Laporan Praktikum Pengamatan Dan Pemeriksaan Ternak 2
September 21, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Pengamatan Dan Pemeriksaan Ternak 2...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN DAN PEMERIKSAAN TERNAK
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT DAN KESEHATAN HEWAN (PENGAMATAN DAN PEMERIKSAAN TERNAK)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melulusi Mata Kuliah Ilmu Penyakit dan Kesehatan Hewan Pada Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam NegeriAlauddin Makassar
Oleh:
SUPARMAN M 60700114031
ANIMAL CENTRE JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016
BAB I PENDAHULUAN
tarr B elakang A. L ata
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan keadaan cuaca yang panas sangat kering atau lembab akan mempengaruhi status kesehatan ternak. Bila suhu dan kelembaban udara sangat tinggi, maka penyebab penyakit dapat berkembang dan meningkat sampai keadaan kesehatan hewan tidak dapat dipertahankan lagi keseimbangannya, maka dari itu memelihara ternak agar tetap sehat sangatlah penting karena dapat mengurangi biaya pengeluaran bila ternak sakit (Kamal, 2014). Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Ternak sehat adalah ternak yang tidak terjadi penyimpangan dari kondisi normalnya. Ciri-ciri hewan sehat antara lain gerakan aktif, sikapnya sigap, selalu selal u sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Penyakit pada ternak yang tersebar sekarang
ini banyak
disebabkan
oleh
parasit,
baik
endoparasit maupun
ektoparasit.Endoparasit merupakan parasit yang berada dalam tubuh induk semang.Ektoparasit merupakan parasit yang berada di luar atau permukaan tubuh induk semang (Iqbal, 2012). Manajemen kesehatan ternak adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi lalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat dioptimalkan dan kesehatan produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan standar yang diinginkan (Ahmad, 2011). Adapun yang menjadi latar belakang dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui parameter-parameter meliputi inspeksi dan pengukuran suhu tubuh yang terjadi di ternak tersebut. Sehigga dapat menegetahui ternak yang sedang sakit atau at au yang akan terjangkit penyakit dengan cara mengetahui gejala-gejala yang akan timbul dari terjangkitnya penyakit pen yakit tersebut. Sehingga dapat mencegah ternak tersebut terkena penyakit. B. R um umusan usan Masa Masalah lah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana kondisi kesehatan ternak dari pemeriksaan fisik, tingkah laku dan kondisi kondisi fisiologis ternak?
Tujuan n Pr P r aktikum C. Tujua Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan ternak dari pemeriksaan fisik, tingkah laku, dan kondisi kondisi fisiologis ternak.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. G ambaran Umum
Kesehatan hewan merupakan suatu status kondisi tuuh hewan dengan seluruh sel yang menyusunnya dan cairan tuuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal.Dasardasar kesehatan ternak menyebutkan beberapa poin tentang tanda-tanda sapi yang sehat, diantaranya: sapi tersebut sempurna secara fisik, gerakan lincah dan respon aktif terhadap bunyi dan gerakan benda, bulu bersih dan tidak berdiri. berdiri. Dan dalam ilmu usaha ternak dijelaskan dijelaskan bahwa ternak yang baik untuk dipelihara adalah bakalan ternak yang memiliki kecepatan pertumbuhan yang cepat, kalau untuk sapi dikategorikan pertumbuhannya cepat bila pertambahan berat badan harian diatas 0,7 Kg per hari(Depdiknat, hari(Depdiknat, 2011). Ciri-ciri sapi s api yang baik dilihat dari sempurnanya bentuk tubuh, yang perlu diperhatikan disini adalah organ terluar sapi, anak sapi dikatakan sempurna bila lengkap semua anggota badan dan tumbuh secara normal, normalnya anggota badan setiap ternak memiliki perisip simetris untuk anggota badan yang berpasangan seperti; kedua kaki depan tumbuh secara simetris begitu juga dengan kaki belakang anak sapi, telinga kiri dan kanan tumbuh secara simetris,
begitu
juga
dengan
mata
kedua
lobang
hidung
dan
lainnya
yang
berpasangan (Hasbullah, 2013).
Untuk anggota badan yang tunggal dapat dikatakan normal bila tumbuh dengan semestinya, misalkan punuk anak sapi ongole minimal tingginya sejajar dengan kepala, salah satu ciri anak sapi jantan yang baik adalah memiliki ekor melampaui lutut, dan untuk sapi jantan lepas sapih ujung bulu ekor mencapai mata kaki belakang. Hubungan panjang ekor sangat erat dengan kesehatan ternak.Semakin panjang ekor sapi maka semakin luas jangkauannya
untuk
tubuh(Waahyu, 2012).
B.
G ambar an K husus
mengusir
serangga
yang
merugikan
terhadap
perkembangan
Kesehatan merupakan hal yang penting dalam dunia ternak, karena berpengaruh terhadap produktivitas hasil ternak. Faktor kesehatan sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Menjaga Menjaga kesehatan menjadi salah satu prioritas utama disamping pemberian pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Pemeriksaan kesehatan ternak secara cepat dan akurat sangat diperlukan dalam upaya pengendalian maupun pemberantasan penyakit.Kesehatan hewan meliputi cara pemeriksaan fisik, tingkah ti ngkah laku dan fisiologi ternak (Akoso, 2010). 1. Pemeriksaan fisik sapi Menurut Nurdin (2011), teknik/ cara melakukan pemeriksaan fisik hewan meliputi: a.
Inspeksi adalah memeriksa dengan cara mengamati atau melihat,
b.
Palpasi adalah memeriksa pasien dengan cara meraba untuk mengetahui adanya benjolan benjolan ataupun kebengkaan abnormal dari suatu organ (kelenjar lymfe) bisa juga untuk memperkirakan suhu pasien,
c.
Perkusi adalah pemeriksaan dengan memukul baik dengan jari maupun dengan alat perkusi hummer. Ini dilakukan untuk mengetahui kepekaan / kenyaringan suara yang dihasilkan dari hasil pukulan yang kita lakukan terhadap organ mengenai ketebalan ataupun isi dari suatu organ yang kita maksud dalam pemeriksaan (ada perbedaan suara yang ditimbulkan),
d.
Auskultasi adalah memeriksa dengan alat pendengaran (stetoskop) untuk mendengarkan normal atau tidaknya suara yang ada yang ditimbulkan oleh oleh aktifitas fisiologis organ (suara nafas, detak jantung, peristaltik usus, gerak rumen).
e.
Membau adalah memeriksa dengan membau / penciuman. Bau adalah merupakan hal penting dalam pemeriksaan karena ada beberapa penyakit yang dapat diketahui dari baunya yang khas seperti distemper ataupun parvo. Ada pula beberapa penyakit lain karena baunya, seperti: Otitis ekstera, ekstera, Nekrose Nekrose mulut, mulut, karies gigi, radang saluran pernafasan .
2. Tingkah laku Tingkah laku sapi memberikan gambaran tentang status kesehatan sap tersebut. Sapi yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Kondisi sapi yang seimbang adalah tidak terlalu gemuk atau kurus, langkah kakinya mantap dan teratur (Nusdianto, 2012). Sudut matanya terlihat bersih tanpa adanya kotoran atau getah radang. Ekornya Ekornya selalu aktif megibas untuk mengusir lalat.Kulit dan bulu tampak halus dan mengkilat serta pertumbuhan bulu merata di permukaan tubuhnya.hidung sapi s api keadaannya basah. pada sapi sehat, selaput lendir mulut dan gusi gusi berwarna merah muda, lidah dapat bergeraka dengan bebas. Ujung hidung bersih, sedikit basah dan tersa dingin jika disentuh (Latif Eel, 2012). 2012).
3. Kondisi fisiologis Melalui informasi yang didapatkan selama pemeriksaan dapat ditentukan beberapa penyebab penyakit, organ yang terlibat, lokasi, tipe lesio, patogenesa, maupun tingkat keparahan penyakit. Pengendalian penyakit, prognosis dan kesejahteraan hewan yang diharapkan dapat tercapai bila dilakukan pemeriksaan fisik yang benar dan disertai dengan diagnosa yang tepat.Suhu tubuh bagian dalam tubuh hewan dapat diukur dengan menggunakan termometer. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan jumlah total panas yang diproduksi tubuh tetapi
menunjukkan
keseimbangan
antara produksi
panas
dan
pengeluaran
panas
tubuh (Depdiknat, 2011). Pemeriksaan suhu tubuh hewan pada umumnya dilakukandua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.Hewan yang sehat memiliki suhu tubuh t ubuh pada pagi hari yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh pada siang dan sore hari. Secara fisiologis, suhu tubuh akan meningkat hingga 1.5ºC pada saat setelah makan, saat partus, terpapar suhu lingkungan yang tinggi, dan ketika ketika hewan banyak beraktifitas fisik maupun psikis (Depdiknat, (Depdiknat, 2011). Frekuensi jantung adalah banyaknya denyut jantung dalam satu menit. Pengamatan terhadap frekuensi jantung pada ruminansia besar (seperti sapi) dihitung secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan tepat di atas apeks jantung pada dinding dada sebelah kiri. Pulsus hewan dapat dirasakan dengan menempelkan tangan pada pembuluh darah arteri coccygeal di bawah ekor bagian tengah sekitar 10 cm dari anus.Frekuensi jantung normal pada sapi dewasa adalah 5580 kali per menit, sedangkan frekuensi denyut jantung anak sapi dapat mencapai 100-120 kali per menit. Frekuensi denyut jantung sapi betina yang sedang bunting dapat meningkat hingga 15-40%, dan untuk sapi laktasi akan meningkat hingga (Nusdianto, 2012). Penghitungan frekuensi nafas pada sapi dilakukan dengan cara menghitung gerakan flank dan tulang rusuk yang bergerak simetris pada saat inspirasi selama 1 menit. Respirasi normal pada sapi dewasa adalah 15-35 kali per menit dan 20-40 kali pada pedet.Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adalah ukuran tubuh, umur, aktifitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kebuntingan, adanya gangguan pada saluran pencernaan, kondisi kesehatan hewan, dan posisi hewan (Nusdianto, 2012). Dua tahap proses pemeriksaan kesehatan hewan yaitu pemeriksaan ante mortem dan pemeriksaan pos mortem. Pemeriksaan ante mortem morte m dilakukan sebelum hewan dipotong atau saat hewan masih hidup. Sebaiknya pemeriksaan ante mortem dilakukan sore atau malam hari
menjelang pemotongan keesokan harinya. Pemeriksaan pos mortem dilakukan setelah hewan dipotong (Widyani, 2013). a.
Pemeriksaan ante mortem. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan perilaku dan fisik. Pemeriksaan ante mortem terdiri atas 3 kelompok yaitu, kelompok yang lolos (sehat), tidak lolos (sakit) dan lolos bersyarat (dicurigai sakit atau sakit yang tidak berbahaya).Hewan yang tidak lolos dari pemeriksaan ante mortem dipisah dipisah dan jangan dipotong. Perhatian lebih ditujukan untuk hewanhewan yang lolos bersyarat.Hewan dalam kelompok ini mendapat perhatian lebih dalam pemeriksaan pos mortem (Widyani, 2013).
b.
Pemeriksaan pos mortem Pemeriksaan pos mortem dilakukan secara hati-hati dan teliti.Diperlukan latihan dan ketrampilan untuk melakukan pemeriksaan ini, terutama untuk mengenali organ-organ dalamnya (mana hati, limpa, ginjal dsb).Hasil akhir pemeriksaan pos mortem adalah baik (sehat), tidak baik (sakit / rusak) dan baik sebagian.(Widyani, 2013).
BAB III METODE PRAKTEK LAPANG
kasi si Prakte Praktek Lapa Lapang A. J enis dan L oka Jenis dan lokasi praktikum ini adalah kuantitatif, dimana hewan ternak tersebut diperiksa kesehatanya dengan cara pemeriksaan fisik, tingkah laku, dan kondisi fisiologis
ternak sehingga dapat mengetahui secara langsung ternak yang sakit dan ternak yang sehat, kemudian waktu dilaksakannya praktikum ini yaitu pada hari minggu tanggal 01 Mei 2016. Lokasi praktikum ini adalah di Samata Integrated Farming System (SIFS) yang dimiliki oleh seorang dosen Prof. Latief Tolleng yang bertempat Kelurahan Samata, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa, Provinsi Sul-Sel. B. Populasi
1. Alat Adapun alat yang digunakan pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut : a. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. b. Termometer untuk mengukur suhu badan sapi. c. Kamera untuk medokumentasikan proses praktikum. d. Stopwach untuk menghitung.
2. Bahan Adapun bahan yang digunakan pada praktek lapang ini adalah sebagai berikut : a. Ternak sapi jantan. b. Vitamin dan obat-obatan.
Me etode Pe Pengum ngump pula ulan n D ata C. M Metode pengumpulan data dari praktek lapang ini adalah: 1. Observasi Observasi adalah pengamatan langsung terhadap ternak, kemudian mengambil keputusan tentang pengamatan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. 2. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara untuk mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.
nstrr um ume en P r akte ktekk L apang D. I nst Instrumen penelitian ini terdiri dari cara kerja adalah:
1. Menyiapkan ternak akan diamati. 2. Mengamati ternak yang sudah disiapkan dan mencatat hasil pengamatan tersebut.
3. Melakukan pemeriksaan secarah menyeluruh sesuai dengan Form Pengamatan Terlampir pada tabel 1. 4. Mengukur suhu tubuh tubuh ternak dibagian anus dapat menggunkan thermometer manual dengan memasukan kedalam rectum kira-kira 10 cm sejajar tulang belakang. 5. Memeriksa nafas ternak dengan penggung tangan dan memperhatikan gerakan pernafasan dari gerakan perut. 6. Memeriksa denyut jantung/pulsus ternak dapat dilakukan dibagian ketiak kaki kiri bagian depan (Arteri Medialis), pada bagian mendibula (Arteri Facialis), atau bagian ekor (Arteri Coccygealis) kira-kira 10 cm dari pangkal ekor.
Teknikk Pengola Pengolaha han n E. Tekni Teknik pengolahan data dari praktek lapang ini adalah : Tabel 1. Form Pengamatan Fisik Ternak No. Identitas Ternak
1.
No. identitas ternak
2.
Jenis ternak
3.
Ras kelamin
4.
Jenis ternak
5.
Umur ternak
6.
Nama peternak
7.
Alamat peternak
8.
Nomor Handpone/Telepon
Uraian Betina)
(Sapi Uraian Jantan)
(Sapi
peternak Tabel 1. Form Pengamatan Fisik Ternak Hasil Pengamatan
No
Pengamata n
No.20
Berat badan ternak (Kg) Per tanggal … bulan … tahun 2016 Per tanggal … bulan … 1.
2.
3.
4.
5.
6.
tahun 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 Starus Gizi Ternak Kondisi Kurus / Sedang / Gemuk Nafsu Makan dan Minum Respon jika diberi rumput atau air (Baik / Kurang Suhu Tubuh Ternak Pengukuran per 5 menit Denyut Nadi / Pulsus Ternak Perhitungan per 1 menit Napas Ternak Perhitungan per 1 Menit
7.
8.
Kebersihan Tubuh Secara Keseluruha n (Bersih / Kotor) Apakah ada kotoran yang menempel di kulit atau bulu (Ada / Tidak Ada) Apakah ada pembengka kan (Ada / Tidak Ada) Kondisi Kulit dan Bulu Kondisi permukaan kulit (Halus /dan Kasar) Tingkat kelembapan kulit (Mengkilap / Kusan dan Berminyak / Kering) Kerontokan bulu (Rontok / Tidak Rontok) Ada luka / keropong (Ada / Tidak Ada) Turgor Kulit (Baik / Buruk) Kondisi Selaput Lendir
9.
Mukosa terdiri pada
/
Mulut (Warna Merah Muda-Rose / Pucat) (Ada Dischargekotoran Tidak Ada) / Hidung (Warna Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Dischargekotoran / Tidak Ada) Mata (War na Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Dischargekotoran / Tidak Ada) Telingga (War na Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Dischargekotoran / Tidak Ada) Alat Kelamin (War na Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Dischargekotoran / Tidak Ada) Anus (War na Merah
Muda-Rose / Pucat (Ada Dischargekotoran / Tidak Ada)
10.
11.
12.
13.
Komdisi Kuku Tingkat Kebersihan Kuku (Bersih / Kotor Bentuk Kuku (Normal / Tidak Normal) Telapak Kuku (Normal / Tidak Normal) Kondisi Pencernaan Nafsu Makan (Baik / Sedang / Buruk) Kondisi Perut (Normal / Tidak Normal Konsitensi Fases (Keras/Pada t/Encer) Produksi Susu (Naik/Turu n/Tetap Kondisi Lingkungan (Kandang, Pakan, dsb)
Tingkah Laku Ternak (Agresif/ Tenang/Le mah Informasi
14.
15.
Lainnya Yang Perlu Ditambah Kesimpulan Status Hewan
16. Sumber: Hasil Praktek Lapang ilmu penyakit dan kesehatan ternak (SIFS), 2016
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. H as asii l P eng nga amata tan n
Adapun hasil pengamatan praktek lapang ini adalah Tabel 1. Form Pengamatan Fisik Ternak
No. Identitas Ternak
Uraian Jantan)
1.
No. identitas ternak
No. 20
2.
Jenis ternak
Sapi Bali
3.
Ras kelamin
4. 5.
Jenis ternak Umur ternak
Jantan 2,5 tahun
6.
Nama peternak
Prof. Latief Tolleng
7.
Alamat peternak
Antang
8.
Nomor Handpone/Telepon
(Sapi
peternak Tabel 1. Form Pengamatan Fisik Ternak No
Pengamatan
1.
Berat badan ternak (Kg) Per tanggal 01 bulan mei tahun 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 2016 Per tanggal … bulan … tahun 2016 2016
2.
3. 4. 5. 6.
7.
8.
Starus Gizi Ternak Kondisi Kurus / Sedang / Gemuk Nafsu Makan dan Minum Respon jika diberi rumput atau air (Baik / Kurang Suhu Tubuh Ternak Pengukuran per 5 menit Denyut Nadi / Pulsus Ternak Perhitungan per 1 menit Napas Ternak Perhitungan per 1 Menit Kebersihan Tubuh Secara Keseluruhan (Bersih / Kotor) Apakah ada kotoran yang menempel di kulit atau bulu (Ada / Tidak Ada) Apakah ada pembengkakan (Ada / Tidak Ada) Kondisi Kulit dan Bulu Kondisi permukaan kulit (Halus /dan Kasar)
Hasil Pengamatan Pengamatan
169,5
Sedang
Baik Awal : 30◦ C C Akhir : 38◦ C C 31 28
Ada Tidak ada
Halus Kusam
Tingkat kelembapan kulit (Mengkilap / Kusan dan Berminyak / Kering) Kerontokan bulu (Rontok / Tidak Rontok) Ada luka / keropong (Ada / Tidak Ada) Turgor Kulit (Baik / Buruk) Kondisi Selaput Lendir / Mukosa terdiri pada Mulut (Warna Merah Muda-Rose / Pucat) (Ada Discharge-kotoran / Tidak Ada) Hidung (Warna Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Discharge-kotoran / Tidak Ada)
Mata (Warna Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Discharge-kotoran / Tidak
9.
Ada) Telingga
10.
Tidak rontok Tidak ada Baik
Merah Muda Tidak ada Merah muda Tidak ada Merah muda Tidak ada Merah muda Tidak ada Merah muda Tidak ada Pucat Tidak ada
(Warna Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Discharge-kotoran / Tidak Ada) Alat Kelamin (Warna Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Discharge-kotoran / Tidak Ada) Anus (Warna Merah Muda-Rose / Pucat (Ada Discharge-kotoran / Tidak Ada) Komdisi Kuku Tingkat Kebersihan Kuku (Bersih / Kotor Bentuk Kuku (Normal / Tidak Normal) Telapak Kuku (Normal / Tidak Normal)
KondisiMakan Pencernaan Nafsu (Baik / Sedang / Buruk) Kondisi Perut (Normal / Tidak Normal Konsitensi Fases (Keras/Padat/Encer) 12. Produksi Susu (Naik/Turun/Tetap 13. Kondisi Lingkungan (Kandang, Pakan, dsb) Tingkah Laku Ternak (Agresif/ 14. Tenang/Lemah 15. Informasi Lainnya Yang Perlu Ditambah 16. Kesimpulan Status Hewan 11.
Sumber: Hasil Praktek Lapang ilmu penyakit dan kesehatan ternak SPCC GOWA, 2016
B. Pembahasan
1. Identitas Peternak
Kotor Normal Normal Baik Normal Padat Kandang Agresif -
Berdasarkan praktek lapang yang telah dilaksanakan di SPCC Gowa, diperoleh hasil pengamatan lingkungan kandang sebagai berikut: Praktek lapang ini dilakukan pada peternakan Prof. Latief Tolleng, yang diketahui beralamat di Antang. Teknik anamnesa dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan ternak dari sejak awal pemeliharaan, menanyakan kondisi kesehatan ternak sekarang, menanyakan pakan, minum, kondisi kandang dan perilaku ternak keseharian. Riwayat kejadian penyakit yang pernah menyerang menyerang adalah penyakit kulit, kulit, kembung, kembung, mastitis dan diare.Ternak diare.Ternak tidak mau makan dan minum dan nafsu makan menurun. 2. Manajemen Pemeliharaan Berdasarkan praktek lapang yang telah dilaksanakan di SPCC Gowa. Manajemen pemeliharaan meliputi lingkungan kandang, bangunan kandang, kondisi ternak dan pakan yang yang diberikan kepada ternak.Kandang tidak teratur dibersihkan, dibersihkan jika kandang sudah terlihat kotor yaitu terlihat dari banyaknya kotoran ternak yang masih menumpuk di dalamnya dan lantai kandang yang becek.Hal ini membuat ternak tidak nyaman dan mudah terserang penyakit. Dijelaskan Dije laskan lebih lanjut olehbahwa kandang yang bersih akan mencegah timbulnya penyakit dan memberikan kenyamanan kenyamanan pada ternak.
3. Lingkungan kandang Berdasarkan praktek lapang yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil pengamatan lingkungan kandang sebagai berikut: Lingkungan kandang cukup baik karena jarak kandang dengan perumahan penduduk termasuk jauh. Hal ini sesuai dengan pendapat Latif Eel (2012), yang menyatakan bahwa lokasi kandang sebaiknya agak jauh minimal 10 Meter dari rumah penduduk. Bangunan kandang kondisinya kondisinya masih perlu diperbaiki karena, masih ada kandang yang terbut dari kayu.Lantainya sudah bagus karena dari semen jadi, fesesnya tidak berhamburan dan gampang dibersihkan. dibersihkan. 4. Bangunan kandang Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui hasil pengamatan bangunan kandang kandang sebagai berikut: berikut: Bangunan kandang pada peternakan sapi cukup memadahi dan cukup nyaman untuk ternak tersebut. Kandang terbuat dari kayu dengan lantai yang sudah disemen, namun tidak berdinding. Kondisi tersebut menyebabkan ternak tidak ti dak mendapat perlindungan ketika udara kencang sehinggamudah sekali diterpa angina dan ketika hujan karena air dengan mudah masuk masuk ke kandang. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Latif Eel
(2012),yang ang menyatakan bahwa untuk daerah tropis, tinggi dinding kandang yang ideal adalah (2012),y 2,5 meter. Lantai tidak sesuai dengan standar perkandangan karena lantainya adalah lantai becek sehingga kotoran ternak langsung bercampur bercampur dengan urin dan air dimana ternak tersebut hidup di atasnya. Sanitasi kandang sesuai karena mudah untuk dibersihkan.Dalam mengambilan yang disediakan. Hal ini dapat menyebabkan men yebabkan pertumbuhan ternak dapat optimal dan baik karena antara domba dewasa dan domba kecil yang hidup bersama dalam satu kandang karena kebutuhan an dapat tercukupi. Tempat minum kurang sesuai karena tidak dibedakan antara domba satu dengan domba yang lainnya. 5. Kondisi ternak Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh hasil pengamatan kondisi ternak sebagai berikut :Kondisi sapi. Perawakan termasuk sedang, berdiri dengan tegap, nafsu makan baik, pandangan mata tajam dan bening, bulunya lurus, aktif menggerakkan ekor dan mengusir lalat di sekitar kepalanya. Hal ini i ni sesuai dengan pendapat Nurdin (2011), yang menyatakan bahwa domba yang sehat akan menamkan gerakan yang aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Kondisi tubuh kambing yang seimbang adalah tidak terlalu gemuk atau kurus, langkah kakinya mantap dan teratur.Sewaktu berdiri kambing dalam keadaan seimbang dan bertumpu
pada keempat
kakinya. Ekornya selalu
aktif
mengibas
untuk mengusir
lalat.Dijelaskan lebih lanjut oleh bahwa ciri ternak sehat adalah ekornya selalu aktif mengibas untuk mengusir lalat.Kulit dan bulu tam halus dan mengkilap. 6.
Pakan Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil pengamatan pakan sebagai berikut : Pakan yang diberikan kepada sapi adalah hijauan dan konsetrat, yaitu rumput padangan dan ampas tahu.Pakan diberikan secara rutin 1 kali sehari. Hal ini menyebabkan menyebabkan nutrisi yang dibutuhkan ternak cukup.
7. Tata laksana pemeliharaan Tata cara pemeliharaan yang terdapat pada peternakan sapi adalah dengan cara intensif. Hal tersebut dikarenakan pada pagi sampai sore hari sapidiberikan rumput, sedangkan pada malam hari sapi diberikan yang sudah disediakan oleh peternak di dalam tempat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nusdianto (2012), yang menyatakan bahwa sistem pemeliharaan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, perkandangan intensif, semi-intensif, dan
umbaran.Kegiatan sapipada pagi sampai petang cenderung monoton.Yang terdiri dari merumput, urinasi, dan defekasi. 8. Riwayat Penyakit Berdasarkan praktek lapang yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa sapi sering mengalami penyakit kulit, kembung kembung dan diare yang ditandai dengan menurunnya nafsu makan, tubuh ternak lemas dan terlihat kurang aktif. Hal ini dikarenakan bangunan kandang kandang yang kurang sesuai, yaitu kandang yang sangat terbuka dan sempit sehingga perubahan cuaca seperti hujan dan panas akan sanga berpengaruh terhadap kesehatan ternak dan kondisi lantai kandang yang becek. Ternak yang kehujanan akankedinginan sehingga mudah sakit. Penanganan
yang
dilakukan
oleh
peternak yaitu
Sanitasi kandang yang cukup terjaga. Penyebab
lain
adalah
dengan karena
memberi
obat.
kandang
jarang
dibersihkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyani (2013), yang menyatakan bahwa sanitasi yang baik dapat menghambat kehadiran bibit penyakit.Sanitasi dilakukan dengan menjaga alas kandang agar tetap kering dan tidak menimbulkan bau, menjaga kebersihan peralatan makanan dan minuman. 9. Jenis kelamin dan ras ternak a. Jenis kelamin Jenis kelamin sapi terbagi te rbagi atas dua yaitu jantan dan betina namun yang di jadikan objek penelitian pada praktikum ini adalah sapi jantan, yang alat reproduksinya terdiri dari testis, Epididymis, Ductus Deferen, Ampula Ductus, Deferen, Urethra, Kelenjar Vesikularis, Kelenjar Prostata, Kelenjar bulbourethralis, dan Penis. b. Ras ternak Ras ternak adalah jenis ternak te rnak yang di jadikan sebagai objek penelitian, pada praktikum ini ras ternak yang di teliti adalah sapi bali, Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik, hingga saat ini masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. 10. Status gizi ternak Status gizi sapi bali yang di Jadikan objek penelitian terbilang bagus dan baik, postur tubuhnya gemuk dan tinggi. 11. Nafsu makan dan minum Nafsu makan dan minum ternak tergolong normal, krtika diberi makanan maka ternak memberi respon dengan baik, ketika sapi tidak memberi respon ketika diberi pakan atau
minumn maka besar kemungkinan sapi tersebut terjangkit penyakit. Dalam ilmu nutrisi kebutuhan hidup pokok sapi bali yaitu 16 % dan untuk penggemukan maka diatas 16%.
12. Suhu tubuh ternak Suhu tubuh ternak yang diperoleh pada sapi yang di teliti dapat dikatakan normal yaitu 38,4C selama 5 menit di dalam rektum, hal ini tidaklah jauh berbeda dengan suhu tubuh normal sapi bali yaitu sekitar 38,5 - 39,5 C. 13. Denyut nadi / pulsus ternak Pada praktek lapang ini di peroleh hasil denyut nadi sapi yang di jadikan objek penelitian adalah 40 sapi betina 47 dan sapi jantan 60, hal ini ini menunjukkan bahwa denyut nadi sapi tersebut normal karena pada literatur menyatakan bahwa pulpus sapi normal adalah 54-84 kali per 1 menit. 14. Napas ternak Napas ternak yang di peroleh pada praktek lapang l apang ini adalah sapi betina 25 dan sapi jantan 24, hal ini tergolong normal normal sesuai dengan lieteratur yaitu sekitar 10 – 10 – 30 30 kali/menit. 15. Kebersihan tubuh secara keseluruhan (bersih / kotor) Pada praktikum ini kebersihan tubuh hewan objek termaasuk bersih karena tidak ada kotoran yang menempel di bulu serta tidak ada pembengkakan yang terjadi. 16. Kondisi kulit dan bulu Kondisi permukaan kulit sapi objek halus serta tingkat ti ngkat kelembapan kulitnya mengkilap, namun terjadi kerontokan bulu tetapi tidak sampai luka serta turgor kulitnya baik, mungkin kerontokan bulu ini terjadi gesekan pada tiang kandang saat dilakukan pemeriksaan. 17. Kondisi selaput lendir / Mukosa terdiri pada mulut,hidung, mata, telinga, alat kelamin, Anus. Kondisi mulut pada sapi normal warna merah muda dan tidak ada kotoran, hidung normal warnanya merah muda dan tidak terdapat kotoran, mata normal warna merah muda dan tidak terdapat kotoran, telingah normal warna merah muda dan tidak terdapat kotoran, Alat kelamin normal warna merah muda dan tidak terdapat kotoran, dan anuspun normal warna merah mudah dan tidak terdapat kotoran. 18. Kondisi kuku Tingkat kebersihan kuku pada ternak yang diperiksa yaitu bersih, bentuk kukunya normal yaitu ganda dan telapak kakinya pun normal.
19. Kondisi pencernaan
Kondisi pencernaan pada sapi masih normal yaitu nafsu makan normal ketika diberi makan maka memberi respon, kondisi perut sapi normal karena tidak terjadi bloat atau kembung perut, namun konsistensi fesesnya agak encer.Mungkin di karenakan pakan yang diberikan terkalu banyak mengandung air seperti ampas tahu serta rumput segar yang masih muda. 20. Tingkah laku ternak dan Status Hewan Tingkah laku ternak yang menjadi objek penelitian yaitu sapi betina agresif dan sapi jantan juga agresif dan statusnya sehat.
BAB V PENUTUP
A. K esi sim mpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah yang dilihat dari kondisi dari pemeriksaan fisik, tingkah laku, dan fisiologi ternak.Berdasarkan pengamatan kami, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan ini penting untuk dilakukan karena dapat mengetahui kondisiu ternak awal tersebut dapat mencegah penyakit untuk masuk ke dalam ternak dan jika ternak tersebut telah terkena penyakit kita dapat mengobati sesuai dengan penyakit yang diderita ternak. Pemeriksaan berdasarkan parameternya kita dapat melakukan dengan cara inveksi, falfasi, dan pengukuran suhu tubuh yang akan mempermudah petugas kesehatan dalam pemeriksaannya. Dan tingkah laku ternak pun dapat membantu dalam pengecekan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ternak yang diamati dalam kondisi sehat dan tidak mengalami sakit. B. Sa Saran ran Pr aktikum Hendaknya waktu yang digunakan dalam praktikum Ilmu Kesehatan Ternak lebih lama, agar dalam pengamatan bisa dhasilkan data yang akurat. Selain itu diharapkan praktikum tidak hanya dapat mengetahui jenis penyakit, tapi setidaknya juga dapat mence mencegah gah dan mengobatinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2011. Upaya Penanganan Sapi Perah. Perah . (http://informasi-budidaya. woerdpres.com /2011/11/upaya-penanganan-kesehatan-sapi-perah_04.html). /2011/11/upaya-penanganan-kesehatan-sapi-perah_04.html ). (1 Mei 2016). Akoso, T.B. 2010. Kesehatan 2010. Kesehatan Sapi. Sapi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Asih, R.S. 2010. Manajemen 2010. Manajemen Ternak Perah. Perah. Mataram: Universitas Mataram Press. Depdiknas. 2011. Teknik Kesahatan ternak . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hasbullah. 2013. Ciri-ciri sapi yang baik dan sehat .wordpres .wordpres .com/2013 /03/ciri-ciri-sapi-yang-sehatdan-baik.html. (3 Mei 2016) Iqbal. 2012. Sapi Bali. Bali. http://www.fmp.sinarindo.co.id/index.php/7-jenis-sapi http://www.fmp.sinarindo.co.id/index.php/7-jenis-sapi /6-sapi-bali. (1 Mei 2016) Kamal. 2014. Membangun 2014. Membangun kesehatan hewan dan peternakan. peternakan . (Http://karyadrh.wordpres.com/p/blog (Http://karyadrh.wordpres.com/p/blog page_2761.html.) ( 3Mei 2016) 2016) Nurdin,Ellyza.2011.. Manajemen Sapi Perah. Nurdin,Ellyza.2011 Perah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nusdianto. 2012. Aspek 2012. Aspek Klinik dan Penularan Pada Pengendalian Penyakit Ternak . Mataram: Triakosa Tim dosen. 2014. Ilmu penyakit dan kesehatan hewan hewan.. Makassar: UIN press. Wahyu. 2012. Kesehatan 2012. Kesehatan Hewan. Hewan. (http://www.fmp.sinarindo.co.id/index.php/7-jenis(http://www.fmp.sinarindo.co.id/index.php/7-jenis-ssapi/6-sapi bali.) (Diakses pada 11Mei 2015) Widyani, Retno. 2013. Kesehatan 2013. Kesehatan Hewan.Cirebon: Hewan.Cirebon: Swagati Press.
View more...
Comments