Laporan Praktikum GIS (Georeferncing, Digitasi Topologi dan Atributting)

February 27, 2018 | Author: Sarif Putra Kulaba | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Praktikum...

Description

LAPORAN 1 MK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

GEOREFERENCING, DIGITASI, TOPOLOGI DAN ATTRIBUTTING

SARIF ROBO A155140041

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul

: Georeferencing, Digitasi, Topologi Dan Attributting

Nama

: Sarif Robo

NRP

: A155140041

Ps

: Pengelolaan DAS

Mengetahui, Asisten Praktikum Geographic Information System

Uus Saeful Mukarom, S.Hut

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Catatan Seorang Kuli Panggul. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Geografis Untuk Tegakan Hutan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bogor, Oktober 2015 Penyusun

Sarif Robo

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN Georeferencing

i ii iii 1 1 1 2 2 2

Digitasi (Titik, Garis dan Poligon) Membangun Topologi Attributting BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

6 12 18 21 21 22 22

iii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu bentuk teknologi komputer yang secara luas telah digunakan untuk meningkatkan proses perencanaan wilayah dan kota adalah Geographic Information Systems (GIS). Banyak implementasi dari GIS berhasil menunjukkan peningkatan dan perbaikan yang signinfikan pada proses pengambilan keputusan karena GIS dapat menyediakan informasi kuantitatif dan kualitatif yang dibutuhkan pada proses perencanaan wilayah dan kota. Selain itu, GIS menawarkan kerangka yang solid untuk mendukung proses pengambilan keputusan jika digunakan sebagai komponen utama pada Sistem Informasi Perencanaan. Penggunaan GIS bersama-sama dengan teknik pemodelan komputer dapat memperluas cakupan dari proses analisa dan proses pengambilan keputusan pada perencanaan wilayah dan kota. Selain itu, kombinasi GIS dengan teknik simulasi-mikro (microsimulation) dapat digunakan untuk memodelkan dan mensimulasikan perubahan-perubahan karakteristik perkotaan seperti perubahan penggunaan lahan. Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. Secara umum pengertian GIS adalah; “Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, meng-integrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis.” Pada dasarnya GIS dapat dikerjakan secara manual, namun dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang terkait dengan teknologi sistem komputer, pada saat ini GIS akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer. GIS yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis yang tersedia merupakan data dalam jumlah dan ukuran besar, dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan. GIS mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada GIS merupakan data spasial. Ini adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi GIS dapat menjawab beberapa pertanyaan, seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan GIS dari sistem informasi lainnya Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah memahami pemakaian aplikasi GIS diantaranya meregistrasi peta atau disebut dengan georeferencing, digitasi dan atributing, tujuan lain adalah mahasiswa mampu untuk mengaplikasikan aplikasi GIS untuk kepentingannya masing.

1

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat hardware (komputer) yang mempunyai kapasitas kerja untuk mendukung sodftware ArcGIS bekerja secara optimal dan peta digital yang telah diberikan koordinatnya. Tempat dan Waktu Tempat praktikum ini di Laboratorium GIS dan Remote Sensing Faklutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, yang berlangsung pada tanggal 14, 21,dsn 28 September 2015. Pelaksanaan Praktikum Pelaksanaan praktikum ini adalah langkah – langkah yang dilakukan untuk menjalankan program ArcGIS yang dimulai dari proses georeferncing, Digitasi, Topologi dan Atributing yang akan dijelaskan pada bagian bab iii yaitu bab hasil dan pembahasan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Georeferencing Georeferencing merupakan proses dalam sistem informasi geografis untuk memberikan referensi koordinat pada data raster yang belum memiliki koordinat. Data raster ini pada umumnya berupa softcopy peta yang sudah di layout dalam format Jpeg, PDF dan Image. Hasil dari georeferencing ini merupakan data raster yang telah memiliki koordinat dalam sistem informasi geografis dengan format Jpeg, TIFF, Img, dan sebagainya. Adapun langkah yang dilakukan dalam georeferencing sebagai berikut: 1. Buka data jpg yang akan dikoreksi koordinatnya, untuk melakukan koreksi diperlukan beberapa “Extention” dan “Toolbar” yang perlu diaktifkan terlebih dahulu dengan menggunakan ikon add data seperti terlihat pada gambar berikut:

2

2. Setelah tool yang diperlukan untuk georeferencing diaktifkan, pengkoreksian koordinat siap dilakukan. 3. Konversi koordinat Degree Minute Second (DMS) ke Decimal Degree (DD) dilakukan pada titik-titik pertemuan garis khayal lintang dan bujur yang berada di pojok-pojok peta (empat titik), seperti yang terlihat pada gambar berikut:

3

4. Catat koordinat bujur dan lintangnya (DMS) dan kemudian dikonversi ke DD dengan contoh sebagai berikut: Misal: koordinat DMS X = BT 106022’30’’ maka pengkonverisan ke koordinat DD adalah 106 + (22/60) + (22/360) = 106,375 dan Y = LS = 6022’30” = 6 + (22/60) + (30/360) = 6,375  karena berada di lintang selatan maka nilainya menjadi -6 sehingga koordinat titik temu pertama adalah 106,375 ; -6375. Pengkonversian dilakukan pada masing-masing koordinat XY pada pojok peta (empat titik) 5. Perbesar atau zoom keempat titik tersebut sehingga titik pertemuan garisnya terlihat jelas 6. Aktifkan toolbar “georeferencing” dan lakukan georeferencing pada titik/garis pertemuan tersebut kemudian klik kiri-klik kanan pada mouse dan pilih “Input X and Y” dan masukkan koordinat DD yang telah dikonversi seperti pada langkah ke-2 di atas. Langkah ini dilakukan berulang pada setiap pojok peta. 7. Pada saat melakukan georeferencing ini, eror dapat dilihat melalui besarnya nilai RS eror yang disajikan pada toolbar “Link Table” seperti yang terlihat pada gambar berikut:

4

8. Kemudian, pilih “Save” untuk menyimpan koordinat titik ikat dan tabel RMS dalam format teks (.txt). Untuk nilai RMS, nilai maksium yang dapat ditoleransi sebesar 0,005. 9. Simpan peta hasil georeferencing melalui Georeferencing – Rectify – Pilih letak folder penyimpanan output peta pada pilihan “Output location” – “Format” pilih IMAGINE Image – “Name” untuk nama file, misal Peta Tanah Ciliwung1.img – Save.

10. Buka peta hasil georeferencing (peta tanah ciliwung1.img) dengan menambahkannya di layer, kemudian “Remove” layer peta yang belum dikoreksi (Peta tanah ciliwung1.img).

5

11. Untuk mengatur tampilan koordinat peta, pada peta yang telah dikoreksi (ciliwung1.img) klik kanan – Data Frame Properties – General – Map: Decimal Degrees – Display: Degree Minutes Seconds – Apply – OK.

Digitasi (Titik, Garis dan Poligon) Digitas merupakan proses dalam sistem informasi geografis untuk membuat data feature denagn dasar data raster. Digitasi terbagi dalam tiga feature yaitu: 1) titik/point, misal kota, kecamatan 2) garis/Polyline, misal jalan, sungai 3) Poligon, misal tanah. Digitasi titik 1. Pilih “Catalog” pada windows toolbar, pada folder tempat menyimpan file peta yang telah terkoreksi, klik kanan – New – File Geodatabase - New– Feature Class – Point Features. Name: beri nama file yang akan dilakukan digitasi,

6

misal kota_kec – dan alisanya juga diberi nama yang sama yaitu kota_kec. Feature – Select – Geographic Coordinate – World – WGS 1984 – Edit – Apply – OK.

7

2. Pada layer table of content kota_kec, klik pada simbol titik untuk mengatur bentuk, warna, dan ukuran titik yang akan ditampilkan.

3. 4. Setelah itu, proses digitasi siap dilakukan melalui tahap: Editor – Start editing – Pilih file yang akan diedit (kota_kec) – Continue. Pilih titik-titik yang dianggap sebagai kecamatan atau kota yang terdapat pada peta.

8

5. Setelah selesai melakukan proses editing, lakukan penyimpanan hasil editing dan stop editing: Editor – Save Editing – Stop Editing.

Digitasi Garis/Polyline 1. Perlu dibuat shapefile untuk polyline yaitu dengan cara: pilih “Catalog” pada windows toolbar, pada folder tempat menyimpan file peta yang telah terkoreksi, klik kanan pada file Geodatabase – New – Feature Class– Name: beri nama file yang akan dilakukan digitasi, misal jalan – Feature type: Polyline – Edit – Select – Geographic Coordinate – World – WGS 1984.prj – Add – Apply – OK.

9

2. Untuk melakukan digitasi polyline, perlu diperhatikan skala yang digunakan pada citra. Skala ini diperoleh dengan mengukur besarnya lebar satu pixel pada peta. Pengukuran lebar pixel dapat dilakukan dengan bantuan toolbar “Measure” (gambar penggaris) seperti terlihat pada gambar berikut:

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa lebar pixel tersebut sekitar 31,37813 m, namun untuk mempermudah perhitungan skala maka lebar tersebut dianggap adalah 30 m. Perhitungan skala dapat dilakukan dengan persamaan berikut: Faktor skala = lebar pixel (m) x 2 x 1000 Maka dari hasil pengukuran lebar diperoleh bahwa faktor skalanya adalah 80.000 sehingga peta tersebut memiliki skala 1:80.000. 3. Skala ini mempengaruhi lebar jalan yang akan didigitasi, oleh karena itu agar skala tidak berubah-ubah dalam proses digitasi maka skala peta perlu dikunci dengan melakukan tahapan: Ubah skala peta secara manual ke 1:80.000 – klik kanan pada peta – Data frame properties – Data Frame – Pilih Fixed Scale.

10

4. Setelah itu, digitasi jalan siap dilakukan melalui tahap: Editor – Start Editing – Pilih file jalan – Continue – Lakukan digitasi jalan – setelah selesai, Save Editing – Stop Editing.

Digitasi Poligon Digitasi poligon dilakukan dengan tiga pilihan cara, yaitu 1) Umum -khusus, digitasi dilakukakn dengan membuat poligon besar yang mencakup seluruh kawasan dalam peta, menggunakan pilihan “Cut Polygon” untuk memisahkan poligon-poligon yang ada di dalamnya 2) Khusus-umum, digitasi dilakukan dengan membuat poligon kecil yang ada di dalam sehingga untuk membuat poligon lain yang bersebelahan perlu ditambah poligon baru menggunakan “Autoshape polygon” dan 3) Poligon yang berada ditengah, untuk poligon yang sama sekali tidak bersinggungan dengan poligon lainnya atau poligon dalam poligon. Pada praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode Umumkhusus. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perlu dibuat shapefile poligon terlebih dahulu dengan tahapan: pilih “Catalog” pada windows toolbar, pada folder tempat menyimpan file peta yang telah terkoreksi, klik kanan pada File Geodatabase– New – Feature Class – Name: beri nama file yang akan dilakukan digitasi, misal Jenis Tanah– Feature type: Polygon – Edit – Select – Geographic Coordinate – World – WGS 1984.prj – Add – Apply – OK.

11

2. Digitasi kawasan siap dilakukan melalui tahap: Editor – Start Editing – Pilih file kawasan – Continue – Lakukan digitasi Jenis Tanah secara umum dengan membuat poligon besar yang berbentuk persegi/Rectangele mencakup seluruh kawasan di peta – lakukan “Cut Polygon” untuk memotong poligon-poligon yang ada di dalamnya, usahakan poligon terluar terlebih dahulu yang dipotong – untuk memilih poligon yang akan diaktifkan pilih toolbar “Select Feature” - setelah selesai digitasi, Save Editing – Stop Editing.

Membangun Topologi Agar hasil digitasi peta dapat dilakukan analisis lebih lanjut sehingga dapat dilakukan pemberian identitas (attributing) yang unik pada data yang telah dibangun, perlu dilakukan topologi. Topologi mampu menerangkan tentang hubungan antar feature yang telah kita bangun saat digitasi. Topologi mensyaratkan tidak adanya koordinat dari feature-feature yang yang telah kita

12

bangun, sehingga pada tahapan ini dapat dilakukan koreksi koordinat tersebut. Langkah membangun topologi adalah sebagai berikut: 1. Membangun file Geodatabase (Gdb) yang hanya dapat dibuka di software ArcGIS, yaitu dengan tahapan: ArcCatalog – pilih folder tempat menyimpan data feature – klik kanan – New –File Geodatabase – beri nama file “data”.

2. Pada file data.gdb – klik kanan – New – Feature dataset – beri nama sesuai feature yang akan dibuat, misal GIS_DIGIT (folder) – proyeksikan ke koordinat geografis – Next – Next – Finish.

13

3. Data feature hasil digitasi dipindah ke folder GIS_DIGIT(gdb) yang ada di dalam data.gdb dengan cara di-Export. Tahapan Export data ini dapat dilakukan dengan tahapan: Klik kanan pada file feature hasil digitasi (.shp) – Export – to Geodatabase (Single) – pada Feature Class to Feature class pada bagian “Output” double klik “data.gdb” dan add “Jenis_Tanah, beri nama “Tanah”.

14

4. Jika terjadi error, ulangi tahap Export data feature kemudian pada opsi Environments pilih “Output Coordinate” – “Same as Layer jenis_tanah (shp)” – OK.

5. Jika sudah berhasil, maka kegiatan membangun topologi dapat dilakukan dengan tahapan: pada ArcCatalog, pada file feature dataset “Tanah” – klik kanan – New – Topology – Next – Next – pilih file yang akan ditopology, misal Jenis_tanah – Next – Next – Add Rule: Must Not Overlap – OK – tambahkan rule yang kedua, Add Rule: Must Not Have Gaps – Show eror – OK – Next – Finish. Tambahkan Jenis_tanah topology pada layer.

15

(a)

(b)

16

(c) 6. Jika bertanda merah maka artinya salah dan perlu dikoreksi dengan tahapan: Editor – Start Editing – Error Inspector – Search Now. Jika Error Inspector belum muncul, dimunculkan pada Customize – Aktifkan Topology.

7. Untuk memperbaiki, zoom pada bagian yang salah – Fixed Topology Eror Tool – Klik object – Klik kanan – pilih cara pengkoreksian yang terbaik (Create Feature, Substract, Merge, Mark as exception, dll).

17

8. Untuk topologi jalan, langkahnya sama dengan langkah di atas, namun syarat untuk topologinya adalah “Must not intersect” dan “Must not overlap”. Jika jalan tidak tersambung atau berlebihan dapat dikoreksi. Attributting Attributting merupakan proses dalam sistem informasi geografis untuk memberikan identitas pada feature yang telah dibuat dan telah dibangun topologinya. Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut: 1. Lihat kelengkapan data atribut yang akan digunakan dan cocokkan dengan data yang ada di peta 2. Add semua file feature yang telah terkoreksi pada layer, misal kota_kecamatan (titik); jalan (polyline); dan jenis_tanah (poligon).

3. Masing-masing file feature memiliki data atribut yang dapat dilihat pada Attribut Table-nya. Klik kanan pada file feature yang ingin dilihat atributnya

18

pada layer, misal pada file feature titik (kota_kec) – Open Attribut table, muncul tabel seperti berikut:

4. Untuk identitas kecamatan, penomoran kecamatan berdasarkan nomor di peta diperoleh dari hasil digitasi dan langsung diberikan penamaan. Cara memberikan id ke masing-masing kecamatan dapat dilakukan secara manual dan secara kalkulasi. 5. Cara manual melalui tahapan: Editor – Start editing - pilih file feature yang akan diedit, misal: kota_kec – Select feature (titik) – pilih kecamatan yang akan diberikan id – klik toolbar “Attribut” – masukkan identitas kecamatan sesuai dengan identitasnya. Cara manual ini membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan ketelitian pengguna, oleh karena itu sebaiknya menggunakan cara kalkulasi. 6. Cara otomatis menggunakan “Join and Relates” yang ada di ArcGIS tetapi sebelumnya kita sudah harus persiapkan data joinnya dalam bentuk excel dengan id yang sama agar mudah terbaca oleh ArcGIS. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: Klik kanan pada file feature, jenis_tanah – Join and Relates – Join – Join Data- pada bagian opsi pertama pilih id yang akan di join yaiut Id_Tanah – pada Opsi kedua pilih file data excel yang akan dimpor kedalam ArcGIS dan akan di join dengan peta tersebut dan pada opsi ketiga dipilih “kode” sedangkan pada options join dipilih “keep only matching record”, seperti terlihat pada gambar berikut:

19

7. Add data excel tersebut pada layer di ArcGis, misal JenisTanah/sheet1$.xsl dan lakukan join dengan tabel pada file feature Jenis_tanahdengan tahapan: Klik kanan pada layer Jenis_tanah– Join and Relates – Join – Pada kolom no.1 (gambar berikut) isikan ID_tnh – Pada kolom no.2 diisikan file tabel excel yang akan di gabung - OK

9. Untuk mengetahui tabel yang telah digabung, buka kembali attribut tabel jenis_tanah dan kolom akan bertambah seperti yang terlihat pada gambar berikut:

20

10. Setelah proses attributing selesai, maka data perlu disimpan dalam format shapefile, dengan cara: Klik kanan pada layer Jenis_tanah_Join – Data – Export data – pilih lokasi penyimpanan hasil output – OK.

11. Attributing pada poin dan polyline memiliki tahapan yang sama, namun identitas poligon berupa nama (kode kawasan). Sebelum melakukan attributting, tahapan yang dilakukan adalah menambahkan kolom pada atribut tabel file feature poligon (kota_kec atau jalan) – klik kanan – Open attribut tabel – Table option – Add field – beri nama kolom “CDKWS” – pilih type “Long integer”.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan SIG sebagai metode dan teknologi mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan pemetaan yang semula sangat sulit untuk dilakukan secara manual. Informasi baru yang diperoleh dari hasil analisis SIG sangat akurat dan dapat dilihat pola keruangannya, sehingga memudahkan proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pembangunan dan dapat menjadi pedoman untuk pengambilan

21

keputusan. Jadi, dapat disimuplkan bahwa kemunculan SIG atau aplikasi yang berhubungan dengan SIG adalah jawaban atas keterbatasan dari hasil pembuatan peta yang di lakukan dengan tehnik pembuatan kartografi secara manual keterbatasan-keterbatasan pada pembuatan peta dengan teknik kartografi manual antara lain pembuatan, penyimpanan, pemanfaatan, dan pembaruan/modifikasi peta sesuai dengan perkembangan dan keperluan yang dikehendaki. Oleh sebab itu para ahli berusaha mancari cara agar data yang diperluakan untuk pemetaan mudah diperoleh sehingga peta menjadi mudah dimodofikasi sesuai dengan kebutuhan agar dapat mempercepat dan mengefisienkan pembuatan peta. Saran Penulis menyarankan Kepada praktikan-praktikan selanjutnya agar lebih giat lagi dalam mempelajari tentang SIG dan aplikasi-aplikasi yang berperan atau yang digunakan untuk praktikum SIG serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti laptop atau komputer,karena variabel inilah yang sangat berpengaruh dalam kegiatan praktikum dan juga berpengaruh pada penentuanpenentuan kemampuan praktikan dalam mengelolah data . DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2015. Metode Georefrence. Diakses pada tanggal 27 September 2015 (http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedi a.org/wiki/Georeference&ei=qorzTN2CKoqavgOqj6X4DQ&sa=X&oi=t ranslate&ct=) Anonim. 2015. Menyimpan dan Loading Control Points. Diakses pada tanggal 27 September 2015(http : //translate .google .co.id /translate? hl= id&sl= en&u=http://wintopo.om/help/html/georef.htm&ei=qorzTN2CKoqavgOq j6X4DQ&sa=X&oi=translate&ct=) Anonim. 2010. Georeferencing Gambar dan Data CAD. Diakses pada tanggal 29 November 2010(http: //translate. google. co.id/ translate? hl=id&sl=en&u= http:// www.gsd. harvard. edu/gis/manual/ georeferencing/index. htm&ei= qorzTN2CKoqavgOqj6X4D) Anonim. 2010. Georeferencing File CAD. Diakses pada tanggal 29 November 2010 (http://www.gsd.harvard.edu/gis/manual/georeferencing/index.htm)

22

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF