Laporan Praktikum Farmako (Aesetilkolin Dan Usus Terpisah)

December 17, 2017 | Author: rara mutia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Praktikum...

Description

APORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI RESEPTOR ASETILKOLIN DI USUS

Kelompok 6 Depta Ketinda Paraton

(2013103303110….)

Mutiara Sukma Sholihah

(

Asni Marlia Egin Festi Mahda Arina Makina

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 201

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada penguasa seluruh alam semesta dan isinya Allah SWT, yang telah memberikan nikmat, karunia dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah laporan praktikum farmakologi dengan baik. Makalah ini disusun untuk membantu pengembangan pemahaman pembaca terhadap mulai kerja dan respon pada obat Diazepam yang diberikan secara

intraperitonial,

dan

juga

untuk

menyelesaikan

tugas

praktikum

farmakologi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Fathiyah Safitri, M.Kes selaku dosen pembimbing praktikum farmakologi Universitas Muhammadiyah Malang, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari semua pihak

Malang, 17 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI Kata Pengantar ......................................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................................ii Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2 1.3 Tujuan .........................................................................................................2 1.4 Manfaat........................................................................................................3 Bab II Pembahasan..................................................................................................3 2.1 Landasan Teori............................................................................................3 Bab III Pembahasan................................................................................................9 3.1 Alat...............................................................................................................9 3.2 Bahan...........................................................................................................9 3.3 Prosedur Kerja.............................................................................................9 3.4 Hasi Penelitian……………………………………………………………11 Bab IV Penutup.....................................................................................................15 4.1 Kesimpulan................................................................................................15 4.2 Saran..........................................................................................................15 Daftar Pustaka........................................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan Pada prinsipnya semua bagian dari fraktus gastrointestinal dapat digunakan untuk percobaan organ terpisah (esofagus, gaster, ileum, kolon, dan bahkan rektum). Ada 2 macam metoda organ terpisah, yaitu yang disertai saraf dan tidak disertai saraf. Dengan metoda ini dapat diamati respon organ terhadap pemberian obat. Respon obat terhadap obat dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat digunakan untuk menghitung afinitas obat terhadap reseptor. Pada praktikum ini digunakan beberapa konsentrasi obat untuk melihat efeknya terhadap organ terpisah (usus). Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang digunakan oleh saraf. Asetilkolin (Ach) adalah neurotransmitter yang digunakan oleh serat preganglion simpatis dan parasimpatis. Ach juga digunakan sebagai neurotransmitter serat pascaganglion parasimpatis. Serat ini, bersama dengan semua serat praganglion otonom, disebut juga sebagai serat kolinergik. Ach juga berperan dalam persisteman parasimpatis, yaitu sebagai neurotransmitter pascaganglion. System parasimpatis sangat berperan dalam system pencernaan. System ini mendominasi pada keadaan tenang dan santai. System parasimpatis merupakan tipe rest and digest, yaitu istirahat dan cerna sekaligus memperlambat aktivitas – aktivitas yang ditingkatkan oleh system simpatis. Sebagai contoh, efek stimulasi parasimpatis pada system pencernaan adalah sebagai berikut : • Meningkatkan motilitas organ pencernaan • Relaksasi sfingter (untuk memungkinkan gerakan maju isi saluran cerna) • Stimulasi sekresi pencernaan • Stimulasi sekresi pancreas eksokrin (untuk pencernaan) • Pengeluaran banyak liur encer kaya enzim 1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efek farmakologis obat agonis dan antagonis pada jaringan usus terpisah? 2. Bagaimana afinitas dan seletifitas obat terhadap reseptor pada usus terpisah? 1.3. Tujuan Praktikum 1. Memahami prinsip-prinsip percobaan farmakologi dengan menggunakan sediaan jaringan usus terpisah 2. Memahami efek farmakologis obat agonis dan antagonis pada jaringan usus terpisah 3. Menghitung afinitas dan seletifitas obat terhadap reseptor pada sediaan usus terpisah 1.3. Manfaat Praktikum Mengetahui prinsip dan efek kerja obat agonis dan antagonis pada jaringan usus terpisah.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sediaan Usus Terpisah 2.2. Reseptor Reseptor merupakan suatu molekul yang jelas dan spesifik terdapat dalam organisme, tempat molekul obat (agonis) berinteraksi membentuk suatu kompeks yang reversibel sehingga pada akhirnya sehingga menimbulkan respon. Suatu senyawa yang dapat mengaktivasi sehingga menimbulkan respon disebut agonis. Selain itu senyawa yang dapat membentuk konleks dengan reseptor tapi tidak dapat menimbulkan respons dinamakan antagonis. Sedangkan senyawa yang mempunyai aktivitas diantara dua kelompok tersebut dinamakan antagonis parsial. Pada suatu kejadian dimana tidak semua reseptor diduduki atau berinteraksi dengan agonis untuk menghasilkan respons maksimum, sehingga seolah-olah terdapat kelebihan reseptor, kejadian ini dinamakan reseptor cadangan. Fungsi reseptor adalah : 1. Merangsang perubahan permeabilitas membran sel 2. Pembentukan pembawa kedua (second messenger) misalnya cAMP, diasilgliserol, inositol trifosfat 3. Mempengaruhi transkripsi gen atau DNA 2.3. Tyrode Cairan elektrolit yang bersifat isotonis dengan kandungan NaCl 0,9%. Larutan tyrode terdiri dari NaCl 8g, KCl 0,2g, CaCl2 0,2g, MgCl2 0,1g, NaHPO4 0,05g, NaHCO 1,0g glukosa 1g. 2.4. Methacholine 1. Sifat farmakologis Dibandingkan dengan Ach, masa erjanya lebih lama;resisten terhadap hidrolisis oleh kolinesterase non-spesific; relatif resisten terhadap hidrolisis oleh Ach, potensi muskarinik hamper sama dengan Ach; efek yng paling besar adalah pada reseptor muskarinik kardiovascular. Potesi nikotinik kurang dari Ach. 2. Indikasi penggunaan Asetilkolin digunakan untuk (1) pengobatan gawat darurat glukoma sudut sempit untuk menurunkan tekanan intraocular dan (2) uji

