Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Ke 2
July 14, 2018 | Author: adhardiansyah | Category: N/A
Short Description
praktikum adhar...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI FISIOLOGI HEWAN AIR
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum Fisiologi Hewan Air
Disusun oleh: Kelompok 18 Perikanan B
Mediana Rahma Putri
230110130145 230110130145
Moch. Iqbal Fernanda
230110130147 230110130147
Adhardiansyah
230110130148
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum dan LAPORAN PRAKTIKUM yang berjudul “Konsumsi “Konsumsi Oksigen pada Ikan Nila” Nila ”. Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air, serta asisten laboratorium yang selalu membimbing dan mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun laporan ini. Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan laporan ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk dapat memperbaikinya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan pada penyusunan maupun kesalahan lainnya. Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami ucapkan terimakasih. Semoga Laporan ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jatinangor, 29 Oktober 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB
Judul
Hal.
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
I.PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah
1
1.2 Tujuan
3
1.3 Manfaat
3
2.1 Ikan Nila
4
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila
5
2.1.2 Morfologi Ikan Nila
5
2.2 Termoregulasi
6
2.3 Sistem Pernafasan
7
2.4 DO (Dissolved Oxygen)
11
2.5 Suhu
13
2.8 Konsumsi Oksigen
13
3.1 Waktu dan Tempat
15
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
15
3.3 Prosedur Praktikum
15
4.1 Hasil Pengamatan
17
II.TINJAUAN PUSTAKA
III.
METODOLOGI
PENELITIAN
1V.
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
ii
4.1.1 Hasil Pengamatan Kelompok
17
4.1.2 Hasil Pengamatan Kelas
17
4.2 Pembahasan
18
5.1Kesimpulan
21
5.2 Saran
21
V. KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Hal.
1
Hasil Pengamtan Kelompok
17
2
Hasil Pengamatan Kelas
17
iv
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hal.
1
Ikan Nila
4
2
Sistem Sirkulasi Pernafasan Ikan Nila
8
3
Struktur Insang Ikan
9
4
Mekanisme Permafasan Pada Ikan Bertulang Sejati
10
5
DO Meter
12
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnya dan semua komponen proses metabolisme membutuhkan oksigen. Proses masuknya oksigen dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO 2 ke lingkungan lingkungan
perairan bebas di luar tubuh ikan
disebut dengan pernapasan. Oleh karena itu kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total. Menurut Julian (2003), konsumsi oksigen merupakan pengkuantitatifan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh suatu orgnisme (ikan). Konsumsi oksigen pada ikan digunakan sebagai parameter laju metabolisme pada ikan dalam satuan mg/g/jam. Menurut Lagler (1997), semakin besar kadar oksigen terlarut semakin besar pula konsumsi oksigennya. Lingkungan juga mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan. Konsumsi oksigen dapat dipengaruhi oleh temperatur yang tinggi, proses respirasi, dekomposisi materil organic yangdapat menyebabkan konsumsi oksigen lebih besar (Welch, 1992). Menurut Suhaili (1983) suhu dan arus air juga mempengaruhi konsumsi oksigen. Semakin tinggi suhu perairansemakin besar konsumsi oksigennya, begitu pula dengan arus yang deras dapat menyebabkan besarnya konsumsi oksigen. Konsumsi oksigen menurut Affandi sebagai indikator respirasi juga menunjukkan metabolisme energetik. Pengertian dari metabolisme dasar itu sendiri adalah kuantitas oksigen yang dikonsumsi ketika ikan berada pada kondisi istirahat, tidak makan, dan dalam lingkungan yang netral. Metabolisme dasar pada ikan lebih rendah dibandingkan dengan binatang lainnya karena ikan adalah hewan poikilotermal dan energi untuk menopang tubuhnya sangat sedikit sedangkan energi yang dibuang lewat ekskresi sangat rendah.
1
Namun, ternyata hewan air membutuhkan oksigen dengan jumlah yang berbeda-beda tergantung pada jenis, ukuran, kondisi fisiologis dan variabel lingkungan seperti suhu, kadar oksigen terlarut, kadar karbondiksida, salinitas, dan lain-lain. Oleh karena itu, i tu, dengan adanya perbedaan jumlah konsumsi oksigen dan batas minimal oksigen terlarut yang dapat ditolerir oleh hewan akuatik dari jenis ikan yang berbeda maka perlu dilakukan uji respirasi dari ikan-ikan ikan -ikan tersebut untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigennya Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999). Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O 2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O 2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O 2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O 2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan
2
konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O 2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO 2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan diekskresikan keluar tubuh.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigen dan produksi CO 2 pada ikan nila.
1.3
Manfaat
Manfaat dari praktikum ini kita bisa mengetahui berapa banyak oksigen yang dikonsumsi oleh ikan nila sesuai dengan berat badannya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Nila (Oreochromis ) Oreochromis niloticus nil oticus
Gambar 1. Ikan Nila (http://seputarduniaair.blogspot.com/2012/04/ikan-air-tawar-ikan-nila.html)
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebar luaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Ikan Nila atau Oreochromis niloticus niloticus termasuk jenis hewan vertebrata yang seluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisi. Ikan Nila termasuk dalam filum Chordata yang berarti bertulang belakang atau kerangka tubuh (Dwisang, 2008). Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan di kolam dan memiliki nilai ekonomis yang cukup penting. Potensi ikan Nila sebagai ikan budidaya cukup besar, karena memiliki kelebihan, yaitu :
Mudah berkembang biak di lingkungan li ngkungan budidaya
Dapat menerima makanan yang beragam
4
Toleransi terhadap kadar garam/salinitas tinggi
Pertumbuhannya cepat
Habitat ikan Nila, yaitu : danau, sungai, waduk, rawa, sawah, dan perairan lainnya. Selain itu ikan nila mampu hidup pada perairan payau, misalnya tambak dengan salinitas maksimal 29% oleh karena itu masyarakat yang berada di daerah sekitar pantai dapat membudidayakannya khusus kegiatan pembesaran ikan Nila (Santoso,1996). (Santoso,1996).
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis ) Oreochromis niloticus nil oticus
Filum : Chordata Kelas : Osteichtyes Ordo
: Perciformes
Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies: Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan Nila (Oreochromi ) Oreochromis s niloti ni loticus cus
Ikan nila termasuk ikan omnivor yaitu pemakan segala. Ikan nila memiliki beberapa varietas, yang banyak di kembangbiakkan adalah Nila lokal, Nila gift, Nila nifi atau nila merah. Pada saat di budidayakan, nila dapat diberi makanan pengganti seperti pelet. Nila yang dipelihara di kolam biasanya ditujukan untuk konsumsi. Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung ( dorsal ) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal ( anal ) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergarisgaris tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak .
5
Menurut Pratama (2009), ikan nila mempunyai nilai bentuk tubuh yang pipih kearah vertikal (kompres) dengan profil empat persegi panjang kearah anteroposterior, posisi mulut terletak di ujung/termal. Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis yang vertikal dan pada sirip punggungnya punggungnya garis terlihat condong lekuknya. Ciri ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merah dan biasa digunakan digunakan sebagai indikasi kematangan gonad (Pratama, 2009). 2009). Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe stenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Pratama, 2009). 2.2
Termoregulasi Termoregulasi merupakan proses yang terjadi dalam tubuh hewan untuk
mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang drastis. Mekanisme termoregulasi yaitu mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Keseimbangan suhu tubuh hewan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan luar, hewan dapat bertahan hidup diantara -2oCsampai 50oCatau pada pada suhu yang lebih ekstrim. Namun, hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal yang dikuasai agar proses fisiologis optimal. Suhu tubuh ideal yang palig disukai yaitu suhu ekritik berkisar antara 35oC-40oC. Kisaran toleransi termal yaitu kisaran suhu yang lebih luas dan dapat diterima hewan. Suhu optimal sesuai keadaan tubuh suhu t ubuh yaitu inti konstan dan suhu permukaan berubah – berubah – ubah. ubah. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan.
6
Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin, dingin, dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. 2.3
Sistem Pernafasan
Hewan Vertebrata telah memiliki sistem sirkulasi yang fungsinya antara lain untuk mengangkut gas pernapasan (O2) dari tempat penangkapan gas menuju sel-sel jaringan. Begitu pula sebaliknya, untuk mengangkut gas buangan (CO2) dari sel sel jaringan ke tempat pengeluarannya. Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan d engan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Salah satu contoh ikan bertulang sejati yaitu ikan nila. Ikan nila bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing-masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum). Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup.
7
Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui
insang,
karbondioksida
dikeluarkan.
Pertukaran
oksigen
dan
karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
Gambar 2. SistemSirkulasiPernafasanIkan SistemSirkulasiPernafasanIkan nila
(Sumber : http://gurungeblog.com/2008/11/01/sistem-pernapasan-hewan/ http://gurungeblog.com/2008/11/01/sistem-pernapasan-hewan/))
Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang.
8
Gambar 3. StrukturInsangIkan
(Sumber : http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan pisces.html)) pisces.html
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.
9
Gambar 4. MekanismePernapasanPa MekanismePernapasanPadaIkanBertu daIkanBertulangSejati langSejati
(Sumber :http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan pisces.html)
a) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. b) Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti me mbukanya celah insang. Air dalam mulut mengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaranlembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernapasan. Darah melepaskan CO2 ke dalam air dan mengikat O2 dari air. Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk ke dalam insang, kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada
10
fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. 2.4
DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam kadar mg per liter air atau part per million (ppm).Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Odum (1971) menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurangdengan semakin tingginya tingginya salinitas. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle, 1968). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004). DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati lemas (Ahmad dkk, 1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono, (Lelono, 1986 dalam Anonim, 2008). DO: Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal: 1. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
11
2. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari das ar perairan. 3. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari. “Semakin “Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov, 2011). Perhitungan nilai DO dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Rachmadiarti, 2008): Keterangan: DO = Dissolved Oxigen (mg/L) a = volume titrasi yang dipakai N = normalitas Na2S2O3 (0,025 N) DO dapat diukur dengan bantuan alat yaitu DO meter.
Gambar 5. DO meter
(Sumber: https://www.electronichealing.co.uk/resources/Image/do_meter.jpg https://www.electronichealing.co.uk/resources/Image/do_meter.jpg)) 12
2.5
Suhu
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang metabolisme tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Neuman et al. 1997). Engelsma etal. (2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggiataupun suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan nila. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme, pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi dipengaruhi oleh suhu (Fadhil et al. 2011). Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan biota budidaya tergantung ukuran, suhu dan dan tingkat aktivitasnya dengan batas minimum adalah 3 ppm. Kandungan oksigen di dalam air dianggap optimum bagi budidaya biota air adalah 4-10 ppm, tergantung jenisnya. Laju respirasi terlihat tetap pada batas kelarutan oksigen antara 3-4 ppm pada suhu 20-30 Oc (Ghufran & Kordi 2007). Ernest (2000) ikan nila dapat bertahan hidup pada konsentrasi DO minimum sebesar 2 mg/L. Doudoroff dan Shumway (1970) menyatakan bahwa kebutuhan minimum oksigen untuk ikan nila (C. Carpio) adalah 0,2-2,8 mg/L. Boyd (1990)menjelaskan juga bahwa kandungan DO kurang dari 1 mg/L dapat menyebabkan lethal atau menyebabkan kematian dalam beberapa jam. 2.6
Konsumsi Oksigen
Laju metabolisme adalah jumlah total energi energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi
13
karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut : C6H12O6 +6O2----- > 6CO2 + 6H2O +ATP Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang
dikonsumsi
makhluk
hidup
per
satuan
waktu.
Hal
ini
memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsum sioksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Konsumsi oksigen dapat diukur menggunakan DO meter. DO meter (dissolved oxygen meters) adalah instrumen analitis yang digunakan untuk mengukur jumlah oksigen terlarut dalam satuan volume air. Ini merupakan indikator penting dari kegunaan sampel air untuk aplikasi tertentu. Udara terdiri dari 21 % oksigen dan nitrogen sekitar 78% volumenya. Oksigen kurang larut dan hanya hanya bisa ada dalam air yang yang konsentrasinya rendah. Namun, oksigen terlarut (DO) sangat penting penting untuk respirasi
dari
berbagai hewan dan bakteri dalam lingkungan perairan. Pengukuran akurat dari oksigen terlarut sangat penting untuk aplikasi lainnya termasuk pengolahan air, pengolahan limbah, limbah proses lumpur aktif, pemantauan sungai, peternakan ikan, dan setiap daerah lain dimana kualitas air adalah penting. Oksigen terlarut juga merupakan salah satu pengukuran kunci dalam proses biotecnical, dan sangat penting untuk menjaga menjaga kualitas produk jadi.
14
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1
WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum Konsumsi Oksigen pada ikan Nila ini dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Oktober 2014, pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. 3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat a. DO Meter b. Gunting c. Plastik Wrap d. Stopwatch e. Timbangan Timbangan Analitik f. Tisu/lap g. Toples
3.2.2 Bahan a. Air b. Ikan Nila
3.3
Prosedur Kerja
a. Pertama persiapkan alat dan bahan pada praktikum konsumsi oksigen pada ikan nila seperti toples, 15lastic wrap, ikan dan air . b. Timbang terlebih dahulu ikan nila dengan timbangan analitik. c. Sebelum menimbang ikan, timbangan analitik harus dikalibrasi terlebih dahulu. d. Masukan ikan ke dalam toples yang berisi air, kemudian tambahkan air pada toples sampai dengan meluap dan tempatkan di permukaan yang rata untuk memudahkan praktikan menutup toples dengan 15lastic wrap. e. Lap bagian luar toples sampai kering dengan tisu agar 15lastic wrapnya menempel. f. Tutup toples tersebut dengan 15lastic wrap sampai tidak ada gelembung air.
15
g. Pada saat sudah ditutup, langsung hitung waktuny adengan stopwatch selama 30 menit. h. Setelah 30 menit, buka 16lastic wrap tersebut dengan mengguntingnya dibagian tengah. i. Kemudian ukur DO yang dikonsumsi ikan setelah ditutup dengan rapat selama 30 menit tersebut. Dan untuk mensterilkan DO Meter gunakan akuades pada ujung DO Meternya.
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1
Data kelompok
Tabel 1. Hasil Pengamatan No.
Berat Ikan
Doawal
DOakhir
Konsumsi Oksigen
1.
15.96gram
4.6 mg/l
4.0 mg/l
0.075 mg/l
4.1.2
Data Kelas
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kelas Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Berat Ikan (gram) 16 3.1 10 16 33 18 29 23 23.3 41.03 24.32 19.73 43.16 31.57 32.65 22.26 34.51 15.96 39.10 24.57 15.85 15.95 27.82 36.3
Do Awal (g/l) 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4.3 4 4 4 4 4 4 4 4 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6 4.6
17
Do Akhir (g/l) 2.2 2.7 2.3 2.8 2.3 3.1 2.4 2.8 3.7 3.5 3.4 3.2 3.7 3.4 3.6 3.7 3.9 4.0 3.4 3,6 3.6 3.9 3.9 4.2
Konsumsi Oksigen (g/l) 0.26 1.03 0.4 0.1875 0.12 0.13 0.131 0.13 0.04 0.024 0.05 0.081 0.0138 0.04 0.0245 0.0269 0.04 0.075 0.061 0,065 0.13 0.078 0.05 0.02
4.2
Pembahasan
Dari kegiatan praktikum mengenai Konsumsi Oksigen Ikan nila yang telah dilakukan pada hari Kamis 23 Oktober 2014 diperoleh data seperti yang dicantumkan pada Tabel 1 hasil pengamatan di atas. Praktikum ini dilakukan dengan cara menghitung konsumsi oksigen pada ikan nila dengan menggunakan metode alat pengukur DO meter atau titrasi. Namun, pada praktikum kali ini dijelaskan mengenai konsumsi oksigen dengan menggunakan alat ukur DO meter. Perlakuan yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu dengan menghitung DO awal yang dilakukan tanpa memasukkan organisme pada wadah tersebut. Selanjutnya, melakukan penimbangan berat pada ikan nila. Ikan nila tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah dan ditutup rapat dengan plastic warp dan. Ditunggu hingga 30 menit dan akhirnya diukur DO akhir sehingga dapat diperoleh konsumsi oksigen pada ikan nila dengan cara melakukan penghitungan pengurangan pada DO awal dan DO akhir yang telah dicatat oleh praktikan. Kemudian, data tersebut di masukkan masukkan dalam tabel pengamatan. Pada praktikum ini oksigen sangat diperhatikan dalam konsumsinya pada ikan nila. Berdasarkan tabel pengamatan, kelompok praktikan, yaitu kelompok 18 diperoleh data berat bobot ikan sebesar 15.96 g. Dengan DO awal sebesar 4.6 g/l DO akhir 4.0 g/l konsumsi oksigen sebesar 0.6 g/l serta kebutuhan oksigen sebesar 0.075O2/g/l. Bila dibandingkan dengan kelompok lain, tentunya perbedaan terdapat pada bobot ikan sehingga mempengaruhi perbedaan pada DO awal, DO akhir, konsumsi oksigen, serta kebutuhan oksigen. Namun, perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan bila dilihat dari bobot ikan lain yang tak jauh berbeda dengan kelompok praktikan. Pada praktikum ini kita dapat mengetahui konsumsi oksigen yang dibutuhkan oleh ikan. Pada dasarnya praktikum ini untuk mengetahui laju pernafasana atu respirasi ikan, kita ketahui bahwa pernafasan adalah suatu s uatu proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan, atau pengangkutan oksigen dari lingkungan eksternal tubuh
ke
dalam
lingkungan
intrasel
ataupun
sebaliknya
pengangkutan
karbondioksida dari lingkungan intrasel ke dalam lingkungan eksternal tubuh.
18
Alat pernafasan ikan diantaranya adalah insanga adapula yang menggunakan paru paru, tetapi pada praktikum ini kita mengambil hewan uji yaitu ikan nila yang tidak lain bernafas dengan insang, insang adalah komponen penting dalam pertukaran gas, insang terdiri atas lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan beberapa filamen insang didalamnya, setiap filament terdiri banyak lamella. Proses pernafasan ada 3 tahap yaitu yang pertama adalan ventilasi insang, yaitu pengaliran air ke permukaan lamella insang melalui rongga mulut dan dikeluarkan melalui operculum, kedua difusi O2 dan CO2 dan yang ketiga pengangkutan O2. O2. Ketersediaan oksigen dalam air sangat sedikit oleh karena itu oksigen sering disebut sebagai factor pembatas, karena daya larut oksigen dalam air kecil. Apabila kandungan oksigen dalam air rendah makaikan dan organism akuatik lain harus memompa air dalam jumlah tertentu kepermukassn insang untuk mendapatkan oksigen yang cukup agar kecepatan metabolismenya stabil. Oksigen sebagai bahan pernafasan di butuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Sebagai mana menurut Zonneveld, 1991 (dalam Aristiawan, 2012) bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, yaitu (1) aktifitas, ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif; (2) ukuran, ikan yang ukurannya lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang yang ukurannya ukurannya lebih besar sehingga konsumsi konsumsi oksigennya lebih banyak; (3) umur, ikan yang masih berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak daripada ikan yang lebih tua; (4) temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya tinggi sehingga konsumsi oksigennya lebih banyak. Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak
19
dibandingkan dengan jumlah konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebish banyak membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen untuk memper tahankan hidup. Tetapi dari hasil praktikum jumlah konsumsi ikan besar lebih banyak dari pada jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan kecil. Ini dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu terlal u berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan oksigen. Menurut Djawad dkk (2003), bahwa semakin besar suatu organisme maka mengkonsumsi oksigen semakin besar pula karena semua anggota tubuhnya bergerak memerlukan energi yang berasal dari oksigen dan makanan (terjadi metabolisme dalam tubuh). Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan (Debora, 2011).
20
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan
Laju konsumsi oksigen setiap organisme sangat berbeda-beda, bergantung pada kondisi dan situasi lingkungan. Konsumsi oksigen dapat dipengaruhi oleh temperatur yang tinggi, proses respirasi, dekomposisi materil organik yang dapat menyebabkan konsumsi oksigen lebih besar. Selain itu ada 4 faktor yang dapat menyebabkan laju konsumsi pada ikan berbeda-beda, diantaranya (1) aktivitas, dimana ikan yang bergerak aktif akan membutuhkan oksign yang cukup banyak dibandingkan dengan ikan yang kurang aktif bergrak; (2) ukuran, ikan yang ukurannya lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya lebih besar sehingga konsumsi oksigennya oksigennya lebih banyak; (3) umur, ikan yang yang masih berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak daripada ikan yang lebih tua; (4) temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya tinggi sehingga konsumsi oksigennya lebih banyak. Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebish banyak membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Tetapi dari hasil praktikum jumlah konsumsi ikan besar lebih banyak dari pada jumlah j umlah oksigen oksi gen yang digunakan oleh ikan kecil. Ini dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan oksigen. 5.2
Saran
Dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan laporan-laporan berikutnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Morfologi Anonim. Morfologi Ikan Nila. Nila. Diambil dari http://fpk.unair.ac.id/webo/kuliah
pdf/POWER%20POINT%20METIL%20%5BCompatibility%20Mode%5
D.pdf .
Anonim. 2012. Respirasi 2012. Respirasi (Tingkat Konsumsi Oksigen). Oksigen). Diambil dari http://www.scribd.com/doc/89945686/FHA-Lap-4.. http://www.scribd.com/doc/89945686/FHA-Lap-4 Anonim. Dimbil dari http://www.scribd.com/doc/98844508/Makalah-Seminar
Revisi-3-5. Revisi-3-5.
Alfiansyah, Muhammad. 2011. Sistem Pernapasan Ikan (Pisces). (Pisces). http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html,, http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html Anwar, D, D. A. Setiawibowo dan Y. Triwijiwati. 2009. Respirasi (Tingkat Konsumsi Oksigen) dan Ketahanan Ketahanan Ikan di luar Media Air . Isnaeni, W. 2003. Fisiologi 2003. Fisiologi Hewan. Hewan. Yogyakart: Kanisius Tobin, Muhammad. 1994. Fisiologi Yogyakarta: Angkasa.
22
Hewan Mekanisme
Fungsi
Tubuh. Tubuh .
View more...
Comments