Laporan Praktikum Mekanika Tanah - Inda Revisi 2
January 20, 2019 | Author: Inda Annisa Fauzani | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Mekanika Tanah - Inda Revisi 2...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH MODUL V COMPACTION
KELOMPOK
Inda Annisa Fauzani
1106010300
Purwhita Nuansa Budi Muhammad Irfan
Tanggal Praktikum
: 16 Maret 2012
Asisten Praktikum
: Hendriawan Kurniadi
Tanggal Disetujui
:
Nilai
:
Paraf
:
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH DEPARTEMEN SIPIL – SIPIL – FAKULTAS FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2013
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah yang dipadatkan
B. ALAT DAN BAHAN
Mould , lengkap dengan collar dan base plate
Hammer seberat 5.5 lbs dengan tinggi jatuh 12 inch
Hydraulic extruder
Pelat baja pemotong
Gelas ukur
Wadah untuk mencampur tanah dengan air
Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
Timbangan
Oven
Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 5 kantong @ 2 kg
Jangka sorong
C. TEORI
Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu pemadatan tanah adalah juga merupakan usaha(energi) yang dilakukan pada massa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = CE ) yang dilakukan tersebut adalah fungsi dari variabel-variabel berikut:
dengan : CE = Compactive Effort (lb/ft2) W = berat hammer (lb) H = tinggi jatuh (inch) L = jumlah layer B = jumlah pukulan per-layer V = volume tanah (ft3)
Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiri dari dua macam, yaitu: 1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698) 2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557) Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini: Test Identification
AASHTO T99
AASHTO T180
ASTM D 698
ASTM D 1557
Diameter Mould (inch)
4"
6"
4"
6"
Berat Hammer (lb)
5.5
5.5
10
10
Tinggi Jatuh Hammer (inch)
12
12
18
18
Jumlah Layer
3
3
5
5
Jumlah Pukulan Per-Layer
25
56
25
56
12.375
12.375
56.25
56.25
No. 4 (3/4")
No. 4 (3/4")
No. 4 (3/4")
No. 4 (3/4")
C.E (lb/ft ) Ukuran Butir Maksimum yg Lolos
Tabel C.1 Per bandin gan dua metode compaction
Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk me mbuat suatu hubungan tersebut dibuat beberapa contoh tanah minimal empat contoh dengan kadar air yang berbeda beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel. Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh
γdry
maksimum pada kadar air optimumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari W opt akan diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil dari maksimum.
Rumus-rumus yang digunakan: 1. Menentukan kadar air :
………....(1) …………(2)
γdry
…….....(3) Di mana : W
= kadar air (%)
wwater = berat air (gram) wdry
= berat tanah kering (gram)
wwet
= berat tanah basah (gram)
2. Menentukan perubahan volume air :
…………(4) Di mana : Vadd
= volume air yang ditambahkan (ml)
Wx
= kadar air yang akan dibuat (%)
Wo
= kadar air awal (%)
w
= berat sampel tanah (gram)
3. Menghitung nilai γwet dan γdry :
………….(5) ………..(6) Di mana : γwet
= berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet
= berat tanah basah (gr)
V
= volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)
γdry
= kerapatan kering (gr/cm3)
wdry
= berat tanah kering (gr)
W
= kadar air (%)
4. Mencari Zero Air Void Line (ZAV- line) :
ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100 %.
…………..(7)
Di mana : Gs
= nilai specific grafity
γw
= berat jenis air (gr/cm3)
W
= kadar air tanah (%)
Sr
= derajat kejenuhan
5. Mencari nilai Compaction Effort (CE) :
………….(8) Di mana : C.E. = Compactive Effort (lb/ft2) W
= berat hammer (lb), yang digunakan pada percobaan ini adalah 5.5 lb
H
= tinggi jatuh (inch), pada percobaan ini adalah 12 inch
L
= jumlah layer , pada percobaan ini adalah 3 lapisan
B
= jumlah pukulan per-layer , pada percobaan ini adalah 25 kali
V
= volume tanah (ft3)
D. PROSEDUR PERCOBAAN Persiapan Percobaan
1.
Mencampur dengan rata sampel tanah yang akan dipadatkan dalam satu wadah sehingga nilai kadar air awal dapat dianggap sama.
2.
Menimbang sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya, lalu memasukkan ke dalam oven selama ±24 jam sampai berat tetap.
3.
Memasukkan sisa sampel tanah yang lain ke dalam lima kantong yang masingmasing kantong diisi sampel tanah 2 kg yang lolos saringan No. 4 ASTM.
4.
Mengeluarkan sampel tanah dari oven sehari kemudian dan menimbang beratnya. Dengan demikian dapat diketahui nilai kadar air awal s ampel tanah.
5.
Setelah kadar air diketahui, dapat ditentukan volume air yang harus ditambahkan ke dalam masing-masing kantong sampel tanah agar mencapai kadar air tertentu.
6.
Sampel tanah dicampur dengan air yang sudah dihitung volumenya, kemudian dibiarkan selama 18-24 jam agar campuran air merata.
Proses (Jalannya) Percobaan
1.
Mempersiapkan semua alat dan bahan.
2.
Mengukur dimensi mould untuk mengetahui volume tanah hasil pemadatan.
3.
Mengolesi dinding mould dengan pelumas (oli) sebelum digunakan agar setelah dipadatkan tanah tidak lengket menempel di dinding mould .
4.
Meletakkan mould pada base plate dan kertas lingkaran diletakkan di bagian dasar agar tanah tidak menempel di base plate.
5.
Kedudukan mould dikunci terhadap base plate agar tidak bergerak saat proses pemadatan.
6.
Memasukkan tanah ke dalam mould tingginya diperkirakan dengan menggunakan penggaris atau pelat besi sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3 tinggi mould . Kemudian setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali secara merata dengan hammer 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch.
7.
Pada lapisan tanah ketiga, collar dipasang pada mould agar tinggi tanah setelah dipadatkan melebihi tinggi mould .
8.
Setelah pemadatan lapisan ketiga selesai, collar dibuka. Kelebihan tanah diratakan dengan pelat pemotong.
9.
Menimbang berat mould + tanah dengan timbangan.
10. Mengeluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder . 11. Membelah sampel tanah tersebut menjadi tiga bagian. Kemudian mengambil bagian tengah tiap lapisan untuk kemudian diletakkan pada can, menimbang beratnya, lalu memasukkannya ke dalam oven untuk mengetahui kadar air setelah pemadatan.
E. HASIL PRAKTIKUM
Data hasil praktikum
pengukuran
D mold
H mold
Berat
ke
mm
mm
gr
1
101.75
117.5
1724
2
101.3
116.75
1724
Tabel C.2 Dimensi M ould
Sampel no
36%
38%
40%
42%
44%
Wt of can + wet
46%
332.14
soil
253.33
288.55
301.25
239.44
174.49
Wt of can +dry soil
189.08
213.94
222.22
173.77
237.44
123.33
Wt of water
64.25
74.91
79.03
65.67
94.7
51.16
Wt of can
19.19
20
19.86
18.68
18,579
18.75
Wt of dry soil
169.95
193.94
202.36
155.09
218.87
104.58
water , w%
37.81%
38.6%
39.05%
42.35%
43.27%
49%
Tabel C.3 Water Content D eter mi nation
F.
PERHITUNGAN 1. Menghitung volume mold Mold 1 (Sampel 1,2,4, dan 6)
V = 3,14x (10,175)2 x (11,75)/4 V = 954,941 cm3
Mold 2 (Sampel 3 dan 5)
V = 3,14x (10,13) 2 x (11,675)/4 V = 940.47 cm 3
2. Kadar air sebelum pemadatan = 26,63 %
Sehingga kadar air awal dari sampel adalah:
3. Menghitung penambahan volume air untuk compaction
Perhitungan dilakukan pada tahap persiapan praktikum compaction Kondisi awal sample tanah adalah wo
= 26,63%
w
= 2000 gram
wx
= w asumsi (36, 38, 40, 42, 44, 46) %
Volume air yang ditambahkan ditentukan dengan persamaan :
Dari perhitungan, berikut adalah besar volume yang harus ditambahkan untuk mencapai kadar air yang diinginkan.
Sample
Wx (%)
Vadd (ml)
I
36
147,99
II
38
179,57
40
211,16
IV
42
242,75
V
44
274,34
VI
46
305.93
III
Wo (%)
26,63 %
Tabel C.4 Data penambahan vol ume
4. Menghitung kadar air setelah compaction
Tanah yang sudah mengalami pemadatan dikeluarkan dari mold dengan bantuan extruder. Dibagi menjadi 3 bagian lalu mengambil sampel dari setiap bagian tersebut. Sampel tanah pada ketiga lapisan ini dianggap sama kadar airnya sehingga untuk menghitungan kadar air cukup dengan satu can.
Wcan
Wcan+wet
Wcan+dry
Wwater
Wdry
(gr)
(gr)
(gr)
(gr)
(gr)
I
19,15
253,33
189,08
64,25
169,95
37,81
II
20
288,55
213,94
74,91
193,94
38,6
III
19,86
301,25
222,22
79,03
202,36
39,05
IV
18,68
239,44
173,44
65,67
169,95
42,535
V
18,57
332,14
237,44
94,7
218,87
43,27
VI
18,75
174,49
123,33
64,25
104,58
49%
Sample
Tabel C.5. Kadar ai r setel ah compaction
W (%)
5. Menentukan kerapatan kering (γd)
γwet = (wt can + wet soil – wt can)/ 931, 097
Tabel C.6. Berat isi keri ng tanah hasil compaction
Sampel
W wet = wt soil in mold
γdry
Vol mold
γwet
W (%)
3
(gr/cm )
I
1538
954.941
1.610571
37.81
1.168689
II
1558
954.941
1.631514
38.6
1.177139
III
1218
940.47
1.295097
39.05
0.93139
IV
1630
954.941
1.706912
42.35
1.199095
V
1308
940.47
1.390794
43.27
0.97075
VI
1626
954.941
1.702723
49
1.142767
6. Menghitung Garis Zero Air Void :
Sr = 100% Gs=
γ water
Gs Kelompok 7
2.668757
Gs Kelompok 8
2.471414
Gs Kelompok 10
2.693211
Gs Kelompok 11
2.452414
Rata-Rata
2.571449
= 1 gr/cm3
Sample
w (%)
I
0.3781
II
0.386
IV
0.4235
V
0.4327
Gs
2.571449
w.Gs
1+w.Gs
0.972265
1.972265
0.992579
1.992579
1.089009
2.089009
1.23094225
1.112666
2.112666
1.21715833
Tabel C.7 Zer o Ai r Void
ZAV
γwater
1
1.3038051 1.29051274
7. Menghitung Nilai Compactive Effort (CE) :
1 feet = 0,3048 m 1m
= 3,281 feet
Vol
CE
= 954,941 cm 3 = 954,941 x 10 -6 m3 = 0,03372851612 ft 3
=
5,5 lb x 1 inc x 3 x 25 0,03372851612
= 12230.00735 lb/ft
2
8. Grafik Pemadatan Tanah
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di atas, diperoleh nilai
γdry
dan ZAV
sebagai berikut :
Grafik Pemadatan Tanah dan ZAV 1.4 1.3
y = 0.0024x 2 - 0.2073x + 5.5226 R² = 0.087
1.2
Series1 1.1
Series2
1
Poly. (Series1)
0.9 0.8 35
40
45
50
Berdasarkan grafik di atas sangat terlihat adanya kesalahan yang membuat grafik di atas seharusnya tidak mungkin terjadi (grafik menghadap ke atas). Hal tersebut juga didukung dari order 2 polynomial trendline yang memiliki nilai r 2 sebesar 0.087 (sangat jauh dari nilai 1). Jika tetap menggunakan keenam sampel, tentu akan memengaruhi hasil pengolahan data berikutnya. Oleh karena itu, praktikan memutuskan untuk tidak menggunakan data dari dua kelompok, yaitu sampel kadar air 40% dan 46%
Grafik Pemadatan Tanah 4 Sampel 1.4 1.3 1.2 Series1 1.1
Series2 y=
1
-0.0312x2
+ 2.5083x - 49.056 R² = 0.7946
Poly. (Series1)
0.9 0.8 36
38
40
42
44
Dapat diperkirakan dari grafik bahwa besar dry densit y maksimum adalah 1,199 gr/cm3 saat kadar air optimum berada di 42,35 %. Nilai yang ditemukan ini belum dapat dipastikan presisinya. Maka dari itu perhitungan nilai dry density maksimum dan kadar air optimum dapat ditemukan dengan persamaan kuadrat Maka dari persamaan kuadrat grafik pemadatan tanah, dapat ditemukan W optimum dengan rumus “–b/2a”.
()
%
() () () 35766 E. ANALISA 1. Analisis Percobaan
Tujuan dari percobaan compaction ini adalah untuk mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari suatu sampel tanah yang dipadatkan. Yang dimaksud dengan compaction itu sendiri adalah proses pemadatan tanah untuk mendapatkan berat isi tanah kering maksimum dan kadar air optimum. Sedangkan pengertian berat isi maksimum adalah nilai paling besar yang dapat dicapai oleh suatu pemadatan tanah tertentu, sementara kadar air optimum adalah
kadar air yang paling baik yang disarankan untuk mencapai berat isi maksimum tersebut. Sebelum dilakukan praktikum, terlebih dahulu disiapkan 5 sampel tanah yang sudah lolos saringan no.4 ASTM, berat untuk masing-masing sampel sebesar 2000gram. Kemudian terhadap sampel tersebut dilakukan penghitungan untuk mendapatkan kadar air awal dengan menggunakan rumus:
Setelah perhitungan didapatkat kadar air awal sebesar 26.63%. Kemudian ditentukan kadar air asumsi yang diinginkan adalah sebesar 36 %, 38%, 40%, 42%, dan 44%. Untuk mencapai kadar air sebesar asumsi tersebut maka dilakukan penambahan air yang banyaknya didapatkan dari rumus sebagai ber ikut:
Tanah masing-masing sampel kemudian dicampur dengan air sesuai dengan hasil perhitungan. Pencampuran harus dilakukan secara merata agar tanah bersifat homogen agar didapatkan nilai dry density maksimum yang akurat. Untuk itu, tanah ditampung di dalam plastik dan dibiarkan selama sehari, dan persiapan praktikum compaction telah selesai. Metode yang digunakan dalam percobaan compaction ini adalah metode Standard Proctor AASHTO T 99 (ASTM D 698) . Compaction dilakukan pada tiap-tiap sampel tanah yang telah di beri kadar air dari 36% sampai 44%. Sesuai metode yang digunakan maka hanya 3 layer yang diperbolehkan dalam proses pemadatan. Proses pemadatannya adalah ditumbuk sebanyak 10 kali untuk tiap-tiap layer, tiap layer harus dijaga agar tidak turun melebihi 1/3, 2/3, dan 3/3 dari tinggi mold, jika tanah turun melebih batasan yang diinginkan maka dilakukan penambahan tanah sampel. Pada akhirnya, lapisan tanah teratas haruslah rata dengan permukaan mold agar didapatkan volume yang sama antara mold dengan sampel tanah yang telah ditumbukan. Setelah proses pemadatan selesai, mold yang masih berisi padatan tanah ditimbang. Kemudian tanah tersebut dilekuarkan dengan ekstruder. Tanah padatan kemudian dibagi menjadi 3 bagian dengan menggunakan penggaris dimana setiap lapisan diambil sebagai sampel dengan asumsi ketiga bagian tersebut telah mewakili kadar air dalam lapisan tanah yang telah ditumbuk. Dari tiap-tiap bagian diambil
sebagian kecil dan ditaruh dalam wadah untuk kemudian dimasukkan ke dalam oven. Sampel dari tanah tersebut akan digunakan untuk menemukan dry density.
2. Analisis Hasil
Dari serangkaian proses compaction ini, praktikan memperoleh data kadar air setelah compaction. w asumsi
w setelah
No
(%)
compaction (%)
1
36
37,81
2
38
38,6
3
40
39,05
4
42
42,535
5
44
43,27
6
46
49
Tabel C.8 Per bandingan k adar air asumsi dan k adar air setelah compaction
Setelah dilakukan perhitungan terhadap tanah sampel maka terlihat w setelah pemadatan tidak jauh dari w asumsi, ada yang mengalami kenaikan ataupun penurunan. Kenaikan atau penurunan untuk tiap sampel berturut-turut dari atas ke bawah sebesar: +1.81, +0.6, -9.5, +0.535, -0.73, +3. Kenaikan dan penurunan tersebut dapat disebabkan oleh penambahan air yang tidak sesuai takaran, sehingga berpengaruh pada kadar air yang digunakan untuk proses pemadatan. Pengolahan data dilanjutkan dengan mencari nilai Berat Isi Kering pada tiaptiap sampel tanah. Berikut hasil pengolahan data Berat Isi Kering tanah.
w
ɤdry
37.81
1.168689
38.6
1.177139
39.05
0.93139
42.35
1.199095
43.27
0.97075
49
1.142767
Grafik Pemadatan Tanah 6 Sampel 1.4 1.3
y = 0.0024x 2 - 0.2073x + 5.5226 R² = 0.087
1.2
Series1
1.1
Poly. (Series1)
1 0.9 0.8 35
40
45
50
Dari perhitungan, maka dapat dibuat grafik antara kadar air dengan berat isi kering. Grafik yang dihasilkan jika menggunakan 6 sampel tanah memperlihatkan kesalahan yang mencolok, antara lain grafik yang menghadap ke atas sebanyak 2 kali, padahal seharusnya grafik pemadatan tanah membentuk kurva menghadap ke bawah. Hal tersebut juga disebabkan dengan nilai r 2 yang sangat jauh dari1, yaitu hanya mencapaoi 0.087. Maka untuk mendapatkan grafik yang sesuai, diputuskan untuk melakukan pengeliminasian data. Pertimbangan data yang dieliminasi adalah datadata yang menyebabkan gambar grafik yang dihasilkan menjadi tidak sesuai ketentuan. Pilihan jatuh ke kelompok dengan kadar air 40% dan 46%. Kelompok dengan kadar air 46% mendapatkan kadar air setelah pemadatan yang cukup jauh, yaitu sebesar 49%. Adanya data yang menyebabkan grafik melenceng dapat disebabkan karena adanya kesalahan yang terjadi saat pratikum. Setelah dilakukan pengeliminasian, maka didapatkan grafik sebagai berikut.
Grafik Pemadatan Tanah 4 Sampel 1.4
1.177138822
1.2
1.199095002
1
1.168689286
0.8
-0.0312x2
y=
0.6
0.970750307
+ 2.5083x - 49.056 R² = 0.7946
Series1 Poly. (Series1)
0.4 0.2 0 36
38
40
42
44
Setelah dihilangkan 2 data, maka didapatkan grafik yang sesuai, yaitu yang menghadap ke bawah. Setelah itum maka dapat dilakukan pengolahan data untuk mencari nilai Berat Isi Kering tanah maksimum. Dengan metode estimasi puncak didapatkan nilai Berat Isi Kering tanah maksimum sebesar 1.199 gr/cm 3 pada kadar air optimum 42.35%. Sedangkan dengan menggunakan metode perhitungan persamaan kuadrat, didapatkan nilai Berat Isi Kering tanah maksimum sebesar 1.358 gr/cm3 pada kadar air optimum 40.2%. Ternyata hasil estimasi tidak jauh dengan hasil persamaan kuadrat yang didapat dari grafik, berarti pilihan data yang dieliminasi cukup tepat. Setelah mendapatkan kadar air setelah pemadatan maka dapat ditentukan ZAV-line.
Grafik Pemadatan Tanah 4 Sampel 1.4 1.3 1.2 Series1 1.1
Series2 y=
1
-0.0312x2
+ 2.5083x - 49.056 R² = 0.7946
Poly. (Series1)
0.9 0.8 36
38
40
42
44
Berdasarkan grafik ZAV Line yang didapat, terlihat hasil yang cukup baik karena membentuk garis lurus. Grafik perbandingan kadar air dan Berat Isi Kering tanah dengan ZAV Line tidak bersentuhan walau nyaris bersentuhan. Kedua grafik yang tidak bersentuhan menandakan sedikit kurang sempurna yang berarti masih ada udara di dalam tanah hasil pemadatan, walau sebenarnya tentu sulit untuk mengeluarkan seluruh pori di dalam tanah. 3. Analisis Kesalahan
Kesalahan pada praktikum dapat terjadi akibat beberapa hal antara lain:
Pencampuran tanah dengan air yang tidak rata saat proses pengadukan yang menyebabkan tanah tidak homogen
Pada proses pemadatan, praktikan mungkin tidak melakukannya secara merata, sehingga tanah hasil compaction pun tidak padat sempurna dan masih memiliki rongga kosong
F.
KESIMPULAN
1.
Kadar air optimum hasil compaction sebesar 42,35 % dan berat isi kering tanah maksimum sebesar 1,19 gr/cm3.. Sedangkan berdasarkan perhitungan didapatkan kadar air optimum sebesar 40.2% dan berat isi kering tanah maksimum sebesar 1.3 gr/ cm3
2.
Garis ZAV tidak memotong kurva menunjukkan derajat saturasi padatan masih tinggi .
G. REFERENSI
Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah, Depok.
H. LAMPIRAN
Proses Pemadatan Tanah
Hasil Akhir Pemadatan
Meratakan tanah dengan penggaris
View more...
Comments