diagnostic untuk pasien yang diduga mengidap asma (presipitasi bronkospasme) 3. Tokisitas. Aktivits muskarinik yang berlebihan dapat diobati dengan atropine. Toksisitas dapat berupa: (1) depesi kardiovaskular yang seriusBradicardi, SA.node arrest, efek intropik negative, vasodilatasi, sinkop, (2) mual, muntah, nyeri abdomen, (3) diaphoresis, (4) sakit kepala, dan (5) urinary urgency. 4. Kontraindikasi Penderita asma, penyakit arteri coroner, penyakit ulkus peptikum, dan hipertiroidisme. 2.5. Atropin 1. Uraian Umum Atropin Nama generik : Atropin Nama kimia : Atropine sulfate Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier;Atropin adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Atropin yang berbentuk serbuk kristal putih atau kristal putih seperti jarum larut dalam air (2500 mg/mL), alkohol (200 mg/mL) pada

suhu

, gliserol (400 mg/mL) atau methanol. Dalam perdagangan

injeksi atropine berada dalam bentuk larutan steril dalam pelarut water for injection atau larutan Na Cl 0,9 % 2. Farmakologi Aksi onset Absorpsi Distribusi

Metabolisme Eliminasi

: cepat : lengkap : terdistribusi secara luas dalam badan, menembus plasenta, masuk dalam air susu, menembus sawar darah otak. : hepatik : 2-3 jam;

Ekskresi

: urin (30% hingga 50% dalam bentuk obat yang tidak berubah dan metabolitnya)

3. Kontra indikasi Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit), myasthenia gravis (tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat. 4. Efek samping Efek samping antimuscarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, ;mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah dan pusing. 5. Interaksi obat Meningkatkan efek/toksisitas dimana ketika antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara bersamaan. Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias (hindari penggunaan secara bersamaan). Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine. Efek levodopa dapat diturunkan(data klinik tervalidasi terbatas). Obat-obat dengan mekanisme cholinergic(metochlopramide, cisapride, bethanecol) menurunkan efek antikolinergik atropin.

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Alat dan bahan Alat : 1. Spuit 1cc 2. Wadah untuk obat 3. Organ bath Bahan : 1. Metakolin 2. Atropin 3. Cairan Tyrod 4. Usus tikus 3.2. Prosedur Kerja 1. Menyiapkan penangas khusus untuk percobaan ini dan kymograph 2. Membunuh marmut, meletakkan dalam posisi terlentang dan membuka abdomennya 3. Keluarkan ususnya lalu potong, dan angkat keluar 4. Masukkan usus dalam gelas beker berisi larutan tyrode 37ᵒC 5. Usus dibersihkan dengan memberi larutan tyrode dalam lumen usus dipotong sepanjang 3-4 cm 6. Pasang usus pada organ bath berisi larutan tyrode 7. Diamkan usus pada tempatnya selama 5 menit 8. Menambahkan metakolin dengan konsentrasi 10-7 – 10-1 secara bertahap dalam larutan tyrode

Tabel Hasil Pengamatan a. Pada pemberian metakolin saja, base line 0,00 Besar Efek

Kymograph

Konsentrasi Metakolin dalam Organ Bath

-

-

10-7

-

-

10-6

0,04

0,04

10-5

0,075

0,075

10-4

0,11

0,11

10-3

0,11

0,11

10-2

b. Pada pemberian atropin sebelum pemberian metakolin, base line -0,02

Besar Efek

Kymograph

Konsentrasi Metakolin dalam Organ Bath

-

-0,02

10-7

-

-0,02

10-6

c. Pada pemberian atropin sebelum pemberian metakolin, base line 0,02 Besar Efek

Kymograph

Konsentrasi Metakolin dalam Organ

-

-0,02

10-7

-

-0,02

10-6

-

-0,02

10-5

-

-0,02

10-4

0,01

0,01

10-3

0,09

0,07

10-2

0,10

0,08

10-1

Pemberian metakolin sebelum diberikan atropin dengan based line 0.00 memberikan efek pada konsentrasi 10-5 dengan efek sebesar 0.04 dan menunjukkan efek maksimal pada konsentrasi 10-2 dengan efek sebesar 0.1 yang

menandakan metakolin hanya bisa memberikan efek maksimal sebesar 0.1. Sedangkan efek dari pemberian metakolin setelah diberi atropin dengan based line -0.02 pada konsentrasi 10-4 besar efeknya 0.01 dan menunjukkan efek maksimal pada konsentrasi 10-2 dengan efek sebesar 0.08. Bila di bandingkan antara pemberian metakolin sebelum dan sesudah diberika atropin, keduanya memiliki terapeutik window yang sama. Efek dari masing-masing inrteraksi antara obat dan reseptor akan muncul ketika obat telah menduduki semua reseptor yang ada pada usus tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa atropin merupakan antagonis competitif dimana atropin yang sebelumnya menduduki reseptor dari agonis muskarinik bisa digeser dan efek yang sama dapat timbul ketika dosis dari agonis ditambah. Dari data yang dihasilkan kymograph, terlihat perbedaan pada batas kurva. Hal ini dikarenakan based life dari pemberiaan obat berbeda sehingga jika based life ada pada batas yang sama, terapeutic window dari kedua percobaan akan sama. Walaupun dengan range yang berbeda karena pada pemberian metakolin setelah diberi atropin, based linenya -0,02.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF