Laporan Praktikum Mee Fetus Mencit

October 18, 2017 | Author: Andriani Diah Irianti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Praktikum SPH II...

Description

MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL PADA FETUS MENCIT (Mus muculus)

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: Andriani Diah Irianti : B1J012011 : III :6 : Iik Nurfagy

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membran ekstra embrional merupakan membran atau selaput seluler yang dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio dan berperan penting dalam perkembangan embrio. Embrio yang sedang berkembang membutuhkan nutrisi, sarana untuk mengeluarkan sisa metabolisme, dan perlindungan baik dari faktor fisik, kemis maupun biologis di lingkungan mikro serta makro, agar embrio dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan itulah dibentuk membran ekstra embrional. Struktur ini dibentuk dari jaringan embrional tetapi tidak menjadi bagian tubuh organisme pada periode setelah kelahiran ataupun penetasan (Yatim, 1982). Menurut Partodihardjo dan Manggung (1978), selaput ekstra embrional atau yang disebut juga sebagai selaput fetal berkembang dan berfungsi pada kehidupan prenatal. Selaput ektra embrional dikeluarkan dari tubuh waktu partus atau beberapa saat sesudahnya. Selaput ekstra embrional terdiri dari yolk sac, kantung amnion, allantois dan chorion. Praktikum membran ekstra embrional kali ini menggunakan sampel fetus mencit (Mus muculus) sebagai preparatnya karena fetus mencit mudah diperoleh, perkembangbiakannya cepat sehingga mudah didapat, selain itu juga ukuran fetus yang kecil sehingga mudah untuk diamati.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum membran ekstra embrional pada fetus mencit (Mus muculus) adalah mahasiswa dapat mengenali dan menggambarkan morfologi membran ekstra embrional fetus mencit (Mus muculus) serta menjelaskan fungsi masing-masing.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, jarum, papan bedah, baki, pinset dan cawan petri. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah fetus mencit (Mus muculus). B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1. Mencit dimatikan dengan cara servical dislocation. 2. Bagian diatas porus urogenitalis (servik) mencit digunting. 3. Bagian uterus dikeluarkan. 4. Bagian uterus digunting, fetus mencit dikeluarkan. 5. Fetus mencit dibersihkan dari darah. 6. Fetus mencit diidentifikasi, digambar dan difoto.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Membran Ekstra Embrional Pada Fetus Mencit

Gambar 2. Skematis Membran Ekstra Embrional Pada Fetus Mencit Keterangan : 1. Amnion 2. Fetus 3. Plasenta

B. Pembahasan Berdasarkan hasil dari praktikum membran ekstra embrional fetus mencit pada kelompok kami didapatkan hasil yaitu membran ekstra embrional fetus mencit terdiri dari amnion, plasenta dan fetus. Menurut Adnan (2010), lapisan membran ekstra embrional pada fetus mencit terdiri dari chorion, yolk sac, allantois dan amnion. Menurut Hamburger dan Hamilton (2007), pada fetus mencit terdapat plasenta. Fungsi dari plasenta adalah sebagai pertukaran produk-produk metabolisme dan produk gas seperti O2 , CO yang berlangsung secara primitif dan sebagai pertukaran nutrisi antara induk dan embrio pada saat didalam kandungan. Membran ekstra embrional akan semakin berkembang dengan meningkatnya ukuran embrio karena untuk mencukupi kebutuhan nutrisi embrio yang meningkat ( Mc Donald, 1980). Proses perkembangan fetus mencit diawali dengan proses pembelahan, diferensiasi, perpindahan, dan organogenenesis. Pembelahan

mencit terjadi secara

holoblastis. Pembelahan pertama terjadi melalui bidang latitudinal yang terletak di bagian atas bidang ekuator, Pembalahan kedua melalui bidang meridional, tetapi hanya pada blastomer kutub vegetal yang kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer dikutub animal yang terjadi secara tidak bersamaan. Pembelahan ketiga diakhiri dengan terbentuk blastomer, selanjutnya terjadi pembelahan yang juga terjadi secara tidak beraturan (Yatim, 2003). Pembelahan sel yang pertama pada mencit terjadi 24 jam (1 hari) setelah pembuahan.Pembelahan terjadi secara dalam didalam oviduk dan berulangulang.Menjelang hari kedua setelah pembuahan embrio telah terbentuk morula 16 sel. Bersamaan dengan pembelahan, embrio bergulir menuju uterus, tetapi masih berkelompok-kelompok. Akhirnya embrio akan menyebar di sepanjang kandungan dengan jarak yang memadai untuk implantasi dengan ruang yang cukup selama masa

pertumbuhan (Bayu rosadi, 2008). Selanjutnya blastomer akan terimplantasi pada hari keempat kehamilan dan berakhir pada hari keenam kehamilan. Kemudian diikuti oleh proses gastrulasi, yakni adanya perpindahan sel dan diferensiasi untuk membentuk lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Akhir tahap perkembangan adalah pembentukan organ di lapisan ektoderm, mesoderm, endoderm, dan derivat-derivatnya (Balinsky, 1970). Akhir dari tahap pembelahan adalah terbentuknya blastula. Blastula akan membentuk masa sel sebelah dalam (ICM) dan tropektoderm yang akan berkembang menjadi plasenta. ICM akan berkembang menjadi embrio sedangkan hipoblas akan berkembang menjadi selaput ekstra embrio ( Bayu Rosadi, 2008). Membran ekstra embrional berupa membran atau selaput seluler yang dibentuk bersamaan dengan perkembangan embrio dan berperan penting dalam perkembangan embrio. Embrio yang sedang berkembang membutuhkan nutrisi, sarana untuk mengeluarkan sisa metabolisme, dan perlindungan baik dari faktor fisik, kemis maupun biologis di lingkungan mikro serta makro, agar embrio dapat berkembang dan tumbuh dengan baik dan untuk memenuhi kebutuhan itulah, maka dibentuk membran ekstra embrional. Struktur ini dibentuk dari jaringan embrional tetapi tidak menjadi bagian tubuh organisme pada periode setelah kelahiran ataupun penetasan (Yatim, 1982). Menurut Pattern (1971), ada 4 macam selaput ekstra embrio yang umum terdapat pada embrio vertebrata tinggi, yaitu kantung amnion, kantung yolk, kantung chorion, dan kantung allantois. Ke empat macam selaput terbentuk melalui ektoderm dan mesoderm (somatopleura) untuk membentuk amnion dan chorion serta lapisan endoderm dan mesoderm (splanknopleura) untuk membentuk yolk sac dan allantois (terbentuk melalui evaginasi splanknopleura). Amnion adalah suatu membrane tipis yang berasal dari somatoplura berbentuk suatu kantung yang menyelubungi embrio dan berisi cairan. Keberadaan selaput amnion sangat khas pada reptil, burung, dan

mamalia sehingga kelompok hewan ini sering disebut sebagai kelompok amniota, sedangkan ikan dan amphibi tidak memiliki amnion dan disebut sebagai kelompok anamniota. Menurut

Partodihardjo dan Manggung (1978), cairan amnion berfungsi

mencegah perlekatan embrio dengan selaput ekstra embrional lainnya dan melindungi dari goncangan. Menurut Laurin and Gautherin (2012), amnion memiliki kulit yang relatif tahan untuk

mengurangi kehilangan air , karena embrio berkembang pada

lingkungan cairan.

Amnion merupakan jaringan pelindung yang dianggap sebagai

sumber potensial yang penting dalam pertumbuhan embrio dan menjadi tempat atau bantalan yang ideal untuk perlindungan embrio diseluruh proses kehamilan (Niknejad et al., 2008). Allantois merupakan suatu kantung yang terbentuk sebagai hasil evaginasi bagian ventral usus belakang pada tahap awal perkembangan.

Kantong allantois

memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan sisa bahan dari ginjal fetus yang memasukinya dari vesika urinaria melalui korda umbilikis dengan perantara urethra (Mannan, 2002). Menurut Laurien dan Gautherin (2012), allantois berkembang ke arah korion

yang mana akan membentuk membran

pernapasan selain sebagai tempat

menampung atau menyimpan hasil metabolisme embrio. Chorion membran ekstra embrio yang paling luar dan yang berbatasan dengan jaringan induk, merupakan tempat pertukaran antara embrio dan lingkungan disekitarnya adalah chorion atau serosa. Fungsi chorion pada hewan-hewan air terutama untuk pertukaran gas atau respirasi. Chorion pada mamalia bukan hanya berperan sebagai pembungkus, tetapi juga berperan untuk nutrisi, eksresi, filtrasi dan sistem hormon. Embrio tiba di uterus, berlangsung suatu asosiasi antara embrio melalui selaput ekstra embrionya dengan jaringan endometrium uterus membentuk suatu organ yang

dikenal dengan nama plasenta. Chorion pada mamalia berasal dari trophoblas dan bersama-sama dengan

allantois

turut

dalam

pembentukan

plasenta

bersama

denganendometrium induk. Chorion pada Aves terletak di bawah cangkang dan bersama-sama dengan allantois berperan untuk respirasi. Plasenta adalah suatu struktur yang dibentuk melalui pertautan antara selaputselaput ekstra embrio dengan endometrium untuk keperluan pertukaran fisiologis. Struktural plasenta terdiri atas dua bagian, yaitu plasenta fetal yang dibangun oleh selaput ekstra embrio dan plasenta maternal, yaitu yang dibangun oleh endometrium uterus. Menurut Leal and Martha, plasenta pada hewan vivipar berkembang lebih dari satu kali dan melibatkan penyebaran membran ekstra embrionik untuk transfer nutrisi ke embrio. Fungsi utama plasenta adalah difusi bahan makanan dari darah induk ke darah fetus dan difusi hasil-hasil ekskresi dari fetus ke induk. Awal kebuntingan, permeabilitas plasenta relative kecil, karena membran vili tebal, akan tetapi ketika plasenta bertambah tua permeabilitasnya akan meningkat secara progesif sampai akhir kebuntingan (Guyton, 1995). Kantong kuning telur (Yolk sac) tumbuh pada awal perkembangan embrio dan terhenti setelah amnion dan allantois terbentuk sempurna (Mannan, 2002). Kantung Yolk adalah selaput spanknopleura, sangat erat fungsinya dalam nutrisi embrio khususnya kelompok Reptil dan Aves karena mempunyai yolk yang sangat banyak, walaupun telur-telur mamalia tidak mempunyai yolk atau sangat sedikit, namun kantung yolk masih dipertahankan dan digunakan untuk fungsi-fungsi vital lainnya. Endoderm kantung yolk merupakan sumber bakal sel kelamin, sedangkan mesoderm kantung yolk merupakan sumber sel-sel darah. Kantung yolk berfungsi untuk membungkus kuning telur pada telur megalechital dan mamalia bertelur (megatromata), tempat berjalannya pembuluh darah vitellin untuk menyerap yolk. Endoderm kantung yolk mengandung

enzim yang berfungsi untuk mencerna yolk yang dibutuhkan oleh embrio selama tahap perkembangannya. Kantung yolk tersusun atas splanknopleura, dimana endoderm terletak pada bagian dalam dan mesoderm sphlaknik terletak disebelah luar.Setelah yolk habis terserap, kantung yolk mengecil. Kantung yolk pada monotremata, hanya berfungsi sebagai tempat berjalannya pembuluh darah. Awal perkembangan embrio mencit menunjukkan bahwa splanknopleura dan somatopleura ke luar dari tubuh embriohingga di atas yolk. Daerah di luar tubuh embrio dinamakan daerah ekstra embrio. Awal tubuh embrio mencit tidak mempunyai batas sehingga lapisan-lapisan ekstra embrio dan intra embrio saling berkelanjutan. Terbentuknya tubuh embrio secara berurutan dibentuk lipatan-lipatan tubuh sehingga tubuh embrio hampir terpisah dari yolk. Adanya lipatan-lipatan tubuh, maka batas antara daerah intra dan ekstra embrio menjadi semakin jelas. Daerah kepala embrio mengalami pelipatan yang disebut dengan lipatan kepala dan memisahkan antara bagian intra dan ekstra embrio. Lipatan kepala membentuk kantung sub sephal. Bagian lateral tubuh juga terbentuk lipatan tubuh lateral dan memisahkan bagianekstra dan intra embrio. Bagian posterior mengalami pelipatan dan dikenal dengan nama lipatan ekor membentuk kantung sub kaudal. Lipatan-lipatan tersebut membentuk dinding saluran pencernaan primitive. Bagian tengah pada usus tengah yang menghadap yolk tetap terbuka dan pada daerah ini, dinding kantung yolk berhubungan dengan dinding usus pada kantung yolk.Kantung yolk berhubungan dengan usus melalui tangkai yolk, namun makanan tidak diambil embrio melaluitangkai yolk. Lapisan endoderm kantung yolk dijumpai sejumlah lipatanlipatan yang memasuki yolk, dengan bantuan enzim-enzim pencernaan, yolk yang telah dicernah diserap dan dialirkan ke embrio oleh vena vitellin, vena omphalomesenterica yang terdapat pada tangkai yolk. Selama perkembangan embrio, albumen akan kehilangan cairan sehingga menjadi kental dan volumenya berkurang. Dengan

tumbuhnya allantois, Sisa yolk akan digunakan oleh anak mencit sebagai persediaan makanan selama awal masa kehidupannya di luar telur (Pattern, 1971). Reptil dan Aves memiliki 4 membran ekstra embrional yang terdiri dari chorion, allantois, yolk sac dan amnion. Beberapa spesies reptil dan mamalia tidak membentuk cangkang tetapi menggantinya dengan perkembangan intra uterus yang lebih baik. Pisces dan Amphibi hanya memiliki 1 membran ekstra embrional yaitu berupa yolk sac. Mamalia memiliki 5 membran ekstra embrional yang terdiri dari chorion, allantois, yolk sac, amnion dan plasenta. Plasenta terbentuk dari kantong chorion yang berdiferensiasi menjadi bagian embrio yang menyusun plasenta. Embrio vertebrata tinggi memiliki 4 macam selaput ekstra embrional yang terdiri dari dari amnion, yolk sac, chorion dan allantois (Monk, 1987).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan : 1. Praktikum Membran Ekstra Embrional pada fetus mencit (Mus musculus) didapatkan Membran ekstra embrionya terdiri dari plasenta, amnion dan fetus. 2. Membran ekstra embrional, umumnya terdiri dari 4 pada vertebrata tingkat tinggi yaitu terdiri dari kantung amnion, kantung yolk, kantung chorion, dan kantung allantois B. Saran

Seharusnya yang membersihkan fetus mencit (Mus musculus) bukan kaka asistennya tapi praktikannya, kaka asistennya hanya melihat dan memperhatikan praktikannya.

DAFTAR REFERENSI

Adnan. 2010. Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA. UNM , Makassar. Ballinsky, B. I. 1970. An Introduction to Embriology. W.B. Saunders Company, London Bayu Rosadi . 2008. Development of Mice and Hamster Embryos in KSOaa AND Hecm-6 medium, Universitas Jambi. Guyton, A. C. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi II. ECG, Jakarta. Hamburger, V. and Hamilton H. L. 2007. A Series of Normal Stages Development of the Chick Embryo. Departmen Zoology, Washington University, S.t Louis, Missiuri. Laurin, M. and Jacques A. G. 2012. Amniota. Mamals, reptiles (turtles, lizards, sphenodon, crocodiles, birds) and their extinct relatives. Version 30 January 2012. http://tolweb.org/Amniota/14990/2012.01.30 in The Tree of Life Web Project, http://tolweb.org/ Leal, F. and Martha P. R. P. Evolution and Developmentof the Extraembryonic Membranes in Lizard : Heterochronies and Placentrophy. Herpatological Conservation and Biology 5(2) : 297-310. Mannan, D. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Mc. Donald, L. E. 1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction 3rd. Edit Lea and Febriger, Philadelpia. Monk, M. 1987. Mammalian Development. IRL Press, London. Niknajed, H., Habibollah A., Jalal G. and Alexander M. S. 2008. Properties of the Amniotic Membrane for Potensial Use in Tissue Engineering. European Cells and Materials 15 : 88-99. Partodihardjo, S. dan Manggung, I. R. 1978. Ilmu-ilmu Reproduksi Ternak. Departemen Reproduksi, Fakultas Kedokteran dan Hewan IPB. Pattern, B.M. 1971. Foundations of Embriology. Mc Graw-Hill Inc., New Delhi Yatim, W. 1982. Embriologi dan Reproduksi. Tarsit, Bandung. Yatim, W. 2003. Embriologi dan Reproduksi. Tarsit, Bandung.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF