Laporan Praktikum Fisiologi Ternak
May 21, 2019 | Author: Theodorus Ferdian Marasandhy | Category: N/A
Short Description
LAPORAN FISTER...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK ACARA IV SISITEMA DIGESTI
Disusun Oleh: Kelompok XXV Maya Kurnia Kusuma Bangkit Kristianto Yulia Marantika Alexander Kevin Muhammad Sutadi Jays Azka Mukhbitin Ike Tutwuri
PT/ 06438 PT/ 06450 PT/ 06457 PT/ 06557 PT/ 06591 PT/ 06471 PT/ 06581
Asisten Pendamping: Awin Pinasthika
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
ACARA IV SISTEM DIGESTI
Tinjauan Pustaka Pencernaan
atau
digesti
dapat
diartikan
sebagai
pengelolaan pakan sejak masuk mulut hingga pakan dapat diasorbsi oleh usus, Pengelolaan pakan dapat dilakukan dengan dua jalan yaitu secara mekanik dan khemik. Sistem pencernaan ternak ruminansia terdiri atas mulut, oesofagus, rumen, reticulum, omasum, abomasums, usus halus, coecum (dua buah), usus besar, rektum, dan anus. Cirri khas hewan ruminansia adalah lambungnya, yang terdiri dari empat kompartemen yaitu rumrn, retikulum, omasum, dan abomasums yang berfungsi untuk ruminasi (memamah biak) (Frandson, 1992). Pencernaan mencakup serangkaian proses yang terjadi pada saluran track digestivus. Makanan dipecah menjadi bagian yang lebih kecil sehingga mudah larut dan diabsorbsi. Pemecahan dilakukan secara mekanik dan kimia. Secara mekanik termasuk penggilingan, pemasukan, pemotongan, pengunyahan, dan proses-proses lain. Secara kimia dilakukan dengan bantuan enzim-enzim dari track digestivusb atau dari bantuan bakteri yang ada dalam track digestivus. Digesti merupakan urutan suatu proses phisik-khemik yaitu pemecahan (penggilingan) makanan yang masuk saluran pencernaan menjadi bagian-bagian atau partikel yang lebih kecil. Absorbsi adalah masuknya partikel-partikel tersebut melalui dinding saluran pencernaan yang kemudian masuk kealiran darah atau limfe (Frandson, 1992). Proses digesti pada unggas khususnya pada ayam mempunyai alat pencernaan yang khaas, misalnya pada gizzard yang didalamnya terdapat grid (krikil kecil atau pasir halus). Pasir halus tersebut yang membantu proses pencernaan secara mekanik. Tembelok (crop) berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan sebelum masuk kedalam proventikulus. Ada
beberapa bakteri yang aktif dan dapat menghasilkan asam organik yaitu asam asetat dan asam laktat (Kamal, 1994).
Organ pencernaan unggas khususnya ayam terdiri atas mulut (paruh), oesofagus, tembolok (crop), proventikulus, empedal (gizzard), doedunum, jejunum, ileum, sekum (usus buntu), rektum, dan kloaka. Kloaka terdiri dari tiga bagian yaitu kuprodenum (untuk saluran fases), urodenum (untuk saluran urin), dan protodenum (untik saluran telur). Adapun organ pencernaan tambahannya adalah hati, getah empedu, dan pangkreas, serta lien atau spleen (Yuwanta, 2004).
Materi dan Metode
Materi Materi praktikum digesti digunakan preparat saluran pencernaan dari unggas, ruminansia, dan non ruminansia. Preparat yang digunakan adalah ayam, kambing, dan kelinci. Metode Metode praktikum digesti adalah alat-alat atau organ pencernaan diamati dengan seksama perbedaan antara unggas, ruminansia, dan non ruminansia serta fungsi bagian-bagian organ pencernaan atau system digesti hewan ternak tersebut, lalu diurai dan diukur. Pengukuran dimulai dari mulut hingga kloaka (ayam), anus pada kambing dan kelinci. Pengukuran meliputi pengukuran panjang dan lebar saluran pencernaan.
Hasil dan Pembahasan
A. Sistem Digesti Ruminansia Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, oesophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasum small intestinum (doedenum, jejunum, ileum), large intestinum, rektum, dan anus (Kamal, 1994). Pencernaan di dalam mulut terutama dilakukan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi, bertujuan untuk memecah pakan
agar
menjadi
mencampurnya
dengan
bagian-bagian saliva
agar
yang mudah
lebih
kecil
ditelan.
dan
Saliva
disekresikan oleh kelenjar saliva, mengandung 99,5% air. Saliva berperan sebagai pelumas dalam pengunyahan dan mastikasi (Murray et, al., 1993). Tiga pasang kelenjar saliva yaitu: kelenjar submaxilaris atau kelenjar submandibularis yang terletak pada setiap sisi rahang bawah, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah lidah, dan kelenjar parotis yang terletak di depan masingmasing telinga (Kamal, 1994). Mulut berperan sebagai alat prehensil. Alat prehensil adalah alat yang dapat membantu memasukan pakan kedalam cavum oris. Mulut digunakan untuk memotong yaitu dengan gigi, menggiling pakan dengan bantuan mikrobia dan enzim-enzim yang mencampurnya dengan saliva. Prehensil pada kambing berupa gigi gigi, bibir, lidah, kaki depan, dan penjuluran kepala (Frandson, 1992). Makanan setelah menjadi pencernaan mekanik dimulut akan menjadi menuju rumen melalui oesophagus (Rianto dan Purbowati, 2009). Oesophagus adalah suatu kelanjutan langsung dari faring, merupakan saluran muskular yang merentang dari faring menuju kekardia dan perut. Persis pada posisi kaudal pada diafragma. Dinding muskular dari oesophagus terdiri dari dua lapis yang salang melintas miring kemudian spiral dan akhirnya membentuk suatu
lapisan sirkuler dalam (Frandson, 1992). Lambung ruminansia terdiri dari empat kompartemen antara lain rumen, reticulum, imasum,
abomasum.
Gerakan
peristaltik
terdapat
dalam
oesophagus, gerakan peristaltik adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan semacam
gelombang
sehingga
menimbulkan
efek
menyedot/menelan makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan (Frandson, 1992). Rumen berupa suatu kantong muskular yang terentang dari diafragma menuju ke perut dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Rumen dibagi lagi menjadi kantong-kantong oleh plar-pilar muskular yang dapat dikenali bila dipandang dari luar rumen (Frandson. 1992) isi rumen tersusun dari air sebanyak 85-93 % dan sering terbagi kedalam dua bagian yaitu bagian bawah yang keadaanya cair denagn partikel-partikel pakan yang larut dan bagian atas yang mengandung bahan pakan yang masih kasar. Isi rumen selalu mengalami pencampuran dengan adanya gerakan atau kontraksi yang teratur dari dinding rumen dan juga dengan adanya ruminasi. Ruminasi dipacu dengan adanya bahan pakan yang masih kasar di dalam rumen, ini terbukti bila pakan tidak mengandung pakan yang kasar maka ruminasi menurun (Kamal. 1994). Panjang rumen kurang lebih 23 cm dan lebarnya kurang lebih 10 cm (Blakely and Bade, 1998). Lambung kambing berupa rumen
terdapat
banyak
mikrobia
yang
berfungsi
untuk
memfermentasi zat gula, karbohidrat, lemak dan lain -lain dari pakan menjadi VFA (Volatile Fatty Acid), VFA terdiri atas Asetat, Propionat, Butirat, dan gas karbondioksida (CO2), H2 dan metan. Nlai pH rumen antara 5,5 sampai dengan 6,5 untuk menjaga kehidupan mikrobia didalam rumen tersebut (Kustono dkk ., 2008). Rumen juga menghasilkan gas metan, yang mempengaruhi pemanasan global (Alluwong et al ., 2011). Produksi gas metan,
karbondioksida, dan H2 merupakan hasil proses fermentasi yang terjadi di dalam rumen yang dapat menunjukkan aktivitas mikrobia di dalam rumen serta menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna. Selain itu produksi gas yang dihasilkan dari pakan yang difermentasi dapat mencerminkan kualitas pakan tersebut (Ella et al ., 1997). Makanan dibentuk menjadi bolus didalam reticulum. Bolus tersebut didorong kembali kemulut (regurgitasi), kemudian dikunyah lagi (remastikasi), dicampur saliva (reinsalivasi), lalu ditelan lagi (redeglutasi). Rumen dan retikulum sering disebut sebagai kantong fermentasi (Swenson, 1997). Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen. Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial, seperti yang tercermin dalam namanya, kompartimen ini bagian
dalamnya
diselaputi
oleh
membrana
mukose
yang
mengandung ‘intersektin ridge’ yang membagi permukaan retikulum menyerupai sarang lebah. Permukaannya adalah epitel squamous yang berstrata (Frandson. 1992). Pada keadaan normal pH isi rumen dipertahankan antara 5,5 sampai 6,5. Tujuannya adalah mempertahankan mikroorganisme yang tidak tahan terhadap pH yang kurang dari 5,5 (Kamal. 1994). Panjang retikulum kurang lebih 22 cm dan lebarnya berkisar antara 3 sampai 7 cm (Bakely and Bade, 1998). Omasum terletak disebelah kanan rumen dan retikulum, terdapat lipatan seperti kitab. Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dalam keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia kecil itu. Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papih yang meruncing yang tersusun sedemikian
rupa sehingga makanan digerakkan dari orisisum retikulo-omoral, diantara lamina mengandung tiga lapis otot, termasuk suatu lapis ventral yang berhubungan dengan dinding otot dari omasum, serta suatu lapis mukosa muskularis yang terletak pada tiap sisi dari dari otot sentral. Panjang omasum kurang lebih 9 cm (Frandson. 1992). Fungsi
omasum
mereduksi
partikel
pakan
sebelum
masuk
abomasums dan tempat absorbsi air (Akoso, 2002). Pendapat tersebut diperkuat oleh Blakely dan Bade (1998) yang menyatakan bahwa omasum menerima campuran makan dan air, dan sebagian besar air itu diserap oleh luasnya penyerapan yang terdiri dari banyak lapis, fungsi dari lipatan pada omasum yaitu sebagai perluasan dalam penyerapan zat-zat pakan, sehingga penyerapan optimal. Abomasum sering disebut sebagai perut sejati karena miripdengan lambung non ruminansia, seperti mengandung HCl, enzim renin, dan enzim pepsin. Pencernaan di abomasum dibantu oleh ketiga zat tersebut. Asam klorida (HCl) berfungsi untuk mengaktifkan enzim pepsinogen yang kemudian diubah menjadi enzim pepsin, juga sebagai desinfektan (zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada pH yang sangat rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein. Enzim renin menggumpalkan kasein, dan enzim pepsin mengubah protein menjadi pepton (Riyanto dan Purbowati, 2004). Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan rumen (Frandson. 1992). Abomasum berfungsi sebagai lambung tunggal mirip seperti pada non-ruminansia menghasilkan getah lambung yang berisi pepsin (Kamal. 1994). Usus besar terdiri atas sekum yang merupakan sebuah kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun (Frandson. 1992). Kelenjar pada usus besar terutama hanya berupa kelenjar mukus dan tidak memproduksi garam. Pencernaan disini dilakukan oeh
enzim yang terbawa bersama-sama dengan pakan dari bagian pencernaan sebelumnya atau oleh enzim yang berasal dari aktifias mikroorganisme
yang
terdapat
didalam
usus
besar.
Mikroorganisme tersebut terutama dari tipe proteolisik yaitu laktobasilus, streptokokus, kaliform, bakterioda, klostrida, dan ragi (Kamal, 1994). Rectum merupakan bagian dari usus besar yang siap mengembang dan menampung feses. Anus merupakan tempat keluarnya feses yang terdiri dari air, sisa-sisa pakan yang tidak tercerna, getah dari saluran pencernaan, sel-sel epitel usus, bakteri, garam organik, indol, skesol,
dan hasil-hasil dekomposisi
lain dari bakteri (Kamal, 1994). Pada bayi ruminansia, sistem digestinya mirip dengan sistem digesti monogastrik. Pada fase prerumiansia ini, pakan cair akan masuk melalui esophageal groove, satu lekukan sehingga makanan langsung masuk ke dalam abomasum tanpa melalui lambung depan (rumen, retikulum, omasum). Abomasum ini secara fisik dan biokimiawi mampu mencerna bahan pakan utama pedet yaitu susu. Pada masa preruminansia ini,abomasum mensekresi renin. Renin mempunyai kemampuan menjendalkan susu dan memisahkkannya menjadi kasein dan whey.Whey masuk ke dalam duodenum dalam 5 menit setelah minum susu, sementara kasein akan tetap berada di
dalam
abomasum.
