Laporan Praktikum Parasitologi Veteriner i

November 18, 2018 | Author: Stephanie Datu Rara | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporannn...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI VETERINER I

PEMERIK PEMERIKSAA SAAN N SAMPEL SAMPEL FESES FESES

OLEH :

NAMA

: MUHAMMAD FAUZIH ASJIKIN

NIM

: O111 13 508

KELO KE LOMP MPOK OK : SE SEMB MBIL ILAN AN (IX) (IX)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

A.

JUDUL PRAKTIKUM KELOMPOK

Pemeriksaan Sampel Feses Kucing

B.

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Untuk menemukan telur atau larva helminth pada sampel feses 2. Untuk membedakan telur atau larva spesies cacing yang terdapat pada feses beberapa hewan.

C.

ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Alat a) Kaca Objek  b) Cover glass c) Mikroskop d) Lidi e) Tabung reaksi f) Alu dan mortir g) Kertas Saring h) Pipet tetes i) Gelas ukur/beaker glass  j) Rak tabung 2. Bahan a) Sampel Feses b) Aquades/air c) Larutan NaCl jenuh d) Larutan C6H12O6 jenuh

D.

LANGKAH KERJA

Langkah kerja dari

pemeriksaan

menggunakan 2 metode yakni :

sampel

feses

ini adalah dengan

1. Metode Uji Natif (Langsung)

a) Oleskan

feses

secukupnya

pada

kaca

objek

steril

dengan

menggunakan lidi. b) Teteskan 1-2 tetes aquades/air pada feses di kaca objek tersebut, kemudian campur dengan bantuan lidi atau ujung cover glass c) Tutupkan cover glass pada kaca objek tadi yang memiliki sampel feses tersebut. d) Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x

2. Metode Uji Pengapungan (Metode Fulleborn)

a) Ambil sedikit feses dan masukkan ke dalam mortir, hancurkan dengan alu sambil ditambah air secukupnya. b) Tuangkan ke dalam gelas ukur yang sudah diberi kertas penyaring dibagian atasnya.. c) Tunggu hasil saringan tersebut hingga mencapai 10-15 ml. d) Setelah disaring buanglah kertas saringan yang berisi endapan feses tadi dan yang diambil hanya hasil saringan yang sudah mencapai 1015 ml kemudian dituangkan kedalam tabung reaksi. e) Teteskan larutan NaCl jenuh kedalam tabung reaksi yang berisi cairan hasil saringan feses tadi, hingga kira-kira mencapai setengah tabung reaksi. f) Teteskan lagi larutan C6H12O6 ke dalam tabung reaksi tadi sampai permukaan tabung reaksi menjadi cembung, hal ini ditujukan untuk  mengangkat larva yang ada di bagian dasar tabung. g) Setelah beberapa menit, tutup tabung reaksi dengan menggunakan cover glass, diamkan sejenak pada rak tabung. h) Setelah itu angkat cover glass tadi dan bawa ke atas kaca objek. i) Amati kaca objek tersebut dengan mikroskop.

E.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan bahwa : 1. Dari percobaan yang telah dilakukan diatas didapatkan hasil bahwa larva helminth pada feses kucing yang diujikan menunjukkan hasil yang Negatif. 2. Ada dua hal mengapa larva helminth bisa negatif  a. Kesalahan yang mungkin terjadi dalam Praktikum ini adalah : 1) Yang pertama memungkinkan pada proses pengerjaan larva itu sudah tersaring di kertas saringan. 2) Kesalahan Praktikan, yaitu kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan dalam melakukan langkah-langkah atau cara kerja Praktikum, kesalahan menggunakan alat-alat atau ketidakcermatan praktikan dalam

mengamati

preparat

feses

sehingga

tidak

dapat

menemukan adanya telur cacing dalam preparat tersebut. 3) Kesalahan pada pengambilan sampel feses, yaitu kesalahan manusia/hospes, apakah diambil pada tempat pembuangan/kloset atau tidak langsung dari perianal, apakah tercampur dengan urin atau yang lainnya. 4) Kesalahan penyimpanan feses, yaitu kesalahan pada tempat yang digunakan sebagai tempat penyimpanan feses. Baik dari faktor suhu maupun kondisi ruangan yang tidak steril. Selain itu juga waktu

antara

pengambilan

sampel

feses

dengan

waktu

dilakukannya Pemeriksaan yang terlalu lama juga dapat mempengaruhi hasil dari Pemeriksaan atau Praktikum ini. 5) Kurangnya pemahaman praktikan pada bentuk morfologi telur maupun larva cacing parasit. 6) Pada saat pengambilan feses, cacing belum bertelur sehingga larva maupun telur tidak ditemukan di feses kucing. b. Sampel tinja yang diperoleh dari kucing yang sehat (tidak terinfeksi cacing parasit). Sampel feses kucing yang diamati telah terbebas dari

larva helminth yang ada karena kucing yang fesesnya diuji tersebut adalah kucing yang dirawat dengan baik, termasuk pemberian obat cacing secara teratur yang memungkinkan telah membasmi larva yang ada.

Hasil pembahasan Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk  mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit pada hewan yang di periksa fesesnya . Parasit memiliki bentuk-bentuk yang berbeda-beda pada setiap stadium perkembangannya, dan berbagai stadium parasit ini dapat ditemukan dalam sampel feses dan darah. Pemeriksaan pada sampel dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang ada. Pemeriksaan feses dapat dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan metode natif, metode apung, metode harada mori, dan secara kuantitatif dilakukan dengan metode kato. Metode kualitatif ini digunakan untuk mengetahui jenis parasit pada usus dan lainnya, sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan metode kato untuk menentukan jumlah cacing yang ada di dalam usus dan bagian lainnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang

penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan. Dari percobaan yang telah dilakukan, digunakan dua metode untuk  mengetahui larva pada feses yakni dengan menggunakan metode natif  (langsung) dan metode apung (fulleborn). Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan ( pet animals) yang banyak dipelihara oleh masyarakat. Kucing dapat terinfeksi oleh agen penyakit terutama apabila tidak dipelihara dengan baik dan benar. Salah satu agen penyakit yang sering menginfeksi kucing yaitu parasit (Gambar 1). Parasit dapat hidup di luar (di permukaan tubuh) ataupun di dalam tubuh induk semang. Parasit yang terdapat di luar tubuh indung semang disebut dengan ektoparasit, sedangkan parasit yang terdapat di dalam tubuh induk  semang disebut dengan endoparasit. Keberadaan parasit pada kucing tidak  hanya mengganggu kesehatan kucing tetapi juga menjadi sumber penyakit atau ancaman bagi manusia. Beberapa parasit yang ada pada kucing dapat menular ke manusia (penyakit zoonotik). Hal ini perlu kita wapadai dan tindakan pencegahan terhadap agen penyakit terutama parasit harus dilakukan. Berikut ini akan diuraikan mengenai endoparasit yang dapat menginfeksi kucing yang dapat dilihat pada Tabel 1 (Pazra, 2014).

Sumber: Foreyt 2001 Gambar 1 Parasit pada kucing

Tabel 1 Endoparasit yang dapat menginfeksi kucing

Jenis Parasit

Tempat Hidup

Keterangan

Ollulanus tricuspis

- Endoparasit(cacing), kelompok Nematoda, Ordo Lambung

Strongylida - Menyebabkan gastritis kronis dan muntah

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 2 Ollulanus tricuspis dewasa (jantan)

Physaloptera spp.

- Endoparasit (cacing), Lambung

kelompok Nematoda, Ordo Spirurida - Gejala klinis kurang signifikan ada kucing, infeksi menyebabkan muntah dan anoreksia

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 3 Telur Physaloptera spp. Gnathostoma spp.

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Ordo Lambung

Spirurorida

Sumber: Foreyt 2001 Gambar 4 Telur Gnathostoma spp. Toxocara cati

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Ordo Ascaridida, disebut juga Usus halus

dengan cacing gelang (Ascaridoidea). Penyakit

Sumber: Zajac & Conboy 2012

zoonotik (viseral dan okular larva migran)

Gambar 5 Telur Toxocara spp.yang siap menjadi larva

Toxascaris leonina

- Endoparasit(cacing), kelompok Nematoda, Ordo Usus halus

Ascaridida, disebut juga dengan cacing gelang - Kasus jarang terjadi dibandingkan  Toxocara

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 6 Telur Toxascaris leonina  Ancylostoma tubaeforme

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Strongyloidea, Ordo Strongylida, disebut juga Usus halus

dengan cacing tambang - Menyebabkan dermatitis interdigit, infestasi berat

Sumber: Zajac & Conboy 2012

terjadi

Gambar 7 Telur dan

lesio pulmonary, anemia,

telur mengandung larva (panah)

lapisan rambut rusak 

 Ancylostoma tubaeforme Uncinaria stenocephala

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Strongyloidea, Ordo Usus halus

Strongylida, disebut  juga dengan cacing tambang

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 8 Telur Uncinaria

- Kurang patogen dibandingkan Ancylostoma

stenocephala

spp.

 Echinococcus multilocularis

- Endoparasit (cacing), kelompok Cestoda, disebut  juga dengan cacing pita Usus halus

- Dapat menginfeksi manusia melalui kista hydatid (penyakit zoonotik)

Sumber: Zajac & Conboy 2012

menyebabkan penyakit

Gambar 9 Telur Echinococcus

yang serius dan kematian

spp.(panah) Taenia (Hydatigera)

- Endoparasit (cacing),

taeniaeformis

kelompok Cestoda Taeniidae, disebut juga dengan cacing pita Usus halus

- Inang antara yaitu hewan pengerat kecil - Infeksi terjadi karena

Sumber: Zajac & Conboy 2012

memakan jaringan

Gambar 10 Telur Taenia spp.

mengandung metacestoda

 Dipylidium caninum

- Endoparasit (cacing), kelompok Cestoda, Dilepididae, disebut juga dengan double pori/biji Usus halus

mentimun/cacing pita - Memerlukan induk  semang antara yaitu pinjal,

Sumber: Foreyt 2001 Gambar 11 Telur Dipylidium

terinfesi melalui memakan larva cistiserkoit

caninum  Dirofilaria immitis

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Ordo Spirurida, Jantung dan

Filarioidea, disebut juga

paru-paru

dengan cacing jantung - Kemungkinan terinfeksi

Sumber: Zajac & Conboy 2012

pada kucing lebih kecil Gambar 12 Mikrofilaria

dibandingkan pada anjing

dari Dirofilaria immitis  Aelurostrongylus abstrusus

- Endoparasit (cacing), Jantung dan paru-paru Sumber: Zajac & Conboy 2012

kelompok Nematoda, Ordo Strongylida - Menyebabkan batuk kronis dan anoreksia

Gambar 13 Larva  Aelurostrongylus abstrusus Capillaria aerophila

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Ordo Jantung dan paru-paru

Enoplida - Infeksi biasanya subklinis, apabila ada gejala berupa

Sumber: Zajac & Conboy 2012

batuk kronis

Gambar 14 Telur Capillaria aerophila Capillaria spp.

Vesika urinaria Sumber: Foreyt 2001

- Endoparasit (cacing), kelompok Nematoda, Ordo Enoplida

Gambar 15 Telur Capillaria spp.  Isospora spp.

- Endoparasit(protozoa), Usus halus, sekum, kolon

disebut juga dengan Coccidia - Spesies penting I. felis, I. rivolta

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 16 Oosit Isospora spp. Toxoplasma gondii

- Endoparasit, protozoa Usus halus,

(coccidia)

 jaringan

- Tidak terlalu patogenik  pada kucing

Sumber: Zajac & Conboy 2012

Gambar 17 Oosit Toxoplasma gondii Sarcocystis spp.

- Endoparasit, protozoa Usus halus

(coccidia) - Kucing sebagai inang definitif 

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 18 Sporokista Sarcocystis spp. Cryptosporidium felis

- Endoparasit, protozoa Usus halus

(coccidia) - Dapat menginfeksi manusia

Sumber: Zajac & Conboy 2012 Gambar 19 Oosit Cryptosporidium spp. Tritrichomonas spp.

- Endoparasit,protozoa (flagellata) Usus besar

- Menyebabkan diare kronis pada kucing akibat  T. foetus

Sumber: Zajac & Conboy 2012

Gambar 20 Tritrichomonas spp. dengann flagela anterior Giardia cati

- Endoparasit, protozoa (flagellata) Usus halus

- Dapat menginfeksi manusia (penyakit

Sumber: Zajac & Conboy 2012

zoonotik)

Gambar 21 Tropozoit Giardia spp.

DAFTAR PUSTAKA :

Foreyt WJ. 2001. Veterinary Parasitology. Edisi ke-5. USA: Blackwell Publishing. Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektoparasit: Pengendalian. Bogor: IPB Press.

Pengenalan,

Identifikasi

dan

Levine ND. 1994.  Parasitologi Veteriner . Yogyakarta: UGM Press. Pazra, Debby Fadhilah. 2014.  Endoparasit yang dapat menginfeksi kucing. Bogor: http://ilmuveteriner.com/endoparasit-yang-dapat-menginfeksi-kucing/  (Diakses pada tanggal 25 November 2014). Zajac AM, Conboy GA. 2012.  Veterinary Clinical Parasitology. Edisi ke-8. USA: Wiley-Blackwell.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF