Laporan Praktikum Hidrologi Idell
December 17, 2017 | Author: Dinda Intan | Category: N/A
Short Description
laprak hidrotek...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI PENGUKURAN DEBIT ALIRAN SUNGAI
Disusun oleh: Kelompok
:3
Anggota Kelompok
: 1. Irfan Maulana
240110130059
2. Rikha Nurhasanah
240110130072
3. Ilham Makarim
240110130077
4. Delliana Islami
240110130079
5. Heri
240110130080
Hari, Tanggal Praktikum
: Sabtu, 22 November 2014
Jam
: 08.00-10.00 WIB
Asisten
: 1. Dwi Rahayu 2. Rizqi Putri Fathoni 3. Yohanes Christian 4. Rafli Amrullah 5. Rusu Fitriyanti 6. Rosullah Aprilian Ihsan
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014
BAB I LATAR BELAKANG
Dalam hidrologi, aliran sungai berasal dari hujan yang masuk ke dalam alur sungai berupa aliran permukaan, aliran air di bawah permukaan, aliran air bawah tanah dan butir-butir hujan yang langsung jatuh kedalam alur sungai. Debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah hujan selesai. Gambar tentang naik turunnya debit sungai menurut waktu disebut hidrograf. Bentuk hidrograf suatu sungai tegantung dari sifat hujan dan sifat-sifat daerah aliran sungai yang bersangkutan. Dalam hidrologi, aliran sungai berasal dari hujan yang masuk ke dalam alur sungai berupa aliran permukaan, aliran air di bawah permukaan, aliran air bawah tanah dan butir-butir hujan yang langsung jatuh kedalam alur sungai. Debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan turun kembali setelah hujan selesai. Gambar tentang naik turunnya debit sungai menurut waktu disebut hidrograf. Bentuk hidrograf suatu sungai tegantung dari sifat hujan dan sifat-sifat daerah aliran sungai yang bersangkutan. Pada dasarnya pengukuran debit aliran sungai dapat menggunakan beberapa metode pengukuran. Metode-metode pengukuran debit air yang lazim digunakan antara lain metode benda apung, metode pengukuran dengan alat ukur Cipoletti, metode pengukuran dengan alat ukur Thompson, metode pengukuran dengan alat ukur arus/Current Meter, dan lain - lain. Dalam praktikum kali ini, akan dibahas mengenai pengukuran debit dengan menggunakan 2 cara, yaitu pengukuran debit dengan menggunakan metode apung serta pengukuran debit menggunakan alat ukur arus (Current Meter).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrometri Hidrometri adalah ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Debit aliran (Q) diperoleh dengan mengalikan luas tampang aliran (A) dan kecepatan aliran (V). luas tampang aliran diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar sungai. Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan alat ukur kecepatan seperti current meter, pelampung atau peralatan lain. Bentuk tampang memanjang dan melintang sungai tidak teratur. Selain itu karena pengaruh kekentalan air dan kekerasan dinding, distribusi kecepatan pada vertikal dan lebar sungai adalah tidak seragam. Distribusi kecepatan pada vertikal mempunyai bentuk parabolis dengan kecepatan mol di dasar dan bertambah besar dengan jarak menuju permukaan. Dalam arah lebar sungai, kecepatan aliran di kedua tebing adalah nol, dan semakin ketengah kecepatan semakin bertambah besar. Mengingat bahwa sungai mempunyai bentuk tampang lintang yang tidak teratur dan kecepatan aliran juga tidak seragam pada seluruh tampang, maka pengukuran debit sungai dilakukan dengan membagi tampang sungai menjadi sejumlah pias. Di setiap ruas diukur luas tampang dan kecepatan reratanya. Debit aliran diberikan oleh bentuk berikut : Q=AV Keterangan: Q
= debit aliran (m3/s)
A
= luas penampang basah (m2)
V
= kecepatan aliran (m/s) Penampang basah dapat diukur dengan melakukan pengukuran lebar dan
kedalaman aliran. Pengukuran lebar dilakukan dengan menggunakan alat ukur lebar. Pengukuran lebar dilakukan dengan menggunakan alat ukur lebar. Pengukuran kedalaman dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur di setiap vertikal yang telah diukur jaraknya. Kecepatan aliran dapat ditentukan dengan cara mengukur langsung atau dengan cara menghitung. Kecepatan aliran dapat diukur dengan beberapa alat,
diantaranya dengan alat ukur arus dan pelampung. Kecepatan aliran juga dapat dihitung berdasarkan berbagai faktor, antara lain faktor kekasaran dengan tinggi muka air pada penampang kendali buatan.Pengukuran yang langsung dilakukan di stasiun hidrometri meliputi tinggi muka air, kecepatan aliran, luas penampang aliran dan pengambilan sampel air. sampel air dianalisis di laboratorium guna mengetahui kandungan atau konsentrasi sedimen melayang (suspended load). Hasil-hasil analisis atau pengolahan data hidrometri tersebut merupakan masukan utama untuk analisis hidrologi terkait dengan perancangan dan pengelolaan bangunan air, seperti analisis banjir, ketersediaan air, sedimentasi waduk, dan lain-lain.Pengukuran debit sungai dilakukan dengan pemasangan alat di suatu lokasi di sungai yang ditetapkan, yang memungkinkan pengamatan secara kontinyu dan teratur elevasi muka air dan debit serta data lainnya, seperti angkutan sedimen dan salinitas. Berikut langkah-langkah pengukuran debit : 1. Pemilihan lokasi stasiun pengukuran Langkah pertama adalah memilih lokasi stasiun pengukuran. Pemilihan lokasi tersebut dengan memperhatikan beberapa persyaratan berikut ini : a. Mudah dicapai oleh pengamat b. Bagian sungai yang lurus dengan penampang sungai yang teratur c. Di sebelah hilir pertemuan dengan anak sungai d. Di mulut sungai menuju ke laut atau danau e. Di lokasi bangunan air f. Tidak dipengaruhi oleh garis pembendungan g. Aliran berada dalam alur utama 2. Pengukuran kedalaman sungai a. Bak ukur Untuk sungai yang dangkal, bak ukur yang diberi skala dan pelat di bagian bawahnya dimasukkan ke dalam sungai sampai pelat dasar mencapai dasar sungai. Kedalaman air pada skala di bak ukur tersebut. b. Tali dengan pemberat Apabila sungai dalam atau kecepaan arus besar, kedalaman air diukur dengan menggunakan tali yang diberi pemberat. Pengukuran ini biasanya dilakukan secara bersamaan dengan pengukuran kecepatan
dengan menggunakan current meter. Pemakaian tali untuk mengukur kedalaman perlu diperhitungkan koreksi, karena pengaruh arus dapat menyebabkan posisi tali tidak vertikal. c. Echosounder Pada sungai yang lebar dan dalam, pengukuran tampang lintang dapat dilakukan dengan menggunakan Echosounder. Selain itu alat ini juga biasa untuk mengukur kedalaman laut cara kerjanya alat ini dipasang pada dasar kapal. Alat tersebut akan memancarkan getaran suara yang akan merambat ke dasar sungai dan kemudian dipantulkan kembali. 3. Pengukuran elevasi muka air secara kontinyu atau harian a. Papan duga Papan duga merupakan alat paling sederhana untuk mengukur elevasi muka air. Terbuat dari kayu atau pelat baja yang diberi ukuran skala dalam centimeter, dapat dipasang di tepi sungai atau suatu bangunan. Pengamatan ini biasanya dilakukan setiap hari. Alat ini memiliki kekurangan yaitu tidak tercatatnya muka air pada jam-jam tertentu yang mungkin mempunyai informasi penting, misalnya puncak banjir. b. Alat pengukur elevasi muka air maksimum Alat ini digunakan untuk mengukur elevasi muka air maksimum yang terjadi pada waktu banjir. Alat ini terbuat dari tabung yang berdiameter 50 milimeter dengan lubang yang terdapat di dekat dasar dan tertutup di bagian atasnya dengan satu atau dua lubang untuk keluarnya udara. Di dalam tabung terdapat gabus dan papan duga. c. Pencatat muka air otomatis (AWLR) Dengan alat ini elevasi muka air sungai dapat tercatat secara kontinyu sepanjang waktu. Alat ukur yang banyak digunakan di Indonesia ialah pelampung. Pelampung tersebut mengikuti gerak muka air, dan gerak tersebut di transfer ke roda gigi yang mereduksi fluktuasi muka air. 4. Pengukuran kecepatan aliran a. Pelampung Menggunakan pelampung yaitu dengan mengukur selang waktu yang diperlukan oleh pelampung untuk menempuh suatu jarak tertentu. Ada
tiga macam pelampung, pelampung permukaan, pelampung dengan kaleng, dan pelampung batang. b. Current meter Pengukuran kecepatan dengan alat ini banyak dilakukan. Ada dua tipe alat ukur yaitu tipe mangkok dan baling-baling. Karena ada partikel air yang melintasinya maka mangkok dan baling-baling akan berputar. Jumlah putaran persatuan waktu dapat dikonfersikan menjadi kecepatan arus. 5. Hitungan debit a. Metode tampang tengah Dalam metode ini dianggap bahwa kecepatan di setiap vertikal merupakan kecepatan rerata dari pias selebar setengah jarak antar pias sebelah kiri dan kanannya. Debit di suatu pias adalah perkalian antara kecepatan rerata vertikal dan lebar tersebut. Di kedua tebing kiri dan kanan sungai kecepatan dianggap nol. b. Metode tampang rerata Tampang lintang sungai dianggap tersusun dari sejumlah pias yang masing-masing dibatasi oleh dua vertikal yang berdampingan. Debit total adalah jumlah debit di seluruh pias. c. Metode integrasi kedalaman kecepatan Dalam metode ini dihitung debit tiap satuan lebar, yaitu perkalian antara kecepatan rerata dan kedalaman pada vertikal. Debit sungai diperoleh dengan menghitung luasan yang dibatasi oleh kurva tersebut dan garis muka air. 6. Membuat rating curve yaitu hubungan antara elevasi muka air dan debit 7. Dari rating curve yang telah dibuat pada langkah ke 6, dicari debit aliran berdasarkan pencatatan elevasi muka air 8. Presentasi dan publikasi data terukur dan terhitung
2.2 Pengukuran Tinggi Muka Air Pengukuran tinggi muka air dimaksudkan untuk mengetahui posisi muka air (atau kedalaman aliran) suatu sungai di lokasi stasiun hidrometri pada waktu
tertentu.
Pengertian
waktu
dalam
hal
ini
terkait
dengan
periode
pengukuran/pencatatan muka air. Pengukuran dapat dilakukan pada jam-jam tertentu atau secara terus menerus (kontinyu). Untuk hal pertama dapat digunakan papan duga berskala atau sering disebut sebagai alat pengukur manual. Sedangkan untuk pendataan kontinyu digunakan alat pengukur muka air otomatis (AWLR). Data muka air dapat diperoleh dengan cara membaca posisi muka air pada papan duga berskala pada saat pengukuran atau dengan membaca grafik fluktuasi muka air hasil perekaman oleh alat AWLR (Automatic Water Level Recorder)
2.3 Pengukuran Debit Aliran Besarnya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan tergantung pada luas penampang aliran dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan dengan cara mengukur luas penampang aliran dan mengukur kecepatan aliran tersebut. Cara ini merupakan prosedur umum dalam pengukuran debit sungai secara langsung. Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan lebar dasar alur sungai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan pada beberapa titik pada sepanjang penampang aliran. Selanjutnya debit aliran dihitung sebagai penjumlahan dari perkalian antara luasan pias penampang aliran dan kecepatan rerata yang terukur. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan alat ukur kecepatan arus. Pengukuran debit aliran dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.
2.3.1 Pengukuran Debit Secara Langsung Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu: 1. Alat Ukur Pintu Romijn Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan menggunakan rumus:
Q= 1,71 b h3/2 Keterangan: Q
= debit air
b
= lebar ambang
h
= tinggi permukaan air
2. Sekat Ukur Thompson Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut: Q= 0,0138 h5/2 Keterangan: Q
= debit air
b
= lebar ambang
h
= tinggi permukaan air
3. Alat Ukur Parshall Flume Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan. 4.Sekat Ukur Cipoletti Alat ukur ini berbentuk trapesium dengan perbandingan sisi 1:4 disebut sesuai dengan nama orang yang pertama kali menggunakannya, seorang insinyur Itali yang bernama Cipoletti, dapat digunakan untuk mengukur debit air yang relatif besar. Pengukuran debit air dengan menggunakan sekat ukur Cipoletti ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Q = 0,0186 b.h3/2 Keterangan: Q
= debit air (liter/detik)
b
= lebar ambang (sentimeter)
h
= tinggi muka air (sentimeter)
Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit
air,secara
langsung, dengan pintu ukur romijin, sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
2.3.2 Pengukuran Debit Secara Tidak Langsung 1. Metode Apung Pengukuran kecepatan aliran sungai dapat dilakukan dengan metode apung (floating method). Caranya adalah dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan. Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja sapanjang dapat terapung dalam aliran sungai.Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya pada bagian sungai yang relatif lurus dengan tidak banyak arus tidak beraturan. Jarak antara dua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang-sekurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik. Pengukuran dilakukan beberapa kali lsehingga dapat diperoleh kecepatan ratarata permukaan aliran sungai dengan persamaan berikut. V = Lt Keterangan: L = jarak antara dua titik pengamatan (m) t = waktu perjalanan benda apung (detik) Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat dilakukan apabila dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif rendah. Cara ini masih dapat digunakan untuk praktek dalam keadaan:
Untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran,
Karena kondisi sungai yang sangat sulit diukur, misal dalam keadaan banjir, sehingga dapat membahayakan petugas pengukur.
2. Metode Current Meter
Pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat (monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya. Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan larian air sungai. Kecepatan larian air akan ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu. Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian dengan lebar permukaan yang berbeda. Kecepatan aliran sungai pada setiap bagian diukur sesuai dengan kedalaman. Setelah kecepatan aliran sungai dan luasnya didapatkan, debit aliran sungai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan matematis berikut. Q=AV Dimana Q adalah debit ( m3/dt) V adalah kecepatan (m/dt) A adalah luasan sungai (m2) Dalam melakukan pengukuran debit sungai perlu diperhatikan angka kecepatan aliran rata-rata, lebar sungai, kedalaman, kemiringan, dan geseran tepian dasar sungai. Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan aliran terbesar pada bagian tengah dan terkecil pada bagian dasar sungai. Faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah jari-jari hidrolik r (hydraulic radius). R = A/Wp Keterangan : A = luasan penampang melintang (m2) Wp = keliling basahan (wetted perimeter)
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum adalah: 1. Current Meter, untuk mengukur kecepatan aliran air sungai 2. Meteran, untuk mengukur lebar sungai 3. Penggaris, untuk mengukur ketinggaian air pada sungai 4. Alat tulis, untuk mencatat data pengukuran 5. kalkulator, untuk perhitungan data pengukuran
3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah aliran air sungai, dimana tempat dilakukannya praktikum berlokasi di sungai Cikuda, Kabupaten Sumedang
3.2 Metode pelaksanaan Terdapat dua metode dalam melakukan praktikum pengukuran debit aliran sungai, yaitu metode Current meter dan metode apung (Floating Method). 1.
Metode Current Meter a. Sungai diukur lebarnya menggunakan meteran. Lebar sungai dicatat b. Suhu lingkungan diukur dan dicatat. c. Menentukan tiga buah titik lokasi pengukuran, lalu diukur kedalam sungai pada ketiga titik yang telah ditentukan. Kedalaman sungai pada setiap titik dicatat. d. Pada setiap titik diukur kecepetan aliran sungai per menit pada tiga posisi, yaitu atas, tengah, dan bawah menggunakan alat ukur current meter. Hasil pengukuran dicatat e. Data
pengukuran
yang
telah
diperoleh
selanjutnya
dihitung
1. Metode Apung (Floating Method) a. Lebar sungai diukur menggunakan meteran, hasil pengukuran dicatat b. Ditentukan titik acuan jarak tertentu untuk mengapungkan benda (botol air mineral kosong). Jarak dicatat. c. Pada salah satu titik acuan yang telah ditentukan, tiga buah botol plastik diapungkan. Untuk setiap botol dicatat waktu tempuh untuk mencapai titik acuan lainnya. Waktu tempuh setiap botol dicatat. d. Dilakukan perhitungan kecepatan tempuh setiap botol.
BAB IV HASIL
1. Metode Current Meter Lebar
: 5,3 Meter
Lebar dasar sungai
: 6,15 Meter
Suhu
: 24,4 oC
Tabel 1: Perhitungan Debit Kedalaman (m)
Kecepatan (m/s)
Kecepatan Rata-Rata (m/s)
Atas Tengah Bawah
0,53
0,1
0,1
0,1
0,1
0,93
0,1
0,2
0,2
0,166
0,33
0,1
0,1
0,1
0,1
Sumber : Hasil Praktikum
Perhitungan: trata-rata = 0,53 + 0,93 + 0,333= 0,596 m A = d1 + d22x t rata-rata = 5,3 + 6,152x 0,596 = 3,4121 m2 Vrata-rata = 0,1 + 0,166 + 0,13= 0,122 m/s Q = A x Vrata-rata = 3,4121 x 0,122 = 0,4162762 m3/s
2. Metode Apung Panjang pengukuran : 14,4 m
Tabel 2: Metode Apung Waktu (s) Kiri Tengah Kanan 27
46
56
Sumber : Hasil Praktikum
Perhitungan Kecepatan: V1 =st = 14,427 = 0,533 m/s V2 =st = 14,446 = 0,313 m/s V3 =st = 14,452 = 0,257 m/s Vrata-rata = 0,3676 m/s Q = A x Vrata-rata = 3,4121 x 0,3676 = 1,25428796 m3/s
BAB V PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang aliran permukaan dengan pengukuran debit sungai (Hidrometri). Dasarnya, debit sungai pada setiap daerah bisa saja berbeda-beda dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu; kedalaman, curah hujan, luas permukaan daerah sungai tersebut, tumpukan sendimentasi pada dasar sungai, dan intensitas hujan yang dialami oleh DAS tersebut. Oleh karena itu, debit sungai sebagai aliran permukaan yang terjadi pada suatu daerah sangat penting untuk diukur, terutama untuk kepentingan dalam bidang pertanian seperti rancangan untuk bangunan air seperti bendungan atau pintu air yang berguna sebagai irigasi buatan untuk lahan pertanian, periode lamanya pemberian air, juga besarnya air yang harus diberikan. Dalam pengukuran debit sungai yang bervariasi ini, debit sungai dapat dapat diukur dengan menggunakan menggunakan alat ukur arus (Current meter), metode apung, ada juga metode cipolleti jika diketahui penampang ukurnya berbentuk trapesium, dan bisa juga dengan menggunakan metode thompson jika diketahui penampang ukurnya berbentuk V dengan sudut 90o. namun pada praktikum kali ini hanya menggunakan alat ukur arus (Current meter) dan metode apung. Metode pertama yang dilakukan adalah mengukur dengan menggunakan alat ukur Current meter, alat ini menunjukan kecepatan aliran sungai. Alat ini berbentuk seperti tongkat dengan baling-baling / kincir yang berada dibawah dan ditenggelamkan ke dalam sungai dengan kedalaman tertentu agar baling-baling / kincir tersebut berputar karena terkena aliran air sungai, kemudian dicatat pada monitor yang tersambung langsung dengan tongkat, sehingga akan muncul kecepatan aliran yang diukur. Ukur terlebih dahulu lebar sungai dan kedalaman di tiga titik yang berbeda setelah didapatkan data hasil pengukuran tandai titik tersebut dengan kayu. Pengukuran ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu ditepi kanan sungai, ditengah sungai dan ditepi kanan sungai. Masingmasing titik tersebut dihitung pula pada kedalaman yang berbeda, yaitu; pada dasar sungai, pada tengah, dan pada atas aliran. Dari pengukuran tersebut bisa
didapat data seperti pada titik pertama yaitu; pada sebelah kiri sungai pada dasar sungai di dapat 0,1 m/s, pada bagian tengah 0,1 m/s, dan pada bagian atas 0,1 m/s. Data kecepatan yang didapat sama karena tingkat kedalaman sungai yang berbeda sedikit sehingga alirannya hampir sama dan alat yang digunakan pun kurang memadai karena tidak pada kondisi optimal sehingga kurang sensitif dalam mengukur kecepatan aliran. Berbeda dengan data pada bagian tengah sungai yaitu; pada bagian dasar 0,2 m/s, pada bagian tengah 0,2 m/s, dan pada bagian atas 0,1 m/s. Perbedaan disebabkan oleh beda tinggi atau kedalaman tempat Current meter diletakan. Semakin dalam maka semakin cepat alirannya karena semakin besar tekanannya dan biasanya pada kedalaman terdapat
arus bawah yang
mengakibatkan perbedaan kecepatan di dasar sungai dengan di bagian atas. Maka kita mendapatkan kecepatan aliran dan sebelumnya kita telah mengukur luas sungai dan daerah yang terkena air sehingga mengukur debit sungai sudah dapat dilakukan dengan metode ini. Metode kedua yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode apung. Metode ini digunakan pada DAS yang memiliki beberapa syarat agar data yang didapat lebih akurat, yaitu; daerah DASnya harus lurus tanpa ada belokan dan tidak adanya hambatan seperti batu atau sampah yang menghalangi jalannya alat atau benda yang kita alirkan. Metode ini menggunakan botol air mineral kosong yang dialirkan di atas aliran sungai yang lurus dan laminer (tenang tanpa adannya tubolensi) yang telah diukur panjang lintasanya berapa, pada praktikum kali ini panjang sungai yang digunakan yaitu 14,4 m. Kemudian dihitung lamanya waktu yang dibutuhkan oleh botol mineral tersebut untuk menempuh jarak 14,4 m tersebut yang diletakan pada 3 tempat yang berbeda. Setelah mendapat data seperti diatas, kemudian dihitung agar mendapatkan kecepatan dengan menggunakan rumus: V = S/t diman, V adalah kecepatan (m/s) S adalah jarak (m) t adalah waktu (s) Setelah didapatkan kecepatan dari perhitungan diatas maka dapat diperoleh debit. namun pada metode apung ini ada beberapa kelemahan yakni
sering tersangkutnya botol air mineral pada hambatan-hambatan, dan pada air yang memiliki turbolensi sehingga data yang didapat kurang akurat. botol pun hanya diletakan mengapung diatas saja tidak ada 3 titik kedalaman yang berbeda seperti pada pengukuran dengan menggunakan alat ukur current meter. Sehingga ada kemungkinan kecepatan aliran atas permukaan berbeda dengan kecepatan aliran dasar sungai. seharunnya minimal dengan 2 kodisi, yaitu; dengan botol air mineral kosong dan dengan botol yang setengah terisi air sehingga dapat dibandingkan kadua kecepatan tersebut, agar dapat diketahui lebih akuran kecepatan yang mendekati dengan kejadian yang sebenarnya. Dari kedua metode tersebut didapatkan hasil yang berdeda, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pada metode dengan menggunakan alat current meter terjadi kerusakan pada current meter sehingga data yang didapat kurang akurat dengan kenyataannya. Pada metode apung sering tersangkutnya botol air mineral yang dijadikan objek pengukuran, sering terjebak di turbolensi air sehingga tidak mengalir ke bagian tepi yang lainnya, dan tidak lurusnya arah botol air mineral saat melaju diatas aliran sungai. Kedua metode tersebut juga dilakukan di tempat yang berdeda sehingga tingkat kecepatannya pun berbeda karena pada tempat pengukuran dengan alat Current meter cenderung lebih berbatu sengingga kecepatan aliran lebih cepat sedangkan pada pengukuran metode apung aliran cenderung laminer sehingga kecepatan aliran lebih lambat.
BAB VI KESIMPULAN
kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Kecepatan aliran dapat diukur dengan menggunakan 2 cara atau metode, yaitu dengan menggunakan alat ukur (Current meter) dan metode apung. 2. Alat ukur Current meter dapat digunakan untuk mengukur kecepatan aliran sungai. 3. Mengukur dengan menggunakan alat Current meter lebih mudah karena hanya meletakan alat pada kedalaman tertentu kemudian didapatkan kecepatan aliran hasil yang didapatkanpun lebih mendekati akurat. 4. Mengukur dengan menggunakan Current meter menghasilkan data yang lebih akurat dibandingkan metode apung. 5. Mengukur dengan menggunakan metode apung lebih sederhana dalam pengoprasiannya. 6. Mengukur kecepatan aliran dilakukan untuk mengetahui debit dan kemungkinan limpasan yang terjadi. 7. Megukur kecepatan aliran dapat dilakukan dengan sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Hidrometri. Terdapat pada: http://belajarsipil.blogspot.com/2010/12/hidrometri.html (Diakses pada tanggal 25 November 2014 pukul 19.21) Esminarni, Diah. 2011. Pengukuran Debit Aliran Permukaan. Terdapat pada: https://envirogirls.wordpress.com/2011/05/19/pengukuran-debit-aliranpermukaan/ (Diakses pada tanggal 28 November 2014 pukul 20.05) Triyadi, Rikky. 2011. Mengukur Debit Aliran Sungai. Terdapat pada: http://triyadirikky06.blogspot.com/2011/04/mengukur-debit-aliransungai.html (Diakses pada tanggal 28 November 2014 pukul 20.17)
View more...
Comments