laporan praktikum fisiologi.docx

March 8, 2018 | Author: Nurul_Rohmad4134 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download laporan praktikum fisiologi.docx...

Description

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNyalah sehingga laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan Air dapat tersusun sebagaimana yang kita kehendaki. Maksud penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Fisiologi Hewan Air dan sebagai syarat untuk mengikuti ujian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Rahmaningsih, S.Pi.,M.P sebagai dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air dan atas diberikannya bimbingan dan arahan yang baik selama praktikum dilaksanakan. Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahankesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan praktikan terima dengan terbuka guna pembuatan laporan lengkap selanjutnya. Tuban , 22 Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1 1.1.LatarBelakang............................................................................................................. 1 1.2.TujuanPraktikum........................................................................................................ 1 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 2 2.1. Pertumbuhan ikan...................................................................................................... 2 2.2. Hematologi.................................................................................................................. 3 2.3. Syaraf ikan.................................................................................................................. 4 2.4. Respirasi ..................................................................................................................... 5 BAB III. METODOLOGI................................................................................................. 6 3.1. Waktu danTempat...................................................................................................... 6 3.2. Alat dan Bahan............................................................................................................ 6 3.3. Langkah Kerja............................................................................................................ 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 8 4.1. Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan Ikan............................................................. 8 4.2. Hasil dan Pembahasan Hematologi.......................................................................... 10 4.3. Hasil dan Pembahasan Syaraf Ikan.......................................................................... 10

4.4. Hasil dan Pembahasan Respirasi.............................................................................. 10 BAB V. PENUTUP............................................................................................................. 12 5.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 12 5.2. Saran............................................................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai

ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan

penangkapan, pemiaraan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya, ilmu perikanan harus terus dikaji dan dikembangkan terutama oleh dosen dan mahasiswa perikanan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan teknologi perikanan. Sebagaimana ilmi-ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi (Fujaya, 2004). Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan

sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas. Salinitas merupakan faktor yang mempengaruhi tinggkat fisilogi ikan terutapa terhadap ikan yang hanya bisa dam air yang salinitasnya tergolong rendah oleh karena itu kita juga harus memperhatikan dalam segala aspek terutama dalam salinitas ini juga dimana menurut Menurut Boyd (1982) salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium. Dan ada juga ikan yang mampu toleran terhadap salinitas rendah dan menengah (air payau) (Lesmana, 2004). Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan. Hal tersebut tergantung kepada anatomi, fisiologi dan kondisi lingkungannya. Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi darah (Fujaya, 2004). Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Untuk melakukan aktivitas, sel jaringan, maupun organ membutuhkan nutrisi dan oksigen. Bahan-bahan ini dapat disuplai hanya bila peredaran darah berjalan normal. Karananya, semua semua fungsi dari setiap organ dalam tubuh kadang-kadang dapat dilihat pada darah. Berdasarkan praktikum, penentuan hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang sebelumnya telah diberi zat EDTA (natrium ethylen diamin tetra acetic acid) yang berfungsi mencegah penggumpalan darah. Berhubungan dengan fungsinya serbagai alat transpor nutrisi dan oksigen, darah

merupakan parameter penting dalam pendugaan kesehatan ikan. Sistem peredaran darah ikan akan terganggu bila kondisi internal atau eksternal tubuhnya terganggu. Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan

sinyal

antar

berbagai

bagian

tubuhnya

(Force,

2010).

Respirasi (pernapasan) adalah poses pertukaan oksigen dan karbondioksida antara suatu organisme dengan lingkungannya. Peranan oksigen dalam kehidupan ikan merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat makanan ( karbohidrat, lemak, dan protein) sehingga dapat menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat kandungan oksigen dalam air kurang adalah ikan akan berenang ke tempat yang lebih baik kondisi oksigennya seperti : ke dekat inlet, air yang berarus dan ke daerah permukaan serta dengan jalan meningkatan fekuensi pemompaan air atau mempebesar volume air yang melewati insang (Affandi & Usman, 2002). Adapun komponen-komponen pada sistem pernapasan antara lain : alat pernapasan (insang), oksigen dan karbondioksida, dan darah (butir-buti darah merah, Hb). Prinsip pernapasan yaitu proses pertukaan gas terjadi secara difusi. Pada proses difusi terjadi suatu aliran molekul gas dari lingkungan/ruang yang konsentrasi gasnya tinggi ke lingkungan/ruang yang konsentrasi gasnya rendah (Affandi & Usman, 2002). 1.2. Maksud dan Tujuan Praktikum A. Maksud dari praktikum : 1. Untuk memahami dan dapat menjelaskan pengertian pertumbuhan ikan dan proses – proses fisiologis yang berkaitan dengannya serta mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan.

2. Untuk mengetahui teknik pewarnaan struktur darah secara umum pada ikan serta mengetahui mekanisme dan alat – alat yang berkenaan dengan predaran darah. 3. Untuk mengetahui otak ikan serta bagian – bagiannya juga pengaruh rangsang terhadap syaraf yang dikendalikan oleh otak. 4. Untuk mengetahui proses respirasi pada ikan. B. Tujuan dari praktikum : 1. Agar praktikan dapat melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap pertumbuhan ikan. 2. Untuk mengetahui pengaruh larutan yang hyper, hypo, serta isotonis terhadap struktur sel darah serta alat – alat yang berkenaan dengan predaran darah. 3. Untuk mengetahui kerja otak dalam mengadakan koordinasi terhadap organ tubuh ikan dan untuk mengetahui fungsi dari masing – masing bagian tersebut. 4. Untuk mengetahui sampai dimana batas toleransi dalam mengkonsumsi O2 yang digunakan untuk respirasi melalui ingsang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ikan A. Sistematika dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Adapun sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Suyanto (2005), adalah sebagai berikut: kingdom

: Animalia

filum

: Chordata

kelas

: Osteichthyes

ordo

: Percomorphi

sub-ordo

: Percoidea

famili

: Cichlidae

genus

: Oreochromis

spesies

: Oreochromis niloticus.

Ikan nila mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip punggung dan sirip duburnya.Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi mulut superior dan dapat disembulkan, sisik ktenoid dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri atas sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal.Posisi sirip ventral terhadap pektoralnya adalah abdominal.Ikan nila mempunyai linea lateralis yang lengkap dan terputus.Ada beberapa ciri yang dapat membedakan ikan nila jantan dan betina.Pada rahang terdapat bercak kehitaman.Sisik ikan nila adalah tipe scenoid.Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya.Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Tariga, 2012). Menurut Suyanto (2005), perbedaannya terdapat pada sisiknya. Sisik ikan nila jantan lebih besar daripada ikan nila betina, sisik bawah dagu dan perut ikan nila jantan berwarna gelap, dan alat kelamin jantan berupa tonjolan yang disebut papilla sedangkan kelamin betina berupa tonjolan dibelakang anus. B. Habitat Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal.Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam dinaikkan sdikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang berkadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Leugeu, 2009). C. Kebiasaan Makanan Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan.Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah

dibudidayakan. Ketika masih benih,pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet(Tariga, 2012). D. Kualitas Air Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38oC dengan suhu terbaik adalah 25-30oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto 2003). Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Beberapa ikan air tawar dapat menerima (toleran) terhadap kehadiran sejumlah kecil natrium dalam bentuk garam (O-Fish, 2003). Menurut Boyd (1990) dan Stickney (1979), tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum, di luar kisaran ini ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk proses osmoregulasi dari pada proses lain. Salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya. Sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.

Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0–35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1–2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2-3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005). 2.2. Hematologi Hematologi adalah cabang ilmu fisiologi yang mempelajari struktur, fungsi dan penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang membentuk bagianbagian darah

(Rifai, 2002). Haemoglobin merupakan senyawa organik yang

kompleks terdiri atas 4 pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino). Haemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin (Guyton, 1976). Haemoglobin bertanggungjawab terhadap transport oksigen dan karbondioksida dalam darah. Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit (Soetrisno, 1987). Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%) (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Nilai hematokrit atau “volume sel packed” adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah.

Mengukur

kadar

hematokrit

darah

hewan

uji

digunakan

tabung

mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit standar adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total (Frandson, 1992).

Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrostei adalah sekitar 3% dari bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999). Darah terdiri atas dua kelompok besar yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang mempunyai bentuk khusus dan fungsi berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat ion-ion inorganik dan aneka komponen organik untuk fungsi metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadangkadang terpisah, kadang-kadang juga bergabung (Fujaya, 2004). Seperti pada hewan bertulang belakang (vertebrata) berdarah dingin lainnya, salah satu ciri pembeda dari darah ikan adalah adanya inti sel pada sel darah merah (eritrosit) yang sudah matang. (Yasutake and Wales, 1983 dalam Affandi, 1999). Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mengangkut hemoglobin yang berperan membawa oksigen dan insang atau paru-paru ke jaringan (Fujaya (2004). Hemoglobin adalah metallorphyrin, merupakan kombinasi dari haem/hem yang merupakan porphyrin besi, dan globin.. Setiap molekul hemoglobin elasmobransi dan teleostei mengandung empat molekul hem, yakni dua rantai α dan dua rantai ß. Oleh karena itu, satu molekul hemoglobin mengandung empat molekul oksigen (Fujaya, 2004). Hemoglobin pada ikan bervariasi macamnya dan tingkat perkembangannya tergantung pada spesies ikannya. Laju pertukaran gas pada insang dan jaringan sangat ditentukan oleh laju pertukaran gas pada hemoglobin (Irianto, 2005). Proses pembentukan sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan platened) yang berlangsung dalam jaringan hemopoiletik disebut hemopoinesis. Proses dimulai sejak pranatal, pada kehidupan embrio yang masih muda, dan dilanjutkan pascanatal dengan pola berbeda (Dellmann and Brown, 1989 dalam Affandi, 1999). Semua sel

darah pada hewan dewasa berasal dari sumber yang sama, yaitu sel-sel batang primordial yang terdapat didalam sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis, sedangkan pembentukan leukosit disebut leukopoiesis (Frandson, 1986 dalam Affandi, 1999). Secara umum, sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang terdiri atas sebuah pompa pipa, katup, dan cairan. Meskipun jantung teleostey terdiri atas empat bagian ( atrium, ventrikel, bulbus dan sinus venosus), namun pada kenyataannya mirip dengan satu silinder pompa piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka darah dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri, dan tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterional. Akibat adanya perbedaan tekanan tersebut maka aliran darah dapat terjadi. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Bermula dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke seganap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. (Fujaya, 2004). Pada prinsipnya pengambilan darah digunakan oleh hampir semua tipe pengambilan darah pada ikan. Hal ini memungkinkan penggunaan tabung kecil atau penggunaan cannula untuk mengambil darah ikan yang berenang bebas dalam jangka waktu yang cukup panjang. Sebagian contoh teknik ini dapat digunakan untuk mengikuti perubahan dalam tingkatan hormon lebih dari beberapa minggu. Bahanbahan penyusun darah dapat dengan mudah dipisahkan melalui sentrifugasi darah. Sel-sel darah akan mengendap ke dasar dan berkumpul, hal ini disebabkan karena densitas sel darah. Dengan segera bagian atas eritrosit membentuk lapisan tipis yang disebut lapisan buffy yang dibentuk oleh sel darah putih (Anonim, 2007). 2.3. Syaraf Ikan

Sistem saraf pada kebanyakan hewan menjadi dua bagian utama. Sistem saraf pusat dari berbagai bentuk seperti misalnya planaria, cacing tanah, dan belalang terdiri atas kelompok-kelompok badan sel, yakni ganglia. Pada umumnya ganglia terdapat di bagian-bagian tubuh yang menerima banyak sekali informasi sensori (umpamanya kepala) atau yang memerlukan pengendalian otot yang tepat (umpamanya) di dekat bagian-bagian mulut. Ganglia ini dihubungkan sesamanya oleh satu atau lebih tali saraf yang terutama terdiri atas serabut-serabut (akson) inter neuron (Kimball,1983). Di satu sisi, perkembangan ini dapat meringankan tugas sel. Namun, disisi lain evolusi menimbulkan masalah baru yakni hewan harus mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh jenis sel yang berbeda. Tanpa adanya kemampuan mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh jenis sel yang berbeda. Tanpa adanya kemampuan mengendalikan dan mengoordinasikan berbagai macam aktivitas, hewan akan sulit bertahan hidu. Sistem organ yang diperlukan untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi ialah saraf dan sistem hormonal (Isnaeni, 2006). Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan

sinyal

antar

berbagai

bagian

tubuhnya

(Force,

2010).

2.4. Respirasi Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organism dengan lingkungannya dinamakan pernafasan (respirasi). Sistem organ yang berperan dalam hal ini adalah insang. Oksigen merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi

metabolisme. Bagi ikan, oksigen diperlukan oleh tubuhnya untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak dan gula (Triastuti et.al,. 2009). Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup disebut pernafasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas pernafasan bagi keperluan seluruh sel tubuhnya (Rida, 2008). Dalam vertebrata terdapat 2 fase respirasi yaitu eksternal dan internal. Respirasi eksternal digunakan untuk menunjukkan pertukaran gas antara darah dengan lingkungan, Respirasi internal sama dengan pertukaran gas antara darah dan jaringan atau sel di dalam tubuh. Respirasi eksternal biasanya terdapat pada kapiler insang tetapi beberapa struktur seperti kulit lainya (Weichert, 1959). Berdasarkan Rida (2008), ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen masuk ke dalam dan pengeluaran karbondioksida keluar tubuh melalui organ-organ pernafasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ-organ pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya di lakukan oleh sistem sirkulasi . Tahap kedua adalah pertukaran O 2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan disebut respirasi internal.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi hewan air tentang laju pertumbuhan, hematologi, syaraf ikan, dan respirasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dilakukan pada: Hari/Tanggal

:

Selasa, 6 Januari 2015

Waktu

:

Pukul 08.00 WIB sampai Selesai

Tempat

:

Laboratorium FAKANLUT Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Alat yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut: No. 1. 2.

Nama Alat Aquarium Aerator

3.

Toples

4 buah

4.

Refraktometer

1 buah

5.

Tissue

2 buah

6.

Timbangan digital

1 buah

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Jarum injeksi Mikroskop Objek Glass Cover Glass Pipet Sectio Set Baki untuk landasan Papan section Balon Stopwatch Kantong plastic

14. 15. 16. 17.

Spesifikasi 1 buah 1 buah

Fungsi Sebagai wadah ikan nila Alat untuk pernapasan tambahan ikan Sebagai wadah untuk pengamatan Untuk mengukur salinitas air dalam toples Untuk membersihkan toples dan peralatan lainnya Untuk menimbang ikan sample, pakan, dan garam NaCl

Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3.

Nama Bahan Garam NaCl

Spesifikasi Secukupnya

ikan nila Pakan

25 ekor Secukupnya

Fungsi Untuk bahan menaikkan salinitas air yang diinginkan Sebagai bahan praktikum Untuk bahan makanan ikan dalam praktikum

pertumbuhan ikan 4. 5.

Air Giemsa 3%

6. 7. 8. 9.

Alcohol 70 Aquades Larutan gula Metanol

Secukupnya Secukupnya

Untuk medium hidup ikan

3.3 Langkah Kerja 3.3.1. Pertumbuhan ikan a. Persiapkan toples yang sebelumnya telah dibersihkan terlebih dahulu. b. Isi masing- masing toples tersebut dengan air tawar sebanyak 3 liter dengan perlakuan salinitas tertentu lalu masukan jenis ikan sempel dengan jumlah masingmasing 5 ekor untuk ikan Nila yang terlebih dahulu telah ditimbang bobot awalnya dengan menggunakan timbangan digital. Perlakuan: Toples I

: Salinitas 0 promil

Toples II

: Salinitas 5 promil

Toples III

: Salinitas 10 promil

Catatan: a. 1 promil = 1 mg/1 NaCl murni b. Untuk mengencerkan/ menaikkan salinitas dihitung dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2 Dimana : V1 = Volume awal air media V2 = Volume akhir yang diinginkan N1 = Salinitas awal air media

N2 = Salinitas akhir yang diinginkan c. Ukur salinitas dengan Refraktometer sebanyak 2 kali pengukuran (Pagi dan Sore). Hitung salinitas rata – rata harian. d. Selama percobaan ikan diberi pakan pellet dengan dosis 5% dari berat biomas dengan frekuensi 2 kali sehari. e. Tiap selang 5 hari ikan ditimbang beratnya. Hitung Laju Pertumbuhan sesaat. f. Pada akhir percobaan, hitung pertumbuhan dan laju pertumbuhan ikan (mutlak dan Relatif). Waktu percobaan 10 hari. g. Buat grafik hubungan : * Salinitas (Sumbu X) dengan semua parameter pertumbuhan tersebut. * Laju pertumbuhan sesaat pada waktu (sumbuX) pada kondisi salinitas yang berbeda – beda. Analisis Data a. Rumus Menghitung Pertumbuhan Mutlak (Growth) : G = W2-W1. (Gram) Pertumbuhan Relatif (Relative Growth) RG = (W2-W1/ W1)x 100% b. Rumus Menghitung Laju Pertumbuhan Mutlak ( Growth Rate) : GR = (W2-W1/ W1)x (Gram) Laju pertumbuhan Relatif (Relative Growth Rate) RGR = (W2-W1/W1(t2-t1)) x 100% Keterangan: W1

= Berat awal individu (gram)

W2

= Berat akhir individu (gram)

(t2-t1) = Waktu pengam 3.3.2. Hematologi

A. Darah Ikan a. Pengambilan Sample Darah Ikan - Mensterilkan injeksi dengan alkohol 70% dan bagian tubuh ikan yang akan diinjeksi (injeksi diberi EDTA) - Pengambilan darah dilakukan dengan jalan penyuntikan tepat pada linea lateralis pada tubuh ikan - Jarum yang masuk akan menyentuh tulang vertebrae - Jarum sedikit diarahkan keatas dalam posisi masih menempel pada tubuh ikan - Perlahan – lahan spet innjeksi ditarik sehingga akan didapatkan darah - Sebelum digunakan darah yang ada dalam injeksi dikeluarkan sedikit, kemudian baru siap digunakan. b. pembuatan film darah tipis - Teteskan darah pada sisi kanan gelas - Ambil cover glass dan letakkan hampir menyentuh tetesan darah - tarik cover glass kebelakang hingga menyentuh tetesan darah pada gelaas benda sehingga timbul kapilaritas - Setelah timbul kapilaritas doronglah cover glass kearah berlawanan sehingga akan terjadi film darah yang baik - Melakukan fiksasi dan dapat dilakukan sebelum darah menjadi kering atau darah menjadi kering. c. Menyiapkan 3 obyek glass dan 3 cover glass 1. Sebagai sample 2. Sample dan larutan gula 3. Sample dan aquadest - nomor 2 dan 3 campursampai homogen dengan ujung jarum suntik dan dikeringkan - masing - masing sample ditambah dengan methanol sampai kering - masing – masing sample ditambah dengan gimsa dan keringkan lalu amati dibawah mikroskop

- pada pembesaran 1000 x sebelumnya cover glass diberi minyak emersi B. Jantung Ikan - Pembelahan mulai dilakukan dari anus kearah dorsal, kemudian kearah kepala. Disamping itu bembedahan dilakukan dari anus kearah kepala melalui bagian ventral dan pembelahan ini dilakukan pada sisi kiri. - Setelah jantung terlihat lalu gambar dan amati. 3.3.3. Syaraf Ikan A. Keseimbangan Tubuh Ikan - Potong sirip dorsalnya, amati dan catat yang terjadi - Potong sirip pectoralnya, amati dan catat yang terjadi - Potong sirip analnya, amati dan catat yang terjadi - Potong sirip caudalnya, amati dan catat yang terjadi - Potong semua siripnya, amati dan catat yang terjadi - Rusak semua linea lateralisnya, amati dan catat yang terjadi. B. Reaksi syaraf dari gurat sisi - Siapkan penutup kepala yang terbuat dari latex atau balon untuk menutupi gurat sisi yang terdapat pada kepala ikan. - Bila telah terpasang dengan rapi, kemudian amati apa yang terjadi dengan ikan tersebut dengan cara menyentuh atau mendorong – darongnya serta melihat gerakan – gerakan ikan tersebut. C. Mengamati bagian- bagian otak - Memotong ikan pada bagian kepala - Membuka craniumnya dengan Pisau - Amati bagian- bagian otak tersebut (pengamatan literatur) 3.3.4. Respirasi Ikan

1. Ikan dibiarkan dalam keadaan normal dalam air pada aquarium, kemudian dihitung jumlah respirasinya selama 3 menit sekali 2. Ikan dimasukkan dalam plastic yang berisi air 1 lt dan ditutup rapat, dan dihitung respirasinya selama 3 menit sekali (3 X) 3. Ikan diletakkan diatas papan dan diamati jumlah respirasinya selama 3 menit (3 X)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan Ikan 4.1.1. Hasil A. Pengukuran Salinitas Harian Pengukuran salinitas air dilakukan setiap hari yaitu pada awal pemeliharaan dan akhir pemeliharaan. Untuk menjaga salinitas air dilakukan dengan mengencerkan ataupun menaikkan salinitas dihitung menggunakan rumus V1 X N1 = V2 X N2 . Hasil pengukuran salinitas tersaji dalam tabel dibawah ini Tabel 1. Hasil pengukuran salinitas harian pemeliharaan

Har

Salinitas ( ppt )

V1 X N1 = V2 X N2

i

Aquarium 1

Aquarium 2

Aquarium 3

1

0

5

10

-

2

0

5

10

-

3

0

5

7

3 X 7 = 3 X 10 (aquarium 3)  Salinitas dinaikkan dengan menambah NaCl

4

0

3

10

9 mg 3 X 3 = 3 X 5 (aquarium 2)  Salinitas dinaikkan 6 mg

5

0

5

9

6

0

5

10

7

0

6

6

garam NaCl 3 X 9 = 3X 10 (aquarium 3)  Dengan menambah 6 mg garam NaCl 3 X 6 = 3 X 10 (aquarium 2 dan 3)  Dengan menambah

8

0

5

10

9

0

3

10

1,67 mg garam NaCl 3 X 3 = 3 X 5 (aquarium 2)  Salinitas dinaikkan 6 mg

10

0

5

9

garam NaCl 3 X 9 = 3X 10 (aquarium 3)  Dengan menambah 6 mg garam NaCl

1 0.9 0.8 0.7 0.6

V1 X N1 = V2 X N2

0.5 0.4

Salinitas ( ppt )

0.3 0.2 0.1 0 1

2

3

4

5

6

7

8 10

Diagram 1. Hasil pengukuran salinitas harian B. Hasil perhitungan pertumbuhan ikan dan laju pertumbuhan ikan Pengamatan

pertumbuhan

ikan

nila

diamati

setiap

minggu

dengan

melakukanpenimbangan berat biomas. Hasil pengamatan berat ikan nila tersaji dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Hasil perhitungan pertumbuhan ikan dan laju pertumbuhan ikan Aqua rium

W

W1

W2

G= W2-

RG=(W2-

GR= (W2- RGR=(W2-

W

W:W)x100

W:W)

W: W.(t2-

1

1.8

1.9

2.15

0.35

% 19.44

0.194 g/g

t))x100% 2.16

2 3

2.0 2.1

2.2 2.05

2.4 2.15

gram 0.4 gram 0.05

20 2.38

0.2 g/g 0.024 g/g

2.22 0.26

gram 25

20 W W1

15

W2 G= W2-W RG=(W2-W:W)x100%

10

GR= (W2-W:W) RGR=(W2-W: W.(t2t))x100%

5

0 1

2

3

Diagram 2. Hasil perhitungan pertumbuhan dan laju pertumbuhan C. Perhitungan Pakan Ikan Metode pemberian pakan ikan berdasarkan persentase berat biomassa. Pakan yang diberikan ke ikan adalah 5% dari berat biomassa ikan. Berat total ikan dalam 1 aquarium dihitung kemudian dikali 5 %. Setiap minggu dilakukan sampling perhitungan berat ikan untuk kemudian dihitung jumlah pakan yang dibutuhkan perhari. Penimbangan pakan dilakukan 1 kali dalam seminggu. Frekuensi pemberian pakannya 2 x sehari yaitu pagi dan sore. Hasil perhitungan pakan perminggu tersaji dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3. Perhitungan pakan dalam 5 hari sekali. Aquarium

1 2 3

5 hari (ke 1) W.Bio W.P

5 hari (ke 2) W.Bio W. P

(gr)

(gr)

(gr)

(gr)

1,8 2,0 2,1

0,09 0,1 0,105

1,9 2,2 2,05

0,095 0,11 0,1025

Keterangan : W.Bio ₌ berat biomassa ikan dalam 1 aquarium W.P

₌ berat pakan yang diberikan keikan

D. Survival Rate Persentase kelangsungan hidup ikan nila pada pengamatan yang dilaksanakan dihitung berdasarkan rumus seperti dibawah ini: SR ₌ Wt : Wo x 100% Keterangan: Wt : Jumlah ikan yang ditebar Wo : Jumlah ikan yang dipanen Hasil perhitungan SR tersaji dalam tabel dibawah ini : Tabel 18. SR ikan nila gift Aquarium 1 2 3

SR (%) 100 100 60

4.1.2. Pembahasan Pada pengamatan terhadap pertumbuhan ikan nila dengan perlakuan perbedaan salinitas dengan dosis pakan sesuai dengan rumus (5% X Berat Biomas) dihasilkan data berat dengan nilai yang cukup signifikan. Ikan nila dengan pertumbuhan yang

paling bagus didapati pada aquarium no 2 dengan salinitas 5 ppt dan berat awal 2,0 gr menjadi 2,4 gr, pertambahan berat dalam 10 hari 0,4 gr. Ikan yang memiliki pertumbuhan paling lambat pada aquarium no 3 dengan salinitas 10 ppt dan berat awal 2.1 gr mengalami penambahan berat 0,05 gr selama 10 hari. Sedangkan pada aquarium 1 dengan salinitas 0 ppt dengan berat awal ikan 1.8 mengalami pertumbuhan cukup baik dengan penambahan berat 0.35 g. Perbedaan pertumbuhan yang dialami ikan ini disebabkan karena adanya pengaruh perbedaan salinitas yang mempengaruhi pertumbuhan ikan itu sendiri. Ikan pada aquarium no 2 mengalami nafsu makan terhadap pakan tinggi ini dilihat ketika ikan diberi makan, pakan yang diberikan cenderung habis bila dibandingkan ikan pada aquarium no 3. Hal ini dikarenakan pada aquarium no 2 dengan salinitas 5 ppt sesuai dengan salinitas habitat sebelumnya, sedangkan pada aquarium no 3 pada salinitas 10 ppt ikan harus berhadaptasi terlebih dahulu, karena faktor ini ikan nila enggan mengkonsumsi ikan yang diberikan yang mengakibatkan pengaruh pada pertumbuhan ikan. Metode pemberian pakan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berdasarkan persentase biomassa. Persentase biomassa yang digunakan dalam praktikum adalah 5%. Ikan nila diberi pakan pagi dan sore. Pada hasil praktikum yang dilakukan, terlihat pakan yang diberikan pada aquarium 3 tidak termakan sebagian oleh ikan nila. Hal ini dikarenakan perbedaan salinitas dari masing – masing aquarium yang mengakibatkan nafsu makan ikan berkurang dan karena persentase pakan yang diberikan terlalu besar sehingga pakan yang tidak termakan oleh ikan hanya mengotori aqurium dan merusak kualitas airnya bahkan ada yang menimbulkan kematian pada ikan. 4.2. Hasil dan Pembahasan Hematologi 4.2.1. Hasil praktikum hematologi A. Darah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat ditemukan hasil sebagai berikut:

Gambar 1 : proses pengeringan darah pada cover glass 1. Darah Murni

Gambar 2 : Darah Murni 2. Darah Murni ditambah Larutan Gula

Gambar 3 : Darah Murni ditambah Larutan Gula 3. Darah Murni ditambah Aquades

Gambar 4 : Darah Murni ditambah Aquades B. Jantung Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat ditemukan hasil sebagai berikut:

Gambar 5 dan 6 : Jantung ikan nila 4.2 .1. Pembahasan praktikum hematologi A. Darah Pada praktikum ini dapat terlihat dan disimpulkan bahwa: 1. Darah Murni Darah murni yang hanya dilakukan penambahan tetesan gimsa pada cover glass terlihat dibawah mikroskop sel darah terlihat rapi, jelas, bahkan terdapat seperti gumpalan hitam dan masih dalam keadaan ukuran yang normal. Warna larutan darah berupa hitam putih dan tidak tembus cahaya. 2. Darah Murni ditambah Larutan Gula Sedangkan darah yang ditambahkan Larutan gula terlihat di bawah mikroskop rupa sel darahnya mengkerut ini terjadi akibat sifat dari larutan gula yang dapat menyerap air sehingga cairan sel di dalam sel tertarik keluar sehingga sel darah

menjadi mengkerut dan jarak antar sel menjadi rapat. Darah ikan warna larutannya merah pekat dan tidak tembus cahaya. 3. Darah Murni ditambah aquades Darah yang ditambah aquades terlihat di bawah mikroskop sel darahnya mengalami pembengkakan atau membesar karena aquades masuk kedalam sel dan jarak antar sel darah berjauhan atau pecah sel darahnya. Darah ikan yang ditambahkan 1 ml aquades warna larutan merah keruh dan tembus cahaya bahkan membuat rupa darahnya pecah. Bila sel-sel darah dimasukkan kedalam suatu cairan yang hypertonis atau hypotonis terhadap cairan interaseluler, maka terjadi proses osmasa dan difusi. Bila tekanan osmosa cairan diluar sel sama dengan didalam sel , maka sel darahtidak mengalami perubahan. Jika cairan didalam sel hypertonis terhadap cairandidalam selmaka sel-sel akan kehilangan cairan sehingga mengakibatkan sel mengalami pengkerutan (Windarti,et al, 2012) Membran sel darah merah sifatnya permiabel terhadap air, glukosa dan urea, tetapi impermiabel terhadap garam-garam. Airdapat mengalir melalui membran sel, oleh karena itu bila darah dimasukan kedalam larutan yang hipotonis maka sel darah merah akan pecah. Peristiwa pecahnya sel darah merah hingga isinya menyebar keseluruh larutan disebut Haemolisis. Namun apabila darah dimasukkan kedalam larutan yang isotonis maka sel darah tidak akan mengalami perubahan (Fujaya, 2004). Pada matrik cairan darah terdapat sel – sel darah. Sel yang menyangkut oksigen disebut eritrosit. Sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh disebut leukosit dan sel yang berperan dalam homeostatis disebut trombosit. (Hendra, 2008). B. Jantung

Dari hasil pengamatan kami selama praktikum kami mendapat hasil diantaranya:otot jantung masih tetap berkerja meski di luar tubuh si ikan itu, ini membuktikan bahwa otot jantung adalah otot lurik tetapi bekerja seperti otot polos,smith (1982) dalam fujaya (2004). Menurut Fujaya (2004) Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah dipompa dengan perbedaan tekanan. tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri, dan tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterionale, akibat adanya perbedaan tekanan maka aliran darah dapat terjadi. Ada dua jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung yaitu energi kinetik yang menyebabkan darah mengalir dan energi yang tersimpan dalam pembuluh darah dan menimbulkan tekanan darah. Secara umum system predaran darah padaikan mirip system hydraulic yang terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Namun dalam kenyataanya mirip dengan satu silinder atau pompa piston tunggal dengan sirkulasi tetutup, artinya darah meninggalkan jantug dan akan kembali kejantung. Jantung pada ikan dibangunkan oleh empat ruangan yang terletak di bagian posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di atas Ithmus. Empat ruangan itu meliputi: 1. Sinus Venosus Merupakan ruang tambahan yang berdinding tipis, hampir tidak mengandung jaringan otot. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian depan dari septum transversum, yang memisahkan rongga pericardial dari rongga pleuroperitoneal. 2. Atrium Ruang tunggal yang dindingnya relatif tipis, terletak anterior dari sinus venosus. 3. Ventrikel

Ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari atrium saja dan memompakan darah melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini dibentuk oleh dua lapisan otot yaitu lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan otot dalam disebut spongi. 4. Conus Arteriosus Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang denga baik, tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian ikan Teleostei conus arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus (perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan baik. 4.3. Hasil dan Pembahasan Syaraf Ikan 4.3.1. Hasil praktikum syaraf ikan Berdasarkan pada pengamatan maka di dapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5. Pemotongan Sirip dan ciri-ciri ikan Pemotongan Sirip Normal

Ciri-ciri Keseimbangan Normal dan stabil, Pergerakannya lincah dan semua siripnya berfungsi dengan baik dan masih bereaksi terhadap pengaruh dari luar

Dorsal

Pergerakan ikan tidak seimbang, tidak bisa berenang lurus dan kepalanya selalu menghadap ke bawah (menukik)

Pectoral

Keseimbangan sudah tidak stabil, kepala ikan selalu mengarah kebawah dan rapat ke sampai dasar, bergerak / berenang selalu menabrak dinding akuarium serta sulit untuk berbelok dan berenang.

Anal

Pergerakan tidak baik, bergerak miring, selalu mengarah keatas permukaan, kepala sering terangkat, kecepatannya untuk belok agak lambat karena sirip anal adalah salah satu yang dapat membantu ikan sewaktu membelok.

Caudal

pergerakannya lambat, ikan cenderung diam, berenang miring, tidak dapat membelok dan sesekali menabrak dinding akuarium.

Semua sirip

Pergerakan ikan tidak stabil, tidak bisa naik ke permukaan, lambat bergerak dan ikan terlihat agak lemas tidak bisa menyimbangkan tubuhnya

Linea lateralis

Ikan sulit mengontrol gerakan, selalu bergerak ke pinggir

dirusak

dan menabrak dinding akuarium, keseimbangan tubuh tidak teratur dan tubuh lebih miring kekiri.

Tabel 6. Bagian-bagian Otak Ikan Gambar Pengamatan

Keterangan

Gambar 7 dan 8 : Otak Ikan nila 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Lobus alfactorius Telencephalon Lobus opticus Metencephalon (cerebellum) Myelencephalon Procencephalon Mesencephalon Rhombencephalon

4.3.1. Pembahasan praktikum syaraf ikan A. Keseimbangan Tubuh Ikan Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada kesimbangan tubuh ikan, pada keadaan normal ikan bergerak dalam keadaan stabil sama seperti ikan yang biasanya karena siripnya masih lengkap dan pergerakan ikan masih sangat lincah serta masih dapat bereaksi terhadap pengaruh luar. Menurut Kimball ( 1994), bahwa Tiap-tiap sirip dari ikan memiliki fungsi masing-masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan dan menjaga teraturnya pergerakan ikan dalam air tersebut. Pada pemotongan sirip dorsal (sirip punggung), Pergerakan ikan tidak seimbang dan kepalanya selalu menghadap ke bawah (menukik). Hal ini sesuai yang dikemukkan oeh Fujaya (2008), hilangnya alat keseimbangan pada tubuh ikan mujair yaitu sirip dorsal, dimana sirip dorsal ini memiliki fungsi sebagai organ pelurus gerak pada ikan yang berenang di dalam air. Pada pengamatan pemotongan sirip pectoral, keseimbangan ikan sudah tidak stabil, kepala ikan selalu mengarah kebawah dan rapat ke sampai dasar, bergerak /

berenang selalu menabrak dinding akuarium serta sulit untuk berbelok dan berenang. Menurut Saanin (1984), pada pemotongan sirip pectoral pada ikan dimana terlihat perubahan pada ikan menjadi lebih banyak diam, badannya miring dan mengalami kesulitan dalam membelok, sirip pectoral (sirip dada) dapat berfungsi sebagai penyeimbang tubuh dan sebagai alat pembelok yang terletak disamping kanan dan kiri ikan. Sirip pectoral juga dapat berfungsi sebagai alat untuk berenang serta dapat berfungsi sebagai tangkai. Pada waktu sirip anal dipotong pergerakan ikan tidak baik, bergerak miring kesamping,

selalu

mengarah

keatas

permukaan,

kepala

sering

terangkat,

kecepatannya untuk belok agak lambat karena sirip anal adalah salah satu yang dapat membantu ikan sewaktu membelok. Menurut Afandi (1992) sirip anal adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan. Pada pemotongan sirip caudal pergerakannya lambat, ikan cenderung diam, berenang miring, tidak dapat membelok dan sesekali menabrak dinding akuarium. Hal ini sesuai yang dikemukkan oleh Soesono (1983), bahwa pada saat sirip caudal dipotong ikan cenderung diam karena sirip caudal yang berfungsi sebagai kemudi dan pendorong utama untuk melaju di dalam air dipotong. Pada pemotongan semua sirip pergerakan ikan tidak stabil, tidak bisa naik ke permukaan, lambat bergerak dan ikan terlihat agak lemas dan tidak bisa menyimbangkan tubuhnya. Menurut Affrianto (1996), bahwa jika ikan kehilangan salah satu organ tubuhnya maka akan menganggu pergerakan pada ikan tersebut yang tadinya normal menjadi tidak normal lagi atau keseimbangan tubuhnya jadi hilang. Pada hasil praktikum ikan yang linea lateralisnya dirusak menyebabkan ikan tersebut sulit mengontrol gerakannya, selalu bergerak ke pinggir, tubuhnya lebih miring ke kiri dan menabrak dinding akuarium. Linea lateralis sangat penting

keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya. (Djuhanda, 1981) 2. Reaksi syaraf Pada Gurat Sisi Dari hasil praktikum dapat ditemukan ketika kepala ikan ditutup sampai kegurat sisi ikan menjadi lemas, tidak dapat bergerak, posisi badan miring bahkan kaku hal ini dikarenakan system syaraf pusat tidak dapat berfungsi dengan baik.

3. Otak Dari hasil praktikum diketahui susunan bagian otak pada ikan terdiri dari lobus alfactorius,

telencephalon,

lobus

opticus,

cerebellum,

myelencephalon,

procencephalon, mesencephalon dan rhombencephalon. Menurut Fujaya (2008), pada saat ikan dewasa, otak mengalami proses penyempurnaan yaitu pada bagian procencephalon terbagi menjadi dua bagian; telencephalon dan dielencephalon. Bagian rhombencephalon terbagi pula menjadi dua bagian yaitu metencephalon dan myelencephalon, sedangkan bagian mecencephalon tidak mengalami perubahan. Pada bagian depan otak ikan terdapat telencephalon dan di belakang telencephalon terdapat diencephalon. Menurut Kimball (1992), telencephalon dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan dan lobus alfactorius sebagai penerima rangsangan bau dari hidung. Pada ikan yang mengutamakan pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang. Namun ikan mujair bukanlah ikan yang menggunakan hidungnya untuk mencari mangsa, maka bagian telencephalon pada ikan mujair tidak berkembang.

Pada hasil pengamatan diketahui mesencephalon terletak di tengah otak ikan. Mesencephalon pada otak ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat penglihatan, yang terdiri dari sepasang lobus opticus yang bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut afferent dari retina. Pada sel-sel yang terdapat di bagian atas lobus opticus disebut tectum opticum dan tegmentum di bagian bawah. Tectum opticum merupakan organ koordinator yang melayani rangsang penglihatan. Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada tectum opticum. Sedangkan tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris (Stickney, 1979). Pada bagian rhombencephalon terdapat myelencephalon dan cerebellum, Menurut Sugiarto (1986), Cerebellum di daerah metencephalon berfungsi dalam hal keseimbangan badan dalam air, daya orientasi dan tegangan urat daging. Myelencephalon adalah bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata sebagai komponen utamanya. Komponenen ini merupakan pusat untuk menyalurkan rangsangan keluar melalui saraf cranial. 4.4. Hasil dan Pembahasan Respirasi 4.4.1. Hasil praktikum respirasi ikan nila Dari hasil praktikum respirasi pada ikan nila ditemukan table sebagai berikut: Perlakuan

Waktu (menit)

Respon

Toples tidak ditutup (keadaan normal)

Menit pertama

Ikan berenang dengan agresif dan

Menit ke2

bukaan operculum sebanyak 145 kali. Ikan mengeluarkan feses dan bukaan

Menit ke3

operculum sebanyak 144 kali. Ikan berenang ke sekitar aerator dan

Menit pertama

bukaan operculum sebanyak 144 kali. Ikan berenang agresif, mengeluarkan

Toples ditutup (Tidak ada udara yang

lendir dan memuntahkan isi perut.

masuk)

Bukaan operculum sebanyak 145 kali. Menit ke2

Ikan menunju ke permukaan mencari oksigen, masih merespon kejutan, memuntahkan si perut dan warna ikan terlihat pucat. Bukaan operculum

Menit ke3

sebanyak 139 kali. Ikan mengeluarkan gelembung udara, ikan terlihat kejang dan lemas serta ikan menuju permukaan mencari oksigen. Bukaan operculum sebanyak

Ikan diletakkan diatas

Menit pertama

papan

135 kali. Ikan meloncat – loncat, ikan terlihat kejang dan lemas. Bukaan operculum sebanyak 128 kali.

Menit ke2

Ikan semakin lemas diam, bukaan operculum sebanyak 124 kali

Menit ke3

Ikan terlihat semakin lemas, mau pingsan dan mengeluarkan lendir. Bukaan operculum sebanyak 118 kali.

4.4.2. Pembahasan praktikum respirasi ikan nila Dari hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa organisme aquatik sangat bergantung apada adanya oksigen yang terlarut dalam air. Respon yang dapat dilihat dari perlakuan tersebut adalah adanya perbedaan jumlah bukaan tutup insang dan gerakan gerakan ikan yang cenderung diam atau tetap agresif seperti biasa, yang mana ikan yang berada ditoples yang tertutup cenderung bukaan operkulumnya lebih

banyak karena ikan beradaptasi untuk seabnyak dan sesering mungkin menyaring air untuk mendapatkan oksigen yang menipis. Sedangkan pada ikan yang diletakkan diatas papan cenderung operkulum bukaan menjadi lambat, ikan menjadi kejang dan lemas. Menurut Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase pengambilan O2 di udara berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam menghitung bukaan mulut dari ikan dalam setiap interval waktu satu menit Oksigen memegang peranan penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan air pemenuhan kebutuhan oksigen dipenuhi dengan oksigen yang terlarut dalam air, maupun langsung dari udara pada beberapa jenis hewan tertentu (misalnya nila). Ikan memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Jumlah oksigen yang ada dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, karena sesuai dengan kebutuhan ikan. Keadaan oksigen dalam toples tertutup berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial (P O 2) dari total O2 yang digerakkan dalam air. Respirasi dalam toples tertutup tidak tejadi difusi oksigen melalui kontak langsung dengan udara bebas dan adanya penggunaan oksigen secara terus menerus oleh ikan sehingga kadar oksigen dalam plastik akan menurun dan kadar

karbondioksida dalam plastik akan meningkat, hal ini yang menyebabkab ikan meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen. Respirasi pada tempat terbuka tanpa medium air ikan tidak bisa melakukan difusi oksigen melainkan langsung kontak dengan udara bebas, hal ini mengakibatkan ikan meningkatkan respirasinya untuk mengambil oksigen. Tetapi langkah ini tidak berlangsung lama karena ikan tidak berada dalam medium yaitu air yang mengakibatkan ikan mengeluarkan lender, menjadi lemas dan pingsan karena lansung kontak dengan udara bebas. Tujuan akhir dari pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat dari oksigen, karbondioksida, dan ion hydrogen di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion hidrogen mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam otak. Sedangkan, penurunan konsentrasi oksigen merangsang aktivitas pernapasan dengan bekerja pada kemoreseptor tersebut kemudian mengirimkam sinyal-sinyal ke otak untuk merangsang kegiatan pernapasan.

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan, simpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut: A. Pertumbuhan ikan 1. Hasil pengamatan pertumbuhan ikan nila, bobot ikan paling besar adalah 2,4 gr dari bobot awal 2,0 gr. Ikan dengan bobot paling kecil adalah ikan dengan berat awal 2,1gr menjadi 2,15 dengan pertambahan berat tubuh dalam 10 hari sebesar 0,05 gr. 2. Kisaran kualitas air pada pemeliharaan ikan nila adalah pada salinitas 0 – 5. 3. Persentase kelangsungan hidup ikan nila pada praktikum ini adalah 100 untuk salinitas 0 ppt dan 5 ppt sedangkan pada 10 ppt adalah 60.

B. Hematologi a. Darah 1. Darah murni yang hanya dilakukan penambahan tetesan gimsa pada cover glass terlihat dibawah mikroskop sel darah terlihat rapi, jelas, warna larutan darah berupa hitam putih dan tidak tembus cahaya. 2. Darah yang ditambahkan Larutan gula terlihat di bawah mikroskop rupa sel darahnya mengkerut, jarak antar sel menjadi rapat, warna larutannya merah pekat dan tidak tembus cahaya. 3. Darah yang ditambah aquades terlihat di bawah mikroskop sel darahnya mengalami pembengkakan atau membesar, jarak antar sel darah berjauhan atau pecah sel darahnya, warna larutan merah keruh dan tembus cahaya. b. Jantung 1. Otot jantung ikan masih dapat berdetak di luar tubuh ikan karena memilikitipe jantung meogenik.

2. Jantung pada ikan dibangunkan oleh empat ruangan yang terletak di bagian posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di atas Ithmus. Empat ruangan itu meliputi: Sinus Venosus, Atrium, Ventrikel, dan Conus Arteriosus. C. Syaraf Ikan . 1. Macam sirip pada ikan adalah sirip dorsal, sirip anal, sirip pectoral, sirip ventral, dan caudal yang masing – masing mempunyai fungsi dan apabila terjadi kerusakanataupun dirusak akan berdampak negative bagi ikan tersebut. 2. Reaksi syaraf Pada Gurat Sisi ketika ditutup dengan latex ataupun balon fungsi syaraf pada ikan seperti telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon tidak dapat berfungsi dengan baik. 3.Otak ikan ikan mujair (Oreochromis mossambicus dibagi menjadi 5 bagian yaitu : telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon.

D. Respirasi Ikan 1. Tingkat konsumsi oksigen pada ikan tergantung pada ukuran, jenis, aktivitas maupun kondisi fisiologis lingkungan akuatik. 2. Perlakuan dengan respirator tertutup menunjukkan penurunan konsumsi oksigen pada hewan uji. Semakin lama ikan berada dalam wadah respirator tertutup semakin sedikit tingkat konsumsi oksigennya. 5.2. Saran Saran saya dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam praktikum pertumbuhan ikan sebaiknya menggunakan wadah yang lebih besar dan untuk parameter yang lain harusnya dilakukan pengukuran agar lebih detail.

2. Sebaiknya saat akan dilaksanakannya praktikum, usahakan kondisi ikan tidak mati sehingga dapat mengambil darah ikan tersebut setelah di pingsankan.Praktikan juga harus berhati – hati dalam mencampurkan larutan serta jangan lupa untuk membasahi alat praktikum dengan EDTA agar darah ikan tidak beku. 3. Dalam praktikum fisiologi hewan air saraf ikan yang harus diperhatikan adalah respons yang diterima ketika ada rangsangan, khususnya pada organ lain seperti sirip. Karena ketika ada rangsangan, mereka juga akan memberikan respon. 4. Sebaiknya digunakan ikan yang lebih besar agar dapat teramati dengan jelas yang terjadi pada tubuh ikan selama pengamatan. 5. Praktikan sebaiknya menyediakan segala perlengkapan praktikum sebelum jadwal praktikum dimulai. 6. Lalu praktikan juga harus menguasai materi agar tidak terjadi kerancuan pada saat praktikum

DAFTAR PUSTAKA Affandi R. dan Usman MT. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahadjo, dan sulistiono. 1992 Andrianto, T.T., 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut, Yogyakarta. Asmawi, S., 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. PT Gramedia, Jakarta. Budiyanto, 2002. Pengaruh Penyuntikan Ekstraks Kelenjar Hipofisa. Program Studi Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor. http://maswira.blogspot.com. Buchar, 1999. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Puslitbang Oseanologi Lipi, Jakarta. www.o-fish.com. Brotowidjoyo, 1995. Pengantar Lingkungan Perairan. Penebar Swadaya, Jakarta. Boyd, C.E., 1987. Water Quality Management In Pond Fish Culture. Internasional Center For Aquaqulture Auburn University. Cahyono, B.2000. BudidayaIakn Air Tawar. Yoyakarta:Kanisius. Effendi, M.I., 1978. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Hendra, eka putra . 2008 . Sistem Peredaran Darah Pada Vertebrata. Jakarta: Gramedia Pustaka. Fujaya, 2008. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Fujaya,Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Bogor: Rineka Cipta. Jatilaksono, Marsandre. 2007. Kontraksi Otot Jantung Ikan. Khairul, 2008. Kimbal, 1992. Biologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Khairuman dan Amri K., 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Kimbal, 1992. Biologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Mudjiman, A. 2001.Makanan Ikan Dan Sistem Darah. Jakarta: PT. Penebar swadaya. Pulungan, C. P., Windarti,efrizal, deniefizon,.yuliati 2010. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.70 Halaman (tidak diterbitkan). Stickney, 1979. Kehidupan di Dalam Air. Tira Pustaka, Jakarta. Suyanto, R., 1994. Nila. Penebar Swadaya, Jakarta Tang. U.M. dan R Affandi. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. P2kp2 Unri.

Windarti, et al, 2011. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Universitas Riau

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF