Laporan Praktikum Ke-3 Kesehatan Hewan Ternak
September 21, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Ke-3 Kesehatan Hewan Ternak...
Description
Laporan Praktikum Ke-3 Kesehatan Hewan Ternak
Hari/Tanggal : Senin/ 2 Oktober 2017 Waktu : 07.00-11.00 WIB Dosen : 1.Drh. Retno Wulansari, Msi, PhD. 2. Drh. Heryudianto Vibowo Asisten : 1. Maya A.Md 2. Dahlan
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS PADA SAPI ULAS DARAH DAN FESES
Disusun oleh Kelompok 6/ Praktikum 1 :
Siti Sarah Hasanah
J3P115010
Anggrian Nugraha Shelda Iswara Arfianti Fadhilah Dhani S.F Gelvinda Jamil
J3P115012 J3P115016 J3P115018 J3P215074
PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PENDAHULUAN
Kesehatan ternak merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan, karena kesehatan ternak berpengaruh terhadap produksi, reproduksi, serta pertumbuhan dari ternak. Kesehatan ternak dapat dilihat dan dikontrol dengan melakukan pemeriksaan fisik. Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan feses juga perlu dilakukan. Pemeriksaan darah penting dilakukan untuk melihat normal tidaknya sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan ada tidaknya parasit darah. Darah itu sendiri memiliki fungsi yaitu sebagai alat transportasi zat-zat yang terdapat di dalam tubuh guna kelangsungan hidup ternak itu sendiri. Darah juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus. Dalam pemeliharaan ternak,salah satu faktor penghambat yang sering dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi berternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara car a pemeliharaan yang baik sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan penyakit atau pengobatan pada ternak yang sakit. Namun demikian usaha pencegahan dinilai lebih penting dibandingkan pengobatanya (Jahja et al . 2010). Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama digunakan untuk membantu dan menegakkan diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan feses ini juga dimaksudkan untuk mengatahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva infektif. Feses itu sendiri adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari pakan yang dimakan dan dikeluarkan lewat anus. Salah satu metode yang digunakan untuk pemeriksaan feses adalah metode natif. Metode natif digunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit ditemukannya telur cacing. Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui dan melakukan pemeriksaan darah dan feses. fes es. Mahasiswa Mahasis wa mengetahui normal tidaknya darah, ada tidaknya parasit darah dan telur cacing.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 2 Oktober 2017 pukul 07.0011.00 WIB di GG Kandang dan Klinik Hewan Pendidikan, Kampus IPB Gunung Gede. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah syringe 3 ml, cool box,, tabung darah EDTA, tabung plastik transparan, gelas objek, gelas penutup, box dan mikroskop binokuler. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah seekor sapi, sepasang sarung tangan karet, sarung tangan plastik panjang, kapas, alkohol, eosin, methylen blue, blue, dan methanol.
Prosedur Pengambilan Darah. Alat dan bahan disiapkan. Sapi yang akan dilakukan
pengambilan darah dihandle dihandle.. Vena jugularis dibendung pada arah yang mendekati jantung dengan menggunakan tangan. Daerah pengambilan darah diusapkan dengan kapas alkohol. Jarum ditusukkan pada vena jugularis dan bendungan dilepaskan. Setelah darah masuk, dilakukan aspirasi hingga mencapai volume yang ingin diambil. Darah yang didapat dimasukkan kedalam tabung darah EDTA dan disimpan ke dalam cool box. box. Pengambilan Sample Feses. Alat dan bahan disiapkan. Sapi dihandle dan
dilakukan palpasi per rektal. Feses ditarik keluar dari rektum. Feses yang didapat dimasukkan secukupnya ke dalam botol sampel plastik transparan dan disimpan pada cool box. box. Pembuatan Preparat Ulas Darah. Alat dan bahan disiapkan. Darah pada tabung
EDTA diambil sedikit dengan menggunakan spoit. Darah diteteskan pada salah satu ujung gelas objek dan diulas dengan menggunakan gelas objek yang lain dengan sudut ulasan 45º. Preparat yang telah diulas dibiarkan kering lalu difiksasi dengan methanol hingga preparat kering. Setelah itu preparat diwarnai dengan
pewarnaa diff quick dengan dengan menggunakan eosin eosin dan dan methylen blue. Preparat yang telah difiksasi diteteskan dengan eosin eosin hingga hingga merata pada ulasan dan didiamkan selama 20 detik. Setalah itu preparat diteteskan dengan methylen blue blue hingga merata dan didiamkan selama 20 detik. Preparat dicuci dengan menggunakan air mengalir dan dikeringudarakan. Preparat dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x dan 10x lensa objektif. Pembuatan Preparat Natif Feses. Alat dan bahan disiapkan. Feses sapi diambil
dengan lidi secukupnya. Ditaruh pada gelas objek dan diteteskan NaCl lalu dihomogenkan. Debris-debris dari feses dipisahkan dan preparat ditutup dengan gelas penutup. Dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran terkecil ke terbesar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kesehatan hewan ternak kali ini dilakukan pengambilan sampel feses dan darah untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan pembuatan preparat ulas darah dan preparat natif feses pada sapi. Pemeriksaan sampel darah darah sapi yang digunakan pada pada praktikum praktikum tidak ditemuka
adanya
keabnormalan pada sampel darah sapi. Hasil tersebut diperoleh setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop yang sebelumnya sampel diwarnai dengan pewarnaan diff quick . Pemeriksaan sampel darah secara rutin diperlukan untuk mengetahui ketidaknormalan gambaran darah yang berguna untuk mengarahkan diagnosa klinis dari hewan yang diperiksa. Tujuan pengambilan darah ternak yaitu untuk mengetahui tingkat kadar suatu zat yang terkandung dalam darah ternak tersebut. Pada dasarnya teknik pengambilan sampel darah pada berbagai jenis ternak hampir sama. Perbedaan yang mendasar hanya pada tempat pengambilan sampel darah dan ukuran jarum yang digunakan. Namun pada prosedur dan tekniknya hampir sama. Pada praktikum kali ini pengambilan darah pada ternak sapi dilakukan pada vena jugularis dan didapatkan darah sebanyak 2 ml. Pembuluh darah ini terletak pada bagian ventrolateral leher. Eritrosit dalam aliran darah mamalia merupakan sel-sel yang tidak berinti dan tidak bergerak (Schalm (Schalm et al .
1975). Menurut Cowell (2004), parameter parameter yang yang
penting dalam pemeriksaan
eritrosit sapi meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. pengambilan sampel darah ternak harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tidak menyebabkan hal yang membahayakan ternak tersebut. Posisi ternak yang akan diambil sampel darahnya harus dalam posisi yang nyaman dan kondisi ternak tenang. Selain akan mempermudah dalam pengambilan sampel darah, juga akan lebih meminimalisir rasa sakit pada ternak dan hal tersebut merupakan salah satu kaidah “animal welfare” welfare” atau yang biasa disebut kesejahteraan hewan. Pengambilan sampel darah pada ternak tidak bisa di lakukan dengan cara sembarangan, di perlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Terdapat dua metode untuk mengambil sampel darah pada ternak yaitu dengan menggunakan vacuum tube dan dengan menggunakan suntikan.
Pemeriksaan ulas darah yang
telah dilakukan tidak ditemukan adanya kelainan pada sel darah merah maupun sel darah putih. Berikut adalah gambar pemeriksaan ulas darah di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x lensa objektif dan diambil pada 5 bidang pandang.
Penyakit parasit pada hewan merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak dan umumnya tidak menimbulkan kematian, tetapi bersifat
menahun yang dapat mengakibatkan kekurusan, lemah dan turunnya daya produksi (Levine dan Norman 2001). 2001). Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinis. Berdasarkan gejala klinis dan dari pemeriksaan umum dan khusus. Dilakukan juga pemeriksaan feses dan pemeriksaan darah untuk mendukung hasil diagnosis. Pemeriksaan feses dapat dilakukan dengan metode natif, metode sentrifuse, metode Parfitt and Banks, atau metode McMaster. Hasil dari pemeriksaan feses sapi ini tidak terdapat telur cacing pada pemeriksaan menggunakan metode natif, bisa dilihat dibawah (gambar A) banyaknya kotorankotoran tetapi tidak adanya telur cacing pada perbesaran 10x, sedangkan (gambar B) menunjukan tidak adanya telur cacing pada pemeriksaan metode natif ini pada perbesaran 40x. 40x.
A
B
Hasil pemeriksaan preparat natif feses. A. perbesaran 10x lensa objektif dan B. Pebesaran 40x lensa objektif.
SIMPULAN
Praktikum kesehatan hewan ternak yang dilakukan pada kali ini adalah dengan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis pada sampel darah dan feses sapi. Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan adalah dengan pembuatan preparat ulas darah dan preparat natif pada feses sapi. Pembuatan preparat ulas darah dilakukan dengan pewarnaan diff quick yaitu yaitu dengan pewarna eosin dan methylen blue. Pada pemeriksaan yang dilakukan pada kedua preparat yaitu preparat ulas blue. darah dan preparat natif feses yaitu tidak ditemukan adanya kelainan.
DAFTAR PUSTAKA
Cowell RL. 2004. Veterinary Clinical Pathology Secrets. St. Louis (US): Elsevier Mosby. Jahja J, Retno D, Suryani T. 2010. Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Cetakan ke Delapan Belas. Bandung (ID): Medion Levine dan Norman D. 2001. Parasitologi Veteriner . Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Schalm OW, Jain NC, Carrol EJ. 1975. Veteriner Haematology. Philadelphia (US): Saunders College.
View more...
Comments