Laporan Praktikum Kosmetika Deodorant cair & sticks

May 2, 2019 | Author: Ulfi afifah f | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Selamat membaca semoga Bermanfaat :)...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIKA “MENGEVALUASI DAN PEMBUATAN BODY DEODORANT”

Dosen Pengampu : Eem Masaenah, S.Si., Apt

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V JOJOR SAHPUTRI

(14R10066 )

ULFI AFIFAH F

(15010131)

WIDIYANA

(15010134)

YUNI SUSILOWATI

(15010141)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR 2018

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

1.1

TUJUAN

Untuk mengetahui pembuatan dan mengevaluasi body deodorant.

1.2

DASAR TEORI

Kosmetik paling tua yang dikenal sebagai pembersih badan dan pengharum kulit adalah sabun. Deodoran dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950, namun oleh karena efek sampingnya, penggunaannya dibatasi. Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran pada kulit baik berupa kotoran yang larut dalam air maupun kotoran yang larut dalam lemak (Wasitaatmadja, 1997). Deodoran merupakan jawaban atas kebutuhan tersebut, karena dapat m encegah dan menghilangkan bau badan dengan cara menghambat dekomposisi atau penguraian keringat oleh bakteri (Young, 1972). Bau badan biasanya berhubungan erat dengan  peningkatan keluarnya keringat (perspirasi) baik kelenjar keringat ekrin maupun apokrin, maka antiperspiran yang menekan perspirasi kulit, dibutuhkan untuk melengkapi kosmetik ini (Wasitaatmadja, 1997). Bentuk sediaan deodoran antiperspiran dapat berupa bedak, cairan atau losio, krim, stick, spray atau aerosol (Leon dan David, 1954). Dermatitis akibat deodoran antiperspiran biasanya disebabkan oleh senyawa-senyawa aluminium, antiseptik, dan zat pewangi. Iritasi ini dapat berkurang jika penggunaan dikurangi, iritasi terjadi karena  pH yang rendah, kandungan klorida yang tinggi dan adanya pelarut alkohol dalam sediaan (Swaile, dkk., 2011). Reaksi yang terjadi biasanya dalam bentuk reaksi iritasi,  bukan sensitisasi. Reaksi terjadi di ketiak dan bagian-bagian badan lainnya dimana deodoran dikenakan. Penghentian pemakaian biasanya meredakan reaksi dengan cep at (Tranggono dan Latifah, 2007). Perbedaan antara antiperspiran dan deodoran; antiperspiran diklasifikasikan sebagai kosmetik medisinal/obat karena mempengaruhi fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan mengurangi laju pengeluaran keringat sedangkan deodoran membiarkan pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian keringat oleh bakteri (efek antibakteri ) dan menutupi bau

dengan parfum. Penggunaan deodoran bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga  pada seluruh bagian tubuh. Deodoran tidak mengontrol termoregulasi, sehingga deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik (Butler, 2000; Egbuobi, dkk., 2013). Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan deodoran juga. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan  berkurang. 

Antiperspiran

Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menekan  produksi keringat, baik ekrin maupun apokrin (Gros dan Keith, 2009). Mekanisme antiperspiran dapat berupa (Wasitaatmadja, 1997): 1. Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringat dengan cara: a. Membentuk endapan protein keringat  b. Membentuk endapan keratin epidermis c. Membentuk infiltrat dinding saluran keringat, Contoh: garam-garam aluminium, seperti (Rahayu, dkk., 2009): i. Aluminium kalium sulfat (tawas/alum) ii. Aluminium klorohidrat Aluminium klorohidrat adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasanya digunakan dalam deodoran dan antiperspiran serta flokulan pada permunian air. Aluminium klorohidrat digunakan dalam antiperspiran dan pada terapi hiperhidrosis. iii. Aluminium klorida Aluminium klorida adalah bahan kimia dengan rumus kimia AlCl3. Aluminium klorida dikenal sebagai astringen dan antiseptik. iv. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex; anhydrous aluminium zirconium

tetrachlorohydrex;

aluminium

zirconium

chloride

hydroxide; aluminium zirconium tetrachlorohydrate; aluminium zirconium chlorohydrate.



Deodoran

Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan (Rahayu, dkk., 2009). Deodoran dapat  juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh tubuh biasanya dalam bentuk spray (Egbuobi, dkk., 2013). Bahan aktif yang digunakan dalam deodoran dapat berupa: (Wasitaatmadja, 1997, Butler, 2000). 1. Pewangi (parfum); untuk menutupi bau badan yang tidak disukai. Dengan adanya  pewangi maka deodoran dapat digolongkan dalam kosmetik pewangi (perfumery). 2. Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah mikroba pada tempat asal bau  badan. a. Antiseptik:

pembunuh

kuman

apatogen

atau

patogen,

misalnya

heksaklorofen, triklosan, triklokarbanilid, amonium kwartener, ion exchange resin. Sirih merupakan antiseptik tradisional yang banyak digunakan.  b. Antibiotik aureomisin.

topikal:

pembunuh

Pemakaian

segala

antibiotik

kuman,

tidak

misalnya

dianjurkan

neomisin,

karena

dapat

menimbulkan resistensi dan sensitisasi. c. Antienzim yang berperan dalam proses pembentukan bau, misalnya asam malonat, metal chelating, klorofil. Dosis yang diperlukan terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan efek samping. 3. Eliminasi bau (odor eliminator); yang dapat mengikat, menyerap, atau merusak struktur kimia bau menjadi struktur yang tidak bau, misalnya seng risinoleat, sitronelik senesiona, ion exchange resin.



Deodoran antiperspiran stick

Deodoran antiperspiran stick, berbentuk batang padat, mudah dioles dan merata  pada kulit, bau sedap, stik transparan atau berwarna. Pembuatannya berbeda dengan  pembuatan lipstik karena deodoran ini merupakan gel sabun. Pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi, yaitu suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan dalam suatu fase larutan alkali dalam air/alkohol pada suhu sekitar 70 oC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60 - 65 oC dan dibiarkan memadat (Ditjen POM, 1985; Tranggono dan Latifah, 2007). Deodoran antiperspiran stick adalah kosmetika yang berbahan dasar; natrium stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut menggunakan propilen glikol atau alkohol (Bulter, 2000). Untuk mencegah kristalisasi garam aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan untuk alasan yang sama maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan pada formula (Poucher, 1978). Garam kompleks aluminium dibuat dengan penambahan laktat ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleks natrium aluminium klorhidrosilaktat dapat bercampur dengan natrium stearat atau sabun lain, karena ionisasi aluminium dapat ditekan jika pH larutan meningkat (Ditjen POM, 1985). Pertengahan tahun 1950, diperkenalkan natrium aluminium klorhidrosilaktat kompleks yang stabil di dalam dasar deodoran stik. Sediaan yang mengandung kompleks ini mempunyai aktifitas antibakteri tetapi, efektifitas sebagai antiperspiran menjadi berkurang (Butler, 2000).

Mekanisme Kerja Sediaan Deodoran Antiperspiran

Pada umumnya sediaan deodoran antiperspiran menggunakan bahan aktif aluminium klorohidrat Al 2(OH)5Cl. Keringat mengandung air, ketika aluminium klorohidrat bereaksi dengan air (keringat) terjadi reaksi hidrolisis melepaskan ion Al 3+ membentuk formasi aluminium hidrat [Al(H2O)6]3+. Suasana menjadi setimbang antara asam/basa karena kehadiran air, reaksi yang terjadi dapat dilihat di bawah ini (Gros dan Keith, 2009): [Al(H2O)6]3+(aq) + H2O(l) [Al(H2O)5OH]2+(aq) + (H3O)+(aq) Adanya ion (H3O)+  menyebabkan dua efek penting yaitu: (Gros dan Keith, 2009) 1.  pH area menjadi di bawah 7 (asam), bukan kondisi yang optimum untuk  pertumbuhan bakteri (bakteri lebih banyak pada kondisi basa). 2. Keringat mengandung protein, pada kondisi normal dapat larut dalam air. Kehadiran ion (H3O)+ menyebabkan struktur protein berubah (denaturasi), sehingga kelarutan berubah. Akibatnya, struktur protein seperti srtuktur gel yang menutupi saluran keringat (Gros dan Keith, 2009; Swaile, dkk., 2011). Penggunaan garam aluminium dianggap mempunyai efek antibakteri karena menghasilkan pH asam dari proses penguraian oleh air. Kulit dengan pH asam dianggap merupakan pertahanan alamiah terhadap infeksi bakteri dan jamur. Sediaan antiperspiran harus berdasarkan reaksi penguraian garam logam oleh air. Karena mempunyai efek menghambat bakteri kulit (Ditjen POM, 1985). Efek deodoran garam aluminium terjadi dengan dua cara, yaitu: 1. Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan pH yang relatif rendah 2.  Netralisasi bau dengan kombinasi kimia. Antiperspiran yang mengandung garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada kelenjar keringat tetapi, dengan cara memblokade pori dengan koagulasi  protein oleh ion polivalen sehingga mengurangi keluarnya keringat. Disamping itu antiperspiran dapat menyebabkan reaksi inflamasi di sekitar lapisan pembuluh dan lubang keringat, dan adanya kontraksi dapat mengurangi keluarnya keringat ke  permukaan kulit (Ditjen POM, 1985; Swaile, dkk., 2011). Tawas bekerja dengan cara menetralisir bau yang timbul dari pertemuan apokrin dengan kuman. Sehingga tawas dapat menghilangkan bau badan dan menghambat  perspirasi kulit (Anonim, 2010).



Fungsi uraian bahan :

1. Zink clorida Berfungsi untuk antibakteri yang mencegah bakteri menyebabkan bau badan. 2. Alumunium chlorida Berfungsi untuk astringen dan antiseptik. 3. Glyserin Berfungsi untuk pelembap (humektan) dan pelarut. 4. Asam salisilat Berfungsi untuk antiseptikum dan bahan pengawet. 5. Alkohol Berfungsi untuk antimikroba , agen pelarut dan bahan pendingin. 6. Aquadest Berfungsi untuk pelarut. 7. Parfum Berfungsi untuk memberikan aroma / pewangi. 8. Spermaceti ( tabir surya ) Berfungsi untuk astrigen , stiffening agent dan emolien. 9. Vaselin Berfungsi untuk basis salep dan emolien. 10. Paraffin solid Berfungsi untuk basis salep , menambah kekentalan dan pengental. 11. Cera alba Berfungsi untuk stabilisator emulsi. 12. Paraffin liquid Berfungsi untuk pelembap. 13. Parfum Berfungsi untuk memberikan aroma / wangi.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF