LAPORAN PRAKTIKUM Bakteri sayur
March 31, 2018 | Author: Adrian Siregar | Category: N/A
Short Description
Download LAPORAN PRAKTIKUM Bakteri sayur...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN ACARA
: Menghitung jumlah mikroba pada Sayuran dan Buah-buahan
TUJUAN
: Mengajarkan kepada mahasiswa cara menghitung jumlah mikroba pada sayuran dan buah-buahan
NAMA
: ADRIAN S SIREGAR
GOLONGAN
: SENIN
KELAS
:A
NILAI
:
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2009
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana hasil pertaniannya sangat beragam. Hampir sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat dipenuhi melalui sector ini. Hasil pertanian itu tidak hanya dipasok untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja melainkan juga di ekspor ke luar negeri. Komoditi pertanian di Indonesia terdiri dari tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan lain-lain. Masing-masing komoditi ini memiliki kelemahan dimana dapat terjadi kerusakan yang dapat menurunkan kualitas hasil produksinya. Salah satu komoditi yang paling rentan terhadap kerusakan setelah panen adalah komoditi dari tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Sayur-sayuran dan buah-buhaan dapat rusak dikarekan oleh faktor enzim yang dimilikinya. Selain itu, juga disebabkan oleh faktor fisik dan mikrobia. Adanya faktor fisik dan faktor enzim dalam medorong kerusakan pada buah-buahan dan sayur-sayuran berarti sama halnya dengan hama dan penyebab penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan maupun kebusukan. Peristiwa pembusukan pada sayuran dan buah dapat disebabkan oleh aktivitas jamur dan bakteri. Mikrobia yang tumbuh dalam komoditi satu dengan yang lainnya sangat berbeda sekali. Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarang yang gagal dalam panen. Mikroba yang tumbuh pada sayur dan buah terutama saat pascapanen sanngat tidak baik. Maka dari itu, perlu adanya usaha agar sayur dan buah yang dipanen bebas dari mikroba sehingga layak dikonsumsi. Untuk mengetahui ada tidaknya mikroba pada sayur dan buah perlu dilakukan pengujian dan penghitungan jumlah mikroba yang terdapat dalam sayur dan buah tersebut. Pada praktikum ini mahasiswa diajarkan cara melakukan pengujian dan penghitungan jumlah mikroba pada komoditi sayuran dan buahbuahan. Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pengenceran ekstrak dari sayur dan buah yang ingin diuji dan dihitung kemudian diinkubasi pada media NA selama beberapa hari. Pengujian ini juga bertujuan agar dengan mengetahui
jumlah mikroba yang terdapat pada sayur dan buah kita dapat lebih berhati-hati terhadap buah dan syur yang dikonsumsi. 1.2 Tujuan Tujuan praktikum kali ini yaitu untuk mengajarkan kepada mahasiswa tentang cara menghitung jumlah mikrobia yang terkandung pada sayuran dan buah-buahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air dan berlubang – lubang. Batang tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dan percabangannya banyak. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang, akarnya menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar
secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Taksonomi tanaman kangkung dalam tata nama (sistematika) tumbuhtumbuhan diklasifikasikan ke dalam : Divisio
: Spermarophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Family
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomea aquatic Forsk (kangkung air), I. reptans Poir (kangkung
darat) Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Bentuk bungaan seperti terompet dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung. Bentuk biji kangkung bersegi atau agak bulat, berwarna coklat atau kehitam- hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat, biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif. Aktivitas mikroba pada komoditi sayur dan buah dipengaruhi oleh faktorfaktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor biotik dan faktor abiotik (fisika dan kimia).
Faktor Biotik Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu populasi atau antar populasi jasad yang satu dengan yang lain saling berinteraksi. 1. Interaksi dalam satu populasi mikroba Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya
kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi). Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga kompetisi. 2. Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lain. Faktor Abiotik
1. Suhu Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. 2. Kandungan air (pengeringan) Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,900,999. Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista. Penghitungan jumlah mikroba dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penghitungan jumlah mikroba secara langsung terdiri dari beberapa cara antara lain menggunakan chamber counting, cara pengecatan dan
pengamatan
mikroskop,
dan
menggunakan
filter
membran.
Sedangkan
penghitungan jumlah mikroba secara tidak langsung antara lain menggunakan sentrifuse, berdasarkan kekeruhan, menggunakan elektronik counter, berdasarkan analisa kimia, berdasarkan berat kering, menggunakan cara pengenceran, menggunakan cara MPN (Most Probable Number), Berdasarkan jumlah koloni (Total Plate Count).
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Acara praktikum Teknologi Panen dan Pasapanen dengan judul “Menghitung Jumlah Mikroba pada Sayuran dan Buah-buahan” ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 November 2009 pukul 12.30 WIB bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
1. Mortil 2. Cawan Petri 3. Tabung reaksi 4. Elektronik counter 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sayuran kangkung. 3.3 Cara Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. 2. Menghaluskan contoh sampel dalam mortil. 3. Membuat
pengenceran
dari
suspensi
sampai
pengenceran
yang
dikehendaki. 4. Menanam dengan metode tuang (pour plate) masing – masing 3 cawan petri untuk setiap pengenceran (jumlah suspensi yang diinokulasikan tergantung dari kepekatan suspensi yang ada). 5. Menginkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam. 6. Mengamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh dari setiap pengenceran. Memilih setiap cawan yang memenuhi syarat untuk perhitungan TPC (Total Plate Count). V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Menghitung jumlah bakteri yang terdapat pada sayuran dapat dilakukan dengan metode pour plate (tuang) kemudian penghitungan koloninya menggunakan colony counter. 2. Bakteri yang terkandung dalam sayuran kangkung yaitu E. Coli dan Salmonelle yang keduanya dapat menyebabkan diare dan juga demam tifus.
5.2 Saran Untuk kelancaran pada praktikum berikutnya diharapkan agar berhati-hati dalam pekerjaan pengenceran dan penuangan hasil pengenceran sehingga didapat hasil koloni yang benar-benar berasal dari kangkung tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Hendro Sunarjono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur – Sayuran Penting di Indonesia. C.V. Sinar Baru, Bandung. Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Buah-buahan Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahmat Rukmana. 1993. “Wirausahatani Kangkung Darat.” Dalam : Bandung pos, Edisi 5 Pebruari 1993. Rahmat Rukmana. 1994. “Ubi Rambat, Tidak Usah Harus Merambat.” Dalam : Swadesi Edisi 16 – 22 September 1994 No. 1371 Th. XXVII. Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi.1998. Sayuran Dunia 1 Prinsip,Produksi, dan Gizi. Edisi kedua.ITB, Bandung.
View more...
Comments