Laporan Praktikum Kosmetologi 6_tabir Surya
April 14, 2019 | Author: Nia_Pharmacist | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Kosmetologi 6_tabir Surya...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Praktikum Mengetahui cara membuat sediaan tabir surya Mengetahui metode-metode pembuatan tabir surya yang tepat Mampu mengevaluasi sediaan tabir surya 1.2 Teori dasar Kosmetik pelindung Kosmetik pelindung adalah kosmetik yang digunakan pada kulit yang sudah bersih dengan tujuan melindungi kulit dari berbagai pengaruh lingkungan yang merugikan kulit. Menurut
tujuan
spesifiknya,
masing-masing
kosmetik
pelindung dapat dibagi dala kelompok berikut: 1. Preparat yang melindungi kulit dari bahan-bahan kimia (bahan kimia yang membakar, larutan detergen, urine yang sudah terurai, dll) 2. Preparat yang melindungi kulit dari debu, kotoran, tir, bahan pelumas, dll 3. Preparat
yang
melindungi
kulit
dari
benda
fisik
yang
membahayakan kulit (sinar UV, panas) 4. Preparat yang melindungi kulit dari luka secara mekanis (dalam bentuk kosmetik pelumas) 5. Preparat yang mengusir serangga agar tidak mendekati kulit.
Bahaya sinar matahari Sinar matahari diperlukan oleh mahluk hidup sebagai sumber energy dan penyehat kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari provitamin D yang mencagah penyakit polio atau riketsia. Tetapi disamping itu, sinar matahari pun mengandung sinar ultraviolet yang membahayakan kulit. 1|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Sinar UV ini dapat menimbulkan berbagai kelainan pada kulit mulai dari kemerahan, noda hitam, penuaan dini, kekeringan, keriput, sampai kanker kulit. Sinar matahari terdiri dari sinar yang dapat dilihat (λ 4000-7400 nm/A): 1. Sinar inframerah (7500-53.000 A) 2. Sinar ultraviolet a. UV A (3200-3800 A) b. UV B (2900-3200 A) c. UV C (2000-2900 A)
Sinar UV C memiliki panjang gelombang yang paling pendek, tetapi memiliki energy serta daya perusak yang paling besar. Untungnya, sinar UV C ini tidak sampai k bumi karena diserap oleh lapisan ozon di angkasa luar. Besarnya radiasi ynag mengenai kulit tergantung pada jarak antara suatu tempat dan garis khatulistiwa, kelembabab udara, musim, ketinggian tempat dan jam waktu setempat. Semakin dekat jarak antara suatu tempat dan garis khatulistiwa, semakin lembab udara dan semakin tinggi suatu tempat, semakin besar radiasi sinar UV yang mengenai kulit dalam jangka waktu yang sama. Intensitas radiasi UV tertinggi adalah pukul 08.00-15.00 waktu setempat, yaitu ketika orang sedang aktif diluar rumah. Perlindungan kulit Secara alami, kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ-organ dibawahnya dari bahaya sinar UV matahari. Yaitu dengan membentuk butir-butir pigmen kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari, maka timbul dua tipe reaksi melanin: 1. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit 2. Pembentukan tambahan melanin baru
2|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebihan dan terus menerus, noda hitam pada kulit akan terjadi. Ada dua cara perlindungan kulit: 1. Perlindungan secara fisik (seperti memakai payung) 2. Perlindungan secara kimiawi, a. Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit (tanning), contoh: dioxy acetone dan 8-methoxy psoralen b. Bahan yang menyerap UV B tetapi meneruskan UV A ke dalam kulit, contoh: para amino benzoid acid (PABA) dan derivatnya. Namun sejumlah bahan tersebut bersifat photosensitizer, yaitu jika terkena sinar matahari terik dapat menimbulkan berbagai reaksi negative pada kulit Sediaan Tabir Surya Suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar surya yang mengenai kulit sehingga dapt digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya. Tabir surya (sunscreen atau sunblock) atau UV filter, memiliki 2 mekanisme utama yaitu : (i) menghamburkan dan memantulkan energy sinar UV dan (ii) mengabsorbsi energy sinar UV. Sangat banyak tabir surya mengandung bahan-bahan yang bekerja dengan kedua mekanisme ini yang dikenal dengan istilah UV protection. Pada awalnya tabir surya didesain untuk melindungi pemakainya pada saat ke pantai. Saat ini, produk yang sama digunkan pula oleh mereka yang melakukan olahraga salju, sejak sinar matahari menunjukkan efek terhadap kulit yang dapat dilihat pada pantulan dipermukaan salju. Sekarang ini UV filter digunakan bersama dengan produk yang digunakan sehari-hari, seperti krim pelembab dan produk perawatan rambut, produk aftershave, lipstik atau produk make-up (3,5).UV filter dapat 3|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
diklasifikasikan
menjadi
2
kelompok
berdasarkan
asalnya.
Anorganik UV filter, atau yang juga disebut UV filter fisik, terutama bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV, organic UV filter, yang juga disebut UV filter kimia atau sunblock, bekerja dengan mengabsorbsi radiasi. Jenis tabir surya yang paling penting adalah yang bekerja dengan mengabsorbsi radiasi eritemal UV. Karakteristik yang penting dalam tabir surya adalah : 1. Tidak toksik dan tidak mempengaruhi metabolisme tubuh 2. Tidak berbahaya secara dermatologis seperti bebas dari efek iritan dan efek sensitasi yang berbahaya 3. Efektif mengabsorbsi radiasi eritemogenik 4. Tidak bersifat fotolabil, yaitu mampu mengabsorbsi radiasi eritemogenik, tidak mengalami perubahan kimia yang dapat mengurangi kemampuannya sebagai tabir surya, sehingga mampu mengubah senyawa lain yang berbahaya yang mungkin terdapat seperti pada bagian 1) dan 2) diatas 5. Tidak menguap dan memiliki karakteristik kelarutan yang sesuai 6. Tidak terdekomposisi dengan adanya lembab, keringat dan lain sebagainya 7. Harus memiliki (dalam pengenceran dan pembawa yang akan digunakan untuk tabir surya) karakter fisik yang dapat diterima oleh konsumen, sebagai contoh, tabir surya haruslah tidak menimbulkan bau yang tidak sedap 8. Harus dapat terabsorbsi melalui kulit. Berikut,
adalah
beberapa
tabir
surya
dan
konsentrasi
penggunannya : UV filter Aminobenzoic acid (PABA) Avobenzon
Konsentrasi hingga (%) 15 3 4|Page
Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Cinoxate Dioksibenzon Homosalat Metil antranilat
3 3 15 atau 5
meradimat Oktokrilen Oktil metoksisinamat
10 atau 7,5
oktinoxat Oktil salisilat atau oktisalat 5 Oksibenzon 6 Asam Fenilbenzimidazol 4 Sulfonat Oktil dimetil PABA Titanium Dioksida Trolamin salisilat Zink oksida
8 25 12 25
Tabir surya digunakan setebal 2 cm pada permukaan kulit dan dibiarkan
selama
15
hingga
30
menit
untuk
penyerapan
sempurna melalui kulit. Efektivitas tabir surya meningkat setelah penyerapan melalui kulit sebelum terpapar oleh sinar matahari. Mekanisme perlindungan tabir surya 1.
Penghadang fisik UV filter fisik secara umum adalah oksida logam, meskipun silikat dan talk juga biasa digunakan. Bahan ini menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia dan juga merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Sebagai pembanding, bahan ini kurang diterima oleh
kebanyakan
orang
karena
bahan
ini
biasanya
membentuk lapisan film penghalang pada kulit yang menimbulkan
rasa
yang
kurang
nyaman.
Selain
itu,
formulasi dengan menggunakan bahan ini sangatlah sulit karena bahan ini dapat memecahkan emulsi. Zink oksida merupakan UV filter fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium oksida. Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang 5|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
terpapar
radiasi
UV
yang
berlebihan,
misalnya
para
pendaki gunung dan tentara. Popularitas bahan-bahan ini meningkat
belakangan
ini
karena
toksisitasnya
yang
rendah. Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan induksi reaksi fototoksik atau fotoalergik. Juga digunakan untuk perlindungan terhadap UVA dan UVB. Dalam jumlah yang cukup → penghadang fisik akan memantulkan sinar UV, Visibel dan infra merah. Contohnya : titanium dioksida, zinkoksida, petrolium merah, kromium oksida dan kobal oksid. 2.
Penyerap kimia UV filter kimia ( atau sunscreen )merupakan senyawa organic dengan aktifitas molar yang tinggi terhadap range UV. Senyawa ini biasa terdiri dari struktur aromatik tunggal atau ganda, kadang merupakan konyugasi dari karbonkarbon ikatan ganda dan/atau gugus karbonil. Tabir surya kimia adalah bahan yang dapat melindungi kulit dengan mengabsorbsi energi UV dan mengubahnya menjadi energi panas.
Senyawa
ini
mengabsorbsi
radiasi
UV
dan
mengubah energinya menjadi radiasi dengan gelombang yang
lebih
panjang.
Tabir
surya
kimia
cenderung
membentuk energy yang lebih tinggi dalam keadaan dasar. Molekul ini akan menuju pada keadaan dasar, energi diemisikan dengan magnitude yang lebih rendah dari energy awal yang diabsorbsi. Energi ini di emisikan dalam bentuk panjang gelombang yang lebih panjang, sebagai radiasi panas ringan yang khas. Derivat sintetis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu pengabsorbsi kimia UVB (290-320 nm) dan UVA (320-400 nm). Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktil metoksisinamat sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. Bahan ini kurang efektif dalam mengabsorbsi UVB dibandingkan para-aminobenzoic acid (PABA) dan 6|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
pada formulasinya dianjurkan penambahan UVB filter untuk memperoleh nilai SPF yang tinggi. UVA filter termasuk Oksibenzon
benzofenon, adalah
antranilat benzofenon
dan
dibenzoilmetan.
yang
paling
luas
digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta mudah terdegradasi dan teroksidasi . Mekanisme tabir surya sebagai penyerap. •
Molekul bahan kimia tabir surya yang menyerap energi dari sinar UV .
•
Kemudian mengalami eksitasi dari ground state ketingkat energi yang lebih tingi.
•
Sewaktu mol yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih rendah akan melepaskan energi yang lebih rendah dari energi semula yang diserap untuk menyebabkan eksitasi.
•
Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi setelah diserap energinya oleh bahan kimia maka akan mempunyai energi yang lebih rendah
•
Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan kurang atau tidak menyebabkan efek sunburn pada kulit.
Metode penilaian proteksi sediaan tabir surya Parameter : SPF (sun protection factor) 1. Ditentukan MED, eritema minimum setelah pemaparan sinar UV. 2. Ditentukan MED, eritema minimum setelah pemaparan sinar UV dengan sampel sediaan yang dinilai. SPF = MED dengan sampel MED tanpa sampel 7|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Tipe basis sediaan tabir surya 1.
Tipe emulsi, O/W dan W/O
2.
Tipe lotion
3.
Tipe minyak, SPF lebih kecil
4.
Tipe gel, gel pelarut air dan gel pelarut minyak
5.
Tipe aerosol. Kriteria kosmetik tabir surya yang baik
1.
Mudah digunakan
2.
Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
3.
Bahan aktif kompatibel dengan bahan tambahan lain.
4.
Bahan
dasar
dapat
mempertahankan
kelembutan
dan
kelembaban kulit. Syarat-syarat bahan kimia untuk sediaan kosmetik tabir surya •
Efektif menyerap radiasi UV B tanpa perubahan
kimiawi→sehingga tidak menimbulkan iritasi, toksik. •
Meneruskan UV A untuk mendapatkan tanning
→bagi kulit kaukasia / eropa. •
Stabil, tahan keringatdan tidak menguap.
•
Mempunyai
daya
larut
untuk
mempermudah
formulasi. •
Tidak
toksik,
tidak
mengiritasi
dan
tidak
menyebabkan sensitifisasi. Sun Protectif Factor (SPF) Kemampuan bahan menahan sinar UV dinilai dalam faktor proteksi sinar (SPF) yaitu perbandingan antara lain dosis minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi dengan tabir surya dengan yang tidak diolesi tabir surya. Nilai SPF →0-100, dianggap baik jika berada diatas 15. 8|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Tingkat kemampuan tabir surya. 1.
Minimal → SPF 2-4 contohnya: Salisilat dan antranilat.
2.
Sedang →SPF 4-6 Contohnya : Sinamat.
3.
Ekstra → SPF 6-8 Contohnya : Derivat PABA
4.
Maksimal → SPF 8-15 Contohnya : PABA
5.
Ultra → SPF > 15 Contohnya Kombinasi PABA, non PABA dan fisik. Efektivitas Tabir Surya Parameter yang berbeda digunakan untuk mengevaluasi efikasi produk tabir surya dan memberikan kepada pemakai yang berhubungan dengan informasi pada label produk. Parameter yang biasa digunakan disebut sebagai Sun Protection Factor (SPF)
produk
tabir
surya,
dengan
hubungan
terhadap
peningkatan dosis UV pada kulit yang dilindungi dapat dengan tanpa menunjukkan eritema, sebagai perbandingan pada kulit yang tidak terlindungi. SPF adalah perbandingan respon terhadap paparan sinar UV pada kulit yang terlindungi terhadap kulit yang tidak terlindung. Secara khusus, dosis minimum eritema (MED) diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu/dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan untuk menghasilkan keseragaman, yang hampir tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED akan berbeda berdasarkan tipe kulit Fitzpatrick. Untuk mengetahui nilai SPF, produk dengan dosis yang cocok dioleskan 2 mg/cm2 pada area 50-100 cm diatas punggung belakang bagian bawah. Lima hingga tujuh titik dipaparkan pada berbagai dosis simulasi cahaya UV. 12-24 jam setelah pemaparan UV, bagian ini dievaluasi . Nilai SPF dikalkulasi dengan menggunkan persamaan : SPF = MED kulit terlindung/MED kulit yang tidak terlindung. SPF dapat ditunjukkan dengan persen transmitan eritemal UV seperti
9|Page Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
1/SPF X 100, atau yang dihambat, seperti ( 1-(1/SPF) X 100 ) (3,5). Formulasi Sediaan Tabir Surya Formulasi sediaan tabir surya dibedakan atas 3 tipe yaitu sediaan
anhidrous,
emulsi
dan
sediaan
tidak
berlemak
(greaseless) . 1. Sediaan
Anhidrous.
Minyak-minyak
cair
suntan
menduduki tempat yang paling penting. Keuntungan yang spesifik
dari
sediaan
berminyak
adalah
sifat
tahan
terhadap air yang timbul saat berkeringat pada saat berjemur atau berenang. Efek lubrikan (perlindungan mekanik) juga dipertimbangkan sebagai hal yang sangat menolong. Minyak nabati digunakan sebagai tabir surya karena mamiliki kemampuan menyerap dalam range UV kritikal. Hal ini ditunjukkan oleh minyak wijen yang paling luas penggunannya. Minyak nabati merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan minyak mineral untuk mebanyakan
bahan-bahan
tabir
surya
yang
larut
minyak.Hasil yang baik ditunjukkan dengan mencampur 15% serbuk inert kedalam sediaan minyak. Bahan ini memberikan konsistensi sediaan yang lebih kaku dan mengurangi kelengketan. Beberapa padatan, seperti zink oksida, memiliki efek penapisan terhadap sinar UV yang tidak terbatas hingga sekitar 3000Å tetapi memperluas lebih dari range keseluruhan . 2. Emulsi. Berbagai jenis emulsi, non lemak m/a, semi lemak , lemak m/a, telah digunakan sebagai tabir surya; dengan kandungan lemak yang tinggi menyerupai minyak; dan non lemak serupa dengan sediaan berair. Keuntungan dari produk emulsi adalah penampilan dan konsistensi yang menyenangkan saat penggunaannya.
10 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
3. Sediaan
Tidak
Berlemak.
Dibandingkan
dengan
minyak suntan, sediaan ini memiliki keuntungan yaitu tidak berlemak dan lengket serta nyaman dalam penggunannya. Kelompok ini dibagi atas komposisi alcohol tinggi atau rendah. Kerugian utama dari sediaan berair dan rendah alcohol adalah kelarutannya dalam air : yaitu kehilangan aktivitas pada kondisi berkeringat atau dalam air. Secara khusus, umumnya tabir surya aktif terdiri dari beberapa tipe: 1. Minyak-minyak polar, cenderung untuk membuat produk terasa
berlemak
dan
berminyak,
khususnya
dalam
konsentrasi yang tinggi. 2. Padatan Kristal yang larut minyak membutuhkan konsentrasi pelarut/emollient
berminyak
untuk
melarutkannya
dan
menjaga pembentukan kristalisasi pada produk dan juga membuat produk terasa berlemak dan berminyak. 3. Garam-garam yang larut air, cenderung untuk menurunkan kemampuan polimerik dalam larutan berair. Cenderung untuk membentuk tingkat polimer yang tinggi dan polimer tingkat tinggi ini membuat produk terasa lengket dan berat pada kulit. 4. Serbuk atau partikulat yang tidak larut dapat membuat kulit terasa kering dan sering menimbulkan tampilan putih yang tidak diharapkan pada kulit.
Penambahan parfum pada sediaan atau formulasi tabir surya dipilih berdasarkan image yang ingin diberikan pada produk. Untuk tabir surya yang digunakan oleh para atlit, harus dipilih tipe aroma segar yang kering seperti lavender atau sitrus. Jika produk digunakan untuk berjemur di pantai, aroma yang lebih keras, lebih sesuai dengan aroma menawan atau menarik. Pada kasus lainnya aroma netral, seperti aroma bunga lebih cocok dengan produk. Parfum dengan aroma yang manis harus dihindari untuk mencegah ketertarikan serangga. Dosis yang tepat tergantung pada tipe produk. Minyak suntan dengan basis 11 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
minyak nabati biasa dianjurkan penambahan 1% parfum atau lebih, dengan sediaan berair atau rendah alcohol 0,1-0,3 %, untuk formulasi ini Tween 20 atau pengsolubilisasi lainnya harus ditambah pada parfum . Formulasi dioksida
tabir
surya
dengan
menggunakan
meningkatkan
serbuk
efektivitasnya
menggunakan
titanium
termikronisasi
sebagai
tabir
surya.
untuk Titanium
dioksida dengan ukuran partikel 60 μm mampu memantulkan dan membaurkan sinar UV dan sinar tampak, sementara partikel dengan diameter 230 μm hanya mampu membaurkan sinar tampak.
Ukuran
partikel
yang
lebih
kecil
memiliki
luas
permukaan yang lebih luas di bandingkan dengan partikel ukuran
besar.
Sehingga
kemampuan
memantulkan
dan
membaurkan cahaya lebih besar.
BAB II PRAFORMULASI Formulasi sediaan tabir surya : Ekstrak daun teh
1,5 %
Asam stearat Cera alba
15 % 2%
Vaselin album TEA
8% 1,2 %
Adeps lanae
1%
Metil paraben
0,1 %
Propil paraben
0,05 %
Propilenglikol
7%
Parfum
qs
Aqua ad
100 %
Akan dibuat dalam 100g 12 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
DATA PEMERIAN BAHAN 1. Cera alba Sinonim
: White beeswax
Pemerian
: berupa lembaran padatan dengan warna putih sampai kekuningan, dan tidak berasa.
Berat jenis : 0,95 – 0,96 g/cm3 Kelarutan
:
Larut
dalam
kloroform,
eter,
campuran
minyak dan minyak atsiri, dan dalam karbon disulfida hangat. Praktis tidak larut dalam air. Kegunaan : Stiffening agent (pengeras)
2. Petrolatum jelly putih Sinonim
: Petrolatum
Pemerian
: lemak kuning pucat sampai kuning, tidak berbau, dan tidak berasa
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam aseton, etanol panas atau etanol dingin, gliserin dan dalam air. Larut dalam benzene karbon disulfida, kloroform eter, dan heksana.
Kegunaan : Emolient, oinment base. 3. Adeps lanae Sinonim
: Purified lanolin ( Anhydrous lanolin )
Pemerian
:
Berat jenis : 0,932 – 0,945 g/cm3 at 250C Kelarutan
:
Sangat
mudah
larut
dalam
benzene,
kloroform, eter. Perlahan lahan larut dalam etanol (95%) dingin, dan praktis tidak larut dalam air. Kegunaan : Emulsifying agent, oinment base. 4. Nipagin 13 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Sinonim
: Methylparaben
Rumus molekul
: C8H8O3
Fungsi
: Pengawet
Pemerian
: Serbuk kristal tidak berwarna atau
kristal berwarna putih. Tidak berasa, tetapi memiliki rasa membakar Penggunaan Penggunaan
Konsentrasi (%)
Topikal
0,02 – 0,3
Suspensi dan larutan oral
0,015 – 0,2
5. Asam stearat Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat,
C18H36O2
dan
asam
heksadekanoat,
C16H36O2. Pemerian zat padat keras mengkilat, putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979). 6. TEA Sinonim
: Trietanolamine
Pemerian
: larutan yang jernih, tidak berwarna, tetapi ada juga yang berwarna jernih kekuningan.
Kelarutan
:
Pelarut
Kelarutan pada suhu 200C
Air
mudah bercampur
metanol
mudah bercampur
Kegunaan : emulsifying agent 7. Propil paraben 14 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Sinonim
: asam propil 4-hidroksibenzoat
Pemerian
: serbuk, kristal berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa
Berat jenis : (serbuk) 0,426 g/cm3 Kelarutan
:
Pelarut
Kelarutan pada suhu 200C
Gliserin
1 dalam 250
minyak mineral
1 dalam 3330
etanol
1 dalam 1,1
Kegunaan : Antimicrobial Preservative 8. Propilenglikol Propilenglikol merupakan larutan yang jernih , tidak berwarna, berasa manis membakar seperti gliserin. Penggunaan propilenglikol Penggunaan
Bentuk sediaan
Konsentrasi (%)
Humektan
Topicals
15
Preservative
solutions,
15 – 30
Solvent
semisolid aeerosol solution,
10 – 30
oral solution
10 – 25
parenteral
10 – 60
topical
5 – 80
9. Parfum
15 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
BAB III PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan Alat : Beaker glass Hot plate Cawan penguap Neraca analitikal Termometer Batang pengaduk Wadah cream tabir surya Bahan : Cera alba Ekstrak daun teh Petrolatum jelly putih Nipagin 16 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Propil paraben Asam stearat TEA Propilenglikol Parfum Aquades
Penimbangan bahan : Formulasi sediaan lipstik : Ekstrak daun teh
= 1,5 g
Asam stearat Cera alba
= 15 g =2g
Vaselin album TEA
=8g = 1,2 g
Adeps lanae
=1g
Metilparaben
= 0,1 g
Propilparaben
= 0,05 g
Propilenglikol
=7g
Parfum
= qs
Aquades
= 100 g
Metode Pembuatan A. Pembuatan sabun transparan Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan Menimbang semua bahan yang diperlukan pada neraca analitikal Menyiapkan waterbath dengan suhu 75 – 800C
17 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Meleburkan
4.
semua
fase
minyak : asam stearat, cera alba, vaselin album, dan adeps lanae, propil paraben di atas waterbath hingga 700C Meleburkan
5.
semua
fase
air : air, metil paraben yang sebelumnya telah dilarutkan dahulu dengan air panas, kemudian ditambahkan TEA dan propilenglikol,
pemanasan
tetap
diteruskan
di
atas
waterbath hingga 700C 6.
Mencampurkan
fase
minyak dan fase air di dalam mortir panas, diaduk hingga terbentuk massa putih seperti susu 7.
Setelah
dingin
(400C),
menambahkan ekstrak daun teh sedikit demi sedikit ke dalam basis sambil terus diaduk sampai homogen 8.
Menambahkan
parfum,
aduk hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam wadah B. Preparasi evaluasi sampel tabir surya 1.
Menyiapkan
alat
dan
bahan yang diperlukan 2.
Membuat larutan ekstrak
teh yang akan digunakan untuk penentuan panjang gelombang maksimum teh, dengan melarutkan ekstrak teh 5 mg dalam 50 ml aquades (100 ppm) 3.
Membuat
larutan
dari
sampel tabir surya dengan cara melarutkan 3,34 g sampel krim tabir surya kemudian ad 50 ml dengan isopropanol, (lar 1) 4.
Melakukan
pengenceran
dengan mengambil larutan 1 sebanyak 10 ml kemudian di add kan dengan larutan isopropanol sampai 50 ml, hingga didapatkan campuran larutan sampel larutan 2 18 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
5.
Mengukur
serapannya
pada 5 panjang gelombang
BAB IV EVALUASI SEDIAAN Pengamatan organoleptik Secara penampilan luar, sediaan krim yang kami hasilkan adalah berwarna putih, dengan aroma rosae dan daun teh Penentuan Viskositas Spindel : R6 20 Rpm Cp : 20000 19 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Penentuan pH sediaan pH sediaan krim tabir surya adalah 5, telah sesuai dengan pH kulit Uji efektivitas krim tabir surya ekstrak teh Fp 0,1105 0,6720 1,000 0,1364 0,1125 ∑Fp=
λ
Absorbansi
Transmitan
(nm) 293 298 303 313 318
(A) 0,7456 0,6978 0,6748 0,6400 0,6255
(T) 1,3412 1,4330 1,4820 1,564 1,599
T x Fp 0,1482 0,9630 1,4820 0,2133 0,1799 ∑TxFp=2,98
2,0314 %Tp =
64
∑ (TxFp)
Fp
= 2,9864
= 1,4701
2,0314
BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum ini kami membuat sediaan cream tabir surya, krim tabir surya dari ekstrak daun teh. Sediaan tabir surya ini merupakan salah satu sediaan kosmetologi yang digunakan
dengan
maksud
untuk
membaurkan
dan
menyerap sinar matahari terutama pada emisi gelombang sinar ultraviolet (UV) dan inframerah, karena pada panjang gelombang tertentu, ini dapat menyebabkan gangguan kulit seperti eritema dan kulit menjadi warna coklat (terbakar). Sediaan tabir surya yang kami buat adalah dalam bentuk krim dengan ekstrak dari bahan alam, yaitu ekstrak daun teh. Daun teh ini dipilih dengan alasan adanya 20 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
kemungkinan sebagai penghambatan (pembaur) sinar UV. Yaitu senyawa yang berperan sebagai penangkal paparan sinar UV adalah
senyawa katekin yang dimilikinya yaitu
epicatecin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin 3 gallate (ECG).
Epicatechin
3
gallate
(EGCG)
yang
dapat
berkompetisi dengan enzim L-tirosinase dan terikat pada tempat aktif dari tirosinase. Akibatnya terjadi hambatan kerja dari tirosinase yang menyebabkan terhambatnya pembentukan pigmen melanin, sehingga dapat mengurangi hiperpigmentasi pada kulit. Ekstrak daun teh yang kami gunakan berupa rebusan daun teh dalam aquades panas, kemudian disaring hingga didapatkan filtratnya, pemilihan metode pembuatan ekstrak ini karena waktu yang tersedia hanya sedikit, sementara jika kami membuat ekstrak daun teh
dengan
cara
maserasi
dalam
etanol
sangat
membutuhkan waktu yang lama. Kelemahan dari proses pembuatan ekstrak dengan cara perebusan daun teh ini ditakutkan
adalah
senyawa
yang
diharapkan
sebagai
penangkal UV tidak terbawa sempurna ke dalam filtrat yang dihasilkan. Prinsip pembuatan krim tabir surya ini sama halnya dengan metode pembuatan krim pada umumnya, yaitu peleburan fase minyak dan peleburan fase air, barulah dicampurkan setelah semua fase terlebur sempurna pada suhu yang sama, dicampurkan dalam lumpang panas, kemudian terus digerus sampai terbentuk massa putih seperti susu dengan konsistensi cukup kental. Hasil krim yang kelompok kami peroleh, adalah terbentuk massa putih dengan harum oleum rosae dan harum teh. Tahapan selanjutnya adalah evaluasi sediaan krim tabir surya, yakni meliputi evaluasi organoleptis, nilai pH, homogenitas, viskositas, dan uji efektivitas krim tabir surya untuk menguji nilai %Tp dan % Te. Evaluasi nilai pH 21 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
sediaan yang kami hasilkan adalah 5, telah sesuai dengan derajat keasamaan suatu sediaan yang digunakan secara topikal
pada
menggunakan
kulit.
Evaluasi
alat
viskometer
viskositasnya
dengan
brookfield
dengan
menggunakan spindel R6 dan 20 Rpm hasil cp nya adalah 20000. Evaluasi homogenitas dari sediaan krim tabir surya kelompok kami adalah cukup homogen, partikel-partikel semua terdispersi homogen dengan menggunakan kaca objek. Sementara untuk evaluasi efektivitas krim tabir surya dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis, uji ini diperlukan untuk menentukan apakah sediaan krim tabir surya ekstrak teh ini mampu memberikan perlindungan sebagai tabir surya terhadap sinar Ultraviolet, baik UV A maupun UV B. Tahap awal dari pengujian ini adalah penentuan panjang gelombang maksimum dari ekstrak daun teh dengan membuat larutan ekstrak 100 ppm yaitu dengan melarutkan 5 mg ekstrak daun teh dalam 50 ml aquades, kemudian
diukur
maksimalnya.
(scanning)
Tahapan
nilai
selanjutnya
panjang
gelombang
adalah
pengukuran
absorbansi larutan krim tabir surya dengan konsentrasi 33,4 ppm pada 5 panjang gelombang yaitu 293, 298, 303, 313 dan 318. Pengukuran absorbansi ini dimaksudkan untuk menghitung nilai %pigmentasi, artinya adalah kemampuan suatu
sediaan
tabir
surya
dapat
menahan
kulit
dari
perubahan warna kulit akibat paparan sinar matahari. Berdasarkan hasil evaluasi efektivitas krim tabir surya, didapatkan nilai panjang gelombang maksimum daun teh pada 260 – 280 nm, range panjang gelombang ini termasuk dalam range panjang gelombang UV B, artinya sediaan krim tabir surya ini dapat menahan dari paparan sinar UV B. Sedangkan nilai %Tp didapatkan nilai sebesar 1,4701. Sedangkan nilai %Te, tidak kami dapatkan, karena kami 22 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
tidak melakukan evaluasi efektivitas tabir surya terhadap kemungkinan terjadinya eritema pada kulit.
BAB VI KESIMPULAN Prinsip pembuatan krim tabir surya ini sama halnya dengan metode pembuatan krim pada umumnya, yaitu peleburan fase minyak dan peleburan fase air, barulah dicampurkan setelah semua fase terlebur sempurna 23 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
pada suhu yang sama, dicampurkan dalam lumpang panas, kemudian terus digerus sampai terbentuk massa putih seperti susu dengan konsistensi cukup kental. Senyawa yang berperan sebagai penangkal paparan sinar UV adalah senyawa katekin yang dimilikinya yaitu epicatecin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin 3 gallate (ECG). Epicatechin 3 gallate (EGCG) yang dapat berkompetisi dengan enzim L-tirosinase dan terikat pada tempat aktif dari tirosinase. Akibatnya terjadi hambatan kerja dari tirosinase yang menyebabkan terhambatnya pembentukan pigmen melanin, sehingga dapat mengurangi hiperpigmentasi pada kulit Hasil evaluasi Organoleptis
: Secara penampilan luar, sediaan krim yang kami hasilkan adalah berwarna putih, dengan aroma rosae dan daun teh
Viskositas
: Spindel : R6 20 Rpm Cp : 20000
pH sediaan %Tp =
:5
∑ (TxFp) Fp
= 2,9864
= 1,4701
2,0314
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient second edition. London: The Pharmaceutical Press Anief, M. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : UGM Press 24 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
Anonim.1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI : Jakarta Ansel Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Empat. Jakarta : UI-PRESS.2005 Matsjeh, 1996. Kimia Organik II. UGM. Yogyakarta.
25 | P a g e Sediaan Tabir Surya Kelompok 1
View more...
Comments