Laporan Praktikum Farmakologi
October 6, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Farmakologi...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI RUTE PEMBERIAN OBAT
OLEH KELOMPOK 2:
IFO SATRIO 1100017 DOSEN PEMBIMBING : Adriani Susanty, M.Farm, Apt.
ASISTEN : Alfionita Alifiana. A.
07 Desember 2012
Program Studi DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Pekanbaru 2012
PRATIKUM CARA DAN RUTE PEMBERIAN OBAT PADA MENCIT
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengenal teknik-teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian obat. Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya. Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian rute pemberian obat terhadap efeknya. Mengenal manifestasi manifestasi berbagai berbagai obat yang diberikan.
B. DASAR TEORI
Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat. Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik.Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep. Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.Penggunaan hewan
percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Dimana cara pemberian obat turut menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorbsi obat oleh tubuh.tergantung efek yang dinginkan , yaitu efek sitemik dan efek lokal. Pada
hewan
sebagai
model
atau
sarana
percobaan
haruslah
memenuhi
persyaratanpersyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping factor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya.
C. BAHAN
1. CMC 2. OBAT ASPILET 3. Mencit = 28 gr
D. ALAT
a.
Jarum suntik ¾ - 1 inch (No. 27)
b.
Jarum Oral
c.
Vial 10ml
d.
Lumpang dan alu
e.
Pipet tetes
f.
Sudip
E. PROSEDUR KERJA
1. Kalibrasi vial 10ml 2. Aspilet digerus, kemudian ditimbang sebanyak 0,0294g 3. Tabur Na CMC di atas air panas di dalam lumpang ,diamkan selama 15 menit , kemudian gerus cepat-cepat, + aspilet gerus homogen. 4. Masukkan Na CMC + Aspilet yang telah di gerus homogeny, masukkan kedalam vial kemudian ad kan 10ml. 5. Suntikkan secara oral kepada mencit sebanyak 0,29ml, biarkan mencit selama 10 menit. 6. Kemudian suntikkan juga secara I.V (Intra Vena ) dengan NaCL fisiologis sebanyak 0,1ml. 7. Kemudian suntik kan juga secara intraperitonial dengan NaCL fisiologis sebanyak o,1 ml.
Rute Pemberian Obat Secara Oral
Prosedur : Pegang mencit pada tengkuknya, pasang Jarum oral pada alat suntik yang telah diisi obat, masukkan ke mulut tikus melalui langit-langit, dorong larutan tersebut ke dalam esophagus. Pengamatan: - Catat waktu pemberian obat, mulai timbulny timbulnyaa efek (on set) dan hilangnya efek - Efek yang diamati, diantaranya :
Aktivitas spontan dari respon terhadap rangsangan/stimulus pada keadaan normal
o
Perubahan aktivitas baik spontan maupun distimulasi
o
Usaha untuk menegakkan diri tidak berhasil
o
Diam, tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi dicoba.
o
Rute Pemberian Obat Secara Intraperitoneal
Prosedur : Pegang mencit pada tengkuknya sedemikian hingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala, Suntikan larutan obat ke dalam abdomen bawah dari tikus disebelah garis midsagital Pengamatan: Lakukan pengamatan seperti pada pemberian secara oral.
D. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
1. Konversi Dosis
-
Dosis untuk manusia : 100mg/70kg BB a. Dosis untuk mencit = Faktor konversi konv ersi x Dosis untuk manusia 0,0026 x 100mg = 0,26mg/20gr b. Dosis untuk untuk sediaan sediaan 10ml 1 % -- VaO = BB (Kg) X Dosis (mg/kg BB) Konsentrasi Konsentrasii = BB (Kg) X Dosis (mg/kg BB) Konsentras 1 % -- VaO Konsentrasi = ( 0,26mg/20gr ) x 20gr : 0,2ml = 1,3 mg/ml
Untuk 10ml = 1,3mg/ml x 10ml = 1,3 mg/ml
c. Obat yang ditimbang untuk 10ml = (13mg ( 13mg : 100mg/tab ) x 0,2264gr = 0,0294gr
d. VaO = BB (Kg) X Dosis (mg/kg BB) Konsentrasi VaO= ( 0,26mg/20gr ) x 32gr : 1,3mg = 0,32ml
E. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mempalajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap absorpsi obat dalam tubuh (dalam hal ini pada tubuh hewan uji). Sebagai hewan uji kaliini dipilih mencit karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan melalui dua rute pemberian obat, yang pertama adalah melalui oral dan yang kedua melalui intra peritoneal. Pada pemberian obat melalui oral ke mencit dengan cara mencit dipegang pada tengkuk nya,jarum oral telah dipasang pada alat suntik yang berisi obat,diselipkan dekat langit-langit mencit dan diluncurkan masuk ke esophagus,larutan di desak keluar dari alat suntik,pada tikus secara oral dapat diberikan maksimal 5ml/100g bobot tubuhnya. Sedangkan melaui intraperitoneal yaitu mencit dipegang tengkuk nya sedemikian sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala. larutan obat dimasukkan kedalam abdomen ke bawah dari mencit sebelah garis masdital. Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat yang umum dilakukan karena mudah, aman, dan murah. Tapi selain itu melalui oral juga memiliki kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhinya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama. Sedangkan pemberian secara suntikan yaitu pemberian intravena, memiliki keuntungan karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi dan sebaginya. seperti data yang didapatkan tentang perbandingan rute pemberian obat yang telah kami lakukan ini terhadap efektifitasnya, menunjukkan bahwa dalam rute pemberian melalui intravena adalah yang paling cepat.
F. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding secara Intravena yaitu dikarenakan Intraperitoneal tidak mengalami fase absorpsi seperti oral tetapi langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Tidak seperti pemberian secara oral, obat akan mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan baru memberikan efek. Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat.
G. Pertanyaan serta Jawaban
1. Jelaskan tentang Cara-cara pemberian obat Jawab : a. Secara oral Mencit dipegang tengkuk nya, jarum oral telah dipasang pada alat suntik yang berisi obat, diselipkan dekat langit-langit tikus dan diluncurkan masuk keesophagus, larutan didesak keluar dari alat suntik, pada tikus secara oral dapat diberikan maksimal 5mL/100g bobot tubuhnya. b. Secara subkutan Penyuntikan biasanya dilakukan dibawah kulit tengkuk atau abdomen. Seluruh jarum langsung ditusukkan kebawah kulit dan larutan obat didesak keluar dari alat suntik c. Secara intravena Tikus dimasukkan kedalam alat khusus yang memungkinkan ekornya keluar Sebelum disuntik, sebaiknya pembulih balik pada ekor dilatasi dengan penghangatan atau pengolesan memakai pelarut organic (seperti aseton atau eter), bila jarum suntik tidak masuk kevena, terasa ada tahanan, jaringan ikat sekitar daerah penyuntikan memutih dan bila piston alat suntik ditarik, tidak ada darah yang mengalir kedalamnya. Dalam keadaan dimana harus dilakukan penyuntikan berulang, penyuntikan dimulai dari bagian atas distal ekor.
d. Secara intraperitoneal Tikus dipegang pada tengkuknya sedemikian sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala. Larutan obat dimasukkan kedalam abdomen kebawah dari tikus sebelah garis misdagital. e. Secara intramuscular Larutan obat disuntikkan kedalam otot sekitar gluteus maximus atau kedalam otot paha belakang, selalu perlu dicek apakah jarum tidak masuk kedalam vena dengan cara menarik kembali piston alat suntik.
f. Secara rectal Kateter dibasahi terlebih dahulu dengan paraffin atau gliserin, kemudian dimasukkan kedalam rectum tikus sejauh kira-kira 4cm dan larutan obat didesak keluar.
2. Jelaskan Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efek dari suatu obat Jawab : 1. Faktor bukan obat Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara lain adalah: a. Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik, kecenderungan untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup. b. Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan, misalnya pencemaran oleh antibiotika. 2. Faktor obat a. Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping. b. Pemilihan obat. c. Cara penggunaan obat d. Interaksi antar obat.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1990. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Badan. Gadjah Mada University Press : D.I Yogayakarta. Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Farmasi. Universitas Indonesia Press : Jakarta. Katzung, B.G., 1998. Farmakologi 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik . Edisi VI. Jakarta: Reksohadiprodjo, M.S., 1994. Pusat Penelitian Obat Masa Kini. Kini . Gadjah Mada University Press :Yogyakarta Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, 1995. Pengantar Farmakologi Dalam “Farmakologi dan Terapi”.. Edisi IV. Editor: Sulistia G.G. Gaya Baru : Jakarta. Terapi”
View more...
Comments