Laporan Praktikum Farmakognosi - Pasak Bumi

June 30, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Praktikum Farmakognosi - Pasak Bumi...

Description

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAN IDENTIFIKASI KIMIA PASAK BUMI (Eurycoma longifolia L.) ASAL KELURAHAN SEI GOHONG KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

DISUSUN OLEH : NAMA

: MUHAMMAD AZMI

NIM

: J1E107207

KELOMPOK : III (TIGA)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU DESEMBER 2008

1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obat asli Indonesia adalah obat-obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan alam yang terdapat di Indonesia, diolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional (Dalil ini sesuai dengan ketetapan yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Farmasi tahun 1963 pasal 2 ayat c). Obat asli Indonesia hendaknya dipergunakan sebagai penyempurna usaha pengobatan dan mencakupi kebutuhan rakyat dalam logistik kesehatan. Penelitian (obat-obat asli Indonesia) terhadap hasil karya nenek moyang kita (babad, lontar, tambo) dalam hubungannya dengan latar belakang perkembangan ilmu pengobatan dan kebudayaan pada masa itu (Sastroamidjojo, 1997). Obat-obatan dalam bentuk tumbuh-tumbuhan dan mineral telah ada jauh lebih lama dari manusianya sendiri. Penyakit pada manusia dan nalurinya untuk mempertahankan hidup, setelah bertahun-tahun, membawa kepada penemuan-penemuan. Penggunaan obat-obatan walaupun dalam bentuk sederhana tidak diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum sejarah yang ditulis, karena naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air dingin atau menempelkan daun segar pada luka tersebut atau menutupnya dengan lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan orang-orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan dengan terapi dimulai (Ansel, 1989). Tanaman obat mudah dikenali yaitu dapat diketahui dari baunya dan rasanya. Tanaman-tanaman obat berperan penting bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu pemerintah menganjurkan agar setiap tanah pekarangan yang masih kosong diwujudkan menjadi apotik hidup. Dalam rangka mewujudkan apotik hidup, membudidayakan berbagai tanaman dapat dikembangkan pada sebidang tanah yang khusus diperuntukkan tanaman-tanaman yang berkhasiat obat-obatan dengan pengelolaannya yang baik karena tanaman-tanaman yang

1

2

mulus pertumbuhannya akan memberikan hasil-hasil yang baik bagi penggunaan sendiri maupun yang banyak dicari atau dibutuhkan oleh para pengusaha industri obat-obatan, apotik, maupun industri obat-obatan tradisional (Kertasapoetra, 1996). Saat ini dengan pesatnya perkembangan penelitian dalam bidang obat. Saat ini tersedia berbagai jenis pilihan obat sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Temuan dan terobosan substansial di bidang obat telah memberikan konstribusi yang besar dalam meningkatan pelayanan kesehatan, namun perlu disadari bahwa obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Obat sintesis merupakan obat yang telah banyak beredar dipasaran dengan bermacam-macam merek dan kemasan, tetapi kelemahan dari jenis obat sintesis tersebut berupa efek samping yang dihasilkan dan juga harganya yang relatif mahal, bila dibandingkan dengan obat tradisional (Endarwati, 2005). Saat ini lebih dianjurkan menggunakan obat-obat tradisional, dengan begitu efek samping dari suatu obat dapat dikurangi. Oleh karena itu, dikembangkanlah budaya penggunaan obat dari alam, contohnya berupa akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.), yang berkhasiat untuk meningkatkan stamina di samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis (Anonim3, 2003). Sudah berpuluh tahun penduduk di Asia Tenggara menggunakan pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) disebabkan oleh khasiatnya yang tinggi dan mengagumkan. Sulit untuk dikatakan bagaimana ramuan ini terkenal sebagai bahan yang ‘afrodisiak’ yaitu ‘perangsang nafsu syahwat’ dan juga obat untuk pelbagai penyakit, contohnya jangkitan kulit, luka, deman, panas, malaria, tekanan darah tinggi, dan kencing manis, juga untuk menambah tenaga dan stamina seseorang (Anonim8, 2006). I.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari pada percobaan ini adalah melakukan pemeriksaan farmakognostik, yaitu pemeriksaan morfologi, anatomi, dan organoleptik tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) dan melakukan reaksi

3

identifikasi kimia, serta untuk memenuhi tugas akhir praktikum Farmakognosi I. I.3 Maksud Percobaan Maksud dari pada percobaan ini ialah untuk mengetahui morfologi, anatomi, dan organoleptik dari tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.), serta untuk mengetahui senyawa kimia yang terkandung pada tanaman tersebut.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 URAIAN TANAMAN II.1.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi

: Magnoliophyta

Class

: Magnoliopsida

Ordo

: Sapindales

Family

: Simaroubaceae

Genus

: Eurycoma

Species

: Eurycoma longifolia L.

(Anonim6, 2006). II.1.2 Morfologi Tanaman Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) merupakan tanaman berbentuk semak atau pohon kecil yang tingginya jarang mencapai 10 m, berdaun majemuk, menyirip ganjil, ibu tangkainya mencapai 1 m, mengelompok di ujung ranting yang tebal. Anak daun berhadapan, berbentuk lanset atau agak berbentuk bundar telur dengan ujung agak meruncing. Bunga yang berwarna merah kejinggaan keluar dari ketiak daun dan seluruh bagiannya berbulu-bulu halus dengan benjolan kelenjar di ujungnya (Anonim2, 2003). II.1.3 Kandungan Kimia Eurikomanone, (quassinoids)

yang

eurikomalaktone, banyak

terdapat

dan

dalam

akar,

eurikomanol methanol,

dichloromethane atau chloroform, terpernoids, stigmasterol, sitosterol, sterol, saponins, quassinoid, campesterol, benzoquinpones, alkaloid, scopoletin,

piscidinol,

nilocitin,

4

methoxycantin-one-oxide,

5

methoxycantin-one, meliane, longilene, longilactone A and B, hydroxyeurycomalactone, hydroxycantin-one-oxide, hydroxycantineone, hydroxxydehydro, hispidone, eurylene, durylactone, eurycomanol oD-glycopyranoside,

epispelin,

dihydroxyklaineanone,

dihydroxyeurycomanone, dihydroeurycomalactone (Anonim4, 2005). II.1.4 Kegunaan Keseluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam, radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Batang dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang telah diperdagangkan secara luas berkhasiat untuk meningkatkan stamina di samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis. Daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dipakai sebagai obat disentri, sariawan, dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga berguna untuk sakit kepala, luka-luka, kurap, disentri, bengkak, kelenjar, antileukemik, antitumor, antiviral, antifidan, insektisidal, antiamebik, antimalaria, dan antiradang (Anonim5, 2006). II.1.5 Nama Daerah Sumatera: kayu kebel (Lampung), bidara, bidara puti, bidara putih (Palembang), bidara laut, bidara putih (Sumatera Utara), puli, pule, mempoleh, kayu pule, bidara laut, bidara putih, kayu lawang (Bangka), bedara puti (Belitung), kayu petimah, kayu poris potala (Aceh), beseng besan, besan peku gancang, begu gajan (Batak), Sulawesi: bidara mapai (Bugis), bidara pai, kayu pai (Makassar), Jawa: babi kurus (Jakarta), widara putih (Jawa), Kalimantan: pasak bumi (Banjar), bidara pahit, dara pahit (Kalimantan Timur), tanyu ulat (Kalimantan

Tengah),

sahalai,

tunglirit

(Kalimantan

Tengah)

(Anonim2, 2003).

6

II.2 Reaksi Identifikasi Kimia II.2.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin Lignin adalah polimer yang terdiri dari unit fenilpropana. Penyelidikan Selanjutnya

lignin

didasarkan

diidentifikasi

produk

pada

isolasi

reaksi

ligninnya.

dengan

tehnik

kromatografi dan spekstroskopi. Fenilpropana adalah unit dasar dari lignin sudah diketahui sejak lama, tetapi sulit diterima bahwa ada gugus aromatik. Adanya gugus aromatik dibuktikan oleh Lange pada tahun 1954 dengan spektroskopi ultraviolet (Robensonstrever, 1995). Tehnik penandaan radio isotop

14

C yang digunakan

memastikan bahwa prazat lignin adalah koniferil alkohol, pkumaril alkohol dan sinapil alkohol.

Gambar 1. Prazat lignin (1). p-Kumaril alkohol; (2) konferil alkohol; (3) sinapil alkohol. Penyelidikan yang dilakukan oleh Erdtman pada tahun 1930 mempunyai arti yang penting untuk memahami pembentukan dan struktur lignin. Ia menyimpulkan bahwa lignin dibentuk dari jenis seperti koniferil alkohol melalui dehidrogenasi enzimatik. Reaksi dehidrogenasi enzimatik diawali dengan transfer elektron yang menghasilkan radikal fenoksi, yaitu suatu radikal yang dimantapkan oleh resonansi. Gugus fungsi yang sangat mempengaruhi reakstivitas lignin terdiri dari hidroksil fenolik, hidroksil benzilik dan gugus karbonil (Pengel, 1995)

7

Reaksi lignin dilakukan dengan membasahi lisan atau serbuk dengan larutan floroglusin P, kemudian menambahkan asam klorida P. Hasil kemudian diamati pada mikroskop. Bahan akan berwarna merah apabila dinding sel mengandung lignin.

Gambar 2. Struktur lignin (Anonim2, 1995). II.2.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda (Pengel, 1995). Reaksi identifikasi terhadap pati dan aleuron dilakukan dengan menambahkan iodium 0,1 N pada bahan di atas kaca objek. Hasil kemudian

diamati. Hasil akan berwarna biru

apabila mngandung pati dan akan berwarna kuning coklat sampai coklat apabila mengandung aleuron (Anonim2, 1995).

8

II.2.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir Reaksi identifikasi terhadap lendir dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan merah ruthenium P pada bahan kering atau serbuk di atas kaca objek, kemudian kaca objek ditutup dengan kaca penutup. Serbuk kemudian dibiarkan selama 15 menit, apabila hasil positif maka lendir dan pektin akan berwarna merah intensif. Perbedaannya secara jelas, dapat dilihat dengan cara mencuci terlebih dahulu sampel dengan menggunakan larutan timbal (II) asetat P 9,5% sebelum sampel serbuk diidentifikasi (Anonim2, 1995). II.2.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol Katekol merupakan fenol terhidroksilasi yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme. Katekol memiliki dua grup hidroksil dan pirogalol merupakan fenol terhidroksilasi yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme. Katekol memiliki dua grup hidroksil dan pirogalol memiliki tiga. Sisi dan jumlah grup hidroksil pada grup fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas relatif mereka terhadap mikroorganisme, dengan bukti bahwa hidroksilasi yang meningkat menyebabkan toksistas yang meningkat (Robensonstrever, 1995). Reaksi identifikasi terhadap katekol dilakukan dengan menambahkan larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol (90%) P pada bahan atau serbuk di atas kaca objek dan menambahkan asam klorida P. Bagian yang positif mengandung turunan katekol akan berwarna merah intensif (Anonim2, 1995). II.2.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol Istilah polifenol mengacu pada sejumlah besar senyawa terutama yang berasal dari turunan flavan. Polifenol yang terdapat pada kulit diklasifikasikan menurut molekul dan kelarutannya (Pengel, 1995).

9

1. Identifikasi dilakukan pada hasil mikrosublimasi serbuk dengan menambahkan larutan fosfomolibdat asam sulfat P. Serbuk akan berwarna biru apabila hasil positif. 2. Identifikasi dilakukan pada hasil mikrosublimasi serbuk dengan menambahkan larutan asam diazon benzensulfonat P. Serbuk berwarna jingga sampai merah apabila hasil positif. (Anonim2, 1995) II.2.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat Reaksi identifikasi terhadap karbohidrat dilakukan dengan menambahkan pereaksi fehling dan benedict pada serbuk dan memanaskannya. Hasil positif terlihat dengan terbentuknya endapan merah bata (Pengel, 1995). II.2.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik. Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkaloid dari tanaman Berri solanum khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan AIDS. Ketika

alkaloid

ditemukan

memiliki

efek

antimikroba

(termasuk terhadap Giardia dan Entamoeba), efek antidiare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid kuaterner planar aromatik seperti barberin dan harman dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA (Anonim9, 2008).

10

Gambar 3. Struktur kimia senyawa yang tergolong dalam alkaloid Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoid termodifikasi. Yang lainnya terutama berupa senyawa aromatik yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai samping. Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu suku tumbuhan atau beberapa tumbuhan sekerabat. Jadi, nama alkaloid sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan penghasilnya, misalnya alkaloid Atropa atau alkaloid tropana, dan sebagainya (Anonim2, 2003). Reaksi identifikasi terhadap alkaloid dilakukan dengan melembabkan sebanyak dua gram serbuk bahan dalam amnonia 25% dan menggerus dalam mortir. Campuran kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus kuat-kuat. Campuran disaring dan filtratnya digunakan untuk percobaan (larutan A). Larutan A diteteskan pada kertas saring dan kemudian diberi pereaksi dragendorff. Warna jingga yang timbul pada kertas saring menunjukkan bahan positif mengandung alkaloid (Pengel, 1995). II.2.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin Tanin adalah suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi. Mereka ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar. Mereka dibagi

11

ke dalam dua grup, tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin kondensasi (Pengel, 1995). Secara kimia ada dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin

terkondensasi

yang hampir terdapat pada paku-pakuan dan gymnospermae, serta tersebar luas dalam agiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Cara yang dianjurkan: a) Tanin terkondensasi Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan tumbuhan hijau yaitu tanpa adanya pigmentasian) dengan mencelupknnya ke dalam HCl 2 M mendidih selama setengah jam. Bila terbentuk warna merah yang dapat diekstraksi dengan amil atau biutil alkohol, maka ini meripakan bukti adanya senyawa tersebut. b) Tanin terhidrolisikan Deteksi pendahuluan dalam daun dan jaringan lain setelah hidrolisis asam ialah dengan cara mengidentifikasi asam galat dan asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat yang dipekatkan

Gambar 4. Salah satu struktur kimia tanin Reaksi identifikasi terhadap tanin dilakukan dengan memasukkan sebanyak masing-masing lima ml larutan filtrat ke dalam dua tabung reaksi. Tabung pertama

12

ditambah dengan larutan besi (14) klorida 1% akan menunjukkan warna hijau violet bila bahan mengandung tanin. Tabung kedua ditambah dengan larutan glatin akan menunjukkan warna hijau violet bila bahan mengandung tanin. Tanin kahekat dan tanin galat dibedakan dengan menambahkan larutan filtrat dengan pereaksi Steasny L formaldehid 3%-asam klorida (2:1) dan dipanaskan dalam panas air 90oC. Terbentuknya filtrat dipisahkan dan dijenuhkan dengan natrium asetat. Penambahan larutan besi (III) klorida 1% pada campuran akan membentuk warna biru tinta atau hitam yang menunjukkan adanya tanin galat (Robensonstrever, 1995). II.2.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrakinon Reaksi

identifikasi

terhadap

dioksiantrakuinon

dilakukan dengan memanaskan larutan ekstrak sebanyak 2 ml dengan 5 ml H2SO4 selama 1 menit. Larutan kemudian didinginkan dan dikocok dengan 10 ml benzen. Warna kuning pada

lapisan

antrakuinon.

benzen

menunjukkan

Identifikasi

dapat

adanya

senyawa

diperjelas

dengan

menambahkan larutan natrium hidroksida 2 N, akan terjadi warna merah pada lapisan air (Anonim2, 1995). II.2.10 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin Reaksi identifikasi terhadap saponin dilakukan dengan mengocok sebanyak 10 ml larutan filtrat dalam tabung reaksi secara vertikal selama 10 detik, kemudian didihkan selama 10 menit (Anonim2, 1995). II.2.11 Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid Steroid ialah sejenis lipid terpenoid dicirikan oleh rangka karbon mempunyai empat gelang terlakur, umumnya diatur secara 6-6-6-5. Steroid adalah golongan lipid yang mempunyai karakteristik dari jenis struktur penyatuan cincin

13

karbon.

Steroid tidak mengandung asam lemak ataupun

gliserol, karenanya tidak dapat mengalami penyabunan. Steroid meliputi

empat

adrenokortikoid,

golongan, hormon

yaitu

seksual,

kolesterol,

hormon,

dan

empedu

asam

(Anonim9, 2008). Reaksi identifikasi terhadap steroid dilakukan dengan menguapkan sebanyak 1 ml larutan ekstrak sampai kering, kemudian ditambah dengan pereaksi Lieberman-Burchard. Warna biru-ungu yang timbul menunjukkan adanya senyawa terpenoid atau steroid (Pengel, 1995).

Gambar 5. Sinteis steroid Reaksi identifikasi terhadap steroid dilakukan dengan menambahkan bahan dengan beberapa tetes larutan Sudan III P di atas kaca objek. Bahan dapat dijernihkan lebih dahulu dengan larutan kloralhidrat P, kecuali jika bahan mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam dalam bejana tertutup yang di dalamnya terdapat cawan berisi etanol (90%) P. Bagian bahan yang mengandung suberin, kutin,

14

minyak

lemak

atau

minyak

atsiri

berwarna

jingga

(Anonim2, 1995).

15

BAB III METODE PENGERJAAN III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah : 1. Ayakan 2. Blender 3. Botol air mineral 1,5 L 4. Bunsen 5. Cutter 6. Corong gelas 7. Kaca objek 8. Kantong plastik 9. Kapas 10. Kardus 11. Karton 12. Kertas label 13. Kertas koran 14. Kertas saring 15. Korek api 16. Lakban 17. Lampu spiritus 18. Mikroskop elektrik 19. Parang 20. Plastik sampul 21. Plester 22.

Penjepit kayu

23.

Pipet tetes

24.

Pisau silet

25.

Polybag

26.

Pot kecil

15 16

27.

Sasak

28.

Tabung reaksi

29.

Tali rafia

III.1.2 Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah: 1.

Aquades

2.

Floroglusin

3.

Herbarium

basah

dari

tanaman

Pasak

Bumi

(Eurycoma longifolia L.) 4.

Irisan melintang akar, batang, dan daun dari Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)

5.

Larutan Etanol

6.

Larutan FeCl3 1 N

7.

Larutan H2SO4 10%

8.

Larutan HCl 0,5 N; 2%.

9.

Larutan I2 0,1 N

10.

Larutan KOH 10%

11.

Larutan Mayer

12.

Larutan Metilen blue

13.

Larutan α-naftol

14.

Larutan NaCl

15.

Metanol

16.

Serbuk dari Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.)

III. 2 Cara Kerja III. 2.1 Pengambilan Bahan Pengambilan bahan tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) dilakukan di Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada hari Sabtu tanggal 30 Agustus 2008 pukul 10.00 WIB dengan cara mencabut tanaman tersebut dengan menggunakan parang dan

17

cangkul, agar diperoleh seluruh bagian tanaman yang akan digunakan sebagai herbarium kering. Pengambilan bahannya adalah dengan memilih tanaman yang akan dikoleksi dan menentukan bagian tanaman yang dikehendaki untuk dijadikan simplisia. Dalam pengambilan pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ini, tidak bisa asal cabut saja dari tanah karena tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) mempunyai akar tunggang yang panjang dan menancap ke dalam bumi. Biasanya cara mengambilnya dengan cara memukul-mukul bagian atas dari akar dengan palu besar agar akarnya semakin menancap ke dalam tanah, kemudian di tarik-tarik lagi keatas. Semakin keras dipukul, akan memudahkan menariknya kembali ke permukaan. begitulah seterusnya hingga akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) bisa diangkat dari dalam tanah. III. 2. 2 Pengolahan Bahan Terdapat beberapa langkah dalam pengolahan bahan agar menjadi simplisia. Proses pengolahan bahan yang pertama kali dilakukan yaitu pencucian dan sortasi basah yang ditujukkan untuk membersihkan tanaman dari kotoran dan benda-benda asing dari seperti tanah, tanaman lain, batu, dan sebagainya. Tanaman kemudian dipotong atau dirajang kecil-kecil. Tujuan perajangan ini yaitu untuk memperluas permukaan dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) agar saat proses pengeringan berjalan dengan cepat. Proses pengeringan simplisia harus dilakukan secara hati-hati agar bahan aktif dari tanaman tidak rusak akibat pemanasan. Simplisia yang digunakan berupa akar sehingga pengeringannya dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari langsung, namun penjemuran maksimal dilakukan hingga jam 10 pagi. Simplisia yang telah kering kemudian disortasi kering, yaitu pemisahan dari partikel asing seperti kotoran atau dipisahkan dari bagian tanaman yang rusak akibat terlalu kering. Proses selanjutnya yaitu pengepakan dan penyimpanan. Sebagian

18

dari simplisia yang telah dirajang tersebut disimpan sebagai haksel dan sebagian lagi dihaluskan sehingga diperoleh serbuk dalam bentuk halus. Haksel dan serbuk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam pot terpisah. Untuk tanaman yang masih dalam bentuk utuh, dibuat

menjadi

herbarium

kering

yaitu

dengan

cara

menempelkannya pada kertas karton, dan memberi etiket. Selain itu juga dibuat herbarium basahnya. Pengolahan

herbarium

basah

tanaman

pasak

bumi

(Eurycoma longifolia L.) (mulai dari akar, batang dan daun) dilakukan dengan memasukkan ke dalam botol air mineral berukuran 1,5 liter yang berisi formalin 10%. Diusahakan agar seluruh bagian tanaman yang dimasukkan tersebut terendam sempurna dalam formalin. Botol kemudian ditutup rapat dengan plester agar tanaman terisolasi sempurna. Pengolahan herbarium kering dilakukan dengan mempersiapkan perwakilan bagianbagian tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) untuk diolesi formalin. Bagian-bagian tanaman tersebut kemudian diletakkan dan ditempel di atas kertas koran. Setelah itu, tanaman yang telah ditempel di atas kertas koran tersebut dilapisi lagi dengan kertas koran lalu disasak menggunakan sasak bambu yang telah disiapkan sebelumnya. III.3 Pemeriksaan Farmakognostik III.3.1 Pemeriksaan Morfologi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia L.) Pemeriksaan

morfologi

tanaman

dilakukan

dengan

mengamati bagian-bagian tanaman, yang mencakup bentuk daun, bentuk ujung daun, pangkal daun, tulang daun, bentuk tepi daun, susunan tulang daun, jenis daun, bentuk batang, arah tumbuh batang, dan sistem perakaran dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.).

19

III.3.2 Pemeriksaan Anatomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia L.) Pemeriksaan anatomi tanaman dilakukan dengan memotong bagian utama tanaman, yaitu bagian daun, akar dan batang secara melintang dan membujur. III.3.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma Longifolia L.) Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati langsung warna dari batang, daun, akar tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.). Identifikasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan penginderaan bau dan uji rasa, dengan mencicipi sedikit dari bagian tanaman tersebut, serta mengamati karakteristiknya. III.4 Pemeriksaan Reaksi Identifikasi Kimia III.4.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin Reaksi identifikasi lignin dilakukan dengan mengambil sejumlah serbuk sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang diletakkan diatas kaca objek kemudian ditambahkan 2 tetes larutan floroglusin dan 2 tetes HCl, dipanaskan agar serbuk melekat pada kaca objek kemudian dilihat pada mikroskop. Jika terlihat dinding sel yang berwarna merah maka pada sampel terdapat senyawa kimia lignin. III.4.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron Reaksi identifikasi aleuron dilakukan dengan mengambil serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang di letakkan diatas kaca objek, kemudian ditambahkan larutan I 2 0,1 N , kemudian dikeringkan di atas api agar serbuk melekat pada kaca objek. Kemudian dilihat di mikroskop. Jika selnya berwarna biru maka di dalam sampel positif terdapat pati, tetapi jika berwarna kuning kecoklatan maka di dalam sampel positif terdapat aleuron.

20

III.4.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir Reaksi identifiaksi lendir dilakukan dengan memasukkan sejumlah serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan methanol dan 2 tetes metilen blue. Jika larutan berubah menjadi warna merah maka hasil yang diberikan positif yaitu sampel mengandung lendir. III.4.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol Reaksi identifikasi katekol dilakukan dengan memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan FeCl 3. Jika larutan berubah menjadi warna hijau maka di dalam sampel positif terdapat senyawa katekol. III.4.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol Reaksi identifiaksi polifenol dilakukan dengan memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan H2O lalu dipanaskan, setelah itu disaring. Filtrat yang didapat didinginkan kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3. Jika larutan berubah menjadi warna hijau, berarti di dalam sampel positif terdapat senyawa polifenol. III.4.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat Reaksi

identifikasi

karbohidrat

dilakukan

dengan

memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes α-naftol dan 2 tetes H2SO4 10%. Jika hasilnya terdapat cincin ungu, maka di dalam sampel positif mengandung karbohidrat. III.4.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid Reaksi identifikasi alkaloid dilakukan dengan memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan HCl 0,5 N dan

21

2 tetes pereaksi mayer. Jika terdapat endapan berwarna putih maka di dalam sampel positif terdapat senyawa alkaloid. III.4.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin Reaksi identifikasi tanin dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1.

Serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ditambahkan air kemudian dipanaskan lalu disaring, diambil filtratnya kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan HCl 0,5 N, hasil positif jika timbul endapan.

2.

Serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 1 N, apabila positif menghasilkan warna biru kehitaman.

3. Serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ditambah 2 tetes larutan H2SO4, apabila positif menghasilkan endapan coklat kekuningan. III.4.9

Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon Reaksi identifikasi dioksiantrokinon dilakukan dengan memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan KOH 10%. Larutan akan berwarna merah jika hasil identifikasi positif.

III.4.10 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin Reaksi identifikasi saponin dilakukan dengan memasukkan serbuk dari sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan air dan dikocok, kemudian biarkan selama 30 menit. Jika busa yang dihasilkan bertahan lama maka di dalam sampel positif mengandung saponin. III.4.11 Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid Reaksi identifikasi steroid dilakukan dengan menambahkan serbuk sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dengan etanol kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi dan disaring, diambil filtratnya dan diuapkan hingga mengering. Hasil penguapan

22

kemudian disuspensikan dengan air dan eter. Larutan dipisahkan lapisan eternya dan ditambahkan reagen Lieberman-Burchard. Apabila menghasilkan warna merah atau merah jambu berarti identifikasi positif.

23

BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1 Pemeriksaan Morfologi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) Pemeriksaan morfologi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) yang diperoleh yaitu daunnya merupakan daun majemuk ganda dua, berbentuk jorong, tepi daunnya rata, ujung daunnya meruncing, pangkal daun meruncing, tulang daun menyirip, warna daun hijau tua, batangnya berbentuk panjang bulat seperti silinder, dan arah tumbuh batang tegak lurus, warna batang hijau kecokelatan dan tanaman ini memiliki akar tunggang yang berwarna putih kecokelatan. Hasil pemeriksaan morfologi tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3A. IV.2 Pemeriksaan Anatomi Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) Pemeriksaan anatomi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) yang diperoleh pada irisan melintang daun terlihat adanya trikoma, epidermis atas, parenkim, dan epidermis bawah, sedangkan pada irisan membujur tampak stomata, sel tetangga, dan epidermis. Bagian batang pada irisan melintang terlihat adanya epidermis dan ikatan pembuluh, begitu juga pada irisan membujur batang. Bagian akar pada irisan melintang tampak adanya epidermis, berkas pengangkut, dan pati; sedangkan pada irisan membujur terlihat adanya epidermis, korteks, dan pati. Hasil pemeriksaan anatomi tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 2A, 2B, dan 2C. IV.3 Pemeriksaan Organoleptik Tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) IV.3.1 Uji Bau Akar, batang, dan daun pasak bumi (Eurycoma Longifolia L.) memiliki bau khas.

23 24

Hasil pemeriksaan organoleptis tanaman untuk uji bau tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3B. IV.3.2 Uji Rasa Akar, batang, dan daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki rasa pahit. Hasil pemeriksaan organoleptis tanaman untuk uji rasa tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3B. IV.3.3 Uji Warna Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki warna kuning, batang pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki warna coklat, dan daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki warna hijau. Hasil pemeriksaan organoleptis tanaman untuk uji warna tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3B. IV.4 Reaksi Identifikasi Kimia IV.4.1 Reaksi Identifikasi Terhadap Lignin Reaksi identifikasi terhadap lignin serbuk sampel dari pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil positif, karena terdapat dinding sel yang berwarna merah yang menandakan adanya lignin. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.2 Reaksi Identifikasi Terhadap Pati dan Aleuron Reaksi identifikasi terhadap pati dan aleuron terhadap serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil positif mengandung pati karena adanya warna biru tua yang menggumpal setelah ditambahkan dengan I2, tetapi hasil tersebut

25

negatif untuk aleuron karena tidak adanya warna kuning coklat atau coklat setelah ditambahkan dengan I2. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.3 Reaksi Identifikasi Terhadap Lendir Reaksi identifikasi terhadap lendir, serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif, karena warna yang dihasilkan tidak berwarna merah melainkan warna hijau. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.4 Reaksi Identifikasi Terhadap Katekol Reaksi identifikasi terhadap katekol, sampel serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif, karena larutan yang dihasilkan setelah ditambahkan FeCl3 tidak berwarna hijau melainkan terbentuk endapan berwarna kuning. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.5 Reaksi Identifikasi Terhadap Polifenol Reaksi identifikasi terhadap polifenol, serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif, karena warna yang dihasilkan dari penambahan FeCl3 terhadap filtrat penyaringan serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang sebelumnya ditambahkan air dan dipanaskan, menghasilkan larutan berwarna kuning pucat. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi dapat dilihat pada lampiran 3C.

26

IV.4.6 Reaksi Identifikasi Terhadap Karbohidrat Reaksi identifikasi terhadap karbohidrat, serbuk sampel tanaman pasak bumi memberikan hasil negatif karena tidak terbentuk cincin ungu. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.7 Reaksi Identifikasi Terhadap Alkaloid Reaksi identifikasi terhadap alkaloid, serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil positif, karena larutan mengasilkan endapan putih. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.8 Reaksi Identifikasi Terhadap Tanin Reaksi identifikasi terhadap tanin, dilakukan tiga prosedur yang mana dari ketiganya serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) selalu memberikan hasil negatif. Hasil identifikasi kimia tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.9 Reaksi Identifikasi Terhadap Dioksiantrokinon Reaksi identifikasi terhadap dioksiantrokinon, serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif karena reaksi tidak menghasilkan larutan berwarna merah namun menghasilkan larutan berwarna kuning setelah serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ditambahkan KOH 10%. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.

27

IV.4.10 Reaksi Identifikasi Terhadap Saponin Reaksi identifikasi terhadap saponin, serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif, karena tidak menghasilkan buih yang dapat bertahan 30 menit. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C. IV.4.11 Reaksi Identifikasi Terhadap Steroid Pada reaksi identifikasi terhadap steroid, serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memberikan hasil negatif, karena tidak terbentuk suspensi. Hasil identifikasi kimia serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat dilihat pada lampiran 3C.

28

BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari praktikum Farmakognosi I adalah untuk melakukan pemeriksaan uji farmakognotif simplisia (morfologi, anatomi, dan organoleptis), dan melakukan pemeriksaan uji identifikasi kandungan kimia simplisia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak flora dan fauna yang kaya akan khasiat dan kegunaan. Banyak di hutan-hutan Indonesia ditemukan tumbuhtumbuhan yang berfungsi sebagai obat. Walaupun dalam penggunaannya masih bersifat tradisional dan belum mengalami suatu penelitian baik itu uji klinis maupun uji kandungan serta toksisitas obat tersebut. Untuk mengetahui keanekaragaman tanaman obat khususnya di hutan Kalimantan dilakukan pengidentifikasian baik secara morfologi, anatomi, maupun organoleptis serta dilakukan juga pengujian identifikasi kandungan kimia dari sampel tanaman yang diambil. Tongkat ali atau pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) merupakan keluarga dari Simaroubaceae yang tumbuh di hutan malar hijau di Asia Tenggara. Di Malaysia pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) digunakan secara meluas dalam penyediaan obat-obatan tradisional dan dijual dalam bentuk kapsul, tablet serta tonik pasak bumi (Eurycoma longifolia L.). Morfologi dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yaitu tanaman berbentuk semak atau pohon kecil yang tingginya jarang mencapai 10 m, berdaun majemuk ganda dua, menyirip, ibu tangkainya mencapai 1 m, mengelompok di ujung ranting yang tebal. Anak daun berhadapan, berbentuk jorong atau agak berbentuk bundar telur dengan ujung agak meruncing. Bunga yang berwarna merah kejinggaan keluar dari ketiak daun dan seluruh bagiannya berbulu-bulu halus dengan benjolan kelenjar di ujungnya. Biasanya tumbuh di daerah yang tanahnya agak asam serta berpasir. Sering terdapat di hutan-hutan pantai dan hutan tanah rendah, jarang sekali mencapai daerah yang terletak pada ketinggian 500 m dpl (di atas permukaan laut). Kandungan kimia yang terdapat pada pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) menurut literatur adalah eurikomanone, eurikomalaktone dan eurikomanol (quassinoids) yang banyak terdapat dalam akar. Kandungan tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) menurut reaksi identifikasi yang dilakukan praktikan, 28 29

yaitu pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) positif mengandung lignin, pati dan alkaloid. Keseluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam, radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Batang dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang telah diperdagangkan secara luas berkhasiat untuk meningkatkan stamina di samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis. Daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dipakai sebagai obat disentri, sariawan, dan meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga berguna untuk sakit kepala, luka-luka, kurap, disentri, bengkak, kelenjar, antileukemik, antitumor, antiviral, antifidan, insektisidal, antiamebik, antimalaria dan antiradang. Cara mengambil pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) tidak bisa langsung dicabut dari tanah karena pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki akar tunggang yang panjang dan menancap ke dalam. Cara mengambilnya biasanya dilakukan dengan cara memukul-mukul bagian atas dari akar dengan palu besar agar akarnya semakin menancap ke dalam tanah, kemudian di tarik-tarik lagi ke atas. Semakin keras dipukul, akan semakin memudahkan menariknya kembali ke permukaan. Begitulah seterusnya hingga tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) bisa dicabut dari dalam tanah. Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan maksud untuk mengetahui rasa, bau, dan warna pada tanaman. Daun, batang, dan akar tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki rasa pahit. Selain itu dilakukan uji identifikasi untuk mengetahui reaksi apa saja yang dapat menghasilkan reaksi yang positif dengan sampel. Hasil uji identifikasi menunjukkan bahwa tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) menghasilkan reaksi positif mengandung lignin, pati, dan alkaloid. Banyaknya hasil yang menunjukkan hasil negatif mungkin terjadi karena simplisia tidak murni akibat tercampur bahan asing. Seharusnya simplisia nabati hasus bebas dari serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan, tidak boleh mengandung lendir atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, dan tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya. Selain itu, hasil negatif mungkin terjadi akibat tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memang tidak mengandung zat yang dimaksud dalam identifikasi.

30

Berdasarkan kandungan tersebut pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) baik untuk diminum secara rutin. Hasil penelitian di Malaysia yang dilakukan pada tikus selama tiga tahun, menunjukkan bahwa tikus jantan yang diinjeksi pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) menjadi hiperaktif secara seksual, dan juga memiliki jumlah sperma tinggi dan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan tikus pada kelompok kontrol. Saat ini di Malaysia sedang dilakukan uji klinis terhadap tanaman ini. Selain itu uji khasiat terhadap laki-laki dewasa telah dilakukan oleh PT Sido Muncul terhadap produk Kuku Bima TL Plus Tribulus yang di dalamnya mengandung akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.). Sebagai penambah stamina dan kesuburan pria dosis yang digunakan berkisar 20100 mg ekstrak atau 100-500 mg serbuk kering tergantung pada campuran bahan lain yang digunakan. Sebagai penurun panas, 8-15 gram akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) digodog dengan tiga gelas air hingga menjadi satu gelas, minum setengah gelas dua kali sehari. Di daerah asalnya, yaitu Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya Kalimantan Tengah, tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dipercaya masyarakat sekitar berkhasiat untuk mengobati penyakit malaria dan sebagai penambah vitalitas pria. Hal ini berdasarkan pengetahuan secara turuntemurun dari nenek moyang. Khasiat tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) sebagai obat malaria memang belum diuji, namun sebagai penambah vitalitas pria, tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memang telah terbukti, baik dari identifikasi kandungan yang telah dilakukan oleh praktikan sendiri maupun berdasarkan literatur yang ada. Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) mengandung eurikomanone, eurikomalaktone dan eurikomanol (quassinoids) serta mengandung lignin, pati, dan alkaloid. Masyarakat memanfaatkan tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.), baik sebagai obat malaria maupun penambah vitalitas dengan merebus akar pasak bumi yang sudah bersih dengan air mendidih kemudian meminum airnya.

31

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pemeriksaan sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ini adalah : 1. Pemeriksaan morfologi tanaman Pasak Bumi (Eurycoma longifolia L.) yang diperoleh yaitu daunnya merupakan daun majemuk ganda dua, berbentuk jorong, tepi daunnya rata, ujung daunnya meruncing, pangkal daun meruncing, tulang daun menyirip, warna daun hijau tua, batangnya berbentuk panjang bulat seperti silinder, dan arah tumbuh batang tegak lurus, dan memiliki akar tunggang. 2. Pemeriksaan anatomi tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang diperoleh pada irisan melintang daun terlihat adanya trikoma, epidermis atas, parenkim, dan epidermis bawah, sedangkan pada irisan membujur tampak stomata, sel tetangga, dan epidermis. Bagian batang pada irisan melintang terlihat adanya epidermis dan ikatan pembuluh, begitu juga pada irisan membujur batang. Bagian akar pada irisan melintang tampak adanya epidermis, berkas pengangkut, dan pati; sedangkan pada irisan membujur terlihat adanya epidermis, korteks, dan pati. 3. Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan maksud untuk mengetahui rasa, bau, dan warna pada tanaman. Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki bau yang khas, rasa pahit, dan warna hijau tua untuk daun, hijau kecokelatan untuk batang, dan putih kecokelatan untuk akar. 4. Identifikasi kimia pada serbuk sampel tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan obat pada sampel. Tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) positif mengandung lignin, pati, dan alkaloid. 5. Berdasarkan literatur tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) memiliki bahan berkhasiat terutama pada akar yang memiliki

31

32

kandungan kimia antara lain

eurikomanone, eurikomalaktone, dan

eurikomanol (quassinoids). 6. Keseluruhan bagian dari tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dapat digunakan sebagai obat, antara lain obat demam, radang gusi, obat cacing, dan sebagai tonikum setelah melahirkan. Batang dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) yang telah diperdagangkan secara luas berkhasiat untuk meningkatkan stamina di samping sebagai obat sakit kepala, sakit perut, dan sipilis. Daun pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) dipakai sebagai obat disentri, sariawan, dan meningkatkan nafsu makan Selain itu juga berguna untuk sakit kepala, luka-luka, kurap, disentri, bengkak, kelenjar, antileukemik, antitumor, antiviral, antifidan, insektisidal, antiamebik, antimalaria dan antiradang. VI.2 Saran Agar para dosen serta asisten dapat lebih membantu para praktikan dalam pengambilan bahan serta pengolahan bahan, mengingat hal ini baru pertama kali dilakukan oleh para praktikan terutama mahasiswa farmasi khususnya. Selain itu, setelah mengetahui dan memahami kandungan dari tanaman pasak bumi (Eurycoma longifolia L.) ini, diharapkan akan semakin membuka wawasan dan pengetahuan kita untuk menggunakan obat-obat alami sebagai salah satu alternatif yang mudah untuk didapat dan murah dan memiliki efek samping relatif lebih minim dibanding obat modren yang dihasilkan dari senyawa bahan-bahan kimia sintetis yang memiliki tingkat efek samping yang relatif lebih banyak.

33

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF