Laporan Praktikum Budidaya Bawang Merah dengan Mulsa Plastik Hitam Perak

May 11, 2018 | Author: Teddy AF | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Membahas tentang Pengaruh Mulsa PHP terhadap pertumbuhan Bawang Merah...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN “Budidaya Bawang Merah dengan Mulsa Plastik Hitam Perak”

AGROTEKNOLOGI A DOSEN MATA KULIAH : Dr. Tatang Abdurrahman, S.P., M.P. & Agus Hariyanti S.P., M.P.

TEDDY AKBAR FITRIADY C1011151026 KELOMPOK 1 (satu)

BUDIDAYA PERTANIAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat-Nya  praktikan dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Teknik Pengelolaan Lahan Tropika dengan judul “Budidaya “Budidaya Bawang merah dengan Mulsa Plastik Hitam Perak ” dengan tepat waktu.

Terima kasih praktikan ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknik Pengelolaan Lahan Tropika, Yth. Bapak Dr. Tatang A, S.P., M.P. dan Ibu Agus Hariyanti, S.P., M.P. yang telah memberikan kepercayaan kepada praktikan untuk mengerjakan dan menyelesaikan laporan ini. Praktikan berharap dengan selesainya laporan ini dapat memberikan  banyak manfaat, baik diri sendiri maupun pembaca.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kecuali Rasulullah SAW. Masih terdapat banyak kekurangan dari makalah yang penulis buat. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat  penulis butuhkan untuk perbaikan kedepan.

Pontianak,

Juni 2017

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Tujuan ............................................................................................................................. 3 BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan ................................................................................................................ 4 B. Cara Kerja ....................................................................................................................... 4 Penyiapan lahan dan Penanaman ............................................................................... 4 Pemeliharaan   ................................................................................................................. 5 Pengamatan ................................................................................................................... 5 BAB III HASIL & PEMBAHASAN A. Hasil ................................................................................................................................ 6 Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Tinggi Bawang Penanaman Menggunakan Mulsa ..... 6 Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Tinggi Bawang Penanaman Tanpa Mulsa .................. 6 Tabel 3. Data Jumlah Umbi Bawang dan Berat Segar .................................................... 7 B. Pembahasan 1. Tinggi Tanaman ........................................................................................................ 7 a. Menggunakan Mulsa ..................................................................................... 7  b. Tanpa Mulsa .................................................................................................. 9 2. Jumlah Umbi dan Berat Segar ................................................................................. 10 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 13 B. Saran ............................................................................................................................... 13 BAB V DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) mempunyai fungsi dan manfaat yang luas bagi kehidupan masyarakat di Indonesia seperi untuk sayuran, bumbu, dan obat trdisional. Kebutuhan akan bawang merah per kapita per tahun memperlihatkan kecendrungan meningkat (BPS Prop. Bali, 2003). Prospek pengembangan bawang bawan g merah sangat baik ditinjau dari segi permintaan yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan akan bawang merah (Abdi Tani, 1999). Oleh karena itu, produksi bawang merah perlu ditingkatkan. Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makana n serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian, 2005). Setiap tahun hampir selalu terjadi peningkatan produksi bawang merah, akan tetapi hal tersebut  belum mampu mengimbangi peningkatan permintaan bawang merah secara nasional seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri olahan. Pengembangan tanaman bawang merah di Kalimantan Barat relatif kurang, bahkan tidak  berkembang sehingga kebutuhan akan komoditi ini masih harus mendatangkan dari luar pulau. Kalimantan Barat memiliki luas wilayah 14,68 juta ha, dengan ekosistem lahan kering (dataran rendah dan sedang) dan lahan basah (rawa lebak ,gambut dan pasang surut) (BPS, 2008). Melihat wilayah yang masih luas tersebut memungkinkan komoditas ini dicoba untuk diadaptasikan pada agroekosistem dataran rendah lahan gambut. Untuk mengembangkan tanaman, selain melihat agroekosistemnya juga perlu dipertimbangkan penggunaan varietas, karena tidak semua varietas adaptip pada daerah pengembangan. Varietas atau kultivar bawang merah unggul telah banyak yang dilepas atau rencana akan dilepas dengan SK Mentan. Varietas-varietas yang telah dilepas diantaranya Bima, Brebes, Sumenep, Bauji, Thailand (Bangkok), Kuning, Bali Ijo (Rukmana, 1994). Masing-masing varietas tersebut jika ditanam pada musim kemarau dan musim penghujan akan memberikan produksi yang  berbeda. Penanaman pada musim kemarau produksi dapat mencapai > 10 t/ha (BPTP DIY, 2003).

1

Perencanaan tanam juga dilakukan dengan tepat, waktu tanam yang tepat adalah bulan April-Juni tujuannya untuk menghindari ledakan hama ulat bawang sedangkan penanaman bulan Septembe rOktober menghindari serangan penyakit bercakungu (Koestonidan Sastrosiswojo, 1991; Moekasandkk.; Suhardi, 1993). Berdasarkan hasil pengkajian uji adaptasi varietas-varietas bawang merah pada lahan di Kalimantan Barat, diketahui bahwa varietas Moujung dan Semenep mampu beradaptasi dengan  baik, relative tahan terhadap penyakit Alternariaporii, dan memiliki potensi hasil yang cukup tinggi, sehingga, cocok untuk ditanam dan dikembangkan di Kalimantan Barat. Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Sembiring,2013). Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga a gregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses  penghancuran. Semua jenis je nis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan mengenda likan erosi (Zulfahmi, 2014). Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari  permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman (Zulfahmi, 2014). Mulsa plastik hitam perak terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas dan warna hitam dibagian bawah. Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, dengan kelembaban tanah yang cukup menyebabkan penyerapan hara oleh akar tanaman menjadi lebih efektif, mengurangi serangan

penyakit

dan

mengusir

serangga-serangga

penggangu

tanaman

seperti Thrips Thrips dan  dan Aphids  Aphids.. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menjadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Hasil penelitian Navratilova (2013) menunjukkan bahwa penggunaan mulsa mampu mempertahankan suhu tanah tetap stabil dan mampu mempertahankan lengas tanah tetap tinggi dibandingkan dengan tanpa menggunakan mulsa. MPHP memiliki kemampuan mene-kan laju evaporasi lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa jerami, sekam dan alang-alang.

2

Jarak tanam adalah pola pengaturan jarak antar tanaman dalam bercocok tanam yang meliputi jarak antar baris dan deret. Jarak tanam akan berpengaruh terhadap produksi pertanian karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya matahari serta ruang atau space atau space bagi  bagi tanaman.

Sehingga

untuk

mengatasi

masalah

pada

sistim

budidaya

misalnya

jarak

 penanaman perlu adanya suatu teknologi dan inovasi baru dalam produksi produksi pertanian, yaitu dengan menggunakan pola baru dalam budidaya tanaman (Heru, 2012). Hasil penelitian Husna (2013), perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat meningkatkan  pertumbuhan dan hasil bawang merah. Tingginya berat umbi per petak dan da n per hektar pada p ada jarak tanam 20 cm x 20 cm diduga erat hubungannya dengan parameter pengamatan sebelumnya dimana  pada jarak tanam 20 cm x 20 cm memperlihatkan jumlah daun yang banyak dan berat umbi yang tinggi sehingga berat umbi per petak dan per hektar juga akan tinggi. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda. Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda (Wurttemberg,1994). Collins dan Hawks (1993), mengemukakan bahwa populasi dan jarak antar tanaman sangat menentukan tingginya laju pertumbuhan dan tingkat produktivitas lahan. Jumlah tanaman dan  pengaturan jarak tanam di lahan harus diatur sedemikian rupa, sehingga s ehingga sistem perakaran dapat d apat memanfaatkan unsur hara tanah secara maksimal.Populasi tanaman sangat mempengaruhi jumlah air yang mampu diserap, sehingga apabila populasi terlalu padat me-n yebabkan penurunan jumlah air yang mampu diserap tanaman. Populasi yang lebih renggang dapat meningkatkan jumlah air yang diserap tanaman sehingga mampu meningkatkan berat segar tanaman. Berat segar tanaman menggambarkan komposisi hara dari jaringan tanaman dengan mengikutsertakan kandungan airnya. Kandungan air tanaman dipengaruhi oleh tersedianya unsur  N, P, dan K dalam d alam jumlah optimum serta laju fotosintesis dari tanaman tersebut(Prawiranata dan Tjondronegoro,1981). B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat membandingkan teknik  pengelolaan lahan dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak pada budidaya tanaman bawang merah.

3

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM

Kegiatan praktikum dilakukan di lahan belakang Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak dengan alat dan bahan sebagai berikut : A. Alat dan Bahan 1. Alat 

Cangkul



Tali rafia



Timbangan



Gembor



Mulsa plastik hitam perak

2. Bahan 

Pupuk kotoran ayam



Kapur dolomit



Pupuk urea, SP-36 dan KCl



Bibit bawang merah

B. Cara Kerja Persiapan Lahan dan Penanaman

1. Tanah aluvial di lapangan dibersihkan dari semak belukar dengan menggunakan alat tebas. Setelah lahan bersih dari vegetasi, kemudian tanah diolah menggunakan cangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 1,1 x 2,2 m. Jarak bedengan kelompok lainnya 75 cm. 2. Setelah pembuatan bedengan selesai, dilakukan pemberian kapur dolomit dengan d osis 0,3 kg per bedeng dan pupuk kandang dengan dosis 5 kg per bedeng. Pemberian kapur dolomit dan pupuk kandang disebar diatas bedengan sambil dicangkul-cangkul dengan tanah. 3. Selanjutnya dilakukan pemasangan mulsa pada separuh bedengan, sedangkan separuh  bedengan yang lain diberi mulsa. Pemasangan mulsa plastik hitam perak dilakukan dengan

4

membentangkan mulsa tersebut dan diselimuti pada separuh bedengan. Pembuatan lubang  pada mulsa dilakukan dengan menggunakan kaleng susu yang sudah diruncingi. 4. Tanah diinkubasi selama satu minggu. Setelah masa inkubasi tanah selesai, dilakukan  penanaman bibit bawang merah sebanyak 1 umbi tiap lubang tanam dengan cara memotong terlebih dahulu 1/3 bagian atas umbi. Setelah itu barulah umbi ditanam dengan cara membuat lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah. 5. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm antar baris dan 20 cm dalam baris. Sehingga untuk setiap bedengan terdapat 32 lubang tanam, dengan asumsi bahwa 16 lubang tanam  pada bagian mulsa plastik hitam perak dan 16 lubang lainnya tanpa mulsa. 6. Pemberian pupuk urea 3 gr per tanaman, SP36 1.5 gr per tanaman dan KCL 1.5 gr per tanaman. Pupuk diberikan ± 20 hari setelah tanam. 7. Pengedalian gulma dilakukan pada saat umur tanaman 30 hari setelah tanam. Panen dilakukan 65 hari setelah tanam yang dilakukan secara manual.

Pemeliharaan

Tanaman dijaga kebersihannya dari gulma dan penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur.

Pengamatan

Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan dilakukan sejak seminggu setelah tanam hingga enam minggu setelah tanam dan minggu ketujuh merupakan kegiatan pemanenean. 2. Tinggi tanaman yang diamati setiap seminggu sekali. 3. Tanaman yang dijadikan sampel pengamatan dihitung jumlah umbinya pada saat panen. 4. Berat basah / berat segar umbi tanaman sampel sesaat setelah panen.

5

BAB III HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Tinggi Bawang Penanaman Menggunakan Mulsa Pengamatan Tinggi Bawang (cm) Penanaman Menggunakan Mulsa Sampel

M1

M2

M3

M4

M5

M6

S10

16.8

14.2

0

0

0

0

S11

16.9

17.2

17.8

16.4

12.1

0

S14

11.5

14.5

16

16.1

16.2

16.3

S15

12.4

15

16

17.3

18.3

19.2

TOTA TOT A L

57.6 57.6

60.9 60.9

49.8 49.8

49.8 49.8

46.6 46.6

35.5 35.5

R A TA -R A T A

14.4 14.4

15.225 15.225

12.45

12.45 12.45

11.65 11.65

8.875 8.875

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Tinggi Bawang Penanaman Tanpa Mulsa Pengamatan Tinggi Bawang (cm) Tanpa Mulsa Sampel

M1

M2

M3

M4

M5

M6

S22

16

19.5

23

18.2

13.4

11.5

S23

19.5

20.1

20.4

21.3

22

22.4

S26

16.5

18.6

20.5

17.4

16.1

15.4

S27

22

22.3

22.5

23

23.5

24

TOT A L

74

80.5

86.4

79.9

75

73.3 73.3

R A TA -R A TA

18.5 18.5

20.125 20.125

21.6

19.975 19.975

18.75 18.75

18.325

6

Tabel 3. Data Jumlah Umbi Bawang dan Berat Segar Data Jumlah Umbi Bawang dan Berat Segar

 SAM  SA M PE L

J. BI JI

B . SE G A R (g) (g )

K E TE R A NG A N

S14

8

7.27

MULSA

S15

12

10.32

MULSA

S23

6

22.3

TANPA MULSA

S26

5

8.68

TANPA MULSA

S27

6

19.98

TANPA MULSA

B. Pembahasan 1. Tinggi Tanaman a. Menggunakan Mulsa

GRAFIK TINGGI BAWANG MENGGUNAKAN MULSA 25 20

M1

    )    m    c 15     (    I    G    G10    N    I    T

M2 M3 M4

5

M5 0 S10

S11

S14

S15

M6

SAMPLE TANAMAN

Mulsa merupakan setiap bahan baik bahan organik maupun anorganik yang dihamparkan dan digunakan sebagai penutup tanah yang dapat mempengaruhi tanah dan hasil produksi dari tanaman yang ditanam dengan tanah diberi mulsa. Berdasarkan parameter pengamatan tinggi tanaman per minggu, diketahui tinggi empat tanaman yang dijadikan sebagai sampel pengamatan. Rata-rata tinggi tanaman yang ditanamam dengan menggunakan mulsa mengalami fluktuasi. Penyebab terjadinya fluktuasi pada data rata-rata tinggi tanaman ini karena dalam minggu-minggu  pengamatan diketahui ada beberapa tanaman sampel yang hilang dan mati.

7

Selain itu, dilihat dari data per sampel tanaman diketahui terdapat beberapa sampel dengan tinggi tanaman nol seperti sampel S10 pada minggu ketiga sampai minggu keenam dan sampel S11 pada minggu terakhir atau minggu keenam. D ata tersebut bisa terjadi dikarenakan hilangnnya tanaman sampel yang bisa jadi hilang karena hama ataupun hilang karena mati. DIAGRAM TINGGI BAWANG MENGGUNAKAN MULSA 25

    )    m20    c     (

M1

   N    A 15    M    A    N    A    T 10    I    G    G    N 5    I    T

M2 M3 M4 M5 M6

0 S10

S11

S14

S15

SAMPLE TANAMAN

Pertumbuhan tanaman adalah pertambahan ukuran seperti tinggi, panjang, atau volume yang bersifat irreversibel atau tidak bisa kembali seperti semula. Berdasarkan data hasil  pengukuran terdapat beberapa sampel dengan tinggi tanaman yang menurun seperti pada p ada sampel S10 pada minggu kedua dan S11 pada minggu keempat. Penurunan tinggi tanaman ini terjadi karena mengeringnya ujung daun bawang tertinggi yang akhirnya hancur atau jatuh dan tinggi tanaman akan berkurang. Selain itu, penurunan tinggi tanaman bisa terjadi karena titik atau batas  pengukuran pada pangkal tanaman bawang yang tidak diketahui jelas batasnya atau tidak menentu setiap pengukuran, berbeda seperti tanaman lain. Contohnya jagung yang memiliki batas antara  batang dan zona perakaran. Batas yang tidak menentu ini membuat data hasil pengukuran setiap minggu berubah-ubah dan akhirnya menghasilkan data penurunan tinggi tanaman. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang tidak konsisten atau berbeda-beda setiap kali dilakukan pengukuran juga mempengaruhi data hasil pengukuran karena tidak semua alat ukur, dalam bahasan kali ini adalah penggaris sama persis ukurannya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi data pengukuran tinggi tanaman bawang dalam praktikum. Berdasarkan pengamatan dan hasil pengamatan yang praktikan lakukan di

8

lapangan, dari ketiga faktor yang mempengaruhi pengukuran seperti yang telah disebutkan di atas, faktor yang sangat berpengaruh besar dalam p enurunan tinggi tanaman adalah faktor pertama yaitu mengeringnya ujung daun tanaman bawang.  b. Tanpa Mulsa

GRAFIK PENGAMATAN TINGGI BAWANG TANPA MULSA 30 25 M1

    )    m20    c     (    I    G15    G    N    I    T 10

M2 M3 M4

5 M5 0 S22

S23

S26

S27

M6

SAMPLE TANAMAN

Penanaman bawang dalam praktikum dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu bawang yang ditanaman dengan petak bedengan diberi mulsa dan petak bedengan yang tidak diberi mulsa. Pada  pengamatan didapat hasil data pengamatan tinggi tanaman yang ditanam tanpa mulsa dengan sampel sebanyak empat tanaman dengan data tinggi tanaman bervariasi. Rata-trata tinggi tanaman setiap minggunya berkisar antara 18,3 cm –  cm  –  21,6   21,6 cm. Data rata-rata tinggi tanaman dari minggu keminggu terjadi peningkatan dan penurunan. Peningkatan disebabkan karena adanya aktivitas  petumbuhan dari tanaman itu sendiri, sedangkan penurunan data rata-rata tinggi tanaman disebabkan adanya penurunan data tinggi tanaman per sampel pada minggu-minggu pengamatan.

9

DIAGRAM PENGAMATAN TINGGI BAWANG TANPA MULSA 30

    ) 25    m    c     (    N20    A    M    A15    N    A    T    I    G10    G    N    I    T 5

M1 M2 M3 M4 M5 M6

0 S22

S23

S26

S27

SAMPE TANAMAN

Pada sampel S22 diketahui terjadi penurunan tinggii tanaman sejak minggu keempat, sama halnya dengan sampel S26. Sedangakan pada sampel S23 san S27 pertumbuhan meningkat seperti  pertumbuhan pada umumnya. Penurunan tinggi tanaman tentunya sangat bertentangan dengan pengertian dari  pertumbuhan tanaman yang bersifat irreversibel, tetapi ini bukan berarti tidak mungkin terjadi. Berdasarkan kenyataan dilapangan, penurunan tersebut terjadi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan tinggi tanaman seperti yang telah dijabarkan pada penjelasan sebelumnya. Faktor yang sangat berpengaruh adalah mengeringnya ujung daun tanaman bawang. Pertumbuhan tanaman tidak hanya diukur dari satu variabel pengamatan saja, tetapi masih ban yak faktor pengamatan yang bisa diamati atau dilakukan. Jadi, pertumbuhan tanaman belum bisa dibilang baik atau buruk hanya dengan satu variabel pengamatan. 2. Jumlah Umbi dan Berat Segar Tabel 4. Data Jumlah Umbi dan Berat Segar Penanaman Menggunakan Mulsa Data Jumlah Umbi dan Berat Segar Bawang

 Sam  Sampel

J . Um Umb bi

B . SE G A R (g) (g )

K et

S14

8.00

7.27

Mulsa

S15

12.00

10.32

Mulsa

R ata-r ata-rat ata a

10.00

8.80

10

Selain tinggi tanaman, jumlah umbi yang dihasilkan bawang dan berat segar sampel tanaman bawang juga menjadi parameter pengamatan untuk membandingkan teknik pengelolaan lahan yang baik untuk budidaya bawang pada pengelolaan lahan menggunakan mulsa jika dibandingkan lahan tanpa mulsa plastik hitam perak. Tabel 5. Data Jumlah Umbi dan Berat Segar Penanaman Tanpa Mulsa Data Jumlah Umbi dan Berat Segar Bawang

 Sam  Sampel

J . Um Umb bi

B . SE G A R (g) (g )

S23

6.00

22.30

S26

5.00

8.68

S27

6.00

19.98

R ata-r ata-rat ata a

5.67

16.99

K et Tanpa Mulsa Tanpa Mulsa Tanpa Mulsa

Rata-rata jumlah umbi penanaman dengan teknik pengelolaan lahan menggunakan mulsa,  berdasarkan hasil pengamatan diketahui lebih baik dibandigkan den gan pengelolaan tanpa mulsa. Hal ini dapat disebabkan oleh manfaat dari adanya mulsa. Mulsa dapat menahan uap air akibat evaporasi yang terjadi dan uap yang tertahan pada mulsa plastik hitam perak akibat evaporasi tersebut dapat kembali ke tanah dan di optimalkan lagi oleh tanaman dan unsur un sur hara yang terbawa melalui penguapan dan air dari penguapan tersebut dapat diserap kembali oleh tanaman melalui  penyerapan yang diakibatkan adanya transpirasi transpirasi tanaman tanaman sehingga penguapan yang terlepas hanya melalui transpirasi. Selain itu mulsa dapat menahan hantaman curah hujan yang sampai ke tanah sehingga erosi dan leaching dapat diminimalisir dan ketersedian unsur hara di dalam tanah dapat sedikit terjaga ketersediaannya dari pengaruh erosi dan leaching tersebut. Varietas bawang yang dijadikan benih juga mempengaruhi jumlah umbi yang akan terbentuk. Jumlah umbi yang dihasilkan dari varietas bawang dipengaruhi oleh faktor genetik varieatas yang digunakan sebagai benih. Menurut Budianto et al. (2009) dalam Azmi C. et al. (2011), heritabilitas dalam arti luas untuk jumlah umbi bawang merah kultivar Ampenan termasuk sedang (21,05%). Angka ini memberikan arti bahwa karakter jumlah umbi bawang banyak

11

dipengaruhi oleh faktor genetik dan sedikit dipengaruhi oleh lingkungan. Selain penggunaan mulsa dan varietas yagn dijadikan benih, faktor lingkungan tidak bisa diabaikan walaupun sudah ada hasil penelitian yang menunjukan bahwa pengaruh lingkungan terhadap pembentukan jumlah umbi bawang merah hanya sedikit jika dibandingkan dengan faktor genetik karena jika varietas yagn digunakan adalah varietas unggul namun kondisi lingkungan yang dikehendaki tidak terpenuhi maka faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan  pembentukan jumlah umbi yang banyak dari varietas tersebut. Data hasil pengamatan berat segar tanaman menunjukan keadaan yang terbalik dimana  perlakuan sistem pengelolaan lahan tanpa menggunakan mulsa lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan mulsa plastik hitam perak. Hal ini dapat dipegaruhi oleh varietas bawang yang dijadikan benih karena tidak diketahui varietas yang jelas dari benih. Berat segar dari tanaman sampel pada pengelolaan lahan tanpa mulsa dapat lebih baik bisa dikarenakan varietas yang digunakan sebagai benih pada teknik pengelolaan lahan tersebut berbeda dengan varietas benih yang digunakan pada penanaman dengan teknik pengelolaan dengan mulsa plastik hitam perak dan kemampuan genetik dari varietas pada teknik pengelolaan lahan tanpa mulsa lebih baik jika dibandingkan dengan varietas pada penanaman dengan menggunakan mulsa. Kondisi lahan yang digunakan sebagai lahan prak tikum yaitu tepatnya di belakang fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura juga dapat mempengaruhi hasil berat segar tanaman sampel tersebut. Lahan yang digunakan untuk setiap praktikum tanpa usaha pengembalian potensi lahan kemudian digunakan pada acara praktikum p raktikum Budidaya Bawang Merah dengan denga n Mulsa Plastik Hitam Perak ini dapat mempengaruhi hasil praktikum karena potensi lahan yang sudah berkurang bahkan rendah.

12

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Rata-rata tinggi tanaman bawang yang ditanam dengan teknik pengelolaan lahan menggunakan mulsa plastik hitam perak menunjukan hasil rata-rata tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan penanaman dengan teknik pengelolaan lahan tanpa mulsa plastik hitam  perak. Hal ini menunjukan bahwa jika dillihat dari variabel pengamatan tinggi tanaman,  penggunaan mulsa tidak berpengaruh baik terhadap tinggi tanaman bawang merah. Jumlah umbi yang dihasilkan dari bawang merah dengan teknik pengelolaan lahan mengunakan mulsa diketahui lebih baik dibandingkan dengan jumlah umbi bawang yang dihasilkan dengan teknik pengelolaan lahan tanpa mulsa. Hasil ini memperlihatkan bahwa mulsa  berpengaruh baik terhadap pembentukan jumlah umbi yang dihasilkan dari bawang yang ditanam dengan teknik pengelolaan lahan menggunakan mulsa. Berat segar tanaman bawang dengan teknik pengelolaan lahan tanpa mulsa memiliki hasil yang lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan dengan berat segar tanaman bawang yang ditanam dengan teknik pengelolaan lahan menggunakan meng gunakan mulsa. Berdasarkan hasil dari variabel pengamatan  berat segar tanaman diketahui bahwa penggunaan mulsa tidak berpengaruh baik terhadap berat segar yang dihasilkan oleh tanaman. Dari hasil praktikum belum bisa diketahui apakah perlakuan teknik pengelolaan lahan menggunakan mulsa plastik hitam perak memiliki pengaruh lebih baik jika dibandingkan dengan teknik pengelolaan lahan tanpa menggunakan mulsa karena dari variabel pengamatan tinggi tanaman dan berat segar tanaman penggunaan mulsa berpengaruh tidak baik terhadap tanaman, sedangkan berdasarkan variabel pengamatan jumlah umbi yang dihasilkan oleh tanaman  penggunaan mulsa memiliki pengaruh yang lebih baik.

B. Saran Untuk menjawab tujuan dari praktikum ini, perlu dilakukan praktikum atau uji coba lebih lanjut untuk mengetahui teknik pengelolaan lahan yang baik untuk bertanam bawang merah antara teknik pengelolaan lahan dengan menggunakan mulsa atau tanpa mulsa plastik hitam perak.

13

Pada mata kuliah Teknik Pengelolaan Lahan Tropika telah d ipelajari usaha koservasi lahan yang terdegradasi. Saran dari praktikan kepada Dosen mata kuliah terkait agar praktikum yang dilakukan untuk tahun-tahun berikutnya bukan menanam, tetapi usaha perbaikan atau  pengembalian fungsi lahan praktikum yang terletak di belakang Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Saran ini saya ajukan karena lahan dibelakang fakultas, selain sering digunakan untuk kegiatan praktikum, tetapi juga sering digunakan untuk penelitian skripsi tanpa adanya  pengembalian fungsi atau potensi p otensi lahan tersebut sehingga sangat mempengaruhi hasil praktikum atau penelitian yang dilakukan pada tanah di lahan belakang fakultas.

14

BAB V DAFTAR PUSTAKA

R.S. Basuki, 2014, Identifikasi Permasalahan dan Analisis Usahatani Bawang Merah di Dataran Tinggi Pada Musim Hujan di Kabupaten Majalengka, Bandung Barat, J. Hort. 24(3):266-275, 2014.

Mayun I.A, 2007, Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir, Denpasar, J. Denpasar, J. Agritrop, 26 (1) : 33 - 40 (2007) issn (2007) issn : 0215 8620 S.H Jajang, 2009, Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Ditanam di Dataran Medium, Bandung, J. Agron. Indonesia 37 (1) : 14  20 (2009)  –  20

 Napituwulu dan Winarto, 2010, Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi bawang Merah, Sumatera Utara, J. Utara, J. Hort. 20(1):27-35, 2010 Azmi, C., et al, 2011, al, 2011, Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah, Bandung, J. Bandung, J. Hort. 21(3):206-213, 2011 Sukron et al, 2014, Pengaruh Mulsa Plastik Hitam Perak dan Jarak T anam Pada Hasil Bawang

Merah ( Allium Cepa Fa. Ascalonicum, L. ) Varietas Biru Lancor, Temanggung.

15

DOKUMENTASI

16

17

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF