Laporan Praktikum Entomologi Uji Toksisistas Ekstrak Daun Sirsak

October 10, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Praktikum Entomologi Uji Toksisistas Ekstrak Daun Sirsak...

Description

 

Laporan praktikum Entomologi Uji toksisistas ekstrak daun sirsak   BAB I  PENDAHULUAN 

1.1.  Latar Belakang 

Tanaman sirsak merupakan salah satu jenis tanaman buah yang banyak tumbuh di  pekarangan rumah dan di ladang-ladang sampai ketinggian tempat kira-kira1000 m dari  permukaan laut. Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai  buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang memiliki multi khasiat. Dalam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol sirsak. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin acetoginin,, antara lain asimisin, bulatacin dan  squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin acetogenin   memiliki keistimewan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Septerina, 2002).  Acetogenin adalah senyawa  polyketides dengan struktur 30 – 32 32 rantai karbon tidak  bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone 5-methyl-2-furanone.. Rantai  furanone dalam gugus hydrofuranone  pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik, dan derivat acetogenin acetogenin   yang berfungsi sitotoksik adalah asimicin, bulatacin, bulatacin, dan squamocin dan squamocin (Shidiqi dkk., 2008). Menurut Mitsui et al. (1991), bahwa  squamocin mampu menghambat transport elektron  pada sistem respirasi sel, sehingga menyebabkan gradien menyebabkan  gradien proton terhambat proton  terhambat dan cadangan energi tidak dapat membentuk ATP.  Bulatacin diketahui menghambat kerja enzim NADH-ubiquinone NADH-ubiquinone reduktase yang reduktase  yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondria (Panji, 2009). Rislansyah (2000), membuktikan hasil penelitiannya, bahwa ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk membunuh jentik  Anopheles aconitus dengan tingkat kematian sebesar 100%.

 

Caranya adalah dengan mencampurkan ekstrak daun sirsak ke dalam mangkok yang sudah berisi  jentik Anopheles  jentik  Anopheles aconitus dengan konsentrasi sebesar 0,130%. Simanjuntak (2007), membuktikan hasil penelitiannya, bahwa ekstrak bubuk daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan hama rayap, caranya adalah dengan meletakkan umpan rumah rayap yang diberi ekstrak bubuk daun sirsakdengan dosis 6 gram kedalam toples yang telah berisi 20 ekor rayap. Pada umumnya, petani melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida sintetik (kimia) dengan asumsi bahwa pestisida sintetik lebih efektif untuk pengendalian organisme  pengganggu tanaman. tanaman. Padahal jika dikaji lebih dalam penggunaan pestisida kimia mempunyai dampak negatif bagi kehidupan baik tanaman, hewan, maupun manusia. Hal ini karena pestisida sintetik (kimia) dapat menimbulkan dampak residu dan mengakibatkan terjadinnya pencemaran  pada tanah, air dan udara (rina, 2007).

1.2.  Tujuan Praktikum  Untuk mengetahui jumlah mortalitas atau kematian dari jentik nyamuk yang direndam

dengan ekstrak daun sirsak ( Annona  Annona muricata). muricata).

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA 

 

2.1.  Insektisida Nabati

Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesis, pertumbuhan atau aspek fisiologi tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sistem yang berpengaruh pada OPT adalah sistem saraf atau otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku, sistem pernafasan, dan lain-lain. Senyawa bioaktif ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga yang terdapat di lingkungan rumah (Naria, 2005). Insektisida nabati seperti nikotin, piretrin dan ratenoid sudah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap insekta. Tetapi sedikit yang mengetahui banyak tanaman lain yang bersifat toksik untuk kehidupan insekta. Pada tahun 1945 dilaporkan ada 1.180 spesies tumbuhan yang mengandung racun serangga, kebanyakan belum diinvestigasi. Toksisitas dari senyawa kimia tumbuhan bersifat relatif, tergantung dari dosis yang diberikan pada periode waktu tertentu, umur dan kondisi tubuh hewan, mekanisme absorbsi dan model ekskresi (Harborne, 1982). Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat dimanfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun,  buah, bunga, biji, kulit, batang dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk ataupun ekstraksi (dengan air, ataupun senyawa pelarut organik). Insektisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan kemampuan yang terbatas. Bila senyawa atau ekstrak ini digunakan di alam, maka tidak mengganggu organisme lain yang bukan sasaran (Naria, 2005). Insektisida

nabati

merupakan

bahan

alami,

bersifat

mudah

terurai

di

alam

(biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia karena residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid (Kardinan, 2000). Menurut Naria (2005), penggunaan insektisida nabati memiliki beberapa keunggulan, antara lain :

 

a. 

Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada komponen lingkungan dan  bahan makanan sehingga dianggap lebih aman daripada insektisida sintesis/kimia.

 b.  Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran. c.  Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana. Teknik untuk menghasilkan bahan insektisida nabati dapat dilakukan dengan penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. Kemudian dilakukan perendaman untuk  produk ekstrak, selanjutnya ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai  perlakuan khusus. d.  Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida.

2.2.  Deskripsi Ann  A nno ona muri urica catta Linn.

Menurut Tjitrosoepomo (1991), sistematika dari sirsak ( Annona muricata Linn.) adalah sebagai berikut : Kingdom

a.  Bunga

: Plantae

Divisi

: Spermatopyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Class

: Dikotil

Sub Class

: Dialypetalae

Ordo

: Ranales

Familia

: Annonaceae

Genus

: Annona

Species

: Annona muricata Linn. : Annona

b. Daun

c. Buah

Gambar 2.2 Morfologi Bunga, Daun dan Buah Sirsak ( A.  A. muri murica cata ta) (Http://images.google.co.id/imgres?imgurl) 

 Nama sirsak berasal dari bahasa Belanda, Zuurzak yang berarti kantung yang asam. Sirsak dalam bahasa Indonesia disebut nangka sabrang, nangka landa atau nangka walanda (Jawa), sirsak (Sunda), nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), deureuyen belanda (Aceh), durio ulondro (Nias), durian batawi (Minangkabau), jambu landa (Lampung), langelo walanda

 

(Gorontalo), sirikaya balanda (Bugis dan Ujungpandang), wakano (Nusa Laut), naka walanda (Ternate), naka (Flores), Ai ata malai (Timor) (CoData, 2000). Sirsak merupakan pohon yang tinggi dapat mencapai sekitar 3-8 meter. Daun memanjang, bentuk lanset atau bulat telur terbalik, ujung meruncing pendek, seperti kulit,  panjang 6-18 cm, tepi rata. Bunga berdiri sendiri berhadapan dengan daun dan baunya tidak enak. Daun kelopak kecil. Daun mahkota berdaging, 3 yang terluar hijau, kemudian kuning,  panjang 3.5-5 cm, 3 yang terdalam bulat telur, kuning muda. Daun kelopak dan daun mahkota yang terluar pada kuncup tersusun seperti katup, daun mahkota terdalam secara genting. Dasar  bunga cekung sekali. Benang sari banyak penghubung ruas sari di atas ruang sari melebar, menutup ruangnya, putih. Bakal buah banyak, bakal biji 1. Tangkai putik langsing, berambut kepala silindris. Buah majemuk tidak beraturan, bentuk telur miring atau bengkok, 15-35 kali, diameter 10-15 cm. Biji hitam dan daging buah putih (Steenis, 2003). Akar tunggang, perbanyakan dengan biji. Daun dan biji bisa dibuat untuk ramuan insektisida nabati, tetapi daun dan biji sirsak perlu dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur dengan pelarut. Buah yang mentah, biji, daun, dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut, ekstrak daun srikaya dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama lainnya (Kardinan, 2004).

 A edes aegyp gyptti Linn. 2.3.  Deskripsi Ae Menurut Ross et al. (1982), sistematika  Aedes aegypti yang dimodifikasi dari sistematika Henning (1969), Tuxen (1970), dan Lauterbach (1972) adalah sebagai berikut : Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Super Class

: Hexapoda

Class

: Insecta

Subclass

: Pterygota

Infra Class

: Neoptera

Ordo

: Diptera

Subordo

: Nematocera

Family

: Culicidae

Genus

: Aedes

Spesies

: Aedes aegypti Linn : Aedes

 

  Gambar 2.3 Morfologi A. ae aegypt gypti  

Menurut Borror dkk (1996),  A. aegypti memiliki probosis panjang, memanjang jauh di  belakang klipeus, terdapat sisik-sisik pada rangka-rangka sayap dan batas sayap, biasanya juga  pada tubuh. Tahapan-tahapan larva adalah akuatik, dan yang dewasa dapat dikenali oleh  perangka sayapan yang menciri, men ciri, sisik-sisiknya sepanjang rangka-rangka sayap dan probosis yang  panjang. Tidak mempunyai rambut bulu spirakel. Ujung abdomen Aedes betina biasanya meruncing, dengan sersi yang menonjol, dan toraks seringkali mempunyai tanda- tanda putih atau keperak-perakan. Larva hanya mempunyai sepasang batang rambut pada saluran pernafasan. Saluran pernafasan relatif pendek dan gembung.

a.  Struktur Kepala A. ae aegypti gypti

b. Struktur Mulut A. ae aegypt gypti  

Gambar 2.3.1Struktur kepala dan Mulut nyamuk A. ae aegypt gypti Linn. (Keterangan :ant, sungut; mxp, palpus maksila; prb/bk, probosis;clp, klipeus; mata majemuk, dalam Borror dkk, 1996). 

Telur Aedes lonjong, tampak seperti anyaman kasar. Larva Aedes Larva Aedes aegypti berbentuk aegypti berbentuk sifon  panjang dan bulunya satu pasang, segmen anal pelana tidak menutup segmen, gigi sisir tidak  berduri, lateral. Sayap Aedes A edes berupa sisik sempit panjang dengan den gan ujung runcing. Perilaku  Aedes sp pada siang hari saja dan habitat di air jernih dan air keruh. Cara pemberantasan dengan  pengendalian vektor dan mencegah gigitan vektor. Peran medis dari  Aedes aegypti sebagai vektor utama DHF, filariasis, penyakit chikungunya, demam kuning (Prianto dkk, 2006). Telur Aedes Telur  Aedes aegypti  biasanya diletakkan di atas permukaan air. Larva nyamuk bernafas terutama pada permukaan air, melalui satu buluh pernafasan pada ujung posterior tubuh. Pupa nyamuk juga akuatik dan tidak seperti kebanyakan pupa serangga, sangat aktif dan seringkali disebut akrobat (tumbler  (tumbler ). ). Pupa bernafas pada permukaan air melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada toraks. Kebanyakan nyamuk dewasa terbang tidak jauh dari tempat mereka hidup pada tahapan larva mereka. Jarang berada lebih dari beberapa meter dari tempat mereka muncul (Borror dkk., 1996). Menurut Nuijda (2005), nyamuk ini memiliki jarak terbang maksimal 100 meter dengan tempat perindukannya di genangan-genangan air jernih yang ditampung pada suatu wadah  buatan maupun alamiah.

 

 

Gambar 2.3.2 Larva A. ae aegyp gypti ti pada instar III (Keterangan

:a.buluh

pernafasan,b.spirakel

posterior,

c.abdomen

d.spirakel

anterior,

e.

kepala.

Http://aaegypti.vectorbase.org/Images/OrganismImages)

 Aedes aegypti adalah transmiter yang paling penting dan vektor yang ditakuti (Little, 1963). Aedes 1963).  Aedes aegypti mengalami metamorfosis (siklus hidup) yang sempurna mulai dari telur (13 hari), larva (4-6 hari), pupa (2 hari), dan nyamuk dewasa. Sekali bertelur nyamuk ini bisa menghasilkan sekitar 10 hingga 100 butir yang bentuknya bulat panjang seperti cerutu, dengan warna kehitam-hitaman. Setelah telur ini menetas menjadi larva, pada ekornya akan tampak semacam cerobong udara dengan semacam rambut berduri. Ciri ini tidak dimiliki sekaligus membedakannya dengan larva-larva nyamuk lainnya, seperti filariasis (penyebar kaki gajah) dan 0

malaria. Larva ini pada waktu istirahat akan membentuk sudut 45 (seperti tampak pada Gambar 2.3.2) dengan permukaan air dan bersifat antiphototropis (menghindari cahaya bila disorot dengan sinar lampu), untuk selanjutnya akan berubah untuk menjadi pupa yang gemuk, bulat dan tajam seperti koma. Setelah lewat dari 2 hari, pupa akan berwujud nyamuk dewasa, yang tubuhnya berwarna hitam ditandai gelang putih seprti perak di lehernya, berkepala hitam dengan garis putih di tengahnya. Pada dada nyamuk ini terdapat 2 garis sejajar dan pada kakinya terdapat gelang-gelang berwarna putih. Nyamuk ini beristirahat sejajar dengan permukaan tempat yang dihinggapinya, dan umumnya menggigit manusia pada waktu pagi atau sore hari. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan nyamuk ini menggigit di waktu malam hari bila terdapat sinar yang cukup terang (Nuijda, 2005).  Nyamuk A.  Nyamuk  A. aegypti mampu mengontrol tingkah lakunya pada suatu area yang luas. Larva  A. aegypti berkembang aegypti  berkembang dalam air. Pembersihan Pemb ersihan tempat tempa t perkembangbiakkan perkemban gbiakkan dengan pengurasan,

 

menutup dan cara yang sejenisnya adalah hal yang utama. Spesies rumah (domestik), seperti nyamuk demam berdarah, mungkin dengan luas dikontrol dengan pembersihan wadah yang digenangi air seperti kaleng-kaleng, ember, tong, bak dan ban bekas. Air juga dapat dicegah menggenangi selokan, pipa saluran dan bagian yang dangkal. Permukaan air pada danau, reservoir dan sungai bebas dari vegetasi dan tumpukan material sehingga mencegah  perkembangan larva. Pembersihan ini diarahkan pada sumber makanan dan tempat perlindungan (Little, 1963).

BAB III  METODOLOGI PRAKTIKUM 

3.1.  Waktu dan Tempat 

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2012 pukul 08.00-10.00 WIB  bertempat di Laboratorium MIPA Biologi Jurusan Pend. Biologi, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang. 3.2.  Alat dan Bahan  3.2.1.  Alat 

 

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:   Cup

aqua

  Gelas

ukur

  Mortal   Timbangan   Alat

digital

tulis

3.2.2.  Bahan 

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:   Daun

sirsak (Annona muricata) muricata)

  Jentik

nyamuk Aedes aegypti  nyamuk Aedes aegypti 

  Air

3.3.  Cara Kerja  Pertama daun sirsak ditimbang dahulu masing-masing 10 gram dengan 90 ml air, 20 gram

dengan 80 ml air, 30 gram dengan 70 ml air, 40 gram dengan 60 ml air, dan 50 gram dan 50 ml air. Setiap masing-masing daun sirsak ditumbuk dengan menggunakan mortal. Kemudian ekstrak daun sirsak tersebut dimasukkan kedalam masing-masing cup. Cup yang dibutuhkan sebanyak 18 buah. Lalu dimasukkan 10 ekor jentik nyamuk kedalam masing-masing cup. Setelah itu dibiarkan selama 30 menit untuk menghitung kematian dari jentik nyamuknya, masing-masing cup diletakkan secara acak yang disebut dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengamatan dilakukan sampai jentik nyamuknya banyak yang mati. Tapi karena kurangnya angka kematian dari jentik nyamuknya, waktu pengamatan ditambah sampai 24 jam. Kemudian setelah waktu 24 jam, setiap jentik dimasing-masing cup dihitung. Setiap satu  perlakuan masing-masing 3 cup, sampai 6 perlakuan jadi 18 cup. Dihitung jumlah jen jentik tik nyamuk yang mati, setelah itu dijumlah didapatkan persentase mortalitas jentik nyamuk yang mati.

 

 

BAB IV  HASIL DAN PEMBAHASAN 

4.1.  Hasil 

Persentase Kematian Jentik Nyamuk Terhadap Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak Ke0%

10%

20%

30%

40%

50%

Cup Ke1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17 18

Jumlah Kematian Jentik Nyamuk Selama 24 jam -

-

-

5

3

1

5

4

6

8

5

6

7

9

7

8

10

A.  Persentase mortalitas konsentrasi 0% 1)  10  –  10  10 = 0 2)  10  –  10  10 = 0 3)  10  –  10  10 = 0

serangga yang matiJumlah matiJumlah seluruh serangga  serangga  x 100% Persentase mortalitas = Jumlah serangga   = 030  x 100 %  

10

 

 

= 0%

B.  Persentase mortalitas konsentrasi 10% 4)  10  –  5  5 = 5 5)  10  –  7  7 = 3 6)  10 - 9 = 1 Persenatse mortalitas = 930  x 100%   = 30%

C.  Persentase mortalitas konsentrasi 20% 7)  10 - 5 = 5 8)  10  –  6  6 = 4 9)  10  –  4  4 = 6 Persentase mortalitas = 1530   x 100% = 50%

D.  Persentase mortalitas konsentrasi 30% 10)  10  –  2  2 = 8 11)  10  –  5  5 = 5 12)  10  –  4  4 = 6 Persentase mortalitas = 1930  x 100%   = 63,33%

E.  Persentase mortalitas konsentrasi 40% 13)  10  –  3  3 = 7 14)  10  –  1  1 = 9 15)  10  –  3  3 = 7 Persentase mortalitas = 2330  x 100%   = 76,66%

F.  Persentase mortalitas konsentrasi 50%

 

16)  10  –  2  2 = 8 17)  10  –  0  0 = 10 18)  10  –  0  0 = 10 Persentase mortalitas = 2830  x 100%   = 93,33%

4.2.  Pembahasan 

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan hasil uji coba dengan formulasi yang sama dalam konsentrasi konsentrasi

yang berbeda-beda menyebabkan jumlah kematian kematian jentik yang berbeda

dengan rentang waktu yang sama. Hasil yang diperoleh setelah penambahan ekstrak daun sirsak dengan waktu selama 24 jam adalah:  

Konsentrasi 10% ekstrak daun sirsak dengan 90 ml air jumlah jentik yang mati 9 (30%).

 

Konsentrasi 20% ekstrak daun sirsak dengan 80 ml air jumlah jentik yang mati 15 (50%).

 

Konsentrasi 30% ekstrak daun sirsak dengan 70 ml air jumlah jentik yang mati 19 (63,33%).

 

Konsentrasi 40% edktrak daun sirsak dengan 60 ml air jumlah jentik yang mati 23 (76,66 %)

 

Konsentrasi 50% ekstrak daun sirsak dengan 50 ml air jumlah jentik yang mati 28 (93,33%). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak sangat efektif dalam membunuh jentik nyamuk karena dengan konsentrasi 50% ekstrak daun sirsak mampu membunuh 28 jentik nyamuk dengan persentase hampir mendekati 100%. Berarti semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan maka jumlah jentik yang matipun semakin banyak dengan waktu yang lama. Hasil analisa data Data diatas diperoleh bahwa ekstrak daun sirsak sangat efektif dalam membunuh jentik nyamuk. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah dan persentase kematian jentik nyamuk pada  percobaan dengan metode rancangan acak lengkap (RAL). Dengan demikian dapat diketahui  bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak maka jumlah kematian jentik nyamuk semakin besar pula dengan waktu yang sangat lama, tetapi semakin kecil konsentrasi ekstrak daun sirsak maka jumlah kematian jentik nyamuk semakin kecil pula. Praktikum ini juga menggunakan kelompok kontrol dan jumlah jentik yang digunakan pada kelompok kontrol adalah sama dengan jumlah jentik pada kelompok perlakuan. Kelompok

 

kontrol digunakan sebagai pembanding apakah faktor lain selain ekstrak daun sirsak yang mempengaruhi kematian jentik nyamuk tersebut.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF