Laporan Praktikum Ke-1 Kesehatan Hewan Ternak
September 21, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Ke-1 Kesehatan Hewan Ternak...
Description
Laporan Praktikum Ke-2 Kesehatan Hewan Ternak
Hari/Tanggal : Senin/ 25 September 2017 Waktu : 07.00-11.00 WIB Dosen : 1.Drh. Retno Wulansari, Msi, PhD. : 2. Drh. Heryudianto Vibowo Asisten : 1. Maya A.Md
2. Dahlan
PEMERIKSAAN FISIK PADA SAPI DAN KAMBING
Disusun oleh Kelompok 6/ Praktikum 1 :
Siti Sarah Hasanah Anggrian Nugraha
J3P115010 J3P115012
Shelda Iswara Arfianti Fadhilah Dhani S.F Alfiandi Basyari Gelvinda Jamil
J3P115016 J3P115018 J3P115035 J3P215074
PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dengan keadaan cuaca yang panas sangat kering atau lembab, hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan dari ternak. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik secara rutin. Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang pasien. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima pasien dan penentuan respon terhadap terapi tersebut (Potter dan Perry 2005). Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat diantaranya, sebagai data untuk membantu menegakkan diagnosa dan mengetahui masalah kesehatan yang di alami oleh pasien. Pemeriksaan fisik memiliki empat teknik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan men ggunakan indera peraba (tangan dan jari) untuk merasakan ciri-ciri jaringan atau organ seperti temperatur, elastisitas, bentuk, ukuran, dan penonjolan. Perkusi adalah pemeriksaan dengan mengetuk bagain permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri atau kanan) dengan menghasilkan suara, bertujuan untuk mengidetifikasi batas atau lokasi dan konsistensi jaringan. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Auskultasi ini pada umumnya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop, hal yang didengarkan adalah suara jantung, nafas, dan usus (Dewi S 2010). Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui cara dan tahapan-tahapan dalam pemeriksaan fisik pada hewan ruminansia yaitu sapi dan kambing.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 25 September 2017 pukul 07.0011.00 WIB di GG Kandang, Kampus IPB Gunung Gede. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah stetoskop, termometer, dan penlight . Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah seekor sapi dan kambing.
Prosedur Pemeriksaan Fisik Pada Sapi dan Kambing. Alat dan bahan disiapkan. Sapi dan kambing yang akan diperiksa diamati lalu dilakukan pemeriksaan fisik
dimulai dengan menulis signalement , anamnesis dan status present dari hewan. Pemeriksaan fisik pada hewan dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Hasil pemeriksaan fisik ditulis pada form yang telah disediakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Handling dan r estraint estraint adalah suatu tindakan yang digunakan untuk menangani dan membatasi gerak atau aksi dari hewan, sehingga dapat menghindari atau mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun hewan itu sendiri. Sebelum dilakukan handling dan restraint , seseorang harus mampu membuat simpul-simpul yang lazim digunakan dengan cepat. Tali digunakan untuk membuat suatu simpul. Tali terdiri atas bagian ujung (end) (end) yang yang merupakan bagian pendek dan badan tali (standing part) yaitu bagian yang panjang. Tali yang digunakan untuk menghandle hewan harus diikat dengan simpul atau ikatan yang
mudah dibuat dan diuraikan, tetapi tahan terhadap tekanan yang kuat. (Leahy dan Barrow 2013)
Tali yang akan digunakan berkali-kali harus dibuat sedemikian rupa agar ujung tali tidak terurai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mematikan ujung dengan ferulle, mematikan ujung dengan tali kecil, menggunakan plester atau selotip, maupun membakar ujung tali dengan api. Metode mematikan ujung dengan ferulle ferulle yaitu sebuah plat besi yang lunak atau ferulle diletakkan pada ujung tali. Metode ini merupakan metode paling mudah dan cepat untuk mencegah penguraian. Metode mematikan ujung dengan tali kecil yaitu seutas tali kecil diletakkan pada ujung tali yang akan dimatikkan. Bagian yang panjang dari tali kecil secara rata menutupi bagian yang pendek pada tali. Setelah itu, bagian yang panjang dari tali kecil diletakkan diatas bagian yang terlilit. Tali kecil dililitkan 8-9 kali dengan erat pada sekitar tali dan menutupi bagian yang panjang dari tali kecil. Kedua ujung tali kecil ditarik dengan keras dan tali kecil dipotong pada bagian yang dekat dengan lilitan. Metode mematikan ujung dengan menggunakan plester atau selotip yaitu dengan cara plester atau selotip diletakkan pada ujung tali lalu dililitkan hingga bagian ujung tali tertutupi. Metode mematikan ujung dengan membakar ujung tali adalah metode yang digunakan saat praktikum. Ujung tali dibakar hingga serabut tali meleleh, lalu satukan serabut-serabut tali agar menjadi satu. Metode ini pada umumnya digunakan untuk tali yang terbuat dari plastik. (Leahy dan Barrow 2013)
Tali yang telah dimatikan ujungnya, dilanjutkan dengan membuat sambungan sebelum melakukan handling. Sambungan yang dapat digunakan adalah sambungan samping, sambungan mata, dan sambungan mata sekitar sebuah honda logam. Sambungan samping adalah cara permanen untuk menyambung ujung tali ke sisi tali lainnya. Ujung tali diuraikan sekitar 8-10 inci. Satu sulur diangkat pada sisi tali dan dilewatkan pada ujung suilur yang telah terurai lainnya, sulur ini dianggap sulur 1. Sulur pada sisi tali yang terletak di dekat sulur 1 diangkat keluar dan dilewatkan sulur 2 yang berada dibawahnya, jadi sulur 2 dimasukkan di tempat sulur 2 keluar. Tali dibalikkan dan dilewatkan sulur 3 di bawah sulur dari sisi mana belum terdapat sulur dibawahnya. Dengan demikian sulur ini akan masuk di tempat sulur 2 keluar tempat sulur 2 masuk. Pada tahap ini, semua sulur akan keluar pada satu bidang yang lewat bagian pada tali. Ujung tali sulur dilewatkan lalu dilepas di atas sulur berikutnya pada sisi tali. Sulur-sulur dijalin hingga ujungnya bertemu. Suatu sambungan yang lebih bagus dapat dibuat dengan cara sebagian dari sulur dipotong setiap kali melewati bawah sulur dan badan tali, sebagaimana mematikan ujung tali dengan anyaman. (Leahy dan Barrow 2013) Sambungan mata digunakan untuk membuat mata permanen pada ujung seutas tali. Ujung tali diuraikan 8-10 inci dan dibuat kelokan pada ujung, sumbu ujung membentuk sudut siku-siku dengan sumbu sulur yang terjalin dari badan tali. Lingkar disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan lalu diletakkan membentuk sebuah mata. Sebuah sulur dari badan tali dilewatkan sulur tengah dari ujung tali, lalu dilepas di bawahnya. Sulur ini dianggap sebagai sulur 1. Penyeselaian sambungan ini, dilanjutkan seperti sambungan samping. Sambungan
mata ini yang digunakan saat praktikum. Sambungan mata sekitar sebuah honda logam digunakan untuk membuat lingkar pada ujung sebuah tali jerat. Logam dalam lingkar itu mempunyai permukaan yang licin, sehingga tali dapat dengan mudah meluncur melalui mata. (Leahy dan Barrow 2013)
Handling dan dan restraint yang yang digunakan untuk ternak yaitu tali leher luncur wyoming, tali keluh, dan pram pram kuping. Tali leher luncur wyoming dapat digunakan sebagai ganti sebuah pram sebuah pram dalam dalam menangani sapi pedaging. Tali leher ini dibuat hanya dengan seutas tali yang pada ujungnya dipasang cincin logam (Leahy dan Barrow 2013). Cincin logam dapat diganti dengan membuat sambungan mata pada ujung tali. Sebuah lekuk tali dilewatkan melalui cincin, sehingga terbentuk dua lingkar yang besar. Lingkar besar dipasang disekitar kepala dan lingkar kecil dipasang disekitar hidung. Ujung tali yang melewati cincin ditarik sehingga terjadi tekanan pada hidung dan hewan terkekang. Fungsi dan manfaat tali leher luncur wyoming adalah mempermudah pengendalian pada sapi, menali sapi yang belum dikeluh, untuk mengalihkan perhatian dari posisi menangkap, dan menghindar dari tendangan. Tali leher luncur wyoming digunakan untuk sapi, domba, dan kambing, namun untuk kambing dan domba ukuran diameter dari tali lebih kecil. Teknik ini digunakan saat praktikum, dengan alternatif cincin diganti dengan membuat sambungan mata.
Tali keluh merupakan tali yang menembus lubang hidung sapi dari kanan ke kiri. Sapi yang sudah dikeluh dikeluh (dipasang tali keluh) ini menjadi lebih terkendali terkendali dan lebih mudah dibawa kemana-mana. Setiap kali tali keluh ini ditarik sapi akan merasa kesakitan dan akan berhenti melawan. Keluh dipasang dengan cara menusukkan tang penusuk hidung atau pasak bambu runcing pada sekat antara lubang hidung kiri dan kanan yang telah diolesi antiseptic terlebih dahulu untuk menghindari infeksi. Setelah sekat hidung sapi berlubang, kemudian dipasang cincin atau tali. Proses keluh ini apabila dilakukan dengan tepat sasaran tidak akan menimbulkan luka karena yang tertusuk adalah selaput tulang rawan pada hidung sapi, apabila sedikit meleset pun sebenarnya tidak masalah namun akan terjadi pendarahan akibat luka di hidung sapi. Sapi akan merasa sakit sehingga menghentikan perlawanannya. (Nugroho 2008)
Pemasangan keluh pada sapi sebaiknya dilakukan ketika sapi masih berusia muda, sebelum hal ini terkait dengan tulang selaput tulang rawan yang masih lunak, proses recovery yang lebih cepat pada sapi muda, kekuatan sapi yang belum begitu besar, serta agar tidak mengganggu proses penggemukan ataupun produksi susu. Biasanya setelah pemasangan keluh akan mengakibatkan stress pada sapi sehingga sapi menjadi tidak nafsu makan. Apabila sapi tersebut mengalami stress nya pada usia produktif tentu berpengaruh pada hitungan bisnis. Oleh karena itu usahakan memasang tali keluh pada saat sapi belum masa
produksi untuk mengantisipasi stress yang berdampak pada produksi sapi. (Nugroho 2008) Pram kuping akan mengakibatkan kesakitan pada kuping, sehingga ternak akan teralihkan perhatiannya dari bagian lain pada tubuh. Cara ini merupakan pengekangan yang efektif karena kuping sangat peka, tetapi harus diterapkan dengan hati-hati. Pram ini menggunakan seutas tali dengan sebuah mata diujungnya untuk membuat sebuah lingkar di tanduk ternak. Tali kemudian dilewatkan di sekitar kuping dan ujungnya dilewatkan pada badan tali sehingga terbentuk sebuah ikatan mati. Ujung tali ditarik untuk mengadakan tekanan. (Leahy dan Barrow 2013)
SIMPULAN
Teknik handling dan restrain sangat diperlukan untuk menangani hewan dengan cara membatasi pergerakan pada hewan. Teknik handling dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bahaya pagi individu yang melakukan seperti dokter hewan, asisten, maupun hewan itu sendiri. Teknik handling yang dilakukan dalam praktikum ini menggunakan bantuan dengan tali temali. Tali tambang disesuaikan dengan ukuran hewan dan dipasang pada bagian yang akan dihandling.
DAFTAR PUSTAKA
Crow SE, Walshaw SO, Boyle JE. 2009. Manual Of Clinical Procedures in Dogs, Cats, Rabbits, and Rodents. Lowa: Wiley-Blackway. Ballard B and Rockett J. 2009. Restraint and Handling for Veterinary Technicians and Assistants. New York (US): Delmar. Leahy JR, Barrow P. 2013. 2013 . Cara-Cara Mengekang Hewan. Hewan. Bogor (ID): IPB Press
Nugroho P. 2008. Agribisnis 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 3. Jakarta (ID): Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
View more...
Comments