.206 11.3823 2.59
Galat
MST
26
114.196 4.39216
Total
40
255.874
ulangan
3
67.7781 22.5927 0.58
0.6339 0.256
perlakuan
12
11
582.767 52.9788 1.36
galat
MST
23
895.61
37
1546.15
Total
51.9126
130.641
38.9396
Dari data Anova berat kering gulma dapat dilihat bahwa dai 6 masa tanam yang diamati, semuanya menunjukkan keragaman diatas normal yaitu melebihi standart normal keragaman yaitu 30. Untuk 2 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0011 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,815 hal ini menunjukan pada 2 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 4 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0032 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,5405 hal ini menunjukan pada 4 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 6 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0588 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,0836 hal ini menunjukan pada 6 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 8 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,8938 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,214 hal ini menunjukan pada 8 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 10 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,3119 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,0225 hal ini menunjukan pada 10 MST tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma. Untuk 12 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,6339 sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,256 hal ini menunjukan pada 12 MST ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.
84
Dari pembahasan data diatas dapat diketahui bahwa untuk hubungan antara masa tanam dengan berat kering gulma secara umum berkorelasi positif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ke empat tabel Anova Pr>F diatas dapat kita ambil empat kesimpulkan bahwa yang pertama nilai dari MST berkorelasi positif dengan nilai tinggi tanaman dengan 4 yang mempunyai ragam yang melebihi batas normal yaitu 30. Yang kedua, jumlah daun dengan Minggu Setelah Tanam tidak ada hubungan.Yang ketiga tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering jagung.Yang keempat, hubungan masa tanam dengan berat kering gulma secara umum berkorelasi positif. 5.2 Saran Untuk praktikum pengendalian gulma ini diusahakan agar waktu masuknya lebih ketat sehingga bisa melatih kedisiplinan mahasiswa.
85
DAFTAR PUSTAKA
Eprim, Yeheskiel Sah. 2006. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam di Lahan Alang-alang (Imprata cylindrica (L.)Beauv.). Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Fadhly, A.F. dan Tabri, F. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Syaefullah, Enrico. 2004. Modifikasi Atmosfer Dengan Konsentrasi CO2 Terhadap Perkembangan Sitophilus zeamais Selama Penyimpanan Jagung. Pengantar ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor
86
APPLIKASI HERBISIDA
Disusun Oleh : Vicky Oktarina Chairunnissa
A24070121
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
87
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian gulma. Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya. Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan. Contoh:
glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino
aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat
fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena
menjadi substrat dari enzim glutamin sintase.
88
Untuk menguji keefektivan suatu hasil aplikasi herbisida dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu cara biologi dan cara fisik. Cara biologi dilakukan dengan mengamati tamping respon tumbuhan (gulma) setelah aplikasi. Respon tumbuhan akibat herbisida bervariasi antara testimulasi sampai kematian total. Biasanya untuk menilai hasil suatu aplikasi tersebut dapat digunakan skor, seperti yang diperkenalkan oleh EWRC. Cara fisik dilakukan dengan mengamati produksi butiran semprot, baik dalam populasi maupun ukran butiran semprot. Metode ini dilakukan dengan menggunakan kertas peka air (water sensitive paper). Aplikator secara umum dibagi menjadi tiga kelas, berdasarkan volume semprot yang dialokasikan setiap hektar. Pembagian ini meliputi LV (Low Volume), HV (High Volume), dan ULV (Ultra Low Volume). Masing-masing alat ini memberikan konsekuensi yang berbeda terutama dalam hal penyediaan air bersih, konsentrasi herbisida dalam tangki, ukuran butiran semprot yang memberikan pengaruh efektivitas herbisida. Keberadaan gulma di pertanaman dapat menimbulkan masalah yang cukup berat, karena gulma berkompetisi secara fisik maupun kimiawi dengan tanaman pokok. Selain itu, gulma juga menjadi tumbuhan inang dan dapat menciptakan kondisi yang optimal bagi perkembangan penyakit. Mengingat besarnya kerugian yang disebabkan oleh gulma, maka perlu dipikirkan cara pengendalian yang tepat. Penggunaan herbisida merupakan metode pengendalian yang paling efisien dan menguntungkan, antara lain: (1) mengurangi tenaga kerja, (2) pekerjaan menjadi lebih cepat, (3) mampu mengendalikan gulma yang sulit disiangi secara mekanis, (4) mampu mengendalikan gulma sejak awal (pra tumbuh), (5) menghindari kerusakan akar tanaman pokok, (6) menghindari pembentukan cekungan pada areal pertanaman akibat penyiangan secara mekanis, dan (7) mengurangi erosi tanah. Herbisida mutakhir biasanya ditandai dengan kemampuan kerjanya yang selektif. Dalam percobaan ini digunakan beberapa herbisida pasca tumbuh terhadap pengendalian gulma di pertanaman karet menghasilkan. Gulma di perkebunan karet dapat merugikan baik produksi karet itu sendiri maupun gangguan terhadap kegiatan pengelolaannya yang pada akhirnya menurunkan keuntungan usaha perkebunan tersebut. Penting tidaknya suatu jenis
89
gulma di suatu areal perkebunan karet ditentukan atas tingkat kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gulma tersebut terhadap pertumbuhan, produksi maupun gangguan yang ditimbulkan terhadap pengelolaan perkebunan karet. Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan. Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit.
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara aplikasi herbisida dengan benar dan mempelajari cara pengendalian gulma pada perkebunan karet dengan menggunakan herbisida.
90
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang peranan, potensi, dan hakikat kehadirannya belum sepenuhnya diketahui. Menurut Rochecouste (1971) gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, bersifat agresif dalam bersaing dengan tanaman liar, sulit diberantas, mudah tumbuh menjadi populasi besar dan kurang berguna. Gulma adalah suatu tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirdjo, et. al., 1984). Smith (1981) menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman bududaya adalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hama, dan penyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi
energi
dalam
pengendaliannya,
menghalangi
sistem
irigasi,
menyebabkan keracunan dan luka pada manusia dan hewan, serta mengurangi nilai dan produktivitas dan estetika lahan. Penurunan hasil tanaman akibat munculnya gulma disebabkan oleh terjadinya persaingan (kompetisi) antara gulma dan tanaman untuk memperebutkan unsure hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Menurut Sukman dan Yakup (1991), beberapa jenis gulma tertentu menyerap lebih banyak unsure hara daripada tanaman budidaya. Pada dasarnya jenis gulma di suatu daerah berbeda dengan daerah lain, walaupun pada tanaman budidaya yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh iklim, rotasi tanaman, dan tindakan agronomis yang tidak sama. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Pada daerah yang baru diolah, gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim. Sedangkan pada perkebunan yang telah ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah jenis gulma tahunan. Penyebaran gulma ditentukan pula oleh perbedaan ketinggian suatu tempat. Tempat di dataran tinggi cenderung lebih banyak populasinya dibandingkan dengan di dataran rendah (Tjitrosoedirdjo, 1984). Penyebaran gulma dari suatu tempat ke tempat lain antara lain disebabkan oleh: manusia, hewan, angin, dan alat-alat pertanian (Sukman dan Yakup, 1991). Biji gulma juga dapat disebarkan melalui aliran irigasi (Wilson dan Furer, 1996).
91
Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat menyebabkan, kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Misalnya, gulma yang terdiri dari jenis Paspalum Conjugatum, Axonopus Compress dan Digitaria adscendens dibiarkan tumbuh tanpa pengendalian mengakibatkan sebanyak 85% bibit karet menjadi tidak memenuhi syarat untuk diokulasi karena pertumbuhan lilitan batang yang terhambat. P. conjugatum juga telah dilaporkan dapat menekan pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lilit batang berturut-turut sebesar 80%, 89% dan 53% dipembibitan karet (Nasution, 1986). Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di perkebunan karet. Pengendalian secara khemis dilakukan dengan cara penyemprotan pada sepanjang strip sepanjang barisan tanaman. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin disamping pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding dengan metoda lain seperti membabat dan mengikis. Pengendalian gulma didefinisikan sebagai proses untuk membatasi infestasi gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Pengendalian hanya bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomik, atau tidak melampaui ambang ekonomi (economic threshold). Pengendalian gulma tidak bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat nol (Sukman dan Yakup, 1991). Pengendalian gulma merupakan salah satu komponen penting hamper di setiap sistem produksi pertanian, karena hasil panen sangat dipengaruhi oleh adanya gulma (Sastroutomo, 1990). Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Teknik pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah: preventif, mekanis, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu (integrated weed management). Pemeliharaan tanaman menghasilkan mencakup pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta penunasan. Pengendalian gulma merupakan salah satu
92
komponen penting hamper di detiap sistem produksi tanaman, karena hasil panen dipengaruhi oleh adanya gulma (Sastroutomo, 1990). Contoh pengendalian gulma secara kimiawi adalah dengan menggunakan herbisida. Namun menurut Bangun (1988), penggunaan satu macam herbisida sejenis secara terus-menerus tidak dianjurkan karena akan mengubah dominasi dan komposisi gulma. Oleh karena itu, perlu dilakukan kombinasi pengendalian gulma dengan cara-cara lain, seperti menggunakan tangan (manual). Johnson, et. al. (1998), menambahkan bahwa hasil pengendalian gulma yang memuaskan telah dicapai melalui penggunaan herbisida, namun penggunaan herbisida juga dapat mempengaruhi komposisi spesies dan kepadatan (density) gulma di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama. Suhardi
(2002)
menyatakan
bahwa
pengendalian
gulma
dengan
menggunakan herbisida memerlukan sedikit tenaga kerja, total biaya lebih rendah, perusakan perakaran dan erosi dapat dihindarkan dan dapat pula mengendalikan gulma yang tidak terjangkau dengan pengendalian mekanis. Di samping keunggulan cara kimia (herbisida) yang dapat menghindarkan keadaan di atas, terdapat pula kelemahan cara tersebut. Pengendalian gulma dengan herbisida merupakan suatu penerapan teknologi tinggi, sehingga diperlukan keterampilan yang cukup baik dalam pemakaiannya baik yang berhubungan dengan keselamatan, dosis, maupun manipulasi unsur lingkungan lainnya (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida dapat berhasil tergantung dari kemampuan herbisida dapat berhasil tergantung dari kemampuan herbisida untuk membasmi beberapa jenis gulma dengan tidak menimbulkan efek yang merugikan pada tanaman budidaya. Herbisida adalah bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan normal tumbuhan (Ashton dan Monaco, 1991). Tjitrosoedirdjo et. al. (1984) menyatakan bahwa cara umum yang dilakukan dalam pengendalian gulma di perkebunan adalah kimia dengan menggunakan herbisida. Aplikasi herbisida sebagai salah satu alternative untuk mengendalikan gulma menyebabkan penggunaan herbisida yang semakin meluas dalam bidang pertanian terutama pada perkebunan-perkebunan besar.
93
Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Ashton dan Crafts (1981) membagi herbisida menjadi tiga golongan berdasarkan sifat kimia, sifat selektivitas, dan cara pengendalian gulma. Menurut sukman dan Yakup (1991), penggunaan herbisida sendiri mulai berkembang pesat sejak diperkenalkannya senyawa 2,4-D sebagai herbisida pada tahun 1944. Penemuan tersebut dinilai memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan produksi tanaman per satuan luas dan menghemat penggunaan tenaga kerja. Selain itu, penggunaan herbisida memberikan keuntungan yang tidak didapat pada sistem pengendalian gulma secara manual seperti vegetasi pratanam di lahan dapat difungsikan sebagai mulsa, mempercepat waktu panen, dan lainlain. Keuntungan
penggunaan
herbisida
yang
lain
diantaranya:
dapat
mengendalikan gulma sebelum mengganggu, dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman, lebih efektif dalam membunuh gulma tahunan dan semak belukar, dalam dosis rendah dapat berperan sebagai hormone tumbuh, dan dapat meningkatkan produksi tanaman budidaya dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa. Metode pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: (1) fisik, (2) kultur teknis, (3) kimia, dan (4) biologi. Metode pengendalian gulma secara kimia umumnya menyangkut herbisida. Glifosat, metsulfuron metil, dan 2,4-D termasuk jenis herbisida sistemik yang sering digunakan pada areal perkebunan. Menurut Tjitrosoedirdjo et. al. (1984) keuntungan menggunakan herbisida disbanding manual adalah: (1) pekerjaan lebih cepat dan tenaga kerja lebih sedikit, (2) kerusakan pada akar tanaman terhindari, (3) erosi tanah lebih kecil terutama pada daerah miring, dan (4) pembentukan
cekungan-cekungan
atau
parit-parit
yang
mengakibatkan
terkumpulnya air hujan dapat dihindari. Secara umum, herbisida dapat digolongkan berdasarkan waktu aplikasi, selektivitas, dan pergerakan dalam tanaman (Herman Pane, 1984). Berdasarkan waktu aplikasi, herbisida dapat dibagi menjadi herbisida pra tanam (pre planting), yaitu herbisida yang diaplikasikan pada gulma yang sedang tumbuh sebelum tanam, herbisida pra tumbuh (pre emergence), yaitu herbisida yang diaplikasikan
94
saat gulma dan tanaman berkecambah, dan herbisida pasca tumbuh (post emergence) yang diaplikasikan setelah gulma dan tanaman tumbuh. Berdasarkan selektivitas, herbisida dapat digolongkan menjadi herbisida selektif, yaitu herbisida yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan jenis gulma tertentu, tapi tidak membunuh tanaman, dan herbisida tidak selektif, yaitu herbisida yang dapat membunuh gulma maupun tanamannya. Sedangkan berdasarkan pergerakan dalam tanaman, herbisida ada yang bersifat kontak, yaitu langsung mematikan bagian gulma yang terkenan. Sifat herbisida yang lain ialah sistemik, yaitu herbisida ditranslokasikan dan mengumpul ke bagian sasaran dahulu, baru mematikan gulma (Bangun, 1985). Kelemahan penggunaan herbisida adalah dapat menimbulkan efek samping seperti: mengakibatkan resistensi beberapa spesies gulma, menimbulkan polusi, dan residunya dapat meracuni tanaman. Menurut Cousens dan Mortimer (1995) dalam Johnson et. al. (1998), keanekaragaman spesies dan kepadatan gulma telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir akibat semakin berkembangnya penggunaan herbisida-herbisida yang memiliki tingkat efektivitas tinggi. Herbisida adalah salah satu senyawa organic atau anorganik yang dapat mematikan tumbuhan atau menghambat pertumbuhan normalnya. Efikasi suatu herbisida bersifat relative, bergantung pada konsentrasi dan dosisnya. Pada konsentrasi tertentu beberapa tumbuhan dapat mati, sedangkan tumbuhan lainnya tidak terpengaruh sama aekali. Semua herbisida bersifat fitotoksik pada konsentrasi tinggi (Ashton dan Monaco, 1991). Bahan aktif herbisida tidak dapat dijual dalam bentuk murni karena harganya sangat mahal, sangat beracun, sangat berbahaya, serta sulit digunakan di lapangan. Karena itu, bahan aktif ini diformulasikan terlebih dahulu dengan bahan-bahan pembantu. Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Kebetulan aplikasi suatu herbisida dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: jenis herbisida, formulasi herbisida, ukuran butiran semprot, volume semprotan, dan waktu pemakaian (pra pengolahan, pra tanam,
95
pra tumbuh, atau pasca tumbuh). Factor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan aplikasi herbisida adalah sifat kimia dari herbisida itu sendiri, iklim, kondisi tanah, dan aktifitas mikroorganisme. Teknik penyemprotan dan air pelarut yang digunakan juga mempengaruhi efektivitas herbisida yang diaplikasikan (Utomo et. al., 1998). Herbisida dapat diformulasikan dalam bentuk wettable powder (WP), flowable (FW), emulsifiable concentrate (EC), granules (G), dusts, fumigants, aerosols, dan juga dalam bentuk batangan lilin (wax bars). Wettable powder adalah bubuk padat yang amat halus yan g dapat segera membentuk suspense di dalam air. WP dibuat dengan menjenuhkan bahan herbisida teknis pada lempung (kaolin). Kemudian ditambahkan bahan pembasah (wetting agent) dan bahan pencampur (dispersing agent) kepada formulasi untuk menstimulasi pembasahan dan pencampuran partikel padat tersebut dengan air. Biasanya partikelpadat tersebut akan mengendap ke dasar tangki sehingga diperlukan pengadukan yang terus-menerus selama penyemprotan. Bahan aktif dari formulasi herbisida secara langsung menentukan efektivitas herbisida itu. Setiap formulasi herbisida terdapat perbedaan walaupun berbahan aktif sama, misalnya surfaktan dan jenis carrier (pembawa). Surfaktan digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan, menambah pembasahan, dan mempermudah kontak dengan permukaan daun. Surfaktan sering disebut sebagai bahan pembasah (wetting agent). Hal ini yang dapat menyebabkan perbedaan efikasi. Formulasi ini bersifat mengikis sehingga akan merusak pompa dan nosel peralatan. Dosis herbisida adalah jumlah herbisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan gulma pada setiap satuan luas bidang sasaran, misalnya liter/hektar, kilogram/hektar, dan sebagainya. Di antara berbagai macam herbisida, glifosat dan 2,4-D merupakan bahan aktif yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma di perkebunan. 2,4-D bersifat sistemik dan mampu mematikan gulma daun lebar (Moenandir, 1993). Glifosat juga bersifat sistemik apabila disemprotkan pada bagian tumbuhan dan segera ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan (Thomson, 1979).
96
Glifosat dapat diabsorbsi lewat daun kemudian ditranslokasikan bersama fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian gulma. Glifosat juga mempunyai daya brantas yang sangat luas dengan daya racun yang rendah terhadap hewan dan manusia (Duke, 1988). Glifosat merupakan herbisida sistemik yang bekerja lebih efektif pada saat pertumbuhan aktif sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Cara bekerja glifosat adalah dengan menghambat sintesa protein dan metabolism asam amino. Menurut Thomson (1979), ada tiga fakta herbisida glifosat tidak aktif di dalam tanah: 1.
Diikat dengan cepat dan kuat oleh partikel tanah sehingga tidak tersedia untuk akar gulma dan tanaman.
2.
Sejumlah kecil yang tidak diikat oleh partikel tanah dan bebas di dalam air tanah segera didegradasikan oleh mikroorganisme.
3.
Sangat sedikit yang diambil oleh akar, walaupun dengan mudah mengadakan penetrasi ke dalam daun. Herbisida glifosat dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Secara kimia hal
ini berhubungan erat dengan asam amino glycine yang juga dikandung oleh sistem hewan dan tanaman. Sebagai akibatnya, mikroorganisme di dalam tanaman dapat dengan mudah mendegradasi herbisida glifosat menjadi CO2, nitrat, air, dan fosfat yang tidak berbahaya (Thomson, 1979). Herbisida glifosat boleh dikatakan suatu herbisida serba guna, karena sifatsifatnya yang unik, kecuali tidak dapat dipakai sebagai herbisida pra tumbuh untuk gulma, karena tidak aktif melalui tanah. Akan tetapi karena sifat inilah maka herbisida glifosat bisa dipakai juga untuk pemberantasan gulma sebelum tanam (pre planting) tanaman pokok (Arif, 1979). Menurut Klingman et. al. (1982), herbisida 2,4-D digunakan untuk gulma berdaun lebar dan mempunyai sifat yang selektif dan sangat efektif untuk mengendalikan gulma annual maupun perennial. Herbisida ini diaplikasikan melalui jaringan akar maupun daun atau keduanya pada tumbuhan yang akan dikendalikan. Hali ini sesuai dengan pernyataan Ashton dan Crafts (1981) bahwa herbisida 2,4-D lebih diformulasikan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar.
97
Herbisida 2,4-D banyak digunakan sebagai herbisida pasca tumbuh untuk mengontrol gulma semusim dan tahunan berdaun lebar pada lahan sawah dan bukan sawah. Juga dapat digunakan untuk mengendalikan gulma berkayu dan gulma air. Pada konsentrasi yang rendah dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh (Ashton dan Monaco, 1991). Herbisida 2,4-D ini
diabsorbsi
melalui
daun maupun
akar
dan
ditransportasikan melalui simplas atau apoplas dan akhirnya masuk sel hidup dengan menembus plasmolemma. Herbisida jenis ini lebih efektif terhadap gulma berdaun lebar daripada jenis rerumputan (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Pengaruh herbisida 2,4-D terhadap respirasi adalah dalam kadar rendah menghambat sebagian pengambilan O2. Dalam interaksi dengan hormone tanaman dan pengaturan pertumbuhan pertumbuhan 2,4-D dapat menggantikan zat tumbuh asam indo asetat, dimana kultur jaringan tumbuhan yang butuh IAA juga dapat tumbuh bila diberi 2,4-D (Moenandir, 1993). Menurut Ashton dan Monaco (1991), tipe tanah dan formulasi dari 2,4-D berpengaruh pada proses pencucian di dalam tanah. Herbisida 2,4-D diserap oleh koloitd tanah dan sangat sedikit tercuci pada tanah lempung dan tanah organic serta tanah berpasir. Kehilangan 2,4-D di dalam tanah tidak terlepas dari peranan penting mikroorganisme. Penemuan sifat 2,4-D benar-benar menjadi tonggak perkembangan herbisida modern, yaitu dalam jumlah yang amat sedikit masih dapat mematikan gulma secara selektif dan sistemik (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Menurut Setyobudi et. al., (1995) ada beberapa keuntungan yang diberikan oleh herbisida seperti: 1.
Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu,
2.
Dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman,
3.
Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman,
4.
Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar,
5.
Dalam dosis rendah dapat sebagai hormone tumbuh,
98
6.
Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan perlakuan penyiangan biasa. Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan
gulma tanpa menggunakan tanaman pokok. Berdasarkan cara aplikasi melalui daun, herbisida dibedakan menjadi yang bersifat kontak contoh Paraquat (Gramoxone) dan bersifat sistemik contoh glifosat (Round Up) (Setyobudi et. al., 1995). Komunitas gulma selalu ditemukan dengan spesies gulma yang beragam, oleh sebab itu herbisida yang diharapkan adalah herbisida yang mempunyai daya pengendalian yang berspektum luas. Alasan utama digunakannya campuran dari dua atau lebih herbisida adalah untuk memperluas spectrum pengendalian gulma dan mengurangi salah satu komponen dari herbisida campuran secara terusmenerus dan untuk menghemat biaya (Motooka, 1986). Herbisida sampai saat ini telah dikembangkan lebih efektif dan ekonomis. Salah satu pertimbangan penting dalam teknik pengembangan herbisida adalah pemakaian herbisida yang dicampur herbisida. Menurut Utomo (1989), pemakaian herbisida yang dicampur ini diharapkan untuk mendapatkan efek sinergi dan meningkatkan toksisitas terhadap jasad sasaran ataupun memperoleh sifat kimia fisik yang optimal dalam penetrasi herbisida. Penggunaan herbisida campuran saat ini telah banyak digunakan untuk mengendalikan gulma-gulma pada tanaman tropis. Salah satu tujuan dari pencampuran herbisida adalah untuk memperluas spektum pengendalian gulma atau untuk memperoleh pengendalian yang lebih efektif pada beberapa gulma perennial yang spesifik (Rochecouste, 1971). Moenandir dan Murniningtias (1999) menambahkan, herbisida glifosat yang diaplikasikan secara tunggal kurang efektif dalam mengendalikan gulma dibandingkan dengan penambahan herbisida 2,4-D yang meningkatkan efikasi, fitotoksitas, kompatibilitas, dan efek sinergi dari glifosat. Pada umumnya hanya sejumlah kecil herbisida yang diperlukan untuk mengendalikan gulma secara efisien, tetapi justru ini yang sangat diperlukan agar jumlah yang kecil itu dapat disebarkan merata ke seluruh gulma yang ada. Apabila tidak merata atau terlalu sedikit, tidak mematikan gulma sedangkan bila terlalu
99
banyak mungkin menjadi beracun bagi tanaman budi daya. Oleh karena itu herbisida harus diformulasikan sedemikian rupa agar mudah mengatur, aman, dan efektif (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Metsulfuron metil mempunyai nama kimia 2, -{{{{(4-metoksi-6-6 metil, 13, 5, triazin-2-yl) amino} sulfonil} benzoa. Metsulfuron metil adalah herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh, bersifat sistemik dan selektif. Metsulfuron metil dengan bahan aktif sebesar 20% dari formulasinya terdapat pada Ally 20 Water Dispersible Granule (WDG), berbentuk butiran granul berwarna putih kekuningan yang dapat terdispersi dalam air. Metsulfuron metil termasuk turunan molekul sulfonil-urea dengan dosis penggunaan yang rendah, sekitar 2 – 75 g b.a/ha. Metsulfuron metil agak sedikit berbau, tidak berdebu, dan tidak mudah menguap (FAO, 2002). Metsulfuron metil adalah salah satu herbisida sistemik yang berbentuk granule. Menurut Tomlin (1994), metsulfuron metil digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Metsulfuron metil diserap melalui daun, akar, dan dapat menghambat pertumbuhan pucuk. Daya racunnya akan terdegradasi oleh mikroorganisme dalam tanah, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya dampak lingkungan atau pencemaran dalam tanah. Paraquat atau ion 1,1-dimethyl-a,4-bipyridilium merupakan herbisida pasca tumbuh yang bersifat kontak dan non selektif. Paraquat tidak dapat diserap oleh bagian gulma yang tidak berwarna hijau (batang atau akar) dan bila tersemprot ke daun, hanya daun itu saja yang layu dan mati. Butir semprot tidak meresap ke bagian lain sehingga gulma tetap normal. Paraquat bereaksi dengan cahaya matahari menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2) sehingga merusak membrane sel (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984). Penetrasi paraquat lebih banyak terjadi melalui daun , keefektifan paraquat dalam merusak klorofil meningkat apabila ada sinar matahari. Penyerapan akan meningkat dengan intensitas cahaya yang tinggi dan kelembaban yang cukup. Paraquat bereaksi di kloroplas dimana terdapat sistem fotosintesis dalam menghasilkan karbohidrat. Paraquat diketahui dapat menghambat proses dalam fotosistem I, yaitu dalam mengikat electron hasil dari sistem tersebut, dan membentuk electron radikal bebas . radikal bebas ini akan diikat oleh oksigen
100
membentuk superoxide yang bersifat sangat aktif. Superoxide ini akan merusak membrane sel dan jaringan tanaman (Pusat Informasi Paraquat, 2006). Daya kerja biologis paraquat hilang apabila terkena tanah karena adanya reaksi antara muatan positif ganda pada kation paraquat dengan mineral liat tanah sehingga membentuk ikatan kompleks dan tidak aktif. Butiran semprot paraquat bila jatuh ke perairan atau terlarut oleh air hujan akan segera terikat oleh butiran lumpur (Ashton dan Monaco, 1991). Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringanjaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas (Barus, 2003). Paraquat adalah salah satu anggota golongan herbisida piridina, yang bersifat non selektif yang dipergunakan secara pasca tumbuh, terutama sekali pada gulma semusim dan rerumputan (Sukman dan Yakup, 2002)
101
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2009 dengan pemangamatan yang dilakukan pada 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah aplikasi (MSA). Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus IPB Darmaga Bogor dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIB.
3.2
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: herbisida glifosat, metsulfuron metil, dan paraquat, 2,4-D, sprayer punggung Solo, ember, gelas ukur, pipet, kuadrat 0,5 m x 0,5 m, kantong plastik, pisau.
3.3
Metodologi
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kali ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: P1 = perlakuan metsulfuron metil dengan dosis:
P2 = perlakuan metsulfuron metil dengan dosis:
P3 = perlakuan monoamonium glifosat dengan dosis:
P4 = perlakuan monoamonium glifosat dengan dosis:
P5 = perlakuan 2,4-D dengan dosis:
102
P6 = perlakuan 2,4-D dengan dosis:
P7 = perlakuan gramoxon dengan dosis:
P8 = perlakuan gramoxon dengan dosis:
P9 = perlakuan paraquat 400
+ metsulfuron metil 30
P10 = perlakuan paraquat 800
+ metsulfuron metil 30
P11 = perlakuan glifosat 0,5
+ 2,4 D 0,5 = 3,6
P12 = perlakuan glifosat 1
+ 2,4 D 0,25 = 4,5
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati dilakukan analisis ragam. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji nilai tengah dengan uji BNT pada taraf 5%. Aplikasi herbisida dilakukan secara bersamaan pada awal percobaan. Agar penyemprotan merata tiap petak, sebelum aplikasi dilakukan kalibrasi alat berdasarkan volume larutan. Pengujian efikasi herbisida didasarkan pada analisis bobot kering gulma. Untuk menentukan bobot kering biomassa gulma, dilakukan pemanenan gulma yang masih hidup tepat di atas permukaan tanah pada 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah aplikasi (MSA). Gulma hasil panenan dikelompokkan menurut spesies gulma dominan, kemudian dikeringkan sampai bobot konstan.
103
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel Pengamatan Bobot Kering Gulma dan Gulma Toleran BK gulma (gram) Perlakuan
Metil metsulfuron 100 gr/ha
Metil metsulfuron 50 gr/ha
Monoamonium glifosat 1 kg/ha
Monoamonium glifosat 2 kg/ha
2,4 D 1L/ha
Kelompok
Gulma Toleran 1 MSA
2 MSA
A
30.7
9.65
B
-
13.682
Tetracer scandens Digitaria adscendens Axonopus compressus, mikania micrantha
C
31.82
7.675
D
22.89
6.54
A
97.5
-
B
44.36
21.36
-
C
44.655
37.93
-
D
4.79
5.965
Digitaria adscendens Melastoma affine, Clidemia hirta
Phylanthus niruri
A
-
-
B
45.7
14.5
-
C
mati
mati
-
D
25.4
-
Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, Cyperus rotundus
A
-
-
Melastoma affine, Chromolaena odorata, Urena lobata, Clidemiahirta, Mikhania micrantha
B
61.05
25.27
-
C
0
15.88
-
D
65
30
Tetracera scandens, Mimosa pudica, Mikania michrantha, Chromolaena odorata, Urena lobata
A
-
-
-
B
-
-
Axonopus compressus
C
63.5
60.52
D
50.8
37.5
A
-
-
-
B
17.6
-
-
C
-
-
-
D
17
mati
Setaria plicata, Axonopus compressus, Mikania micrantha
Axonopus compressus, Setaria plicata
2,4 D 2L/ha
Gramoxon 1L/ha
A
12.25
12.8
B
0.0786
0.1486
C
0
30.1
-
D
46.5
14.3
-
Rumput kawat, gulma x, Boreria alata
104
Gramoxon 2L/ha
Paraquat 400ml/ha + Metil metsulfuron 30gr/ha
Paraquat 800ml/ha + Metil metsulfuron 30gr/ha
Glifosat 0,5L/ha + 2,4 D 0,5L/ha
Glifosat 1L/ha + 2,4 D 0,25L/ha
A
14
mati
-
B
3
4.01
-
C
0
23.51
-
D
46.5
50.02
-
A
-
-
Mikania micrantha, tetracera indica, Borreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris
B
-
4.85
C
0
17.34
-
D
35
14.5
-
A
-
-
-
B
0.637
-
-
C
0
17.34
-
D
65
50.5
-
A
-
-
-
-
Melastoma affine, Chromolaena odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, Boreria alata
B
-
C
12.34
0
-
D
55.2
33.5
-
A
-
-
-
B
37.5
15.5
-
C
-
-
-
D
7.18
6.175
Tabel Pengamatan Persentase Kematian Gulma dan Gulma yang Mati
Perlakuan
Metil metsulfuron 100 gr/ha
Metil metsulfuron 50 gr/ha
Monoamoniu m glifosat 1 kg/ha
Kelompok
%Kematian
Gulma Yang Mati
A
1 MSA
2 MSA
Melastoma malabathrichum, Eleusine indica, Axonopus compressus
B
30
70
-
C
-
-
-
D
0
0
Cyperus kilyngia
A
35
56
Cynodon dactylon, Mikania micrantha
B
40
78
Melastoma malabathricum, Digitaria adscendens
C
30
40
Cyperus sp Mikania micrantha, Tetracera indica, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris, Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, Penisetum polystachyon Melastoma malabathrichum, Clidemia hirta, Setaria plicata
D
0.01
0.5
A
5
20
B
90
90
Axonopus compressus, Paspalum conjugatum
C
80
15
-
105
Monoamoniu m glifosat 2 kg/ha
2,4 D 1L/ha
D
100
100
A
10
-
Gramoxon 2L/ha
Paraquat 400ml/ha + Metil metsulfuron 30ml/ha
Paraquat 800ml/ha + Metil metsulfuron 30ml/ha
Glifosat 0,5L/ha + 2,4 D 0,5L/ha
Glifosat 1L/ha + 2,4 D 0,25L/ha
Setaria plicata, Digitaria adscendens Axonopus compressus, Borreria alata, Setaria plicata Boreria alata, Setaria plicata, Axonopus compressus Axonopus commpressus,Ottochloa nodosa,Boreria alata, Cyperus killyngi, Asistasia gangetica
B
55
65
C
61.667
31.67
D
-
-
A
64
78
-
B
50
94
-
C
60
60
-
D
0
0
Mikania micrantha, Melastoma affine, Chromolaena odorata, Pennisetum polistachyon
A
40
55
Otthocloa, Setaria
B
20
47.8
-
2,4 D 2L/ha
Gramoxon 1L/ha
-
C
-
-
Axonopus compressus, Setaria plicata, Clibadium sp., Digitaria adscendens
D
5
10
Ipomea, Setaria
A
80
100
tidak diamati
B
40
40
-
-
Axonopus compressus , Clidemia hirta, Mikania micrantha, Paspalum conjugatum
C
-
D
99
-
Axonopus compressus, Paspalum conjugatum
A
80
15
Ipomoea, Setaria
B
85
100
-
C
95
-
Axonopus compressus , Clidemia hirta
D
0
-
Axonopus compressus, Paspalum conjugatum
A
80
15
Teh-tehan
B
100
100
-
C
75.5
89
Borreria alata, Setaria plicata, Axonopus compressus
D
100
100
Setaria plicata, Axonopus compressus
A
40
15
-
B
30
30
Cleome rutidosperma, Borreria alata Borreria alata, Setaria plicata, Axonopus compressus Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus, Cyrtococcum patens
C
90
-
D
100
100
A
43.333
70
B
90
100
Ottochloa nodosa
-
C
62.375
-
Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Mikania micrantha
D
33
100
Pennisetum polystachyon. Cyrtococcum patens
A
30
40
-
B
40
55
Axonopus compressus, Setaria plicata
C
45
20
-
-
Axonopus compressus, Setaria plicata, Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Mikania micrantha, Pennisetum polisatchyon, Digitaria ciliaris, Tetracera indica
D
100
5
10
4.2
Pembahasan
Dari hasil pengam perla kuan
106
pertama, yaitu dengan Metsulfuron metil 100
, persentase kematian gulma
pada 1 MSA kelompok A adalah sebanyak 30 % dan pada 2 MSA meningkat menjadi 70 %. Ini menunjukkan bahwa terdapat gulma yang toleran terhadap pengaplikasian herbisida Metsulfuron metil 100
. Menurut hasil pengamatan,
gulma yang toleran tersebut adalah Tetracer scandens. Gulma-gulma yang mati diantaranya Melastoma malabathrichum, Euleusina indica, dan Axonopus compressus. Pada pengamatan 1 MSA, jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar 30,7 gram, sedangkan pada pengamatan 2 MSA jumlah bobot kering gulma yang masih hidup berkurang menjadi hanya sebesar 9,65 gram. Pada kelompok B dengan perlakuan yang sama, tidak diketahui persen kematian gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena kelompok tersebut tidak mengumpulkan data atau tidak melakukan pengamatan atau data pengamatan tersebut hilang. Data yang diketahui hanya jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 2 MSA yaitu sebesar 13,68 gram dan gulma yang toleran yaitu Digitaria adscendens. Pada kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 0 %. Gulma-gulma yang tetap bertahan hidup di antaranya ialah Axonopus compressus dan Mikania micrantha yang memiliki bobot kering pada pengamatan 1 MSA sebesar 31,82 gram serta 7,675 gram pada 2 MSA. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Metsulfuron metil 100
terhadap kedua jenis gulma ini tidak efektif. Pada kelompok D dengan perlakuan herbisida yang sama, persentase
kematian gulma pada 1 MSA ialah sebesar 35 %, sedangkan pada pengamatan 2 MSA meningkat menjadi 56 %. Gulma yang mendominasi petak kelompok D adalah Digitaria adscendens dan Cyperus kilyngia. Gulma yang toleran terhadap perlakuan herbisida Metsulfuron metil 100
pada petak kelompok D adalah
Digitaria adscendens. Sedangkan gulma yang mati adalah Cyperus kilyngia. Hal
107
ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif untuk Cyperus kilyngia, tetapi kurang efektif untuk gulma Digitaria adscendens. Pada perlakuan kedua, yakni dengan perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50
hasilnya ternyata cukup signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang
pertama. Pada petak kelompok A sebelum pengaplikasian herbisida didominasi oleh gulma Melastoma affine, Clidemia hirta, Cynodon dactylon dan Mikania micrantha. Setelah pengaplikasian herbisida, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 78 %. Gulma yang masih bertahan hidup diantaranya Melastoma affine dan Clidemia hirta. Data bobot kering gulma yang masih hidup yang ada hanya pada 1 MSA yaitu sebesar 97,5 gram. Gulma yang mati diantaranya Cynodon dactylon dan Mikania micrantha. Pada petak kelompok B dengan perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50
, persentase kematian gulma pada 1 MSA ialah sebesar 30 %, sedangkan
pada 2 MSA meningkat sebesar 10 % menjadi 40 %. Gulma yang toleran tidak diketahui, sedangkan
gulma
yang mati diantaranya adalah
Melastoma
malabatrichum dan Digitaria adscendens. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 44,36 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 21,36 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida tersebut kurang efektif pada petak kelompok B. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulmanya sangat kecil yakni 0,01 % pada 1 MSA dan 0,5 % pada 2 MSA, hanya saja tidak diketahui nama gulma yang tolerannya itu apa. Gulma yang mati ialah Cyperus sp. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 44,66 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 37,93 gram. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50
pada petak
kelompok C tidak efektif. Pada petak kelompok D, persentase kematiannya juga kecil yakni sebesar 5 % pada 1 MSA dan 20 % pada 2 MSA. Gulma yang mati diantaranya ialah Mikania micrantha, Tetracera indica, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon,
108
Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris, Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, dan Penisetum polystachyon. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adah sebesar 4,79 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 5,965 gram. Hanya saja tidak diketahui data nama gulma yang toleran tersebut. Perlakuan yang ketiga, yakni dengan perlakuan herbisida Monoamonium glifosat 1
. Pada petak kelompok A, persentase kematian gulmanya cukup
tinggi, yakni 90 % pada 1 MSA maupun 2 MSA. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya ialah Melastoma malabathrichum, Clidemia hirta, dan Setaria plicata. Hali ini menunjukkan bahwa perlakuan ini cukup efektif untuk mengendalikan jenis gulma-gulma tersebut. Gulma yang toleran pada petak kelompok A adalah Phylanthus niruri. Sedangkan data bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui (tidak ada datanya). Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma dengan perlakuan yang sama pada 1 MSA adalah sebesar 80 %. Sedangkan pada 2 MSA persentase kematian gulma menurun drastis hingga menjadi 15 %. Hal ini mungkin disebabkan herbisida sudah menguap. Gulma- gulma yang mati tersebut diantaranya Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 45,7 gram dan 14,5 gram pada 2 MSA. Sedangkan data nama dulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok C, persentase kematian gulmanya adalah sebesar 100 % baik pada 1 MSA maupun pada 2 MSA sehingga bobot kering gulma yang masih hidup tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida pada petak kelompok C sangat efektif, hanya saja tidak diketahui nama-nama gulma yang mati tersebut. Pada petak kelompok D, persentase kematian gulmanya adalah sebesar 10 % pada 1 MSA, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui persentasenya. Nama gulma yang matinya pun tidak diketahui datanya. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 25,4 gram, sedangkan bobot kering gulma pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma-gulma yang toleran tersebut diantaranya
109
ialah Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, dan Cyperus rotundus. Perlakuan yang keempat adalah dengan perlakuan herbisida Monoamonium glifosat 2
. Pada petak kelompok A, persentase kematian gulma pada 1 MSA
adalah sebesar 55 % dan 65 % pada 2 MSA. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya Setaria plicata dan Digitaria adscendens. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif karena persentase kematiannya melebihi 50 %. Gulma yang toleran pada petak ini diantaranya ialah Melastoma affine, Chromolaena odorata, Urena lobata, Clidemiahirta, dan Mikhania micrantha. Hanya saja data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 61,7 %, sedangkan pada 2 MSA menurun menjadi 31,7 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya ialah Axonopus compressus, Borreria alata, dan Setaria plicata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar 61,05 gram pada 1 MSA dan 25,27 gram pada 2 MSA. Hanya saja tidak diketahui data nama gulma yang toleran pada petak tersebut. Pada petak kelompok C, gulma-gulma yang mati setelah pengaplikasian herbisida dengan perlakuan yang sama seperti pada kelompok A dan B diantaranya Boreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Hanya saja tidak diketahui data persentase kematian gulma pada petak ini. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 15,88 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 64 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 78 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya Axonopus commpressus, Ottochloa nodosa, Boreria alata, Cyperus killyngi, dan Asistasia gangetica. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 65 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 30 gram. Gulma yang toleran pada petakan ini diantaranya ialah Tetracera scandens, Mimosa pudica, Mikania michrantha, Chromolaena odorata, dan Urena lobata.
110
Perlakuan yang kelima yakni dengan perlakuan herbisida 2,4 D
.
Pada petak kelompok A, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 50 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 94 %. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup dan nama gulma yang tolerannya tidak diketahui. Pada petak kelompok B, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 60 %. Data nama gulma yang mati dan toleran, serta data bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Pada petak kelompok C, jumlah persentase kematiannya baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 0 %. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida pada gulma di petak ini tidak efektif sama sekali terutama pada gulma Axonopus compressus. Bobot kering gulma ini pada 1 MSA adalah sebesar 63,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 60,52 gram. Pada petak kelompok D, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 40 % dan 55 % pada 2 MSA. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 50,8 gram dan 37,5 gram pada 2 MSA. Gulma yang toleran pada petak kelompok D dengan perlakuan herbisida ini diantaranya adalah Axonopus compressus dan Setaria plicata. Perlakuan yang keenam adalah dengan perlakuan herbisida 2,4-D dengan dosis 2
. Pada petak kelompok A dengan perlakuan herbisida ini, persentase
kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 20 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 47,8 %. Gulma yang mati adalah spesies padag. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup dan nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma yang mati pada petakan ini adalah Otthocloa dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup yang diketahui hanya pada 1 MSA saja, yaitu sebesar 17,6 gram. Sedangkan data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 2 MSA tidak diketahui, sama halnya dengan data nama gulma yang toleran.
111
Pada petak kelompok C dengan perlakuan herbisida yang sama, persentase kematian gulma cukup rendah yaitu pada 1 MSA adalah sebesar 5 % dan 10 % pada 2 MSA. Gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus, Setaria plicata, Clibadium sp., dan Digitaria adscendens. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup dan nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentasi kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 80 % dan 100 % pada 2 MSA. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif pada petak kelompok D. gulma yang mati diantaranya adalah Ipomea dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 17 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Data nama gulma yang toleran juga tidak ada. Perlakuan yang ketujuh adalah perlakuan herbisida Gramoxon dengan dosis 1
. Pada petak kelompok A dengan perlakuan herbisida ini, persentasi
kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 40 %. Nama gulma yang mati tidak diamati oleh kelompok ini. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 12,25 gram dan 12,8 gram pada 2 MSA. Gulma yang toleran dalam petakan ini diantaranya Setaria plicata, Axonopus compressus, dan Mikania micrantha. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, data persentase kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui. Sama halnya dengan data nama gulma yang mati pun tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar 0,079 gram pada 1 MSA dan 0,149 gram pada 2 MSA. Gulma-gulma yang toleran diantaranya adalah Rumput kawat, gulma x, Boreria alata. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan data persentase kematian gulma pada 2 MSA tidak diketahui. Gulma-gulma yang mati diantaranya Axonopus compressus , Clidemia hirta, Mikania micrantha, dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada pengamatan 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 30,1 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.
112
Pada kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada pengamatan 1 MSA adalah sebesar 80 %, sedangkan pada pengamatan 2 MSA adalah sebesar 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 46,5 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 14,3 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada. Perlakuan yang kedelapan adalah perlakuan herbisida Gramoxon dengan dosis 2
. Pada petak kelompok A, persentase kematian gulma pada
pengamatan 1 MSA adalah sebesar 85 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 100%. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Ipomoea dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 14 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak ada gulma yang hidup. Nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA 95 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Nama gulma yang mati pun tidak diketahui datanya. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 3 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 4,01 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA 0 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulmagulma yang mati diantaranya adalah Axonopos compressus dan Clidemia hirta. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 23,51 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 80 %, sedangkan pada 2 MSA adalah 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya ialah Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 46,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 50,02 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang kesembilan adalah perlakuan herbisida campuran Paraquat 400
+ Metsulfuron metil 30
. Pada petak kelompok A dengan perlakuan
113
herbisida ini, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100 %. Gulma-gulma yang mati adalah sejenis teh-tehan. Ini menunjukkan perlakuan herbisida pada petak ini sangat efektif terutama pada gulma jenis teh-tehan. Karena persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100 %, pada ulangan ini tidak terdapat jumlah bobot kering gulma yang masih hidup ataupun gulma-gulma yang toleran. Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 75,5 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 89%. Hal ini menunjukkan herbisida ini bekerja cukup efektif dalam mengendalikan gulma. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA tidak diketahui, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 4,85 gram. Gulma-gulma yang toleran diantaranya adalah Mikania micrantha, tetracera indica, Borreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, dan Digitaria ciliaris. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA sebesar 100 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya Borreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah 17,34 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentasi kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Setaria plicata dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 35 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 14,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang kesepuluh adalah perlakuan herbisida campuran Paraquat 800
+ Metsulfuron metil 30
. Pada petak kelompok A dengan perlakuan
herbisida ini, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 30 %. Data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah
114
bobot kering gulma yang masih hidup serta nama gulma yang toleran juga tidak ada. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma- gulma yang mati diantaranya ialah Cleome rutidosperma dan Borreria alata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 0,637 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak ada datanya. Data nama gulma yang toleran pun tidak diketahui. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida ini sangat efektif dalam mengendalikan gulma di petakan tersebut. Gulma-gulma yang mati diantaranya Borreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 17,34 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 43,3 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 70 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus, dan Cyrtococcum patens. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 65 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 50,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang kesebelas adalah dengan perlakuan herbisida Glifosat 0,5 +
2,4-D 0,5
. Pada petak kelompok A dengan menggunakan
perlakuan herbisida ini, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 100 %. Ini membuktikan perlakuan herbisida pada petakan ini efektif. Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui datanya. Sama halnya dengan data nama gulma yang toleran yang juga tidak diketahui. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 62,4 %, sedangkan pada 2 MSA
115
tidak diketahui datanya. Gulma yang mati adalah spesies Ottochloa nodosa. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Gulma-gulma yang toleran pada petakan ini diantaranya adalah Melastoma affine, Chromolaena odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, dan Boreria alata. Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 33 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 100 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya adalah Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Mikania micrantha. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 12,34 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Data nama gulma yang toleran pun tidak ada. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 30 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 40 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya Pennisetum polystachyon dan Cyrtococcum patens. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 55,2 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 33,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Perlakuan yang terakhir yakni perlakuan herbisida Glifosat 1 D 0,25
+ 2,4-
. Pada petak kelompok A dengan menggunakan perlakuan herbisida
ini, persentase kematian yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 55 %. Data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup serta data nama gulma yang toleran juga tidak ada. Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 45 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 20 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida pada petakan ini kurang efektif. Gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus dan Setaria plicata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 37,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 15,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.
116
Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 100 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui. Data nama gulma yang mati, jumlah bobot kering gulma yang masih hidup, serta data nama gulma yang toleran tidak ada. Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 5 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 10 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus, Setaria plicata, Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Mikania micrantha, Pennisetum polistachyon, Digitaria ciliaris, dan Tetracera indica. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 7,18 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 6,175 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Dilihat dari jumlah persentase kematiannya yang maasih kecil, perlakuan herbisida pada petakan ini kurang efektif. Kelompok kami kedapatan untuk mengaplikasikan herbisida di areal perkebunan karet. Jenis perlakuan yang digunakan adalah Paraquat 400 Metsulfuron metil 30
.
+
Hasil aplikasi dengan perlakuan herbisida campuran
ini sangat efektif dalam mengendalikan gulma terutama sejenis gulma teh-tehan. persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100 %. Luas petakan lahan yang disediakan untuk aplikasi ini adalah 12 m x 3 m atau 36 m2. Contoh perhitungan dosis: Paraquat 400
=
400
= 1,44
Metsulfuron metil 30
=
30
= 0,108
Volume semprot (36 m2)
117
=
= 1,44 liter
Volume air yang dimasukkan pada awal penyemprotan = 1,44 liter + 2,88 liter = 4,32 liter Sebelum penyemprotan, lahan perkebunan karet belum menghasilkan didominasi oleh gulma Cyperus, spp dan Ageratum conyzoides, L. Cyperus, spp adalah teki-tekian. Teki-tekian yang mendominansi adalah C. rotundus, L. C. brevifolius, L., C. compressus, L. dan C. diformis, L. Pada pertanaman karet dikenal banyak jenis gulma yang menyerang diantaranya Axonopus compressus (rumput pait/papaitan), Borreria alata (gletak/goletrak),
Centotheca
lappaceae
(suket
lorodan/jukut
kidang),
Chromolaena odorata ( kirinyuh), Croton hirtus (jarak bromo), Cyclosorus aridus (pakis kadal), Cyrtococcum patens (telur ikan), Imperata cylindrical (alangalang),
Lantana
camara
(tahi
ayam/cente),
melastoma
malabatrichum
(senggani/harendong), Mikania micrantha (sembung rambat/areu caputeheur), Panicum repens (balungan/jajahean), Paspalum conjugatum (pahitan/jukut pahit). Dari semua gulma yang disebut diatas Imperata cylindrica, Chromolaena odorata dan Mikania micrantha merupakan gulma yang paling penting pada tanaman karet. Diantara 12 perlakuan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan didapatkan aplikasi herbisida yang paling efektif adalah aplikasi herbisida dengan perlakuan Monoamonium glifosat dengan dosis 1
. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena herbisida yang berbahan aktif glifosat, paraquat dan 2,4-D secara sinergis efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar seperti A. conyzoides. Sementara itu gulma Cyperus spp, secara populasi cukup tertekan, namun masih dominan dibandingkan dengan gulma-gulma lain. Hasil pengamatan dilapangan tingkat keracunan gulma umumnya katagori empat (4) yaitu keracunan sangat berat, 76% – 100% gulma mati. Pada perlakuan herbisida Metsulfuron metil dengan dosis 100
maupun
50
tingkat
keracunannya tidak terlalu tinggi. Hal ini diduga herbisida Metsulfuron metil yang biasa digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sementara gulma 118
berdaun sempit tidak begitu efektif sehingga masih banyak yang hidup. Setelah dicampur dengan herbisida Paraquat, tingkat keracunan meningkat menjadi kategori empat. Hasil sidik keragaman memperlihatkan bahwa perlakuan berbagai kombinasi herbisida berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian gulma lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Bobot kering gulma yang masih hidup terbanyak adalah pada perlakuan herbisida Metsulfuron metil. Pada perlakuan dengan herbisida 2,4-D juga tidak terlalu efektif. Hal ini mungkin dikarenakan herbisida 2,4-D kurang efektif dalam mengendalikan gulma berdaun sempit yang dominan di lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Herbisida Gramoxon bersifat arena herbisida ini akan mematikan pada bagian gulma yang terkena herbisida. Bersifat non selektif karena herbisida ini mempengaruhi semua jenis tumbuhan yang terkena herbisida ini. Dengan demikian herbisida ini dapat mengendalikan semua jenis gulma apabila penggunaannya benar. Herbisida ini sering digunakan untuk tujuan pengendalian gulma saat pra tanam dan juga untuk tujuan pemeliharaan tanaman perkebunan dengan teknis-teknis tertentu. Sebagai sarana pemeliharaan tanaman sering digunakan untuk mengendalikan gulma pada saat tanaman tumbuh dan berkembang. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma yang dapat memberikan pengaruh kompetisi dan menghalangi serta mempersulit operasi pemeliharaan tanaman diantara barisan (Utomo dan Roesmanto, 2005).
119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Perlakuan berbagai kombinasi herbisida berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian gulma di lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Perlakuan herbisida yang paling efektif pada percobaan ini adalah perlakuan herbisida Monoamonium glifosat dengan dosis 1
.
Perlakuan herbisida yang
kurang efektif dalam percobaan ini adalah perlakuan herbisida Metsulfuron metil dengan dosis 100 perlakuan Paraquat 400
.
Perlakuan Herbisida kelompok kami yaitu dengan + Metsulfuron metil 30
juga sangat efektif
untuk mengendalikan gulma di kebun karet ini terutama jenis gulma teh-tehan.
5.2
Saran
Pemakaian herbisida dapat menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit. Oleh karena itu kita tidak boleh sembarangan dalam penggunaan atau pengaplikasian herbisida. Praktek pelaksanaan aplikasi herbisida harus tepat (Lima Tepat) agar tidak salah sasaran dan tidak mencemari lingkungan.
120
DAFTAR PUSTAKA
Arif, A. 1979. Use of round up herbicide and the prospect of its development in Indonesia. Round Up
herbicide Symposium III for Sumatera, Medan
Indonesia. 4-9p.
Ashton, F. M. and A. S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. A Wiley Interscience Publication, John Wiley and Sons. New York. 525 p.
Ashton, F. M., and T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principiles and Practices (3rd ed.). John Wiley and Sons, Inc. New York. 466 p.
Bangun, P. 1985. Pengendalian Gulma pada Tanaman Jagung. Hal 83-95. Dalam Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswadi (ed.). Hasil Penelitian Jagung, Sorgum, dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta
Duke, S. O. 1988. Glyphosate. Pl-7, in Kearney, C. P., and D. D. Kurfman (eds). 1988. Herbicides: Chemistry , Degradation, and Mode of Action. Vol 3. Marcel Dekker Inc. New York and Bassel.
FAO.
2002.
Metsulfuron
Methyl.
Available
from
http:
//www.
Fao.
Org/docrep/W8053E/w8053e08. Htm# metsulfuron methyl.
Johnson, G. A., T. R. Hoverstad, and R. E. Greenwald. 1998. Integrated weed management using narrow corn spacing, herbicides, and cultivation. Agronomy Journal. 90 (2): 40 – 46.
121
Klingman, G. C., F. M. Ashton, and L. J. Noordhoff. 1982. Weed Science: Principles and Practices, 2nd edition. John Wiley and Sons, Inc. New York, USA. 431-449 p.
Moenandir, J., and E. Murniningtias. 1999. The effect of herbicide glifosat and 2,4-D mixtures on weed depression in soybean field. Proceeding the Seventeenth Asian-Pasific Weed Science Society Confrence. Bangkok. 419423p.
Motooka. 1986. Chemical weed control in tropical pastures. Weed Science Society of the Philippines. Philippines. 9-45p.
Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hal.
Pusat Informasi Paraquat. 2006. The Paraquat Information Center on Behalf of Syngenta Crop Protection AG. http: //www.paraquat.com
Rochecouste, E. 1971. Weed control in tropical plantation crops. Proceeding of the First Indonesia Weed Science Conference. Indonesia. 149-158p.
Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia. Jakarta. 254 hal.
Setyobudi, H., Subiyantono, dan S. Wanasuria. 1995. Praktek-praktek pencampuran herbisida pada tanaman perkebunan. Hal: 47-53. Dalam P. Bangunan, I, U. Sutanto dan R. C. B. Ginting (eds). Prosiding Seminar Pengembangan Aplikasi Kombinasi Herbisida. Jakarta.
Smith, J. R. 1981. Weeds of Major Economic Importance in Rice and Yields Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Proceedings of The Conference on Weed Control in Rice IRRI. Manila, Philippines.
122
Suhardi. 2002. Dasar-dasar Bercocok Tanam Kanisius. Yogyakarta. 217 hal.
Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 123 hal.
Sukman, dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Thomson, W. T. 1979. Agricultural Chemistry. Book II: Herbicides. Thomson Publ. Indianapolis. 326 p.
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo. (Eds). 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 209 hal.
Tomlin, C. 1994. The Pesticide Manual 10th Edition. British Crop Protection Publication. United Kingdom. 948 p.
Utomo, I. H. 1989. There has never been a herbicide like this before. Round Up Herbicide Symposium III for Sumatera, Medan Indonesia. 7-8p.
Utomo, I. H., A. P. Lontoh, S. Zaman dan D. Gontoro. 1998. Panduan Praktikum Pengendalian Gulma Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak Dipublikasikan). 24 hal.
Utomo, I. H. dan Roesmanto. 2005. Aplikasi paraquat pada beberapa ekosistem tanaman penting. Prosiding Konferensi HIGI ke XVII. Yogyakarta.
Wilson, R. G., and J. Furrer. 1996. Where do Weeds Come From?. University of Nebraska Nebguide Publication. Nebraska.
123
PENYIANGAN MANUAL
Disusun Oleh : 1. Trisnani Yuda Fitri 2. Galvan Yudistira 3. Vicky Oktarina Chairunnissa
A24070021 A24070040 A24070121
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
124
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Komoditas agronomi tidak hanya mencakup tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan tanaman perkebunan. Komoditas ini memiliki keuntungan dalam nilai ekonomi yang berbeda-beda, dan dalam perawatannya pun membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda. Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara perawatan dengan hasil produksi yang akan diperoleh mengingat kedekatannya dalam keuntungan dan efektifitas pelaksanaan pertanaman. Kendala-kendala yang mungkin terjadi dalam proses pertanaman antara lain serangan gulma yang dapat menurunkan produksi. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki. Gulma biasanya menjadi faktor pembatas yang menghambat produksi yang optimum pada suatu tanaman budidaya. Apabila gulma yang muncul di lahan pertanaman hanya sedikit maka tidak akan menjadi faktor yang berarti, namun bila gulma tersebut hidup dalam jumlah yang banyak di suatu areal pertanaman yang memiliki luas herktaran, hal ini akan menjadi kendala yang memerlukan solusi tersendiri. Solusi yang ditawarkan untuk mengendalikan gulma ada dua macam, yaitu pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian Kimia memerlukan idetifikasi yang cermat sehingga tidak berdampak buruk bagi tanaman budidaya, lahan tanam, dan lingkungan disekitarnya. Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu teknik yang sering diterapkan di perkebunan ataupun pada budidaya tanaman lainnya. Pengendalian manual masih sangat diperlukan meskipun efisiensinya lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian secara kimiawi.
Tujuan
Praktikum pengendalian gulma secara manual ini memiliki tujuan untuk menerapkan pengendalia gulma secara manual pada lahan perkebunan.
125
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengendalian Gulma Pengendalian gulma didefinisikan sebagai prses untuk membaasi invasi gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat dibudidayakan seara produktif dan efisien. Pengendalian hanya berujuan untuk menekan populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomik, atau tidak melampaui ambang ekonomi (economic treshold). Pengendalian tidak bertujuan untuk menekan ppulasi gulma sampai tingkat nol (Sukman dan Yakup, 1991). Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan oenyiangan manual menggunakan alat sederhana ataupun tenaga mesin. Menurut Bangun (1985), penggunaan satu macam herbisida sejenis secara terus menerus tidak dianjurkan karena akan merubah dominansi dan komposisi gulma. Oleh karena itu perlu dikombinasikan dengan pengendalian lain seperti menggunakan tangan (manual).
HOK Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005).
126
BAB III BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang dipakai dalam praktikum ini adalah gulma yang tumbuh di areal kebun karet. Alat yang digunakan meliputi parang, cangkul, dan garpu
Waktu dan Tempat
Percobaan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2009 di Lapangan Praktikum Cikabayan, Kampus IPB Dramaga Bogor.
Metodologi
Pengendalian gulma dilakukan secara berkelompok dengan membagi luasan areal kebun ke dalam petakan berukuran x m2. Pengendalien dilakukan dengan membabat dengan teknik babat dempes, babat merah, dan dongkel anak kayu. Kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk membabat bersih gulma pada luas petakan tersebut.
127
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tabel Aplikasi Herbisida Perlak
Kelo
%Kem
BK
Gulma
uan
mpo
atian
gulma
Toleran
k
Gulma yang mati
(gram) 1
2
1
2
M
M
M
M
SA
S
SA
SA
30.
9.6
Tetracer
Melastoma
7
5
scandens
malabathrichum,
A Metil
A
30
70
metsulf uron
Eleusine
100
Axonopus compressus
gr/ha
B
-
-
-
13.
Digitaria
68
adscendens
indica,
-
2 C
0
0
31.
7.6
Axonopus
82
75
compressus,
-
mikania micrantha D
Metil
A
35
40
56
78
metsulf
22.
6.5
Digitaria
89
4
adscendens
97.
-
Melastoma
Cynodon
affine,
Mikania micrantha
5
uron 50 gr/ha
Cyperus kilyngia
dactylon,
Clidemia hirta B
30
40
44.
21.
36
36
-
Melastoma malabathricum,
128
Digitaria adscendens C
0.0
0.
44.
37.
1
5
65
93
-
Cyperus sp
-
Mikania
5 D
5
20
4.7
5.9
9
65
micrantha,
Tetracera
indica,
Cleome rutidosperma, Cynodon
dactylon,
Digitaria adscendens, Setaria
plicata,
Digitaria
ciliaris,
Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, Penisetum polystachyon Monoa
A
90
90
-
-
moniu
Phylanthus
Melastoma
niruri
malabathrichum,
m
Clidemia hirta, Setaria
glifosat
plicata
1 kg/ha
B
C
D
80
15
45.
14.
7
5
-
Paspalum conjugatum
10
10
ma ma -
0
0
ti
ti
10
-
25.
-
4
Axonopus compressus,
Cynodon
-
-
dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, Cyperus rotundus
Monoa
A
55
65
-
-
Melastoma
Setaria
plicata,
129
moniu
affine,
m
Chromolaena
glifosat
odorata, Urena
2 kg/ha
lobata,
Digitaria adscendens
Clidemiahirta, Mikhania micrantha B
C
61.
31
61.
25.
66
.6
05
27
7
7
-
-
-
Axonopus compressus, Borreria alata, Setaria plicata
0
15.
-
88
Boreria alata, Setaria plicata,
Axonopus
compressus D
64
78
65
30
Tetracera
Axonopus
scandens,
commpressus,Ottochlo
Mimosa
a
pudica,
alata, Cyperus killyngi,
Mikania
Asistasia gangetica
nodosa,Boreria
michrantha, Chromolaena odorata, Urena lobata 2,4 1L/ha
D A
50
94
-
-
-
-
B
60
60
-
-
-
-
C
0
0
63.
60.
Axonopus
-
5
52
compressus
50.
37.
Axonopus
Mikania
8
5
compressus,
Melastoma
Setaria plicata
Chromolaena odorata,
D
40
55
micrantha, affine,
Pennisetum polistachyon 2,4
D A
20
47
-
-
-
Otthocloa, Setaria
130
2L/ha
.8 B
-
-
17.
-
-
-
-
-
Axonopus compressus,
6 C
5
10
-
Setaria
plicata,
Clibadium
sp.,
Digitaria adscendens D
80
10
17
0 Gramo
A
40
40
xon
ma -
Ipomea, Setaria
ti 12.
12.
Setaria plicata, tidak diamati
25
8
Axonopus
1L/ha
compressus, Mikania micrantha B
-
-
0.0
0.1
Rumput
78
48
kawat, gulma
6
6
x,
-
Boreria
alata C
99
-
0
30.
-
1
Axonopus compressus ,
Clidemia
Mikania
hirta,
micrantha,
Paspalum conjugatum D
Gramo
A
80
85
xon 2L/ha
15
10
46.
14.
5
3
Paspalum conjugatum
14
ma -
Ipomoea, Setaria
0 B
95
-
-
Axonopus compressus,
ti 3
4.0
-
-
-
Axonopus compressus
1 C
0
-
0
23. 51
D
80
15
46.
50.
5
02
, Clidemia hirta -
Axonopus compressus, Paspalum conjugatum
131
Paraqu
A
at 400ml/ ha
B
+
10
10
0
0
75.
89
-
-
-
Teh-tehan
-
4.8
Mikania
-
5
micrantha,
5
Metil
tetracera
metsulf
indica,
uron
Borreria alata,
30ml/h
Cleome
a
rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris C
10
10
0
0
0
17.
-
34
Borreria alata, Setaria plicata,
Axonopus
compressus D
40
15
35
14.
-
5
Setaria
plicata,
Axonopus compressus
Paraqu
A
30
30
-
-
-
-
at
B
90
-
0.6
-
-
Cleome rutidosperma,
800ml/ ha
37
+ C
Metil
10
10
0
0
0
Borreria alata 17.
-
34
plicata,
metsulf uron
Borreria alata, Setaria Axonopus
compressus D
43.
30ml/h
33
a
3
70
65
50.
-
5
Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus, Cyrtococcum patens
Glifosa
A
90
10
-
-
-
-
132
t
0
0,5L/ha B
62.
+ 2,4 D
37
affine,
0,5L/ha
5
Chromolaena
-
-
-
Melastoma
Ottochloa nodosa
odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, Boreria alata C
33
10
12.
0
34
0
-
Paspalum conjugatum, Setaria
plicata,
Mikania micrantha D
30
40
55.
33.
2
5
-
Pennisetum polystachyon. Cyrtococcum patens
Glifosa
A
40
55
-
-
-
-
t 1L/ha B
45
20
37.
15.
-
Axonopus compressus,
5
5
-
-
-
-
-
10
7.1
6.1
-
Axonopus compressus,
8
75
+ 2,4 D 0,25L/h C
10
a
0 D
5
Setaria plicata
Setaria
plicata,
Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon
dactylon,
Digitaria adscendens, Mikania
micrantha,
Pennisetum polisatchyon, Digitaria ciliaris,
Tetracera
indica
133
Pembahasan Pengendalian diartikan sebagai upaya penekanan pertumbuhan gulma atau mengurangi populasinya sedemikian rupa sehingga penurunan hasil menjadi tidak berarti. Penyiangan secara manual dapat membesarkan akar tsnaman dari akar rumpang gulma, sehingga pertumbuahan gulma berikutnya dapat ditekan. Alasan utama dari penyiagan ini adalah karena adanya persaingan antara gulma dengan pertumbuhan tanaman (Baharsjah, 1983). Dongkel anak kayu merupakan pengendalian gulma dengan cara mendongkel atau membongkar gulma sampai ke akarnya menggunakan tenaga manusia. Alat yang digunakan adalah cangkul dan tidak diperbolehkan menggunakan parang paa saat mendongkel. Babat dempes ialah pembabatan gulma yang dilakukan dengan membabas gulma hingga 5 m di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang.
134
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu: (a) hasilnya ceat terlihat, (b) mudah dilaksanakan, (c) menghindarkan dmpak polusi lingkungan. Pada lahanlahan yang sempit, pengendalian secara manual memberikan hasil yang efektif dan efisien. Pengendalian manual juga memilikiki kelemahan, yaitu: (a) membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak, (b) pada beberapa kondisi dapat menyebabkan terjadinya erosi permukaan dan perlakuan akar.
5.2 Saran Agar diperhatikan waktu masuk dan bubarnya praktikum, lebih displin.
DAFTAR PUSTAKA
Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 123 hal. Baharsjah, J. S. 1983. Legum Pangan. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB Bogor. 110 hal. Hartopo, M. 2005. Pegelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan Teh (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 72 hal. Nu’man, M. 2009. Pegelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan. Skripsi. Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 76 hal.
135
136
View more...
Comments