Laporan Praktikum FDM - Gesekan Pipa

April 9, 2017 | Author: Arnold Giovanni | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Praktikum FDM - Gesekan Pipa...

Description

MS 3202 - PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 11 PERCOBAAN SISTEM ALIRAN FLUIDA Kelompok

: 12

Aggota Kelompok

: Almas Hardiantoro

13112026

F X Arnold Giovanni Heryanto

13112029

Kevin Angga Gunawan

13112036

Eko Budi Satriyo

13112041

Irvin Shandy

13112044

Dionisius Denny Bramantyo

13112046

Singgih Candra Prayoga

13112048

Tanggal Praktikum

: 18 Maret 2015

Tanggal Pengumpulan Laporan

: 23 Maret 2015

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015

1. Tujuan Praktikum Berikut tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini: a. Mengetahui sifat-sifat aliran fluida inkompresibel dalam pipa, b. Mengetahui bilangan Reynolds pada sistem aliran fluida yang diuji dan mencari friction factor pada grafik, c. Mengetahui head loss pada sistem aliran fluida yang diuji dan membandingkan dengan grafik yang telah ada.

2. Landasan Teori 2.1. Penjelasan Umum Pada dasarnya, sifat aliran suatu fluida dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Parameter yang digunakan untuk membedakan kedua sifat aliran ini adalah bilangan Reynolds dari aliran fluida tersebut. Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tak berdimensi dimana bilangan tersebut menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Suatu aliran fluida dikatakan laminar apabila bilangan Reynoldsnya di bawah bilangan kritiknya (2300 untuk aliran fuida dalam pipa). Sedangkan apabila bilangan Reynolds-nya di atas bilangan kritik tersebut, aliran disebut sebagai aliran turbulen. Pada daerah di antara aliran laminar dan aliran turbulen terdapat daerah transisi. Gambar berikut menjelaskan perbedaan antara ketiga jenis aliran tersebut.

Rumus dari bilangan Reynolds dinyatakan dengan rumus di bawah ini :

Dimana,

𝑅𝑅 =

𝜌𝑉𝐷 𝜇

𝜌 adalah massa jenis dari fluida yang mengalir (

𝑘𝑘 𝑚3

)

𝑉 adalah kecepatan aliran fluida saat masuk ke dalam pipa / saluran ( 𝐷 adalah diameter pipa / saluran ( m ) 𝜇 adalah viskositas kinematik (

𝑘𝑘 𝑠𝑚

𝑚 𝑠

)

)

Secara kasat mata, aliran laminar tampak teratur berupa lapisan-lapisan. Hal ini disebabkan oleh gaya viskos yang besar. Sedangkan aliran turbulen tampak tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh ada pusaran-pusaran yang tidak beraturan pada aliran turbulen. Penyebab utama terjadinya aliran turbulen adalah fluida masuk ke dalam saluran / pipa dengan kecepatan tinggi. Maka dari itu lapisan batas dari suatu aliran hanya dapat ditentukan apabila aliran tersebut laminar. Aliran turbulen sangat tidak beraturan sehingga kita tidak dapat mengetahui besar lapisan batasnya. Gambar berikut menjelaskan perbedaan lapisan batas pada kedua aliran.

2.2. Head Loss Head Loss adalah energi yang hilang akibat adanya Minor Loss dan Major Loss. Head Loss sering disebut juga sebagai energi yang hilang per satuan berat jenis karena satuan dari Head Loss adalah meter (m). Head Loss ada 2 jenis yaitu Minor Loss dan Major Loss. Minor Loss adalah energi yang hilang akibat adanya komponen-komponen pendukung dari suatu saluran seperti katup, belokan, sambungan, dsb. Sedangkan Major Loss adalah energi yang hilang akibat adanya gesekan antara fluida yang mengalir dengan dinding pipa / saluran.

Gambar di samping adalah penjelasan Major Loss dengan membandingkan saluran permukaan kasar dengan saluran permukaan halus

Head Loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini.

    dE cv V2 V2 = Q cv − W cv + ∑ M  uin + Pinv in + in + g z in  + ∑ M  uout + Pout v out + out + g z out    2 2 dt     Dengan menggunakan asumsi : dE cv =0 dt 2. Fluida yang mengalir adalah fluida inkompresibel 3. Tidak ada perpindahan panas Q cv = 0

1. Aliran dalam kondisi tunak

4. Tidak ada kerja yang dihasilkan maupun kerja yang diberikan W cv = 0 Maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi

u in + pin

γ

pin

γ

pin

γ

+

2 p v2 v in + z in = uout + out + out + z out γ 2g 2g

2 2 pout v out v in + + z in = + + z out + (u out − u in ) γ 2g 2g

+

2 p v2 v in + z in = out + out + z out + H L γ 2g 2g

Pada persamaan terakhir kita dapat melihat bahwa dalam menghitung Head Loss kita dapat menggunakan persamaan Bernoulli. Selain itu kita juga dapat menggunakan rumus DarcyWeisbach untuk mencari besar dari Head Loss. Perhatikan rumus Darcy-Weisbach di bawah ini.  L  V2 HL = f    D  2g

Dimana, f adalah koefisien gesek pipa / saluran yang diperoleh dari diagram Moody V adalah kecepatan aliran fluida saat masuk ke dalam pipa / saluran ( L adalah panjang pipa ( m ) D adalah diameter dalam pipa ( m ) g adalah percepatan gravitasi (m/s2)

𝑚 𝑠

)

Untuk menghubungkan antara bilangan Reynolds, koefisien gesek pipa, dan persamaan Darcy-Weisbach pada halaman sebelumnya, digunakanlah diagram Moody. Berikut diagramnya:

Rumus Darcy-Weisbach hanya dapat digunakan untuk mencari besar Head Loss yang disebabkan oleh Major Loss. Sedangkan untuk mencari besar Head Loss yang disebabkan oleh Minor Loss kita membutuhkan rumus yang ada di bawah ini. HL = K L

V2 2g

Dimana, KL adalah konstanta yang bergantung pada geometri dan bentuk dari pipa / saluran fluida. Rumus dari KL adalah KL = f

l eq. D

Dimana, Ieq adalah panjang ekivalen dari bentuk geometri yang menyebabkan kehilangan energi.

2.3. Pengukuran Laju Aliran Dalam melakukan pengukuran laju aliran dalam pipa / saluran kita dapat menggunakan alat bantu sebagai berikut : 1. Sharp edge orifice plate 2. Ventury meter 3. Pipa penduga. Namun, pada percobaan ini kami menggunakan ventury meter untuk mengukur laju aliran dari aliran fluida di dalam pipa. Ventury meter adalah alat pengukur yang menggunakan prinsip pengecilan luas penampang pipa / saluran, sehingga hal ini akan menyebabkan aliran fluida akan mengalami peningkatan kecepatan serta mengalami penurunan tekanan. Selain itu, untuk menentukan kecepatan aliran fluida kita juga membutuhkan persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas. Untuk dua persamaan tersebut kita dapat lihat persamaan di bawah ini : 1 𝑃 + 𝜌𝑉 2 + 𝜌𝜌𝜌 = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 … … … … … (1) 2 𝑄 = 𝐴 𝑉 = 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 … … … … … … … … … (2)

Persamaan (1) adalah persamaan Bernoulli, persamaan tersebut dapat kita gunakan apabila kita gunakan asumsi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.

Aliran fluida dalam kondisi tunak Fluida yang mengalir adalah fluida inkompresibel Aliran tanpa gesekan (inviscous) Aliran di sepanjang garis lurus.

Dengan menggabungkan kedua persamaan di atas maka kita bisa sederhanakan dan mendapatkan rumus sebagai berikut yang menyatakan debit dari aliran tersebut.

Q = A2

2(p1 − p2 )  D ρ 1 −  2   D1 

  

4

   

3. Prosedur Praktikum Berikut prosedur praktikum yang telah kami lakukan: 1. Mengisi tangki air pada sistem aliran fluida hingga penuh. 2. Menjalankan motor pompa hingga ada aliran air untuk sirkuit tertutup. 3. Mengatur katup-katup sedemikian hingga seluruh bagian sirkuit dapat mengalirkan air dengan sempurna. 4. Mengatur katup agar debit yang mengalir sesuai dengan yang diinginkan, lalu mengalirkan fluida ke pipa yang pertama. 5. Selanjutnya mengamati tinggi air pada manometer untuk mengetahui debit yang mengalir. 6. Memastikan selang berada pada saluran 1 dan 3 lalu mengamati tinggi air pada manometer untuk mengetahui head loss pada pipa pertama saluran 1-3. 7. Mengganti selang pada saluran 1 dan 3 menjadi saluran 1 dan 2, lalu mengamati ketinggian air pada manometer. 8. Pada saluran 1 dan 2 diganti menjadi saluran 2 dan 3, lalu amati kembali ketinggian air pada manometer. 9. Melakukan percobaa f – h untuk pipa 2 dan 3 dengan debit yang sama. 10. Setelah selesai hingga pipa ketiga, maka ulangi percobaan d – h dengan debit ke-2 dan debit ke-3. 11. Jika pada manometer terdapat gelembung udara pada waktu operasi, prosedur pengeluaran gelembung harus dilakukan.

4. DATA PENGAMATAN 4.1. Data Instalasi Pengamatan dilakukan pada instalasi Fluid Circuit System dengan data instalasi sebagai berikut : • •





Instalasi terdiri dari 4 pipa (no 1 s/d 4), set pompa motor , tangki , katub dan fitting, pengukur aliran , tap manometer serta manometer Dimensi ketiga pipa uji sebagai berikut : (material pipa adalah kuningan (Brass)) o Pipa no.1 : Diameter = 3/4 in, sepanjang (L= 60 in) o Pipa no.2 : Diameter = 1/2 in, sepanjang (L= 60 in) o Pipa no.3 : Diameter = 3/8 in, sepanjang (L= 60 in) Jarak titik pengamatan : o Jarak dari titik 1 ke titik 2 adalah ( L = 36 in) o Jarak dari titik 2 ke titik 3 adalah ( L = 24 in) Sifat fisik air terhadap perubahan temperatur adalah sebagai berikut : 32 40 60 80 Temperatur (° F) Massa Jenis (lbm/ft3)

62,4

62,4

62,4

62,2

Viskositas (lbf s/ft2)

3,75 E-5

3,23 E-5

2,36 E-5

1,8 E-5

Sumber : Gerhart “ Fluid Mechanics “ Berdasarkan interpolasi tabel di atas untuk temperatur ruangan T = 27°C(80°F), maka: Massa jenis = 62,2 lbm/ft3 (1,93 slug/ft3) dan Viskositas = 0,000018 lbf/ft .s

4.2. Data Hasil Pengamatan Temperatur Air

80

°F

Masa Jenis Air (ρ)

1,93

Slug/ft3

Percepatan Gravitasi (g)

32,2

ft/s2

Diameter (Entrance) Venturimeter

1,025

In

Diameter (Throat) Venturimeter

0,625

In

Luas Penampang (Entrance) Venturimeter

0,825

In2

Luas Penampang (Throat) Venturimeter

0,307

In2

Dengan menggunakan rumus :

p1 − p2 = ρ g ∆H dan Q = A2

2(p1 − p2 )  D ρ 1 −  2   D1 

Maka dapat dihitung debit air melalui pipa.

  

4

   

80 cm

Titik 1

60 cm

Titik 2

Titik 3

Head Loss Pipa 1 (3/4 in) ∆Η (in Η20) ∆Η (in) Q

GPH

1-2

2-3

1-3

Venturimeter

I

316.109

0.875

0.375

1.25

4.875

II

175.346

0.5

0.25

0.875

1.5

III

226.371

0.5

0.25

0.5

2.5

Head Loss Pipa 2 (1/2 in) ∆Η (in Η20) ∆Η (in) Q

GPH

1-2

2-3

1-3

Venturimeter

I

316.109

2

1.5

3.5

4.875

II

175.346

1.25

1

2.25

1.5

III

226.371

1

0.75

1.75

2.5

Head Loss Pipa 3 (3/8 in) ∆Η (in Η20) ∆Η (in) Q

GPH

1-2

2-3

1-3

Venturimeter

I

316.109

7

6

13

4.875

II

175.346

5

4

9

1.5

III

226.371

3.5

2.75

6

2.5

5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS 5.1. Perhitungan Perhitungan kami lakukan dengan beberapa tahapan yaitu : 1. Menghitung Head Loss diantara dua titik pengamatan berdasarkan perbedaan ketinggian air pada manometer. 2. Mencari nilai koefisien gesek (f) tiap pipa pada setiap panjang acuan. 3. Dari 3 nilai (f) untuk (Q) dibuat kurva f vs. panjang pipa untuk setiap Q. 4. Untuk debit tertentu hitung bilangan Reynold dan tentukan kekasaran pipa dengan menggunakan diagram Moody. 5.

Membandingkan kekasaran pipa hasil percobaan dengan kekasaran pipa standar.

5.1.1.

Menghitung Head Loss (HL) Berdasarkan persamaan energi diantara 2 titik yang diamati pada 1 buah pipa : p1

γ

+

v12 p v2 + z1 = 2 + 2 + z2 + HL 2g γ 2g

dengan : z1 = z2 ; v1 = v 2 dan p1 - p2 = ρ g ∆H maka :

HL = ∆H

Head loss dari tiap titik pengamatan adalah sama dengan (∆H) pada tabel data pengamatan. 5.1.2.

Menentukan koefisien gesek pipa (f) f =

HL

 L  V2    D  2g

Contoh perhitungan : Untuk pipa 1 (d=3/8 in) untuk titik pengamatan (22 - 26), koefisien geseknya adalah : f =

(1,083 ft )  36 in  (5,852 ft / s)2   2  0,375 in  2(32,2 ft / s )

= 0,0212

Berikut ditampilkan tabel hasil perhitungan f, Q, serta kurva f vs. L pipa Pipa 1 (d = 3/4 inch) Head Loss (ft)

Koefisien Gesek [ f ]

V

Q

GPH

1-2

2-3

1-3

(ft/s)

1-2

2-3

1-3

1

316.109

0.073

0.031

0.104

3.826

0.0067

0.0043

0.0057

2

175.346

0.042

0.021

0.073

2.122

0.0124

0.0093

0.0130

3

226.371

0.042

0.021

0.042

2.740

0.0074

0.0056

0.0045

Pipa 2 (d = 1/2 inch) Head Loss (ft)

Koefisien Gesek [ f ]

V

Q

GPH

1-2

2-3

1-3

(ft/s)

1-2

2-3

1-3

1

316.109

0.167

0.125

0.292

8.609

0.0020

0.0015

0.0035

2

175.346

0.104

0.083

0.188

4.776

0.0041

0.0033

0.0074

3

226.371

0.083

0.063

0.146

6.165

0.0020

0.0015

0.0034

Pipa 3 (d = 3/8 inch) Head Loss (ft)

Koefisien Gesek [ f ]

V

Q

GPH

1-2

2-3

1-3

(ft/s)

1-2

2-3

1-3

I

316.109

0.583

0.500

1.083

15.313

0.0014

0.0021

0.0019

II

175.346

0.417

0.333

0.750

8.494

0.0039

0.0046

0.0042

III

226.371

0.292

0.229

0.500

10.966

0.0016

0.0019

0.0017

Kurva gesekan rata-rata terhadap panjang pipa 3

f vs L (feet) 0.0035 0.0030 0.0025 0.0020 f rata

0.0015 0.0010 0.0005 0.0000 0

1

2

3

4

5

6

Kurva gesekan rata-rata terhadap panjang pipa 2

f vs L (feet) 0.0060 0.0050 0.0040 0.0030

f rata

0.0020 0.0010 0.0000 0

1

2

3

4

5

6

Kurva gesekan rata-rata terhadap panjang pipa 1

f vs L (feet) 0.0100 0.0090 0.0080 0.0070 0.0060 0.0050 0.0040 0.0030 0.0020 0.0010 0.0000

f rata

0

1

2

3

4

5

6

5.1.3. Menentukan Kekasaran Pipa (ε)

Dilakukan perhitungan bilangan Re terlebih dahulu, untuk kemudian dengan menggunakan data f dan Re yang telah diperoleh, kekasaran pipa , dapat dicari den Diameter Pipa

Q

Kecepatan

Bilangan

faktor gesekan

Kekasaran

(in)

(GPH)

Aliran

Reynolds

rata-rata

Pipa

(ft/s) 0.375

0.5

0.75

(f)

316.106

15.313

1422332

0.0023

175.346

8.494

788968

0.0029

226.371

10.966

1018553

0.0026

316.106

8.609

799656

0.0027

175.346

4.776

443569

0.0021

226.371

6.165

572646

0.0048

316.106

3.826

355403

0.0064

175.346

2.122

197142

0.0088

226.371

2.740

254509

0.0077

( )

0.0026

0.0032

0.0077

5.2. Grafik-grafik dari Hasil Perhitungan Tabel Pengamatan Pipa 1: Head Loss Pipa 1 (3/8 in) Q (GPH) L (ft) 133.923 1.967 2.623 4.590 375.393 1.967 2.623 4.590 303.708 1.967 2.623 4.590

f 0.0065 0.0164 0.0120 0.0006 0.0016 0.0012 0.0013 0.0031 0.0022

Grafik Koefisien Gesek Pipa 1:

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 1 (d=3/8 in) Q = 133.923 GPH 0.0200 0.0150 0.0100 0.0050 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 1 (d=3/8 in) Q = 375.393 GPH 0.0018 0.0016 0.0014 0.0012 0.0010 0.0008 0.0006 0.0004 0.0002 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

4.000

5.000

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 1 (d=3/8 in) Q = 303.708 GPH 0.0040 0.0030 0.0020 0.0010 0.0000 0.000

1.000

2.000 3.000 Panjang Pipa ( L [ ft ] )

4.000

5.000

Tabel Pengamatan Pipa 2: Head Loss Pipa 2 (1/2 in) Q (GPH) L (ft) 182.506 1.967 2.623 4.590 438.365 1.967 2.623 4.590 577.134 1.967 2.623 4.590

f 0.0176 0.0384 0.0601 0.0012 0.0027 0.0041 0.0031 0.0034 0.0050

Grafik Koefisien Gesek Pipa 2:

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 2 (d=1/2 in) Q = 182.506 GPH 0.0700 0.0600 0.0500 0.0400 0.0300 0.0200 0.0100 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

4.000

5.000

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 2 (d=1/2 in) Q = 438.365 GPH 0.0045 0.0040 0.0035 0.0030 0.0025 0.0020 0.0015 0.0010 0.0005 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 2 (d=1/2 in) Q = 577.134 GPH 0.0060 0.0050 0.0040 0.0030 0.0020 0.0010 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

Tabel Pengamatan Pipa 3: Head Loss Pipa 3 (3/4 in) Q (GPH) L (ft) f 335.762 1.967 0.0324 2.623 0.0304 4.590 0.0417 435.432 1.967 0.0062 2.623 0.0015 4.590 0.0040 503.643 1.967 0.0063 2.623 0.0012 4.590 0.0034

4.000

5.000

Grafik Koefisien Gesek Pipa 3:

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 3 (d=3/4 in) Q = 335.762 GPH 0.0450 0.0400 0.0350 0.0300 0.0250 0.0200 0.0150 0.0100 0.0050 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 3 (d=3/4 in) Q = 435.432 GPH 0.0070 0.0060 0.0050 0.0040 0.0030 0.0020 0.0010 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

Koefisien Gesek (f)

Grafik Koefisien Gesek Pipa 3 (d= 3/4 in) Q = 503.643 GPH 0.0070 0.0060 0.0050 0.0040 0.0030 0.0020 0.0010 0.0000 0.000

1.000

2.000

3.000

Panjang Pipa ( L [ ft ] )

4.000

5.000

Grafik ( f VS D)

y = 0.0508x + 0.0009

Koefisien Gesek ( f )

0.0450 0.0400 0.0350 0.0300 0.0250 y = 0.007x - 0.0012 0.0200 0.0150 y = 0.0032x + 0.0015 0.0100 0.0050 0.0000 0.000 0.200 0.400 0.600 Diameter Pipa [in] Q = 335,762 GPH

0.800

Q = 365,012 GPH

Tabel harga f untuk setiap pipa Diameter Pipa (in)

Q (GPH)

0.375

133.923 375.393 303.708

Kecepatan Aliran (ft/s) 6.522 18.185 14.712

0.5

182.506 438.365 577.134

0.75

335.762 432.432 503.643

Bilangan Reynolds 605812 1689079 1366532

faktor gesekan rata-rata (f) 0.0116 0.0011 0.0022

f rata-rata tiap pipa (f)

3.647 10.224 8.272

338782 949625 768285

0.0387 0.0027 0.0038

0.0151

1.621 4.544 3.676

150570 422056 341460

0.0348 0.0039 0.0036

0.0141

0.0050

5.3. Analisis: Beberapa hal yang kami temukan dari percobaan ini: 1. Bilangan Reynolds yang didapat untuk setiap pipa pada 3 debit yang berbeda nilainya di atas 4000 (Re >> 4000). Ini menunjukkan bahwa aliran yang terjadi merupakan aliran turbulen. 2. Pengukuran koefisien gesek pipa pada setiap pipa, jika dipetakan terhadap L, menunjukkan tren kurva yang relatif sama untuk setiap pipa dengan tiga debit yang berbeda. Hal ini berarti faktor gesekan rata-rata yang didapat menunjukkan nilai yang mewakili faktor gesekan dari pipa itu. 3. Faktor gesekan rata – rata untuk pipa berdiameter 0.375 in. lebih kecil dibandingkan pipa berdiameter 0.75 in. , dan pipa berdiameter 0.5 in. memiliki faktor gesekan ratarata terbesar. 4. Pada diagram Moody, hanya debit terkecil yang bisa dicari harga f untuk tiap pipa melalui diagram tersebut, sedangkan untuk debit yang lebih besar angkanya tidak tertulis di diagram karena sangat kecil. 5. Dari diagram Moody, harga ɛ untuk pipa 1 adalah lebih kecil dari 10-6 , untuk pipa 2 dan 3 adalah 0.007.

6. Simpulan dan Saran 6.1. Simpulan 1. Karena aliran yang terjadi pada sistem merupakan aliran turbulen, maka sifat-sifat aliran tersebut menjadi sulit diprediksi. 2. Melalui berbagai perhitungan, nilai dari bilangan Reynolds untuk semua aliran berada di atas 4000. Sedangkan nilai friction factornya berkisar antara 0.001 hingga 0.06, bergantung pada debit aliran, panjang pipa, dan diameter pipa. 3. Head loss sistem aliran fluida dapat ditentukan dengan menggunakan diagram Moody sebagai acuan. Namun, diagram tersebut memiliki beberapa keterbatasan sehingga head loss dalam beberapa kasus (misal untuk debit yang cukup besar) tidak dapat diketahui atau sulit didapatkan.

6.2. Saran 1. Sebaiknya perawatan mesin dilakukan dengan lebih sering dan lebih baik sehingga mengurangi kemungkinan kerusakan mesin dan kesalahan pengambilan data. 2. Sebaiknya praktikum juga dilakukan untuk aliran laminar sehingga karakteristik kedua jenis aliran dapat dibandingkan.

Daftar Pustaka Munson, Bruce R. & Young, Donald F. 2009. Fundamentals of Fluid Mechanics. 6th ed. USA: John Wiley & Sons, Inc. Nurprasetio, Ignatius Pulung, dan Tandian, Nathanael Panagung. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin. 2008. Bandung: ITB.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF