Laporan Praktikum Anis AAS
October 31, 2017 | Author: Deisy Indayanti | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Anis AAS...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV Arum Samudra
1110102000046
Deysi Indayanti
1110102000080
Desti Iswindari
1110102000016
Dias Prakatindih
1110102000022
Khalida Handayani 1110102000008 Kurnia Anisah
1110102000040
Lukluk Khoiriyah
1110102000050
M Awaluddin Fikry 1110102000034
FARMASI VI B FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM 1) TUJUAN 1. Memahami prinsip-prinsip dasar analisis logam dengan spektroskopi serapan atom 2. Menentukan kadar Zn dalam sample sayur 3. Menentukan kadar Fe dalam sample sayur 2) TEORI Spektroskopi atomic adalah metode pengukuran spectrum yang berkaitan dengan serapan dan emisi atom. Bila suatu molekul mempunyai bentuk spectra pita, maka suatu atom mempunyai spectra garis. Atom-atom yang terlibat dalam metode pengukuran spektroskopi atomic haruslah ataom-atom bebas yang garis spektranya dapat diamati. Pengamatan garis spectra yang spesifik ini dapat digunakan untuk analisis unsure baik secara kualitatif dan kuantitatif. Spektrofotometer Serapan Atom merupakan alat untuk menganalisa unsur-unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace), AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber radiasi, sistem pengukur fotometerik. Absorbsi atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh atom-atom bebas pad apanjang gelombang () tertentu dari atom itu sendiri sehingga konsentrasi satu logam dapat ditentukan. Karena absorbansi sebanding dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk system pengukuran atau analisis kuantitatif. Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas . Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut. Unsur-unsur dalam cuplikan diidentifikasi dengan sensitivitas dan limit deteksi pada teknik pengukuran SSA dapat mencapai < 1 mg/L (1 ppm) bila menggunakan lampu nyala biasa dan dapat dicapai sampai 0,1 ppm dengan menggunakan prosedur SSA yang lebih canggih. Prinsip Kerja Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Metode AAS berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektroskopi Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan. Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet (UV), sinar tampak (Visisble) maupun infra merah (IR), juga berlaku pada Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis Spektroskopi Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya. Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi. Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan: A= ℮ b c & A= a b c Dimana: ℮ = absortivitas molar ( satuan c dalam Molar) a = absorbsivity ( satuan c dalam g/L atau ppm) b = panjang medium / panjangnya jalan sinar c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = absorbansi Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989). Prinsip Dasar Spektroskopi Serapan Atom (SSA) 1. Cuplikan atau larutan cuplikan dibakar dalam suatu nyala atau dipanaskan dalam suatu tabung khusus. 2. Dalam setiap atom tersebut ada sejumlah tingkat energy diskrit yang ditempati oleh electron. Tingkat energy biasanya dimulai dengan E0 bila berada pada keadaan dasar (ground state level) sampai E1, E2 sampai E.
Diagram Tingkat Energi Elektronik
Diagram Peristiwa Absorpsi Radiasi Atom yang tidak tereksitasi, berada dalam keadaan dasar (ground state). Untuk mengeksitasi atom, satu atau lebih elektron harus berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan cara penyerapan energi oleh atom itu. Energi dapat disuplai oleh foton atau dari peristiwa tabrakan yang disebabkan oleh panas. Dengan peristiwa itu, elektron terluar akan menjauhi inti paling tidak adalah ke tingkat energi pertama E1. Energi yang dibutuhkan adalah setara dengan selisih dari energi tingkat satu dengan energi dasar. E = E1 – E0 Energi yang dibutuhkan untuk transisi elektron itu dapat dipenuhi oleh foton atau cahaya yang setara dengan : E = hv Dengan: h = tetapan Planck, dan v = frekuensi Bila dikalikan dengan maka:
Dimana: c = kecepatan cahaya pada keadaan vakum
Untuk beberapa peristiwa eksitasi misalnya pada UV atau sinar-X spektrometri selisih energi (E1 -E0) sangat lebar, berkisar 100-900 nm. Dalam SSA, selisih energi (E1 -E0) kecil, hal ini disebabkan karena hanya bagian elektron terluar yang teresksitasi, disebabkan oleh pengendalian suhu yang cermat. Bila suhu terlampau tinggi sebagian atom akan terionisasi. Atom-atom dalam kabut tersebut bergerak dengan kecepatan tinggi dan saling bertabrakan, serta menyerap dalam kisaran yang sangat sempit. Oleh karena energi gap E1 -E0 sempit ini, walaupun pada proses pembakaran terjadi kabut dari berbagai atom, tapi hanya atom tertentu yang dapat menyerap sumber energi atau foton. Hal ini merupakan sifat selektif yang spesifik dari SSA. Dalam spektroskopi atomik, faktor-faktor yang dapat menyebabkan pelebaran garis spektra merupakan suatu problem dalam sistem analisis metode ini. Dua hal yang paling sering menimbulkan problem ini adalah pelebaran efek Doppler (Doppler Boardening) dan pelebaran tekanan (Pressure Boardening). Pelebaran Efek Doppler (Doppler Boardening) Selama proses atomisasi atau ionisasi, suatu spesies yang sedang diukur dapat bergerak menjauhi atau melalui detektor. Hal ini dapat menimbulkan loncatan Doppler pada spektra garis yang dihasilkan, sehingga garis spektra yang seharusnya berkisar antara 1-15 nm menjadi kira-kira 100 kali lebih lebar. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghindari efek Doppler ini kecuali hanya mengenali mengapa hal tersebut terjadi. Pelebaran Tekanan (Pressure Boardening) Efek ini dapat timbul bila suatu analit bertabrakan dengan spesies lain karena perubahan energi. Efek ini semakin besar pengaruhnya sejalan dengan kenaikan suhu. Pembentukan Atom-Atom Bebas Kemampuan menghasilkan atom bebas merupakan kunci sukses dalam AAS atau AES. Untuk menghasilkan atom-atom bebas digunakan atomizer yang dapat berupa nyala api, karbon atomizer, atau plasma atomizer (misal generator hidrid). Untuk memecah ikatan molekul yang mengubahnya menjadi atom bebas, suatu atomizer harus dapat memberikan energi yang cukup. Energi ini mempengaruhi jumlah atom bebas yang terbentuk, tergatung pada jenis ikatan kimia molekul cuplikan. Sebagai contoh, untuk pembentukan atom bebas besi yang terdapat dalam larutan FeCl3 jumlahnya akan berbeda bila dibandingkan dengan larutan kompleks Fe-EDTA, walaupun konsentrasi besinya sama. Fenomena ini menjadi dasar mengenai efek-efek ion-ion penggangu. Pembentukan Atom-Atom Bebas dengan Nyala Titik-titik air (Aerosol) yang halus dihasilkan dari nebulizer yang menghisap larutan sampel yang kemudian disemburkan ke bagian tengah sumber (source) atomisasi. Pelarut cuplikan menguap lebih dulu meninggalkan partikel padat yang kecil-kecil. Partikel-partikel ini kemudian meleleh dan menguap membentuk campuran senyawa yang kemudian terurai menjadi atom-atom bebas. Atom-atom logam yang akan dianalisis menyerap energi dengan bertabrakan dan lalu tereksitasi. Sistem pengatoman dalam spektrofotometer serapan atom merupakan bagian yang sangat penting karena pada sistem ini ditempatkan senyawa yang akan dianalisis. Pada sistem pengatoman, unsur yang akan dianalisis diubah bentuknya dari ion dalam larutan menjadi atom netral dalam keadaan dasar pada nyala.
Persamaan (5) dan (6) merupakan contoh reaksi terjadinya atom bebas dari Natrium. Atomisasi: NaCl Na + Cl (5) Eksitasi: Na + hv Na* (6) Bila suhu nyala terlalu tinggi akan terjadi peristiwa ionisasi sebagai berikut : Ionisasi: Na Na* + e- (7) Pada waktu spektrofotometer serapan atom digunakan, diperlukan tekanan dan aliran gas yang konstan. Hal ini diperlukan untuk menjaga agar suhu konstan. Ada banyak variasi nyala yang telah dipakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom. Namun demikian yang saat ini menonjol dan diapakai secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit (unsur yang dianalisis) dapat sintetikan dengan menggunakan metodemetode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi. Nyala udara asetilen Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS. Temperature nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan. Nitrous oksida-asetilen Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperature nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, Ti, V dan W. Pembentukan Atom-Atom Bebas tanpa Nyala Pada sistem pengatoman tanpa nyala biasanya memakai tungku grafit. Proses atomisasi dengan grafit ini berlangsung dalam ruang tertutup yang dialiri gas inert (biasanya argon). Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala. Bila ditinjau dari sumber radiasi, metode tanpa nyala haruslah berasal dari sumber yang kontinu. Disamping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromatis mungkin. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar Hollow cathode. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah, dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu. Instrumen dan Alat Suatu alat absorpsi atom terjadi dari komponen-komponen dasar yang sama seperti spetrofotometer biasa mengandung: sumber radiasi, monokromator, tempat cuplikan (dalam hal ini nyala), detector dan indicator penguatan (amplifier). Spektrofotometer absorpsi atom ada yang singlebeam dan ada pula yang double-beam.
Bagian-Bagian pada AAS
1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbedabeda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu : Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Gambar: Hollow Chatode
2. Tabung Gas Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menandakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan. 3. Ducting Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya. Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat. Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan ducting. 4. Kompresor Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
5. Burner Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Gambar: burner pada AAS Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas. 6. Buangan pada AAS Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering. 7. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spectrum yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran. Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR dan kisi difraksi. 8. Detector Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer. Detector berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energy listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam deterktor sebagai berikut: o Detector Cahaya atau Detector Foton Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na. o Detector Infra Merah dan Detector Panas Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung jadi satu. Cara Kerja AAS 1. Sumber sinar yang berupa tabung katoda berongga (Hollow Chatode Lamp) menghasilkan sinar monokromatis yang mempunyai beberapa garis resonansi 2. Sampel diubah fasenya dari larutan menjadi uap atom bebas di dalam atomizer dengan nyala api yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dengan oksigen 3. Monokromator akan mengisolasi salah satu garis resonansi yang sesuai dengan sampel dari beberapa garis resonansi yang berasal dari sumber sinar 4. Energi sinar dari monokromator akan diubah menjadi energi listrik dalam detektor 5. Energi listrik dari detektor inilah yang akan menggerakkan jarum dan mengeluarkan grafik 6. Sistem pembacaan akan menampilkan data yang dapat dibaca dari grafik Kelebihan dan Kekurangan AAS a. Kelebihan Kepekaan lebih tinggi Sistemnya relatif mudah Dapat memilih temperatur yang dikehendaki b. Kekurangan Hanya dapat digunakan untuk larutan dengan konsentrasi rendah Memerlukan jumlah larutan yang cukup relatif besar (10-15 ml) Efisiensi nebulizer untuk membentuk aerosol rendah Sistem atomisasi tidak mampu mengatomkan
Bentuk Spectra AAS
3) ALAT DAN BAHAN Spektrofotometer serapan atom Timbangan analitik Hotplate Alat-alat gelas Baku Cu dan Fe Asam nitrat, asam klorat, hidrogen peroksida Sampel (daun bayam) 4) PROSEDUR KERJA a. Teknik destruksi basah Timbang sampel (bayam) 1 gram, yang sudah dikeringkan Masukkan kedalam backer glass tutup dengan kaca arloji Tambahkan 10 ml HNO3 pekat, dikocok dengan hati-hati. Kemudian tambahkan 3 ml HCLO4 60% dan dikocok. Panaskan diatas hotplat (dalam lemari asam) hingga asap tidak ada lagi, dinginkan. Filtrat disaring ke adalam labu ukur 50 ml ditambahkan aquadest sampai batas tanda. Dibuat juga blanko. b. Pembuatan larutan standar Untuk Fe dibuat konsentrasi 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ppm o Buat larutan induk 20 ppm. Ambil 1 ml Fe, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Tambahkan dengan aquades sampai batas, kemudian dikocok.
o
Untuk konsentrasi 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ppm, diambil volume yang dibutuhkan dari larutan induk sesuai dengan perhitungan. Kemudian masukkan dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan aquades sampai batas, lalu kocok. Untuk Ca dibuat konsentrasi 0,5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 5 ppm o Buat larutan induk 20 ppm. Ambil 1 ml Fe, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Tambahkan dengan aquades sampai batas, kemudian dikocok. o Untuk konsentrasi 0,5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 5 ppm, diambil volume yang dibutuhkan dari larutan induk sesuai dengan perhitungan. Kemudian masukkan dalam labu ukur 25 ml. Tambahkan aquades sampai batas, lalu kocok. c. Penetapan kadar sampel Sampel hasil dekstruksi diukur kedalam alat spektrofotometer serapan atom Kemudia absorban diplotkan ke dalam kurva kalibrasi standar. 5) DATA PENGAMATAN 1. Pembuatan larutan standar Fe untuk kurva kalibrasi -
Larutan induk 20 ppm dalam labu ukur 50 mL N1 x V1 = N2 x V2 1000 x V1 = 20 x 50 V1 = 1mL
-
Seri konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm dalam labu ukur 10 mL (dipipet dari larutan induk 20 ppm). N1 x V1 = N2 x V2 20 x V1 = 1 x 10 V1 = 0.5 mL Dilakukan cara perhitungan yang sama seperti diatas, sehingga diketahui jumlah volume yang harus dipipet untuk menghasilkan konsentrasi 1,2,4,6, dan 8 ppm Konsentrasi (ppm)
Vol. yang dipipet (mL)
1
0.5
2
1
4
2
6
3
8
4
2. Standar Fe Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
0
-0.0002
1
0.0177
2
0.0691
4
0.1666
6
0.2621
8
0.3170
Dibuat regresi linier antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga diperoleh nilai : a= -9.9670 x 10-3 b= 0.04248 r= 0.9950 y = a + bx y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
Kurva Kalibrasi Standar Fe 0.4 R² = 0.9637
Absorbansi
0.3
0.2
0.1
0 0
1
2
4
-0.1
Konsentrasi (ppm)
3. Tabel hasil pengukuran Fe pada sampel tiap sayuran
Jenis Sampel
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
Sawi
6.7411
0.2764
Singkong
1.9436
0.0726
6
8
Kangkung
14.187
0.5927
Bayam
17.388
0.7287
Sawi b
4.4671
0.1798
Singkong b
2.6380
0.1021
Kangkung b
12.026
0.5009
Bayam b
2.0660
0.0778
Substitusi nilai absorbansi pada persamaan diatas sehingga diperoleh nilai x Sawi
Sawi b -3
y = -9.9670 x 10 + 0 .04248x 0.2764 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248 0.04248 x = 0.2764 + 9.9670 x 10-3 x = 6.7412 ppm
y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x 0.1798 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x 0.4248 x = 0.1798 + 9.9670 x 10-3 x = 4.4672 ppm
Singkong
Singkong b -3
y = -9.9670 x 10 + 0 .04248x
y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.0726 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.1021 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.04248 x = 0.0726 + 9.9670 x 10-3
0.04248 x = 0.1021 + 9.9670 x 10-3
x = 1.9436 ppm
x = 2.6381 ppm
Kangkung
Kangkung b
y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.5927 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.5009 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.04248 x = 0.5927 + 9.9670 x 10-3
0.04248 x = 0.5009 + 9.9670 x 10-3
x = 14.187 ppm
x = 12.0260 ppm
Bayam
Bayam b -3
y = -9.9670 x 10 + 0 .04248x
y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.7287 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.0778 = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x
0.04248 x = 0.7287 + 9.9670 x 10-3 x = 17.388 ppm
0.04248 x = 0.0778 + 9.9670 x 10-3 x = 2.0660 ppm
4. Perhitungan Kadar Fe dalam tiap sayuran Jumlah sampel yang ditimbang = 1 gram (106 µg) dibuat dalam volume 50 mL Sawi (masa Fe dalam 50 mL)
Sawi b (masa Fe dalam 50 mL)
6.7412 µg/mL x 50 mL = 337.06 µg
4.4672 µg/mL x 50 mL = 223.36 µg
Singkong (masa Fe dalam 50 mL)
Singkong b (masa Fe dalam 50 mL)
1.9436 µg/mL x 50 mL = 97.18 µg
2.6381 µg/mL x 50 mL = 131.905 µg
Kangkung (masa Fe dalam 50 mL)
Kangkung b (masa Fe dalam 50 mL)
14.187 µg/mL x 50 mL = 709.35 µg
12.0260 µg/mL x 50 mL = 601.3 µg
Bayam (masa Fe dalam 50 mL)
Bayam b (masa Fe dalam 50 mL)
17.388 µg/mL x 50 mL = 869.4 µg
2.0660 µg/mL x 50 mL = 103.3 µg
5. Pembuatan larutan standar Zn untuk kurva kalibrasi -
Larutan induk 20 ppm dalam labu ukur 50 mL N1 x V1 = N2 x V2 1000 x V1 = 20 x 50 V1 = 1mL
-
Seri konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm dalam labu ukur 25 mL (dipipet dari larutan induk 20 ppm). N1 x V1 = N2 x V2 20 x V1 = 0,5 x 25 V1 = 0,625 mL Dilakukan cara perhitungan yang sama seperti diatas, sehingga diketahui jumlah volume yang harus dipipet untuk menghasilkan konsentrasi 0,5, 1,2,4, dan 5 ppm Konsentrasi (ppm)
Vol. yang dipipet (mL)
0,5
0,625
1
1,25
2
2,5
4
5
5
6,25
6. Standar Zn Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
0
-0.0002
0.5
0.0589
1
0.2215
2
0.4488
4
0.7099
5
0.7997
Dibuat regresi linier antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga diperoleh nilai : a= 0.0305 b= 0.1644 r= 0.9858 y = a + bx y = 0.0305 + 0.1644x
Absorbansi
Kurva Kalibrasi Standar Zn 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -0.1
R² = 0.9704
0
0.5
1
2
Konsentrasi (ppm) 7. Tabel hasil pengukuran Zn pada sampel tiap sayuran Jenis Sampel
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
Sawi
5.3613
0.9121
Singkong
6.2200
1.0533
Kangkung
6.2918
1.0651
Bayam
6.1647
1.0442
4
5
Sawi b
1.6138
0.2959
Singkong b
1.9100
0.3446
Kangkung b
5.8016
0.9845
Bayam b
4.1024
0.7051
Substitusi nilai absorbansi pada persamaan diatas sehingga diperoleh nilai x Sawi
0.3141 = 0.1644x y = 0.0305 + 0.167x
0.9121 = 0.0305 + 0.1644x 0.8816 = 0.1644x x = 5.3625 ppm Singkong y = 0.0305 + 0.1644x 1.0533 = 0.0305 + 0.1644x 1.0228 = 0.167x x = 6.2214 ppm Kangkung y = 0.0305 + 0.1644x 1.0651 = 0.0305 + 0.1644x 1.0346 = 0.1644x x = 6.2932 ppm Bayam y = 0.0305 + 0.1644x 1.0442 = 0.0305 + 0.1644x 1.0137 = 0.1644x x = 6.1660 ppm Sawi b y = 0.0305 + 0.1644x 0.2959 = 0.0305 + 0.1644x 0.2654 = 0.1644x x = 1.6143 ppm Singkong b y = 0.0305 + 0.1644x 0.3446 = 0.0305 + 0.1644x
x = 1.9105 ppm Kangkung b y = 0.0305 + 0.1644x 0.9845 = 0.0305 + 0.1644x 0.954 = 0.1644x x = 5.8029 ppm Bayam b y = 0.0305 + 0.1644x 0.7051 = 0.0305 + 0.1644x 0.6746 = 0.1644x x = 4.1034 ppm
8. Perhitungan kadar Zn dalam tiap sayuran Jumlah sampel yang ditimbang = 1 gram (106 µg) dibuat dalam volume 50 mL
Sawi (masa Zn dalam 50 mL)
Sawi b (masa Zn dalam 50 mL)
5.3625 µg/mL x 50 mL = 268.125 µg
1.6413 µg/mL x 50 mL = 82.065 µg
Singkong (masa Zn dalam 50 mL)
Singkong b (masa Zndalam 50 mL)
6.2214 µg/mL x 50 mL = 311.07 µg
1.9105 µg/mL x 50 mL = 95.525 µg
Kangkung (masa Zn dalam 50 mL)
Kangkung b (masa Zn dalam 50 mL)
6.2932 µg/mL x 50 mL = 314.66 µg
5.8029 µg/mL x 50 mL = 290.145 µg
Bayam (masa Zn dalam 50 mL)
Bayam b (masa Zn dalam 50 mL)
6.1660 µg/mL x 50 mL = 308.3 µg
4.1034 µg/mL x 50 mL = 205.17 µg
6) PEMBAHASAN Spektrofotometer Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) merupakan salah satu instrument yang dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa unsur-unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace), AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Pada praktikum kali ini tujuannya adalah untuk memahami prinsip kerja AAS dan menentukan konsentrasi suatu unsur logam dalam sampel. Alat AAS yang digunakan adalah AAS Solar S Series dan unsur yang akan dianalisis adalah unsur Fe dan Zn dalam sampel sayuran. Bagian-bagian dari alat AAS yang berperan dalam menganalisis sampel yaitu: 1. Sumber radiasi, biasanya digunakan lampu logam yang sama untuk unsur yang akan dianalisis. 2. Atomizer nyala, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: a. Pipa kapiler, yaitu pipa yang digunakan untuk menyedot larutan yang akan dianalisis b. Nebulizer, yang berfungsi mengabutkan larutan. c. Mixing Chamber (kamar pencampur), untuk mencampur kabut dari nebulizer dengan gas asetilen dan udara.
d. Burner (pembakar), untuk membakar atau mengatomisasi larutan yang tercampur dengan gas pembakar e. Monokromator, yang berfungsi memisahkan energi yang keluar dari atomizer dalam bentuk spektrum cahaya berdasarkan panjang gelombangnya. f. Detektor, yang berfungsi mengubah respon spektrum menjadi sinyal yang dapat diukur. g. Amplifier, yang berfungsi memperkuat sinyal keluaran dari detector sebagai fungsi absorbansi. h. Komputer, terpasang hardware dari SSA yang digunakan sehingga sinyal dapat terekam dalam bentuk digital. Sedangkan Instrumen pendukungnya adalah: 1. UPS, untuk memasok cadangan tegangan listrik. Sebagai antisipasi terhadap kerusakan pada sistem komputer bila terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba. 2. Kompresor, untuk memompa gas asetilen maupun udara yang akan digunakan untuk proses atomizer. 3. Filter, untuk menyaring udara maupun gas yang masuk ke dalam system atomizer. 4. Tabung gas, untuk menyimpan gas asetilen. 5. Blower, untuk menyedot gas keluaran pada saat terjadi pembakaran agar tidak mengganggu pernapasan ataupun terjadi kebakaran. Pada analisis kali ini menggunakan beberapa sampel sayuran yaitu sawi, bayam, singkong, dan kangkung. Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan preparasi larutan standar dan sampel (cuplikan). Preparasi larutan standar ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh beberapa larutan standar dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm untuk Fe lalu 0.5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm untuk Zn yang nantinya akan diukur absorbansinya untuk memperoleh kurva kalibrasi. Larutan standar yang digunakan adalah larutan standar Fe dan Zn. Setelah dilakukan preparasi larutan standar, selanjutnya dilakukan preparasi sampel. Sampel berupa bayam yang telah di panaskan (dikeringkan) dalam oven sehari sebelumnya yang telah diketahui massanya kemudian didestruksi dengan HClO4 pekat dan HNO3 pekat sambil dipanaskan. Ada dua cara untuk melakukan destruksi sampel, yaitu :
Destruksi kering biasanya digunakan untuk sampel yang solid (misalnya batuan), dimana sampel langsung dipanaskan dalam tanur hingga terbantuk abu Destruksi basah biasanya digunakan untuk sampel yang lebih lunak (misalnya sayuran), dimana sampel ditambahkan dengan asam kuat sebagai oksidator dan bila perlu dengan pemanasan. Tujuan penambahan larutan asam kuat sebagai oksidator adalah untuk mengoksidasi logam sehingga terpisah dari senyawa lain dalam sampel.
Tujuan dilakukannya destruksi adalah untuk menghilangkan senyawa organik yang ada di dalam ssampel sehingga yang tertinggal hanya zat – zat anorganiknya. Pendestruksian sampel dilakukan di dalam lemari asam dengan memanaskan sampel di dalam becker glass yang ditutup dengan kaca arloji di atas penangas air. Sampel di destruksi dengan HClO4 untuk melarutkan serbuk bayam serta menghilangkan senyawasenyawa organik yang ada dalam sayuran tersebut sehingga benar-benar diperoleh kandungan Fe dan Zn. Selanjutnya penambahan HNO3 adalah untuk menghilangkan kelebihan atau sisa-sisa pelarut sebelumnya
tadi. Pada destruksi ini pemanasan berguna untuk mempercepat dan menyempurnakan proses destruksi. Setelah di destruksi filtrate kemudian disaring hingga 50 ml dan siap dilakukan pengukuran oleh alat AAS juga dengan larutan standar yang telah dibuat tadi. Pada pengukuran dengan AAS, yang pertama kali diukur adalah blangko (larutan standar) sebagai latar belakang dan untuk menentukan limit deteksi dari alat AAS yang digunakan. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap larutan standar Fe dan Zn untuk membuat kurva kalibrasi dan yang terakhir dilakukan pengukuran terhadap larutan sampel untuk menentukan berapa konsentrasi Fe dan Zn di dalamnya. Pengukuran tersebut menyajikan data dalam bentuk absorbans. Prinsip kerja dari AAS dalam pengukuran tadi adalah larutan baik blanko standar maupun sampel yang memasuki alat akan dikabutkan terlebih dahulu oleh di nebulizer. Dalam nebulizer ini akan dihasilkan titik-titik air halus yang akan disemburkan bersama-sama dengan gas asetilen dan udara ke bagian tengah burner yang menyala sehingga mengalami atomisasi. Kemudian direaksikan dengan sumber eksterna berupa lampu katoda (sesuai dengan unsur yang akan ditentukan) sehingga atom-atom pada keadaan dasar membutuhkan energi besar dan akan menyerap energi dari sumber cahaya tersebut untuk mendapatkan energi. Selanjutnya yaitu menentukan menentukan konsentrasi Fe dan Zn dalam sampel. Pada penentuan konsentrasi unsur Fe dan Zn dalam sampel, dibuat kurva kalibrasi larutan standar dalam bentuk konsentrasi vs absorbansi dan dicari persamaannya. Persamaan yang diperoleh tersebut digunakan untuk menentukan konsentrsi Fe dan Zn dalam sampel dengan mensubstitusikan data absorbansi sampel ke dalam persamaan. Persamaan yang diperoleh untuk kandungan Fe adalah y = -9.9670 x 10-3 + 0 .04248x dimana y sebagai absorbansi dan x sebagai konsentrasi dengan R = 0,995 Dimana R merupakan linieritas hasil pengukuran. Karena nilai R makin mendekati 1 berarti hasil pengukuran tersebut semakin linier.
Dan berdasarkan perhitungan dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar Fe yang dalam sampel yang disajikan dalam bentuk tabel, yaitu :
Absorbansi (y)
Kosentrasi (x) (ppm)
Kadar (%)
Sayuran Kelas A
Kelas B
Kelas A
Kelas B
Kelas A
Kelas B
Sawi
0.276
0.1798
6.7311
4.4528
0.0336
0.0223
Daun Singkong
0.0726
0.1021
1.9245
2.6203
0.0096
0.0131
Kangkung
0.5927
0.5009
14.191
12.026
0.0709
0.0601
Bayam
0.7287
0.0778
17.398
2.0471
0.087
0.0102
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kadar Fe yang terdapat pada masing-masing sampel sayuran sangat kecil dan jauh dari kadar Fe normal yang seharusnya ada berdasarkan literature. Hal ini bisa disebabkan karena proses destruksi yang kurang baik sehingga Fe yang terdapat dalam masing – masing sayuran tersebut belum tertarik secara sempurna. Selain itu, terdapat perbedaan kadar antara sampel sayuran kelas A dan kelas B yang mana bisa disebabkan karena sumber sampel yang berbeda dan karena praktikannya sehingga proses pengerjaan masing – masing sampel memiliki ketelitian yang berbeda pula. Jadi, disini proses destruksi sampel sangat menentukan dimana semakin baik proses destruksi yang dilakukan, maka kadar logam Fe yang tertarik dan terdeteksi dalam sampel akan semakin besar. Sedangkan untuk logam Zn didapatkan persamaan Y = 0.0305 + 0.1644x
Dan berdasarkan perhitungan dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar Zn yang dalam sampel yang disajikan dalam bentuk tabel, yaitu : Absorbansi (y)
Kosentrasi (x) (ppm)
Kadar (%)
Sayuran Kelas A
Kelas B
Kelas A
Kelas B
Kelas A
Kelas B
Sawi
0.276
0.1798
6.7311
4.4528
0.0336
0.0223
Daun Singkong
0.0726
0.1021
1.9245
2.6203
0.0096
0.0131
Kangkung
0.5927
0.5009
14.191
12.026
0.0709
0.0601
Bayam
0.7287
0.0778
17.398
2.0471
0.087
0.0102
Sama seperti Fe, dari data tersebut dapat dilihat bahwa kadar Zn yang terdapat pada masing-masing sampel sayuran sayuran sangat kecil dan jauh dari kadar Zn normal yang seharusnya ada berdasarkan literature. Hal ini bisa disebabkan karena proses destruksi yang kurang baik sehingga Zn yang terdapat dalam masing – masing sayuran tersebut belum tertarik secara sempurna. Selain itu, terdapat perbedaan kadar antara sampel sayuran kelas A dan kelas B yang mana bisa disebabkan karena sumber sampel yang berbeda dan karena praktikannya sehingga proses pengerjaan masing – masing sampel memiliki ketelitian yang berbeda pula. Jadi, disini proses destruksi sampel sangat menentukan dimana semakin baik proses destruksi yang dilakukan, maka kadar logam Zn yang tertarik dan terdeteksi dalam sampel akan semakin besar.
7) KESIMPULAN
Spektrofotometer Serapan Atom merupakan salah satu instrument yang dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa unsur-unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace), yang umumnya digunakan untuk analisa unsur. Ada dua cara untuk melakukan destruksi sampel, yaitu : Destruksi kering : sampel langsung dipanaskan dalam tanur hingga terbantuk abu (untuk sampel solid) Destruksi basah : sampel ditambahkan dengan asam kuat sebagai oksidator dan bila perlu dengan pemanasan. Tujuan penambahan larutan asam kuat sebagai oksidator adalah untuk mengoksidasi logam sehingga terpisah dari senyawa lain dalam sampel (untuk sampel lunak) Tujuan dilakukannya destruksi adalah untuk menghilangkan senyawa organik yang ada di dalam ssampel sehingga yang tertinggal hanya zat – zat anorganiknya. Kadar Fe dan Zn yang terdapat pada masing-masing sampel sayuran sangat kecil dan jauh dari kadar Fe normal yang seharusnya ada berdasarkan literature. Hal ini mungkin disebabkan proses destruksi yang kurang sempurna. Semakin baik proses destruksi yang dilakukan, maka kadar logam Fe dan Zn yang tertarik dan terdeteksi dalam sampel akan semakin besar.
8) DAFTAR PUSTAKA
Christina 2006., Instrumentasi Kimia I., Yokyakarta., STTN-BATAN J. Basse et all., 1939., Buku Ajar VOGEL Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik., London Woolwich Polythecnic Christina, Maria., 2006., Petunjuk Praktikum Instrumentasi Kimia “Analisis Kesalahan dalam Spektroskopi Serapan Atom., Yogyakarta., STTN-BATAN Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. EGC : Jakarta Ristina, maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumen Kimia. STTN – Batan: Yogyakarta Day, R.A. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta Underwood, A.L. dan Day R.A. 2001. Analisa Kimia Kualitatif Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta http://manycalories.com/id Raimon. (1993). Perbandingan Metoda Destruksi Basah dan Kering Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Lokakarya Nasional.Jaringan Kerjasama Kimia Analitik Indonesia. Yogyakarta. Kealey, D. dan Haines, P.J. (2002). Analytical Chemistry. London: BIOS Scientific Publishers Ltd. http://deerakusuma.files.wordpress.com/2012/11/laporan-aas.pdf
http://forum.onlineconversion.com/showthread.php?t=328
http://repository.ipb.ac.id
http://repository.USU.ac.id
Jurnal Uji Kandungan Mineral dan Cemaran Bakteri Pada Sayuran Segar Organik dan Non-
Organik oleh Harsojo and June Mellawati.
Jurnal Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan oleh Widaningrum, Miskiyah dan Suismono.
View more...
Comments