Renin
adalah
enzim
proteolitik
dan
bertanggung jawab terhadap pemecahan jendalan susu tersebut pada pedet yang berumur sangat muda sebelum enzim tersebut digantikan oleh pepsin. Jendalan kasein mengalami degradasi secara bertahap oleh renin dan atau pepsin serta asam klorida dan secara partial perncernaan protein ini akan berlangsung selama 24 jam. Setelah masuk ke dalam intestinum maka enzim yang lain akan berperan untuk mencerna bahan pakan tersebut.
B. Sistem Digesti Unggas Sistem digesti pada unggas terdiri dari mulut, oesophagus, crop, proventrikulus, gizzard, usus halus, coecum, usus besar koaka beserta organ-organ tambahan. Mulut unggas tidak memilii bibir, pipi, dan gigi tetapi memiliki paruh sebagai gantinya sehingga pakan yang telah berada didalam mulut langsung ditelan masuk kedalam tembolok yang merupakan pembesaran oesophagus (Kamal, 1994). Prehensil pada ayam berupa paruh, lidah yang kaku berperan dalam penelanan pakan, dan tidal yang terdiri dari rahang atas dan rahang bawah. Oesofagus
merupakan
saluran
lunak
yang
mudah
mengalami pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesofagus memanjang pharynx hingga ke proventikulus melewati tembelok. Oesofagus mengandung mukosa yang berfungsi sebagai pelumas untuk pakan (Yuwanta, 2004). Oesofagus pada unggas tidak terjadi gerakan peristaltik, karena tubuh ayam bagian tembelok terdapat kerikil yang ditelan bersama makanan. Keberadaan kerikil dalam tembelok itu akan membantu menghancurkan makanan. Pada unggas khususnya ayam, saat makan tembeloknya juga ikut bergerak (pada manusia disebut gerakan peristaltik), ketika selesai mencerna, kerikil tersebut ikut hancur bersama kotoran. Tembelok adalah modifikasi dari oesofagus. Fungsi dari oesophagus adalah menyimpan pakan untuk sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak. Tembelok terdapat saraf yang berhubungan pusat kenyang-lapar di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan didalam tembelok akan mempengaruhi ayam untuk makan atau berhenti makan (Yuwanta, 2004). Lambung unggas terdiri dari dua yaitu proventrikulus dan gizzard. Makanan dicampur dengan HCl dan enzim pepsin, Asam klorida (HCl) berfungsi untuk mengaktifkan enzim pepsinogen yang kemudian diubah menjadi enzim pepsin, juga sebagai desinfektan
(zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada pH yang sangat rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein. Enzim pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton kemudian akan diabsorbsi didalam proventikulus , menyebabkan terjadinya pencernaan kimiawi lalu makanan digiling di gizzard dengan bantuan kerikil yang sengaja ditelan oleh ayam. Pencernaan di proventikulus dilakukan oleh enzim pepsin yang diaktifkan oleh HCl. Pencernaan di gizzard dengan bantuan kerikil mampu meningkatkan kecernaan biji-bijian 10% (Yasini, 2010). Panjang gizzard kurang lebih 5 cm (Tilman et all ., 1991). Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila ayam dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut. Pada gizzard ayam yang diumbar akan terlihat berbeda dengan ayam yang dikandang, gizzard ayam yang diumbar akan lebih besar karena pakan beraneka macam yang ada di alam, sedangkan gizzard pada ayam kandang akan terlihat lebih kecil karena pakannya sudah digiling. Gizzard mempunyai otot-otot yang kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan mempunyai
mucosa yang
tebal.
Perototan
empedal
dapat
melakukan gerakan meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit. Sebagian besar pencernaan dan absorbs nutrisi terjadi didalam usus halus. Proses pencernaan dibantu oleh kelenjar intestinal yang menghasilkan mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus. Ada beberapa enzim yang terdapat didalam usus halus, antara lain enzim sukrosa yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, maltosa memecah maltosa menjadi glukosa, eripsin memecah bentuk intermediet protein menjadi asam amino dan enzim lipasenyang memecah lemak menjadi asam-asam lemak dan
gliserol. Terdapat juga garam empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak (Alluwong and Allam, 2011). Usus
halus
merupakan
tempat
terjadinya
sebagian
pencernaan, yaitu gerak peristaltic yang mendorong makanan dalam suatu pencernaan menuju ke coecum dan rectum. Pada usus halus hewan non-ruminansia pencernaannya sama dengan pada hewan ruminansia (Tilman et all ., 1991). Coecum merupakan bagian seperti usus buntu pada manusia. Unggas memiliki dua buah sekum (sepasang dengan ukuran yang relatif besar yang terletak antara usus kecil dan usus besar (Kamal, 1994). Usus besar. Usus besar unggas sangatlah pendek jika dibandingkan dengan usus besar hewan ruminansia lain, terutama babi, rodentia. Bila kenyataan ini dihubungkan dengan jalannya makanan di kolon dan sekum. Diketahui bahwa ada aktifitas jasad renik dalam usus besar tetapi sangat rendah dibandingkan dengan hewan non-ruminansia lain (Tilman et all ., 1991). Kloaka
sebagai
tempat
keluarnya
kotoran,
kloaka
merupakan muara dari tiga saluran yang menjadi satu yaitu urodeum, kuprodeum, dan proctodeum. Urodeum adalah bagian ureter paling akhir di kloaka tempat keluarnya urine yang akan bercampur
dengan
feses
sehingga
dinamakan
ekskreta.
Kuprodeum adalah tempat keluarnya ekskreta pada ungas. Proctodeum adalah muara tempat keluarnya sperma di kloaka. Organ tambahan dalam system pencernaan unggas yaitu pancreas, hati, limfa, dan lien. Pancreas merupakan kelenjar yang terdapat pada lipatan doedenum yang mensekresikan getah pancreas, hormon, dan enzim. Getah pancreas berfungsi dalam pencernaan pati, lemak, dan protein. Hormone insulin berfungsi mengatur kadar gula darah yaitu dengan memecah glukosa menjadi glikogen. Hormone glucagon berfungsi kebalikan dari
hormone insulin. Adapun enzim yang menghasilkan pancreas yaitu enzim amylase, tripsin, dan lipase (Yuwanta, 2004). Hati atau hepar terletak diantara gizzard dan doedonum. Hati berfungsi mensekresikan getah empedu. Getah empedu berfungsi untuk mengemulsikan lemak, menetralkan asam lambung (HCl), dan membentuk sabun terlarut dengan asam lemak bebas. Limfa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan. Limfa terletak pada titik antara proventikulus, gizzard, dan hati. Lien atau spleen berfungsi memecah sel darah merah dan sel darah putih. Makanan unggas, terutama protein kasar dalam pakan, mengalami degradasi (Yuwanta, 2004).
KESIMPULAN
Sistem digesti pada ruminansia adalah mulut, oesophagus, rumen, retikulum, omasum, abomasum, duodenum, jejunum, ileum, coecum, colon, rectum, anus. Ruminansia memiliki perut sejati yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum. Proses digesti pada ruminansia adalah mastikasi (mengunyah), diglutisi, regurgitasi, remastikasi, redeglutlisi, regurgitasi. Pada unggas memiliki lambung sederhana atau monogastrik. Alatalat pencernaannya yaitu mulut, oesophagus, crop, proventrikulus, usus halus, coecum, usus besar, dan terakhir pada saluran kloaka.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B.T. 2002. Manual Kesehatan Unggas. Kansius. Jakarta. Alluwong, T. P.A Wuyep and L. Allam. 2011. Live Stock Environment Interaction Methane Emissions from Ruminan Jurnal. African Jurnal Biotechnology 10(8) 1265-1269 Blakely, J. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ella, A. S. Hardjosoewignya, T. R. Wiradaryadan dan M. Winugroho. 1997. Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Proses Fermentasi Beberapa Jenis Leguminosa Pakan. Dalam : Prosidins Sem. Nas II-INMT Ciawi, Bogor Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kamal, M. 1994. Nutrisi 1. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kustono, D.T. Widiawati, I. dan S. Bintara. 2008. Bahan Ajar Fisiologi Ternak. Laboratorium Fisiologi Reproduksi Ternak. Bagian Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Murray, R. K., D. K. Granner, P. A. Mayes, dan V. W. Rodwell. 1993. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.
Rianto. Purbowati, E. 2004. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Depok Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Edisi Revisi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Swenson, M. J. 1997. Dukes Phisiology of Domestik Animals. Cornell USA University Press.
Tilman, D. Allen. 1991. Ilmu Makanan Tenak Dasar. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. . Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
View more...
Comments