Laporan praktikum LCC Karangsambung
November 30, 2018 | Author: Muhammad Furqan | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum LCC di Karangsambung Kebumen...
Description
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN “Analisis Vegetasi Tanaman Lower Crops Community (LCC) di 11 Batuan di Karangsambung”
DISUSUN OLEH Nama
: Nuraini Annisa
NIM
: K4311051
Kelompok
: 12
Kelas
:A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
I.
Judul “Analisis Vegetasi Tanaman Lower Crops Community (LCC) di 11 Batuan di
Karangsambung” II. Tujuan 1. Mengetahui distribusi masing-masing spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) pada vegetasi di batuan Mafik dan Ultramafik di Karangsambung. 2. Menghitung nilai penting masing-masing spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) pada vegetasi di batuan Mafik dan Ultramafik di Karangsambung. 3. Mengetahui besarnya kontribusi spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) pada vegetasi di batuan Mafik dan Ultramafik di Karangsambung. 4. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap jumlah spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) di batuan Mafik dan Ultramafik Karangsambung. 5. Mengetahui batuan di Karangsambung yang memiliki jumlah spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) yang paling banyak dan yang paling sedikit. 6. Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap jumlah spesies yang berupa Lower III.
Crop Community (LCC) di batuan Karangsambung. Dasar Teori Vegetasi adalah bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contohcontoh vegetasi. (Setiadi, D, 1984). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari kelimpahan jenis serta kerapatan (densitas) tumbuhan pada suatu tempat. Satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Tujuan dalam analisis komunitas adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari. (Tjitrosoepomo, 2002:7) Kontribusi spesies pada suatu lokasi ditunjukkan dengan besarnya nilai penting. Nilai penting dapat dihitung berdasarkan jumlah angka relatif dan spesies penyusun vegetasi ( Densitas Relatif (DsR) + Dominasi Relatif (DR) + Frekuensi relatif (FR)). Perhitungan angka relatif dapat dicari melalui pengamatan/perhitungan langsung di lapangan (Enden, 1990)
Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot. (Greig-Smith, 1983) Analisis vegetasi dapat dimanfaatkan dan bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi, struktur, perkembangan dan dinamika vegetasi dan biota lain serta berbagai faktor abiotik yang terdapat dikawasan tersebut dalam hubungannya dengan faktor waktu dan sebaran spasialnya. Sehingga dari hal tersebut dapat dipelajari dan diperkirakan daya dukung lingkungan dan potensi biotik, kualitas dan kondisi habitat liar, cukup tidaknya tersedia nutrient dan sumber pakan serta produktivitas flora dan fauna dikawasan tersebut (Rasidi, 1997). IV.
Cara kerja 1. Menentukan lokasi yang memiliki heterogenitas spesies. 2. Membuat peta batuan Mafik dan Ultramafik pada lokasi Karangsambung melalui Arcview dengan luas daerah kurang lebih…hektare. 3. Mentransformasi peta yang telah dibuat kedalam google earth untuk menentukan titik sampling 4. Menentukan jumlah titik sampling per lokasi dengan urutan sebagai berikut :
-
Luas area total
= 2164,8920 ha
-
Luas area cuplikan
= 4,8813 ha
-
Jumlah titik =
Luas areacuplikan 4,8813 = =5titik 1 ha 1 ha
Jumlah titik yang diamati direduksi menjadi 4 titik 5. Menentukan titik–titik sampling dalam peta secara acak dan mengacu pada keberadaan minimal terdapat 4 pohon PCQ. 6. Mencari koordinat masing–masing titik sampling. 7. Membagi setiap titik menjadi 4 kuadran. 8. Mencari lokasi titik di lapangan dengan menggunakan protaktor dan kompas. 9. Menentukan jarak dan resection antar titik. 10. Menentukan titik start lokasi tersebut. 11. Menentukan resection dan intersection dari titik lokasi. 12. Memasang plot pada titik yang telah ditentukan. 13. Mengidentifikasi spesies–spesies yang ditemukan dalam plot.
14. Menghitung densitas dan dominasi setiap spesies dari area plot dengan rumus : a. Densitas mutlak (DsM)
:
Σ total individu spesies X Σ total plot ×luas plot minimal
b. Densitas Relatif (DsR)
:
Σ DsM spesies X ×100 Σtotal DsM
c. Dominasi Mutlak (DmM)
:
Σ total cover spesies Σ total plot ×luas plot minimal
d. Dominasi Relatif (DmR)
:
Σ DmM spesies X ×100 Σtotal DmM
15. Menghitung frekuensi setiap spesies dari plot dengan rumus sebagai berikut : a. Frekuensi mutlak (FM)
:
b. Frekuensi Relatif (FR)
:
Σ plot dengan spesies X ×100 Σ total plot Σ FM spesies X ×100 Σtotal FM
16. Menentukan nilai penting (NP) dengan rumus perhitungan : Np=DsR+ DmR+ FR 17. Menentukan kontribusi spesies dalam komunitas berdasarkan hasil perhitungan nilai penting. 18. Mentabulasi data dalam table pengamatan. 19. Menyusun laporan.
IV. DATA PENGAMATAN N O
NAMA SPESIES
1
Acrostichum aureum
2 3
Adenostoma lavenia Alpinia
KET ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑
∑ TOTA L
∑ PLO T SP. X
DsM
DmM
FM
DsR
DmR
FR
NP
RAN K
2
0,125
0,156
12,500
0,466
0,770
1,818
3,054
24
1
0,016
0,016
6,250
0,058
0,077
0,909
1,044
49
1
0,016
0,047
6,250
0,058
0,231
0,909
1,198
46
8 10 1 1 1
Individu galanga
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 21
Amarphopalu s campanulatus Andropogon contortus Borreria latifolia Borreria ocymoides Colocasia esculenta Curcuma xanthorrhiza Desmodium heterocarpum Desmodium gangeticum Driopteris pteroides Eclipta prostata Eleuntherath era ruderalis Eriocaulon truncatum Euphorbia hirta Fimbristilis castanea Fimbristilis dicotoma Fimbristilis schoenides Galinsoga parviflora Heleocharis retrofleya
Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu
3 2 1
0,031
0,203
6,250
0,116
1,001
0,909
2,026
31
5
1,344
1,078
31,250
5,009
5,312
4,545
14,866
5
1
0,125
0,125
6,250
0,466
0,616
0,909
1,991
32
1
0,016
0,078
6,250
0,058
0,385
0,909
1,352
42
1
0,031
0,047
6,250
0,116
0,231
0,909
1,257
45
1
0,281
0,359
6,250
1,048
1,771
0,909
3,728
20
3
0,422
0,531
18,750
1,573
2,617
2,727
6,917
28
1
0,172
0,156
6,250
0,641
0,770
0,909
2,320
10
2
0,188
0,234
12,500
0,699
1,155
1,818
3,672
21
2
0,344
0,313
12,500
1,281
1,540
1,818
4,639
16
1
0,094
0,109
6,250
0,349
0,539
0,909
1,797
34
1
0,016
0,078
6,250
0,058
0,385
0,909
1,352
43
2
0,219
0,250
12,500
0,815
1,232
1,818
3,865
19
1
0,219
0,203
6,250
0,815
1,001
0,909
2,725
27
1
0,203
0,063
6,250
0,757
0,308
0,909
1,974
33
1
0,063
0,047
6,250
0,233
0,231
0,909
1,373
40
3
0,422
0,422
18,750
1,573
2,079
2,727
6,378
11
1
0,109
0,078
6,250
0,408
0,385
0,909
1,702
35
13 86 69 8 8 1 5 2 3 18 23 27 34 11 10 12 15 22 20 6 7 1 5 14 16 14 13 13 4 4 3 27 27 7
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38 39
Hydrolea spinosa Hyptis brevipes Imperata cylindrica Ipomea hispida Ischaemum barbatum Lantana camara Lindernia sessiliflora Lygodium flexuosum Malestoma malabatricum Melastoma malabathricu m Merremia emarginata Mimosa pudica Oldenlandia herbacea Oplismenus compositus Oplismenus hirtellus Panicum scoparium Panicum trigonum Paspalum cetaceum
Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover
5 12 1
0,188
0,125
6,250
0,699
0,616
0,909
2,224
29
2
0,297
0,313
12,500
1,107
1,540
1,818
4,464
17
5
1,844
0,922
31,250
6,872
4,542
4,545
15,960
4
4
0,422
0,516
25,000
1,573
2,540
3,636
7,749
9
2
0,391
0,391
12,500
1,456
1,925
1,818
5,199
14
1
0,078
0,094
6,250
0,291
0,462
0,909
1,662
37
1
0,016
0,031
6,250
0,058
0,154
0,909
1,121
48
1
0,016
0,016
6,250
0,058
0,077
0,909
1,044
50
2
0,641
0,438
12,500
2,388
2,156
1,818
6,362
12
1
0,047
0,125
6,250
0,175
0,616
0,909
1,700
36
1
0,328
0,297
6,250
1,223
1,463
0,909
3,595
22
3
0,125
0,141
18,750
0,466
0,693
2,727
3,886
18
4
0,172
0,266
25,000
0,641
1,309
3,636
5,586
13
3
2,125
1,219
18,750
7,921
6,005
2,727
16,653
3
11
9,734
5,750
68,750
36,284
28,329
10,000
74,614
1
2
1,516
1,078
12,500
5,649
5,312
1,818
12,779
6
4
0,859
0,703
25,000
3,203
3,464
3,636
10,304
7
1
0,125
0,156
6,250
0,466
0,770
0,909
2,145
30
8 19 20 118 59 27 33 25 25 5 6 1 2 1 1 41 28 3 8 21 19 8 9 11 17 136 78 623 368 97 69 55 45 8 10
(%) 40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Paspalum comersonii Paspalum conjugatum Phaseolus sublobatus Phylantus urinaria Polystichum acrostichoide s Pouzolzia viminea Pteris blaurita Pysophylla auricularia Selaginella plana Triumfetta indica Vernonia cinerea Widelia montana
∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) ∑ Individu Cover (%) JUMLAH
29 2
0,453
0,250
12,500
1,689
1,232
1,818
4,739
15
1
0,375
0,234
6,250
1,398
1,155
0,909
3,462
23
10
1,641
1,469
62,500
6,115
7,236
9,091
22,443
2
1
0,016
0,016
6,250
0,058
0,077
0,909
1,044
51
1
0,047
0,063
6,250
0,175
0,308
0,909
1,392
39
5
0,531
0,578
31,250
1,980
2,848
4,545
9,374
8
1
0,031
0,063
6,250
0,116
0,308
0,909
1,334
44
2
0,047
0,156
12,500
0,175
0,770
1,818
2,763
26
1
0,063
0,047
6,250
0,233
0,231
0,909
1,373
41
1
0,016
0,047
6,250
0,058
0,231
0,909
1,198
47
1
0,125
0,047
6,250
0,466
0,231
0,909
1,606
38
2
0,109
0,156
12,500
0,408
0,770
1,818
2,996
25
26,82 8
20,29 7
687,50 0
100,00 0
100,00 0
100,00 0
300,00 0
16 24 15 105 94 1 1 3 4 34 37 2 4 3 10 4 3 1 3 8 3 7 10
V. PEMBAHASAN Praktikum Ekologi Tumbuhan yang berjudul Lower Crop Community (LCC) ini bertujuan untuk mengetahui distribusi, nilai penting, kontribusi masing-masing spesies, mengetahui pengaruh lingkungan, dan mengetahui pengaruh lingkungan terhadap jumlah spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) pada vegetasi di batuan Mafik dan Ultramafik di Karangsambung
Prinsip kerja dari praktikum ini adalah Prinsip kerja praktikum ini adalah dengan menentukan lokasi yang memiliki heterogenitas spesies, kemudian mencari peta lokasi yaitu peta citra daerah Karangsambung melalui google earth serta mentransformasi menjadi peta topografi menggunakan CorelDraw, menentukan jumlah titik sampling. Kemudian menentukan titik – titik sampling dalam peta secara acak dan mengacu pada keberadaan minimal terdapat 4 pohon PCQ, mencari koordinat masing – masing titik sampling dan membagi setiap titik menjadi 4 kuadran, kemudian mencari lokasi titik di lapangan dengan menggunakan protaktor dan kompas, menentukan jarak dan resection antar titik, menentukan titik start lokasi tersebut dan menentukan resection dan intersection dari titik lokasi, lalu memasang plot pada titik yang telah ditentukan, mengidentifikasi spesies – spesies yang ditemukan dalam plot dan menganalisis data setiap spesies dari area plot. Lalu menentukan kontribusi spesies dalam komunitas berdasarkan hasil perhitungan nilai penting dan mentabulasi data dalam table pengamatan. A. Data Kelompok Kelompok 12 melakukan praktikum PCQ dan LCC di batuan Mafik dan Ultramafik di desa Seboro. Cuplikan wilayah yang dipilih di Desa Seboro dikarenakan pada wilayah Desa Seboro memiliki kontur yang renggang sehingga mudah untuk dijangkau. Luas cuplikan wilayah batuan Mafik dan Ultramafik adalah 4,8813 Ha. Titik yang digunakan adalah 4 titik setelah direduksi dari 5 titik. Titik yang direduksi disebabkan medan yang terlalu terjal dan miring. Plot yang digunakan untuk praktikum berjumlah 16 plot.
1. Plot Minimal Sebelum dilakukan praktikum LCC maka dilakukan releve terlebih dahulu untuk menentukan plot minimal yang akan digunakan untuk praktikum LCC. Luas plot minimal adalah besarnya luas plot minimal suatu wilayah yang digunakan sebagai wilayah penelitian. Luas plot awal yang digunakan adalah 0,5 m x 0,5 m. Kemudian dibuat perluasan petak plot hingga didapatkan adanya 3 plot yang berurutan dengan jumlah macam spesies yang konstan. Jika dalam 3x pengulangan , penambahan plot
masih terdapat jumlah macam spesies yang sama atau tetap berarti sudah dianggap bahwa jumlah spesies yang tumbuh termasuk dalam komposisi yang memenuhi struktur tegakan dimana pengulangan tersebut dilakukan. Perluasan plot dilakukan dengan bertitik tolak pada plot awal sehingga tidak diperkenankan adanya pergeseran atau perpindahan plot sampel setiap kali dilakukan perluasan plot dengan jumlah macam spesies yang sama. Semakin homogennya tanaman pada area semakin kecil luas plot minimal dan semakin beragam jenis spesies tanaman pada area semakin besar luas plot minimal (Dengler et al .2009). Berdasarkan releve yang dilakukan didapatkan data sebagai berikut : Jumlah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Luas Area
0,5 x 0,5
Nama Spesies Oplismenus hirtellus Dryopteris pteroides Euphorbia hirta Pteris biaurita Panicum muticum Lygodium flexuosum Hymerachne amplexicaulis Panicum barbatum Desmodium
Spesies (Kategori) 5 5 5 5 2 2 1 5
5 heterocarpum Fleurya interrupta 2 Selaginella plana 5 1 x 0,5 Desmodium gangeticum 1 Phaseolus sublobatus 5 1x1 Paspalum cetaceum 5 Zingiber officinale 1 Synedrella nodiflora 5 1x2 Ipomea hispida 3 Curcuma sp 1 2x2 Operculina turpethum 5 Eleuntherathera rudealis 2 2x4 Desmodium triflorum 4 4x4 Imperata cylindrica 5 4x8 Panicum malabaricum 5 Dari data luas area dan jumlah macam spesies dapat dibuat grafik
untuk menentukan luas plot minimal dimana sumbu x adalah luasan plot dan sumbu y adalah jumlah macam spesies.
Grafik yang diperoleh dari data diatas :
Grafik Releve Kelompok 12 Batuan Mafik dan Ultramafik 25 20 15
Jumlah Spesies
10 5 0 0
5
10
15
20
25
30
35
Luas plot (m2)
Dari grafik yang dibuat dapat diketahui luas plot minimal sebesar 4 m2 2. Jumlah dan Nama Spesies Jumlah spesies yang diidentifikasi pada praktikum LCC ini berjumlah 51 spesies yaitu Acrostichum aureum, Adenostoma lavenia, Alpinia galangal, Amarphopalus campanulatus, Andropogon contortus, Borreria latifolia, Borreria ocymoides,
Colocasia
esculenta,
Curcuma
xanthorrhiza,
Desmodium
heterocarpum, Desmodium gangeticum, Driopteris pteroides, Eclipta prostate, Eleuntherathera ruderalis, Eriocaulon truncatum, Euphorbia hirta, Fimbristilis castanea, Fimbristilis dicotoma, Fimbristilis schoenides, Galinsoga parviflora, Heleocharis retrofleya, Hydrolea spinosa, Hyptis brevipes, Imperata cylindrical, Ipomea hispida, Ischaemum barbatum, Lantana camara, Lindernia sessiliflora, Lygodium flexuosum, Malestoma malabatricum, Melastoma malabathricum, Merremia emarginata, Mimosa pudica, Oldenlandia herbacea, Oplismenus composites, Oplismenus hirtellus, Panicum scoparium, Panicum trigonum, Paspalum cetaceum, Paspalum comersonii, Paspalum conjugatum, Phaseolus sublobatus, Phylantus urinaria, Polystichum acrostichoides, Pouzolzia viminea, Pteris blaurita, Pysophylla auricularia, Selaginella plana, Triumfetta indica, Vernonia cinerea, Widelia Montana. 3. Distribusi Spesies Frekuensi Relatif (FR) dapat digunakan untuk menunjukkan derajad persebaran atau kehadiran individu dari jenis yang bersangkutan. Persebaran atau
kehadiran individu berkaitan erat dengan kapasitas reproduksi dan kemampuan adaptasi jenis tersebut terhadap lingkungan. Frekuensi Mutlak (FM)
=
∑ plot dengan spesies X x 100 % ∑ total plot
Frekuensi Relatif ( FR)
=
∑ FM spesies X x 100 % ∑ total FM
a. Berikut data frekuensi spesies dengan 5 Frekuensi Relatif tertinggi No 1 2 3 4 5
Nama Spesies Frekuensi Relatif (FR) Oplismenus hirtellus 10,000 Phaseolus sublobatus 9,091 Andropogon contortus 4,545 Imperata cylindrical 4,545 Pouzolzia viminea 4,545 Spesies dengan FR tertinggi adalah Oplismenus hirtellus . Hal ini
menunjukkan tingkat persebaran dan distribusi yang paling tinggi dan merata di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. Selain itu spesies Phaseolus sublobatus, Andropogon contortus, Imperata cylindrical dan Pouzolzia viminea juga merupakan spesies dengan persebaran (distribusi) yang tinggi di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. b. Berikut data frekuensi spesies dengan 5 Frekuensi Relatif terendah No 1 2 3 4 5
Nama Spesies Adenostoma lavenia Alpinia galanga Amorphophalus campanulatus Borreria latifolia Borreria ocymoides Spesies Adenostoma lavenia,
Frekuensi Relatif (FR) 0,909 0,909 0,909 0,909 0,909 Alpinia galanga, Amorphopalus
campanulatus, Borreria latifolia dan Borreria ocymoides mempunyai FR yang sama yaitu 0,909. Nilai FR dari spesies diatas termasuk nilai FR yang rendah. Nilai FR yang rendah menunjukkan persebaran (distribusi) spesies yang rendah dan tidak merata di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran tumbuhan dalam suatu komunitas bervariasi yaitu: a. Faktor vectorial (intrinsik) yaitu faktor lingkungan internal seperti angin, ketersediaan air, dan intensitas cahaya, b. Faktor kemampuan reproduksi organisme, c. Faktor social yang menyangkut fenologi tumbuhan,
d. Faktor coaktif yang merupakan dampak interaksi intraspesifik, dan e. Faktor stochastik yang merupakan hasil variasi random beberapa faktor yang berpengaruh. (Ludwig dan Reynolds, 1988)
4. Nilai Penting Nilai penting menunjukkan besarnya kontribusi terhadap vegetasi yang dibentuknya. Nilai Penting (NP) diperoleh dari perhitungan dengan rumus : NP = DsR + DmR + FR Nilai penting yang tinggi menunjukkan bahwa tanaman tersebut memiliki kontribusi yang besar pula. Tanaman tersebut mampu mempertahankan hidupnya dengan tetap berkompetisi dengan tanaman lainnya. Sedangkan nilai penting yang rendah mengindikasikan kecilnya kontribusi tanaman tersebut dalam vegetasi yang dibentuknya. a. Nilai Penting peringkat pertama sampai dengan peringkat kelima No
NP
Rangkin
Oplismenus hirtellus
74,61
g 1
2
Phaseolus sublobatus
4 22,44
2
3
Oplismenus composites
3 16,65
3
4
Imperata cylindrical
3 15,96
4
Andropogon contortus
0 14,86
5
1
5
Nama Spesies
6 5 spesies yang memiliki Nilai Penting tertinggi diatas merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik dan menjadi penyusun lapisan penutup tanah atau Lower Crop Community (LCC) paling besar. Spesies – spesies diatas dapat survive dan dapat beradaptasi dengan baik pada keadaan alam yang ada di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. NP tertinggi pada spesies Oplismenus hirtellus (NP74,614). Oplismenus hirtellus menduduki peringkat pertama dengan nilai penting yang terpaut cukup jauh dari spesies lainnya. Oplismenus hirtellus mempunyai daya
adaptasi dan kemampuan
berkompetisi dengan spesies lainnya yang paling tinggi dibandingkan spesies-
pesies lainnya. Oplismenus hirtellus mudah tumbuh dalam campuran tanah liat dan pasir sehingga Oplismenus hirtellus ini mampu hidup dengan baik pada wilayah batuan Mafik dan Ultramafik yang mempunyai tekstur tanah seperti lempung. (Quattrocchi, Umberto, 2006) Spesies selanjutnya Phaseolus sublobatus, Oplismenus compositus, Imperata cylindrical, dan Andropogon contortus juga termasuk tumbuhan dengan kemampuan adaptasi yang tinggi dan termasuk spesies dengan yang berkotribusi tinggi terhadap tumbuhan penyusun pada wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. b. Nilai Penting peringkat 5 terendah No
Nama Spesies
NP
Rankin
g 1 Phyllantus urinaria 1,044 51 2 Lygodium flexuosum 1,044 50 3 Adenostoma lavenia 1,044 49 4 Lindernia sessiliflora 1,121 48 5 Triumfetta indica 1,198 47 5 spesies yang memiliki Nilai Penting terendah diatas merupakan spesies dengan kotribusi yang rendah dan tidak banyak ditemukan di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. NP terendah (1,044) pada Phyllantus urinaria, Lygodium flexuosum dan Adenostoma lavenia menunjukkan bahwa spesies tersebut adalah spesies yang kurang mampu beradaptasi pada wilayah batuan Mafik dan Ultramafik dan kalah dalam melakukan kompetisi dengan spesies lainnya. Tumbuhan tersebut tidak dapat bertahan hidup sepanjang masa di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik yang dapat dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang cocok. Spesies selanjutnya Lindernia sessiliflora, dan Triumfetta indica juga termasuk tumbuhan dengan kemampuan adaptasi yang rendah dan mempunyai kontribusi rendah terhadap tumbuhan penyusun pada wilayah batuan Mafik dan Ultramafik. 5. Kontribusi Spesies Spesies LCC dengan kontribusi penyusun vegetasi di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik tertinggi adalah Oplismenus hirtellus dengan NP tertinggi sebesar 74,614%. Spesies LCC dengan kontribusi penyusun vegetasi di wilayah batuan
Mafik dan Ultramafik terendah adalah Phyllantus urinaria, Lygodium flexuosum dan Adenostoma lavenia dengan NP terendah sebesar 1,044%.
6. Keadaan Lingkungan a. Titik 1 Pada titik ini terletak pada kontur yang tinggi yaitu pada ketinggian 162,5 m. Lingkungan dari titik 1 mempunyai ketinggian yang cukup tinggi dan tumbuhan yang ada di tempat ini tidak begitu banyak karena luas dari wilayah ini yang tidak terlalu luas. b. Titik 2 Pada titik ini terletak pada kontur yang lebih rendah daripada kontur pada titik 1. Titik 2 terletak pada ketinggian 137,5 m. Lingkungan dari titik 2 mempunyai ketinggian yang datar dan tumbuhan rumput yang ada di tempat ini banyak dan tumbuh subur. c. Titik 3 Pada titik ini terletak pada kontur yang sama dengan kontur pada titik 1. Titik 3 terletak pada ketinggian 162,5 m. Lingkungan dari titik 3 mempunyai tanah yang rata dan pohon yang ada di tempat ini cukup banyak. Tumbuhan yang ada di wilayah ini cukup banyak dan tumbuh subur. Di tempat ini seperti lahan terbuka sehingga memiliki intensitas cahaya yang tinggi. d. Titik 4 Pada titik ini terletak lebih rendah daripada titik 3. Titik 4 terletak pada ketinggian 150 m. Lingkungan dari titik 4 mempunyai tanah yang kering dan cukup tandus. Tumbuhan yang ada di wilayah ini tidak banyak. Berikut adalah tabel koordinat pada tiap titik : Nomor Titik Titik 1
Skala UTM 357021.00 m
Koordinat Lintang 7o30’53,56” LS
9169121.00 m
109o42’14,88” BT dirubah ke
7o30’54” LS Titik 2
356978,47 m
109o42’14,11” BT 7o30’56” LS
Titik 3
9169046,52 m 356845,64 m
109o42’13,47” BT 7o30’59,4” LS
Titik 4
9168941,15 m 356804,77 m
109o42’9,12” BT 7o30’2,27” LS
9168853,03 m 109o42’7,78” BT Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa pH tanah mafik dan ultramafik di daerah Karangsambung adalah 5,5. Berdasarkan teori, pH dari batuan mafik dan ultramafik adalah 7 atau lebih (Bonzon et al., 1997). Adanya perubahan pH tanah dapat disebabkan karena pelapukan batuan. Hal ini sesuai dengan teori, oleh Tufall, M, et al (2011) yang menyatakan bahwa mineral penyusun batuan Mafik dan Ultramafik merupakan mineral yang mudah mengalami pelapukan. Batuan mafik dan ultramafik mempunyai pH abrasi 7,15 dan berat jenis 2,72 dengan kandungan SiO2 yang tinggi. Dominansi mineral mudah lapuk dan pH abrasi yang tinggi serta adanya curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya pelapukan batuan secara intensif dan menghasilkan tanah yang mengalami perkembangan lanjut. Karakteristik morfologi batuan tersebut menunjukan tanah yang mengalami perkembangan lanjut yang dicirikan dengan warna tanah yang kemerahan, solum tanah yang tebal, dan didominasi tekstur lempung. Warna tanah dari batuan mafik dan ultramafik adalah cenderung lebih gelap dan berwarna kemerahan. Batuan mafik tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit yang merupakan mineral primer berwarna gelap. (S. J. Ellis, 1948) Berdasarkan praktikum yang dilakukan dengan pengukuran suhu yang diperoleh pada batuan mafik dan ultramafik adalah 16 0 C. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan di daerah Karangsambung yang relatif dingin 7.
Karakteristik batuan Batuan mafik dan ultramafik adalah batuan plutonic yang memiliki
kandungan mineral yang tinggi. Batuan mafik dan ultramafik terdiri dari 90%
mineral basa dan terdiri dari olivine, orthopyroxene, clinopyroxene, dan hornblende. Spinel, garnit, brotile, megnetile, atau chromiey juga ada dalam jumlah kecil. Batuan Mafik dan Ultramafik termasuk kedalam batuan beku memiliki kandungan SiO2 yang tinggi (Sergio E., et al:2004). Batuan mafik dan ultramafik mengandung konsentrasi tinggi dari logam berat seperti Ni, Cr, Co, kekurangan makronutrient, pada umumnya nitrogen, dan memiliki Mg/Ca dalam ratio yang tinggi (Brooks, 1987). Karakteristik komunitas tumbuhan pada batuan Mafik dan Ultramafk berhubungan dengan respon dari tekanan induksi geokimia (Phichisermulli, 1948). Karakteristik vegetasinya yaitu memiliki jumlah individu dan spesies rendah, peristiwa ecotype yang berbeda secara ekologi dan terkadang berbeda dari tipe asli/original, kehadiran spesies acidophytic dan basiphytic, spesies yang berlimpah ditandai dengan distribusi disjungtif, biasanya adanya spesies xerophytic, dan dominasi family atau genera tertentu (Rune 1953). B. Data angkatan 1. Batuan dengan jumlah spesies terbanyak Spesies terbanyak di daerah Karangsambung terdapat pada batuan Breksi dan batuan Serpentine. Kedua batuan memiliki jumlah spesies LCC yang sama yaitu 72 spesies. Namun, terdapat perbedaan luas plot minimal yang digunakan yaitu pada batuan Serpentine memiliki plot minimal 8 m2 sedangkan pada batuan Breksi memiliki plot minimal 9 m2. Luas plot minimal pada batuan Serpentin lebih kecil daripada luas plot minimal batuan Breksi sehingga batuan Serpentin memiliki keanekaragamanyang lebih besar. Spesies LCC pada batuan Serpentine sebagai berikut : Abelmoschus moschatus, Adenostema lavenia, Adiantm radianum, Adiantum cuneatum, Ageratum
conyzoides,
Anastroplius
compressus,
Borreria
oscimoidescy,
Bothriochloa ischemum, Calopogonium mucunoides, Canavalin ensiformis, Canna glauca, Centhrathenum hipsida, Centrosoma plumier, Ceropteris calomelanos, Clidemia hirta, Colocasia esculenta, Crotalaria medicaginea, Croton hirtus, Curcuma domestica, Cyperus longus, Desmodium rotundifolium, Desmodium triflorium, Digitaria sanguinalis, Dryopteris dilatata, Dryopteris pteroides, Elephantropus scaber, Eleucharis palvura, Eleuntheranthera ruderalis, Emilia
soncifolia, Erogrotisamabillis, Euphatorium odoratum, Galinsoga parviflora, Grangea moderaspartana, Hyptis brevipes, Ipomea hipsida, Ischaemum rugosum, Ischaemum timorense, Justicia pectoralaris, Kyllinga monocephala, Lantana camara, Lepidagathis parviflora, Lindernia castanea, Lindernia viscose, Lycopodium cernum, Medinilla alpestris, Melothria moderaspartana, Merremia gemella, Mimosa pudica, Nephrolepis exaltata, Oldenlandia auricularia , Oxalis corniculata, Panicum barbatum, Panicum malabaricum, Panicum trigonum, Paperomia pelucida, Paspalum cetaceum, Paspalum conjugatum, Paspalum notatum, Phaseolus calcaratus, Phyllanthus niruri, Pteris ensiformis, Pueraria phaseoloides, Scirpus cernuus, Selaginella belanqeri, Selaginella plana, Spermacoce latifolia, Sporobolus virgineus, Stanchytarpheta jamaicensus, Synediella nodlifora, Themeda argues, Vernonia cinerea, Zingiber officinalle. Spesies yang memiliki kontribusi 3 tertinggi pada batuan serpentine ini yaitu Ischaemum timorense (NP 40,295), Paspalum conjugatum (NP 21,373) dan Ageratum conyzoides (NP 20,138). Sedangkan spesies dengan kontribusi terendah dengan NP
0,787 %. adalah Zingiber officinale, Paperomia pelucida, dan
Colocasia esculenta. Batuan serpentin adalah batuan yang mengandung besi dan magnesium (Mg) bercampur dengan silika, tetapi pada kenyataannya kadar besi dan Mg biasanya tidak tinggi pada substrat ini. Batuan serpentin mempunyai kandungan kalsium (Ca) pada tanah yang rendah, tetapi mempunyai kandungan Mg tinggi. Batuan serpentin miskin zat hara lainnya seperti kalium dan fosfor, karena keduanya cepat rusak oleh hujan dan tercuci. Nitrogen juga jarang tersedia di tanah serpentin sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Berdasarkan percobaan batuan serpentine ini memiliki keragaman spesies yang
paling
tinggi
dibandingkan
dengan
batuan
lainnya
di
wilayah
Karangsambung. Hal tersebut dikarenakan tumbuhan serpentin telah memiliki kemampuan bertahan dan daya adaptasi terhadap kondisi dari tanah yang miskin unsur hara ( Lee, 1997). Adaptasi pada kondisi tersebut ditandai dengan terbentuknya sekumpulan individu (koloni) yang berkembang dan memiliki sifatsifat yang berbeda secara turun temurun dibandingkan populasi asalnya. Selain itu, terjadinya perubahan pada kloroplas dan inti DNA karena pengaruh lingkungan
seperti iklim mikro, isolasi geografi dan isolasi reproduksi ((Antonovics et al. (1971) dan Mcnair (1987)) 2. Batuan dengan jumlah spesies paling sedikit Batuan dengan jumlah spesies paling sedikit adalah pada batuan Alluvial. Spesies LCC yang ditemukan sebanyak 31 spesies yaitu sebagai berikut : Ageratum conyzoides, Amporphopalus campanulatu, Axonopus compressus, Axonopus fisifolius, Centella asiatica, Colocasia esculenta, Cyperus rotundus, Dentella
repens, Desmodium
triflorum, Elephantopus
scaber, Galinsoga
parviflora, Hyptis capitata, Imperata cylindrical, Ipomea grandifolia, Ipomea obscura,
Kylinga
monochepala,
Leucas
levandulifolia,
Mimosa
pudica,
Oldenlandia corymbosa, Oplismenus burmanii, Oxalis barrelieri, Panicum claudigume,
Panicum
dichotomiflorum,
Paspalum
dischitum,
Paspalum
vaginatum, Pepperomia pellucid, Phylanthus urinaria, Prunella vulgaris, Ruellia repens, Waltheria Americana, Wedelia Montana.
Spesies dengan kontribusi 3
tertinggi pada batuan alluvial ini adalah Panicum claudigume (NP 145,834), Oplismenus burmanii (NP 18,872) , Ageratum conyzoides (NP 11,626 %.). Spesies dengan kontribusi terendah Stephania hernandifolia (NP
0,622) dan spesies
dengan NP 0,644 % adalah Stachytarphetaindica dan Ipomoea hederifolia. Tanah Alluvial mempunyai kandungan bahan organik yang bervariasi. pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk. Tekstur tanah aluvial yaitu liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh pada waktu lembab. Tanah alluvial memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian karena banyak mengandung mineral-mineral. Pada praktikum didapatkan bahwa pada batuan Alluvial mempunyai spesies LCC yang paling sedikit hal ini disebabkan lokasi praktikum pada batuan alluvial sebagian besar sudah berubah alih fungsi menjadi lahan perkebunan singkong dan jati sehingga hanya sedikit jenis spesies yang ditemukan (Urushadze, 2006 ).
VI.
KESIMPULAN 1. Besar kontribusi masing-masing spesies dalam vegetasi dapat dilihat dari besarnya nilai penting (NP). Semakin besar NP spesies maka kontribusi spesies dalam vegetasi semakin tinggi dan semakin kecil NP spesies maka kontribusi spesies dalam vegetasi semakin rendah. 2. 5 spesies yang memiliki NP tertinggi adalah Oplismenus hirtellus (NP 74,614%), Phaseolus sublobatus (NP 22,443%), Oplismenus compositus (NP 16,653%), Imperata cylindrical (NP 15,960%), dan Andropogon contortus (NP 14,866%) 3. 5 spesies yang memiliki NP terendah adalah Phyllantus urinaria (NP 1,044 %), Lygodium flexuosum (NP 1,044%), Adenostoma lavenia (NP 1,044%), Lindernia sessiliflora (NP 1,121%) dan Triumfetta indica (NP 1,198%) 4. Kontribusi penyusun vegetasi LCC di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik tertinggi adalah Oplismenus hirtellus dan kontribusi penyusun vegetasi LCC di wilayah batuan Mafik dan Ultramafik terendah adalah Phyllantus urinaria, Lygodium flexuosum, dan Adenostoma lavenia. 5. Batuan di Karangsambung yang memiliki jumlah spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) terbanyak dan yang paling sedikit adalah sebagai berikut: a.Batuan dengan spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) terbanyak adalah batuan Serpentine dengan jumlah spesies 72 b.
Batuan dengan spesies yang berupa Lower Crop Community (LCC) terbanyak adalah batuan Alluvial dengan jumlah spesies
31 6. Jumlah spesies yang ditemukan pada tiap wilayah batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, seperti pH, temperatur lingkungan, dan VII.
ketinggian tempat. DAFTAR PUSTAKA Antonovics, J., A.D. Bradshaw, and R.G. Turner. 1971. Heavy metal tolerance in plants. Advanced in Ecology Research 7: 1-85. Brooks, R. R. (1987) Serpentine and its Vegetation: aMultidisciplinary Approach. Croom Helm—London—Sydney: Dioscorides Press. Dengler et al .2009. Species constancy depends on plot size – a problem for vegetation classification and how it can be solved. Journal of Vegetation Science .20: 754–766.
Lee J. Suttner. 2003. Alluvial Sandstone Composition and Paleoclimate. Department of Geology, Indiana. Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology, a Primer on Methods and Computing. New York: John Wiley & Sons Mcnair, MR. 1983. The genetic control of copper tolerance in the yellow monkey flower Mimulus guttatus. Heredity 50: 283-293 Quattrocchi, Umberto. 2006. CRC World Dictionary of Grasses Volume 1. Boca Raton : Taylor and Francis Group Sergio E., et al. 2004. Lichens and ultramafic rooks. The Lichenologist 36(6) : 391404. VIII.
LAMPIRAN a. Laporan sementara LCC Krangsambung. b. Perencanaan LCC Karangsambung. c. Peta cuplikan wilayah batuan Mafik dan Ultramafik Mengetahui, Asisten Praktikum
S
Surakarta, 23 Juni 2014 Praktikan
Nuraini Annisa K4311051
View more...
Comments