LAPORAN PRAKTIKUM DTHT Daging

October 8, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LAPORAN PRAKTIKUM DTHT Daging...

Description

 

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKHNOLOGI HASIL TERNAK (UJI KUALITAS SUSU DAN PRODUK SUSU)

 Nama : Nurida Fa’ul Fa’ul Jannah 

 Nim : C1071181012 C1071181012

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2019

 

BAB I PENDAHULUAN  

1.1 LATAR BELAKANG Susu merupakan produk hasil ternak dengan nilai gizi tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat baik anak kecil, remaja, dan orang dewasa. Susu adalah  produk biologis yang rentan terkontaminasi oleh mikroba. Disebabkan oleh kandungan nutrien dan kondisi lingkungan susu yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Susu mengandung sumber zat-zat makanan penting seperti air, protein, lemak, mineral Ca dan P, dan vitamin serta kolostrum.

 

Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan  perdagangan susu. Derajat mutu susu hanya dapat dipertahankan selama waktu tertentu, yang selanjutnya akan mengalami penurunan dan berakhir dengan kerusakan susu. Untuk mengukur derajat mutu susu dapat dilakukan dengan uji organoleptic, uji pH, Uji protein, dan uji alcohol . Uji-uji tersebut tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa keadaan dan kualitas susu yang aman dan layak untuk dikonsumsi.

 

Menggunakan metoda-metoda pengukuran derajat mutu susu maka dapat ditentukan kelayakan produk susu. Laporan uji kualitas susu menampilkan metodametoda pengujian kualitas susu terhadap kelayakan untuk dikonsumsi atau tidak.

 

 

1.2 TUJUAN  

1. Mahasiswa mampu melakukan analisis kualitas produk susu yang meliputi : Uji organoleptic, Uji PH, Uji alkohol, dan Uji protein  

2. Mahasiswa mampu membedakan kualitas dari berbagai macam produk olehan susu

 

 

1.3 MANFAAT  

1.

Mahasiswa dapat melakukan analisis kualitas produk susu yang meliputi : Uji organoleptic, Uji PH, Uji alkohol, dan Uji protein

 

2. Mahasiswa dapat membedakan kualitas dari berbagai macam  produk olehan susu

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA  

2.1 Susu Menurut Winarno (1993), susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Sebagian besar susu yang dikonsumsi manusia berasal dari sapi. Susu tersebut diproduksi dari unsure darah pada kelenjar susu sapi. Sedangkan menurut Buckle (1985), susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang menyusui anaknya. Untuk keperluan komersial, sumber susu yang paling umum digunakan adalah sapi. Namun ada juga yang menggunakan ternak lain seperti domba, kambing, dan kerbau. Alat penghasil susu pada sapi biasanya disebut ambing. Ambing terdiri dari 4 kelenjar yang berlainan yang dikenal sebagai perempatan (quarter). Masing  –  masing   masing  perempatan dilengkapi dengan satu saluran ke bagaian luar yang disebut putting. Saluran ini berhubungan dengan saluran yang sebenarnya menyimpan susu. Klelenjar tersebut terdiri dai banyak saluran cabang yang lebih kecil yang berakhir pada suatu  pelebaran yang disebut alveoli, di alveoli itu susu dihasilkan (Buckle, 1985). Sebagian besar zat gizi esensial ada dalam susu, diantaranya yaitu protein, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium  paling baik, karena di samping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna (Almatsier, 2002). Komposisi susu sangat beragam, bergantung pada beberapa factor antara lain bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, interval pemerahan, suhu dan umur sapi. Umumnya susu mengandung air 87,1%, lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72% dan beberapa vitamin yang larut dalam lemak susu, yaitu vitamin A, D, E dan K. Menurut Winarno (1993), Kandungan air di dalam susu tinggi sekali yaitu sekitar 87,5%. Meskipun kandungan gulanya juga cukup tinggi yaitu 5%, tetapi

 

rasanya tidak manis. Daya kemanisan hanya seperlima kemanisan gula pasir (sukrosa). Kandungan laktosa bersama dengan garam bertanggung jawab erhadap rasa susu yang spesifik. Karbohidrat utama yang terdapat di dalam susu adalah laktosa. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa.Enzim lactase bertugas memecah laktosa menjadi gula  –  gula   gula sederhana yaitu glukosa galaktosa. Pada usia bayi tubuh kita menghasilkan enzim lactase dalam jumlah cukup sehingga susu dapat dicerna dengan baik. Namun seiring dengan bertambahnya usia,keberadaan enzim lactase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila mengonsumsi susu (Khomsan, 2004).  

a) Susu Sterilisasi Salah satu jenis olahan susu yang dapat dijumpai di pasaran Indonesia adalah susu sterilisasi. Susu sterilisasi adalah salah satu contoh hasil  pengolahan susu yang dapat menyebabkan menyebabkan susu segar dapat bertahan lebih lama. Suhu yang digunakan untuk memanaskan susu berada di atas suhu yang diperlukan untuk membuat susu pasteurisasi dan di bawah suhu susu UHT °

yaitu sekitar 100 –  140  140 Celcius dalam waktu yang sangat pendek yaitu kurang lebih 1 –  4  4 detik saja (Saleh 2004). Apabila proses pasteurisasi hanya bertujuan untuk membunuh bakteri patogen (bakteri yang dapat menimbulkan penyakit  pada manusia, hewan dan tumbuhan), sterilisasi susu bertujuan untuk membunuh semua bakteri, baik bakteri patogen maupun bakteri nonpatogen. Alat yang digunakan untuk sterilisasi antara lain otoklav (untuk kapasitas kecil) dan retrot (untuk kapasitas besar).    

 b) Susu UHT Susu merupakan bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi,karena mengandung unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Kalsium,Fosfor, Vitamin A, Vitamin B, dan Ribolflavin yang tinggi. Susu memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, komposisi susu terdiri dari air

 

(87,1%), laktosa (5%), lemak (3,9%), protein (3,3%), dan mineral (0,7%). Susu yang rentan akan kontaminasi bakteri memerlukan pengolahan agar tidak mudah rusak (Eniza, 2004) Dari berbagai jenis susu olahan, yang  paling disarankan adalah susu UHT. Susu yang diproses secara UHT dapat mempertahankan nilai gizi lebih baik daripada pengolahan lainnya. Susu UHT disebut juga sterlisasi yaitu susu yang dipasteurisasi dengan menggunakan Ultra High Temperature (UHT), 1430C dalam detik, diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi (135- 1450C) dalam waktu singkat selama 2-5 detik. Pemanasan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen). Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma, dan rasa yang relatif tidak berubah, seperti susu segarnya (Ide, 2008). Menurut Ide (2008), kelebihannya susu UHT adalah umur simpannya yang sangat panjang pada suhu kamar, yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan pengawet dan tidak  perlu dimasukkan ke lemari pendingin. Susu UHT dapatbertahan selama 2 tahun tanpa disimpan dalam lemari pendingin. Namun, begitu kemasannya telah dibuka, harus disimpan di lemari pendingin dan jangan lebih dari 5 hari. Bila dibiarkan dalam suhu ruang, susu akan menjadi asam (rusak) dalam sehari. Susu UHT adalah susu yang dibuat menggunakan proses  pemanasan yaitu melebihi proses pasteurisasi, umunya mengacu pada kombinasi waktu dan suhu tertentu dalam rangka memperoleh produk komersil yang steril. Pemilihan kombinasi antara waktu dan suhu yang tepat disebut juga teknik sterilisasi UHT (Eniza, 2004).  

c) Susu Bubuk Salah satu contoh produk susu bubuk adalah susu bubuk skim. Susu bubuk skim adalah hasil separasi susu yang banyak mengandung padatan bukan lemak, terutama banyak mengandung protein dan dibuat dari susu skim yang dikeringkan dengan cara penyemprotan atau dengan pengeringan drum (Idris, 1992). Komposisi susu bubuk skim dapat dilihat pada Tabel

 

   

d) Yoghurt Yoghurt adalah salah satu produk fermentasi berbahan dasar susu. Pada awalnya  yoghurt dibuat dari susu binatang ternak seperti susu sapi atau susu kambing dengan bentuk seperti bubur atau es krim. Proses  pembuatannya  pembuatann ya

adalah,

susu

difermentasi

menggunakan menggunakan

bakteri

 Lactobacillus  Lactobacill us bulgaricus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan didalamnya terdapat kultur aktif bakteri tersebut (Widowati dan Misgiyarta, 2009). Yoghurt merupakan olahan susu dari hasil fermentasi kedua dari Bakteri Asam Laktat (BAL) sebagai starter, yakni Sterptococcus thermophillus thermophillus dan  Lactobacillus  Lactobacill us bulgaricus bulgaricus yang hidup bersimbiosis. Lama proses fermentasi akan berakibat pada turunnya pH  yoghurt dengan rasa asam yang khas, selain itu dihasilkan asam asetat, asetal dehid, dan bahan lain yang mudah menguap. Komposisi yoghurt secara umum adalah protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2- 3%, asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-4,6% (Susilorini dan Sawitri, 2007). Menurut Deeth dan Tamime (1981)  yoghurt mengandung  beberapa kandungan antara lain: energi, protein, lemak, karbohidrat. Bahkan mengandung mineral (kalsium, fosfor, natrium, dan kalium) dan mempunyai kandungan vitamin cukup lengkap yaitu: vitamin A, B kompleks, B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin), vitamin C, vitamin D, E, asam folat, asam nikotinat, asam pantotenat, biotin dan kolin (Anonimus, 2008). Keberadaan protein yang mudah dicerna serta asam laktat yang meningkatkan penyerapan mineral, membuat  yoghurt  yoghurt baik  baik dikonsumsi oleh anak dengan gangguan  peyerapan di saluran saluran cerna (Rinady (Rinadya, a, 2008). 

 

   

2.2 Uji organoleptik Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna  biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu mengandung karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah (Yusuf 2010).

 

Setelah susu dipanaskan dalam tabung reaksi, maka susu mengeluarkan aroma yang spesifik dimana bau susu yang dipanaskan lebih tajam daripada susu yang tidak dipanaskan. Dalam 100% susu terdapat 40 % kadar kemurnian warna susu dan juga  bau susu yang mencirikan mencirikan untuk susu yang yang normal, selebihnya 60 % untuk zat makanan sebagai pelengkap cita rasa yang terdapat di dalam susu tersebut (Yusuf 2010).

 

Susu agak manis diakibatkan karena kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi, khususnya untuk golongan laktosa. Susu dari segi rasa mengandung susu yang agak manis untuk dikatakan normal selebihnya banyak kelaianan di dalam susu yang tidak bermanfaat bagi tubuh (Yusuf 2010).

 

 

2.3 Uji PH Alasan

utama

pengecekkan

dan

pengendalian

nilai

derajat

keasaman (pH) (pH)  produk olahan susu adalah untuk mencegah adanya patogen p atogen ( food  pathogen)) dalam produk selama proses, penyimpanan maupun saat distribusi.  pathogen Beberapa

mikroorganisme

yang

dapat

tumbuh

sebagai

patogen adalah B.

 

cereus, Campylobacter spp., E. coli, L. monocytogenes, Salmonella spp., dan S. aureus (toxin production). production). Berdasarkan SNI Susu Segar (SNI 01- 3141-1998.1998), nilai pH yang baik untuk susu dan produk susu adalah 4,5  –  7,0  7,0 4. Hal ini dikarenakan  produk olahan susu memiliki kondisi pH optimum yang yang berbeda-beda bergantung pada  bakteri maupun bahan yang yang digunakan dalam pengolahannya. Beberapa produk olahan susu melalui proses fermentasi diantaranya adalah yogurt, keju, susu fermentasi dan mentega.  

2.4 Uji Kandungan Protein Metode Titrasi Formol merupakan cara lain dalam menentukan kadar protein. Metode ini secara ekonomis murah, cep, dan idak memerlukan keahlian khusus, walaupun metode ini kurang praktis dalam penentuan kandungan protein secara absolut akibat dari keseimbangan nitrogen (N) yang berbeda (Davide, 1977). Prinsip titrasi formol adalah metode analisis cara  penentuan protein dengan cara titrasi formol untuk menghidrolisis protein dalam sampel. Semakin banyak larutan NaOH yang digunakan maka semakin tinggi kadar proteinnya, begitupun sebaliknya.

 

2.5 Uji Alkohol Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang rusak, apabila terdapat butir   –   butir susu pada dinding tabung tabun g menunjukkan susu tersebut positif telah rusak. Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah atau menggumpal bila dipanaskan atau dididihkan. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan mengalami  penggumpalan bila dipanaskan. Hal itu terjadi karena adanya asam yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut mengakibatkan protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam dan mudah pecah pe cah bila dipanaskan (Soriah 2010).  2010). 

 

BAB III METODE PRAKTIKUM  

3.1 WAKTU DAN TEMPAT Adapun praktikum uji kualitas susu ini di lakasanakan di laboratorium Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak pada p ada hari senin, 04 November 2019 pada pukul 08.00 hingga 11.30.

 

3.2 ALAT DAN BAHAN  

a. Uji Organoleptik - Yoghurt - Susu Sterilisasi - Susu Bubuk - Susu Uht

 

 b. Uji PH - Yoghurt - Susu Sterilisasi - Susu Bubuk - Susu UHT - PH Meter

 

c. Uji Protein Dengan Titrasi Formol - Yoghurt - Susu Sterilisasi - Susu Bubuk - Susu UHT - Buret Mikro - Gelas Ukur - Erlenmeyer

 

- Corong Kaca - Pipet Tetes  

d. Uji Alkohol - Yoghurt - Susu Sterilisasi - Susu Bubuk - Susu UHT - Tabung Reaksi - Gelas Ukur - Pipet Tetes

 

3.3 DIAGRAM ALIR  

A. Uji Organoleptik sempel susu dimasukkan kedalam gelas kecil

diamati warna rasa dan aroma

Hasil pengamatan dicatat

 

B. Uji PH Sempel disiapkan  pada wadah

elektroda dibersihkan dengan aquades kemudian keringkan elektroda dengan tisyu

 

  Diamkan elektroda  beberapa saat

Elektroda dicelupkan  pada sempel

Catat hasil  pengamatan

 

C. Uji protein dengan titrasi formol 5 ml sempel susu dimasukkan kedalam Erlenmeyer

Diankan sebentar

tambahkan 10 ml aquades

Tambahakan 8 tetes k-oksalat jenuh dan 10 tete tetess feno fenoll thalei thalein n

Tambahkan 1 ml formaldehyde 40%

Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah ambu

Titrasi kembali dengan  NaOH sampai warna merah ambu

Catat volume titrasi  NaOH yang terpakai

Hitung persen  protein

 

 

D. Uji Alkohol

1 ml sampel di masukkan ke dalam tabu tabun n re reak aksi si

Tambahkan 2 ml alkohol 70 %

Amati perubahan yang terjadi

Kocok tabung reaksi  perlahan

Catat hasil  pengamatan

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL a. Uji Organoleptik Sampel Susu Sterilisasi Susu Uht Susu Bubuk Yoghurt

Warna Cream Putih Putih Putih

Rasa Tawar Gurih Manis Asam

 b. Uji pH Sampel

Ph

Susu Sterilisasi Susu Uht Susu Bubuk Yoghurt

5,87 5,93 6,23 4,16

c. Uji Alkohol Sampel Susu Sterilisasi Susu UHT Susu Bubuk Yoghurt

Gumpalan Negative Negative Negatif Positif

 

d. Uji protein dengan titrasi formol Tf susu steril susu UHT Susu Bubuk yoghurt

3 - 0,1 = 2,9 1,5 - 0,1 = 1,4 2 - 0,1 = 1,9 5,3 - 0,1 = 5,2

Bau Tidak Tercium Gurih Manis, Vanila Asam

 

%N steril =

tf v x 10 2,9 5 x 10 0,0812

x 0,1

x 14,008

x 0,1

x 14,008

% protein

6,38 x

0,0812

: 0,518

%N bubuk

tf v x 10 6,38 5 X 10 : 0,039 6,38

x 0,1

x 14,008

x0,1

x14,008

x 0,039

: 0,248

% protein %N UHT

% protein %N Yoghurt

% protein

tf v x 10 1,9

x 0,1

x 14,008

x 0,1

x 14,008

5 x 10 : 0,053 6,38

x 0,053

: 0, 338

x 0,1

x 14,008

x 0,1

x 14,008

x 0,145

: 0,93

tf v x 10 5,2 5 x 10 : 0,145 6,38

0,52%

0,25%

0,34%

0,93%

4.2 PEMBAHASAN  

a. Uji organoleptik Pada pengamatan di dapatkan bahwa warna rasa dan bau pada sampel susu UHT, strilisasi, dan susu bubuk, tidak berbeda signifikan. Susu berbau khas susu biasa,  berwarna putih, dan memiliki rasa gurih susu yang yang khas. Ini menandakan bahwa sampel susu dalam keadaan baik dan layak untuk di konsumsi. Sesuai dengan Menurut Yusuf (2010) Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari konversi warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu putih, jadi susu

 

normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya adalah jika berwarna  biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning maka susu mengandung karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur dengan darah. Namun terdapat  perbedaan pada yoghurt dimana aroma dan rasa yoghurt adalah asam, hal ini tidak menjadi indicator bahwa yoghurt tidak layak konsumsi dikarnakan rasa asam yang di hasilkan oleh yoghurt adalah akibat adanya adan ya aktifitas bakteri baik golongan asam laktat, hal ini lah yang menyebabkan yoghurt menjadi asam.

 

 b. Uji pH Pada pengamatan di dapat kan pH sampel adalah : susu sterilisasi 5,87 , susu UHT 5,93 , susu bubuk 6,23 , dan yoghurt 4,16. Berdasarkan SNI Susu Segar (SNI 013141-1998.1998), nilai pH yang baik untuk susu dan produk susu adalah 4,5  –   7,04. Hal ini dikarenakan produk olahan susu memiliki kondisi pH optimum yang berbeda beda bergantung pada bakteri maupun bahan yang digunakan dalam  pengolahannya.oleh karna itu sampel termasuk ke dalam golongan golon gan susu yang layak di minum. Namun di dapatkan bahwa pH yoghurt berada pada angka 4,16 yoghurt cenderung bersifat asam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Susilorini dan Sawitri, (2007)  Komposisi yoghurt secara umum adalah protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 23%, asam laktat 0,6-1,3%, pH 3,8-4,6%

 

c. Uji Alkohol Pada pengamatan hasil uj alkohol di peroleh hasil negative pada sampel susu  bubuk, susu UHT dan susu sterilisasi, namun pada yoghurt di peroleh hasil positif.  positif.  Menurut Soriah (2010) Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang rusak, apabila terdapat butir   –   butir susu pada dinding tabung menunjukkan susu tersebut positif telah rusak. Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah atau menggumpal bila dipanaskan atau dididihkan. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan mengalami penggumpalan bila dipanaskan. Hal itu terjadi karena adanya asam yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut mengakibatkan

 

 protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan  pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ban yak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam dan mudah pecah bila dipanaskan. Hal tersebut menandakan bahwa yoghurt terdapat  bakteri, namu bakteri pada yoghurt adalah bakteri yang memberikan dampak positif sesuai dengan pernyatan Widowati dan Misgiyarta, (2009) Yoghurt adalah salah satu  produk fermentasi berbahan dasar susu. Pada awalnya awalnya  yoghurt dibuat dari susu binatang ternak seperti susu sapi atau susu kambing dengan bentuk seperti bubur atau es krim. Proses pembuatannya adalah, susu difermentasi menggunakan bakteri  Lactobacil  Lactobacillus lus bulgaricus dan Streptococ Streptococcus cus thermophillus thermophillus dan didalamnya terdapat kultur aktif bakteri tersebut  

d. Uji protein dengan titrasi formol Pada pengamatan hasil uji protei di peroleh hasil kandungan protein masing masing sampel susu steril 0,52%, susu uht 0,25%, susu bubuk 0,34% dan yoghurt 0,93%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan peryataan Eniza, (2004) yang menyatakan Susu memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, komposisi susu terdiri dari air (87,1%), laktosa (5%), lemak (3,9%), protein (3,3%), dan mineral (0,7%). Susu yang rentan akan kontaminasi bakteri memerlukan pengolahan agar tidak mudah rusak. Hasil  pengamatan dan literature yang berbeda signifikan menunjukkan terdapat kesalah dalam melakukan praktikum uji protein dengan titrasi formol, kesalahn tersebut bisa dikarnakan teknik titrasi yang salah atau perhitungan ang salah. Oleh karna itu perlu untuk melakukan praktikum uji protein dengan titrasi formol kembali.

 

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN  

1. Uji organoleptic menunjukan bahwa sampel dalam keadaa baik dan layak untuk di konsusmsi 2. Uji pH menunjukkan tidak adanya perbedaan antara hasil pengamatan dan dan literatul 3. Uji alkohol menunjukkan bahwa hanya yoghurt yang memperoleh hasil  positifyaitu sampel menggumpal setelah di beri alkohol 70% 4. Uji protein menunjukkan terdapapat kesalahan pada proses praktikum di karnakan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara hasil pengamatan dan literatul  

 

 

5.2 SARAN Agar lebih teliti dan berhati hati saat melakukan praktikum, p raktikum, agar di peroleh hasil yang maksimal.

 

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Buckle, K.A. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta:UI.Press. Davide CL. 1977. 1977 . Laboratory Guide in Dairy D airy Chemistry Practical. Laguna: FAO Regional Dairy Deveploment adn Training and Reserch Inst Univ of Philiphines at Los Banos Coll. Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan da n Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Soriah, Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar di desa  pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal  bogor. Jurnal . Jurnal Penyuluhan Pertanian volume 5 nomor 1 halaman 67-77. Winarno F.G. 1990. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Winarno, F.G. 1993. 1993 . Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian  pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.) merr) yang  berbeda. Jurnal   berbeda.  Jurnal . Jurnal Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1 halaman 1-6.

 

LAMPIRAN

Sampel yang digunakan untuk uji organoleptik

Pengujian pH sampel susu

 

  Proses titrasi uji protein

Sampel yang telah dititrasi

Uji alkohol

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF