Laporan Praktikum 7 (PER Dan Organ) Perbaikan

December 17, 2017 | Author: Fitria Slameut | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Hasil laporan kelompok praktikum bagian protein pada tikus...

Description

Laporan Praktikum Pembuatan Ransum, Analisis Protein Efficiency Ratio, dan Pengenalan Organ Golongan Praktikum 1/Kelompok 2 Y Indramawan Sirait F24110004 Ferdiansyah F24110005 Fitria Slameut F24110010 Rifa Amalia F24110012 Yustikawati F24110014 Dosen Asisten

: Dr.Ir.Endang Pramudimurti, M.Si : Desty Gitapratiwi Trina Kharisma

ABSTRACT Protein is a high molecular weight organic compound formed by polimerization of various amino acid through peptide bond. There are some methods which can be used to measure protein quality from certain sources. PER ( Protein Efficiency Ratio ) and NPR ( Net Protein Ratio ) are two examples to determine protein quality by ain vivo methods based on the growth shown by testing animal. Experimental data shows that different source of protein give different PER and NPR value. Average PER value for standar casein, standar casein+secang (Caesalpinia sappan L.), soy flour, and tempeh flour are 1.74, 1.06, 1.93, and 0.64. So with NPR value for standar casein, standar casein+secang (Caesalpinia sappan L.), soy flour, and tempeh flour are 1.78, 1.69, 2.22, and 1.26. Keywords : Protein, Protein Efficiency Ratio, Net Protein Ratio PENDAHULUAN Pembedahan tikus merupakan prosedur percobaan yang biasa dilakukan untuk mengamati organ maupun pengambilan darah. Tikus yang biasa digunakan sebagai model hewan percobaan pada umumnya tikus putih (albino rat) atau dalam bahasa latinnya Rattus norvegicus ( Muchtadi 2010 ). Biasanya pembedahan merupakan langkah lanjutan setelah tikus diberi perlakuan khusus seperti pemberian pakan tertentu. Pengamatan organ tikus dapat ditujukan untuk mengamati perubahan pada organ baik secara langsung ( anatomis ) maupun histologinya ( diamati melalui mikroskop ). Coelom merupakan rongga tubuh tempat organ dalam berada. Organ dapat bertahan pada posisinya karena adanya peritoneum. Jantung berfungsi sebagai pemompa darah. Letak jantung berada dibawah esophagus dan terdiri dari dua atrium serta satu ventrikel. Hati merupakan organ homeostasis berfungsi untuk memproduksi garam empedu (tikus tidak memiliki kantung empedu ), penyimpanan cadangan gula dalam bentuk glikogen dan detoksifikasi racun dalam tubuh sehingga dapat dikeluarkan bersama urin ( Satsix 2009 ). Hati terletak di bawah diafragma dan terdiri dari 4 bagian yaitu median lobe, left lateral lobe, right lateral lobe, serta caidate lobe. Dari permukaan ventral bagian hati berwarna gelap dibandingkan organ disekitarnya. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa. Ginjal memegang

perananpenting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan

suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh (Wati 2009). Lambung berfungsi menyimpan dan mencerna makanan secara fisik maupun kimiawi. Lambung terletak di bawah diafragma sebelah kiri. Limfa berfungsi dalam pertahanan tubuh sebagai tempat regenerasi dan pematangan sel darah putih. Pankreas berwana kecoklatan dan berbentuk seperti membran. Pankreas berfungsi memproduks enzim pencernaan dan mensekresi insulin yang berperan dalam pengaturan metabolisme

glukosa. Usus kecil ( small intestine ) terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Usus kecil merupakan tempat bermuaranya enzim pencernaan dari pankreas dan terjadi penyerapan nutrisi. Kolon atau usus besar merupakan tempat absorbsi air dan fermentasi sisa pencernaan oleh mikroflora usus. Usus halus dan kolon dihubungkan oleh appendix. Rektum merupakan bagian akhir dari kolon sebagai tempat penyimpanan sementara feses sebelum dikeluarkan. Pengambilan darah dilakukan pada percabangan aorta daerah abdominal. Pembuluh darah aorta ini menyalurkan darah yang dipompa dari jantung ke seluruh tubuh. Pengambilan darah hendaknya dilakukan sebelum tikus berhenti bernafas dan diakhiri saat tikus tidak bernafas untuk menghindari mengucurnya darah saat penarikan jarum suntik. Pengukuran berat organ dilakukan dengan menghitung berat relatif yaitu berat masing-masing organ dibagi dengan berat badan tikus. Protein merupakan senyawa organic berbobot molekul tinggi yang terbentuk dari polimerisasi berbagai asam amino melalui ikatan peptide. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, serta sulfur atau fosfor pada beberapa jenis asam amino. Protein yang dikonsumsi melalui pangan akan dicerna menjadi unit penyusunnya melalui reaksi hidrolisis oleh enzim protease (Muchtadi 1993). Protein berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur dan pertahanan tubuh. Protein merupakan sumber energi ketika cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan. Kekurangan protein menyebabkan penyakit seperti kwashiorkor dan dalam keadaan lebih parah dapat menyebabkan marasmus hingga kematian. Kualitas suatu protein ditentukan oleh nilai gizinya . Dua faktor yang mempengaruhi nilai gizi protein dalam bahan pangan ,yaitu daya cerna dan kandungan asam amino esensialnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode yang digunakan dalam teknik evaluasi nilai gizi protein kali ini adalah metode in vivo yang dilakukan dalam

tubuh makhluk hidup ( Palupi dan Prangdimurti 2008). Prinsip dari metode ini adalah

melakukan pemberian makan pada hewan percobaan atau manusia untuk melihat manfaat suatu bahan pangan terhadap tubuh ( Zakaria 2007). Beberapa cara dapat digunakan untuk mengetahui mutu dari protein yang berasal dari sumber tertentu. Evaluasi nilai gizi protein secara in vivo pada umumnya pada umunya dilakukan dengan menggunakan hewan percobaan tikus putih (albino rat) yang diberi ransum dari jenis protein tertentu. Pertumbuhan adalah salah satu indikator dari pemanfaatan protein secara optimal. Kecepatan pertumbuhan hewan percobaan dapat digunakan sebagai ukuran kualitas protein dalam bahan pangan atau sampel yang diuji bioavailabilitasnya. PER ( Protein Efficiency Ratio ) dan NPR ( Net Protein Ratio ) adalah contoh metode untuk mengetahui mutu protein berdasarkan pertumbuhan yang ditunjukkan oleh hewan percobaan (Muchtadi 2010). Protein efisien rasio merupakan hasil bagi antara kenaikan berat badan dengan jumlah protein yang dikonsumsi. Kelemahan dari perhitungan PER adalah protein yang dikonsumsi diasumsikan seluruhnya terpakai untuk pertumbuhan dan tanpa memperhitungkan protein yang digunakan untuk mempertahankan jaringan yang sudah ada. Memberikan informasi seberapa banyak protein yang digunakan dalam pemeliharaan jaringan yang sudah ada ( maintenance ) ( Fennema 1996). Dalam penentuan NPR diperlukan adanya data mengenai kelompok tikus yang diberi ransum tanpa protein/ non-protein. Pengujian ini memerlukan adanya protein referensi sebagai standar pembanding yaitu kasein.

METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pembuatan ransum meliputi timbangan analitik, plastik klip ukuran 50 gram, baskom plastik, pengaduk manual, plastik besar, dan alat gelas. Bahan yang digunakan dalam pembuatan

ransum meliputi tepung kasein, minyak jagung, bubuk vitamin, serat, air, tepung kedelai matang, dan tepung tempe. Alat yang digunakan dalam proses pembedahan organ tikus meliputi peralatan bedah, nampan, alumunium foil, sarung tangan, masker, chamber, kapas, paku, tabung sentrifus 15 ml, syring dengan jarum (20 atau 21 gauge), kantung sampah, dan alat gelas. Bahan yang digunakan meliputi tikus berumur 3-5 bulan, dieltil eter, alkohol, NA2 EDTA, dan larutan garam fisiologis (NACl 0.95 %) Prosedur kegiatan Kegiatan awal sebelum penentuan nilai biologis protein yaitu membuat ransum sebagai bahan makanan bagi tikus percobaan. Pembuatn ransum meliputi tahapan formulasi bahan dimulai dari penentuan kadar kandungan nutrisi ransum meliputi protein, lemak, mineral, vitamin, selulosa, dan air dengan rumus yang sudah disesuaikan bedasarkan AOAC 1984 dengan acuan komposisi ransum dibuat untuk mencapai kadar protein minimal sebesar 10 %. Proses pembuatan basis 15 gram sebagai makanan setiap hari bagi tikus percobaan. Masing-masing ransum akan dibuat dalam 300 gram. Perlakuan ransum yang dibuat meliputi, ransum non protein, protein tepung kedelai, protein tepung, dan standar (kasein). Bahan yang sudah dihitung, dicampurkan dan diaduk dalam baskom secara homogen hingga semua bahan tercampur merata. Ransum yang sudah homogen ditimbang sebanyak 15 gram pada plastik klip sehingga dari 300 gram akan diperoleh 20 klip ransum setiap perlakuan. Ransum disimpan di dalam refrigerator dengan menggunakan plastik besar agar tidak tercampur dengan ransum perlakuan lainnya. Kegiatan berikutnya pemberian makan ransum pada tikus percobaan. Proses pemberian makan dilakukan setiap hari selama 17 hari dengan rentang 3 hari pemberian ransum standar dengan adanya perlakuan pemberian secang sebagai antioksidan, dan 14 hari kemudian diberikan ransum sesuai perlakuan masingmasing. Pergantian ransum dilakuan setiap hari pada jam pergantian pemberian ransum yang sama. Ransum sisa yang dikonsumsi sebelumya ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui sisa ransum sebelumnya. Pembersihan sekam dilakukan selang 3 hari sekali serta pergantiang secang setiap hari. Tikus dilakukan penimbangan berat badan setiap hari setiap pergantian ransum untuk mengetahui perubahan berat badan setiap hari. Data yang diperoleh digunakan untuk penentuan nilai biologis protein. Kegiatan pengenalan organ dimulai dengan proses pembedahan tikus, tikus dilakukan proses anestesi dengan cara memasukan ke dalam toples yang sudah diisi oleh larutan eter dalam tisu, ambil tikus dengan batas maksimal anestesi 30 detik jangan sampai berhenti bernafas. Tikus kemudian dibentangkan kaki dan tangan untuk ditancapkan dengan menggunakan jarum, lakukan pembedahan dengan menggunakan gunting tajam dimulai dari memotong perut bawah hingga lapisan kulit dalam terbuka, potong ke samping dengan rentang 1 sampai 2 cm, setelah itu, ditempatkan kembali di bagian awal pemotongan, dipotong lurus sebelum mencapai diafragma, potong kembali ke samping dengan rentang 1 sampai 2 cm. Dengan menggunakan kapas, pinggirkan organ dan jaringan abdormal kesamping untuk mencapai pembuluh darah aorta. Lakukan excise dengan menggunakan jarum dn syringe, ambil darah dengan menusuk tengah cabang pada bagian bawah aorta. Pijat jantung tikus untuk meningkatkan jumlah darah yang dapat diambil. Pastikan tikus berhenti bernafas sebelum mencabut jarum dari aorta. Proses selanjutnya pengambilan organ meliputi hati, ginjal, limpa, usus kecil, usus besar,

pencernaan, pankreas, dan jantung. Setiap organ dimasukan kedalam larutan Na 2EDTA untuk

membersihkan dari sisa darah yang melekat dan pemisahan komponen lemak dilakukan dengan mencelupkan organ ke dalam larutan NaCl. Timbang setiap organ kemudian tentukan berat relatif dari masing-masing organ. Prosedur analisis

Prosedur analisa dimulai dari penentuan komposisi ransum berdasarkan jumlah nutrisi yang diberikan dengan basis jumlah protein minimum 10 % meliputi tabel formulasi sebagai berikut Bahan-bahan Jumlah (%) Protein X=(1.60 X 100)/ %N sampel Minyak nabati 8- [(X x %ekstrak eter)/100] Campuran mineral 5- [(X x % kadar abu)/100] Campuran vitamin 1 Selulosa 5- [(X x % kadar serat kasar)/100] Air 5- [(X x % kadar air)/100] Prosedur penentuan PER dan NPR ditentukan pada rumus sebagai berikut PER

= Pertambahan BB / Jumlah protein yang dikonsumsi HASIL

Tabel 1. Data proksimat sampel protein Kasein (%) 79.0100 0.0750 0.1883 0.5040 9.3500

Protein Lemak Serat Abu Air

Tepung kedelai (%) 43.4000 18.5000 0.0800 5.6000 7.4000

Tepung tempe (%) 46.0000 20.7000 0.5000 2.3000 7.7000

Tabel 2 Jumlah pemberian ransum setiap perlakuan (basis 100.000 gram) Bahan-bahan

Ransum standar

Ransum standar

Ransum tepung

Ransum tepung

1

2 (perlakuan air

kedelai

tempe

Non protein

Protein (g) Minyak (g) Campuran

12.6600 7.9900 4.9700

secang) 12.6600 7.9900 4.9700

23.0400 3.7400 3.7090

21.7400 3.5000 4.5000

0.0000 8.0000 5.0000

mineral (g) Serat (g) Vitamin (g) Air (g) Pati (g)

0.9800 1.0000 3.8200 69.5800

0.9800 1.0000 3.8200 69.5800

0.9800 1.0000 3.2900 64.2910

0.8900 1.0000 3.3000 65.0400

1.0000 1.0000 5.0000 80.0000

Contoh perhitungan (Protein tempe) : Protein (X) = (1.6000 x 100.0000) / (46.0000/6.25) = 21.7400 g Minyak =8 – (21.7400 x 20.7000) / 100 = 3.5000 g Campuran mineral = 5 – (21.7400 x 2.3000) / 100 = 4.5000 g Serat = 1 – (21.7400 x 0.5) / 100 = 0.8900 g Vitamin = 1.0000 g Air = 5 – (21.74 x 7.7000) / 100 = 3.3000 g Pati = 100 – (Protein + Minyak + Camp. Mineral + Serat + Vit. + Air) = 65.0400 g Tabel 3 Jumlah pemberian ransum setiap perlakuan (basis 350.0000 gram) Bahan-bahan

Protein (g) Minyak (g) Campuran

Ransum

Ransum standar

Ransum tepung

Ransum tepung

standar 1

2 (perlakuan air

kedelai

tempe

80.6400 13.0900 12.9815

76.0900 12.2500 15.7500

44.3100 27.9650 17.39

secang) 44.3100 27.9650 17.39

Non protein

0.0000 28.0000 17.5000

mineral (g) Serat (g) 3.4300 3.4300 3.4300 Vitamin (g) 3.5000 3.5000 3.5000 Air (g) 13.3700 13.3700 11.5150 Pati (g) 243.5300 243.5300 224.8435 Contoh Perhitungan : Basis = 350.0000 g / 100.0000 g = 3.5000 Protein = 0.0000 g x 3.5000 = 0.0000 g Minyak = 8.0000 g x 3.5000 = 28.0000 g Campuran mineral = 5.0000 g x 3.5000 = 17.5000 g Serat = 1.0000 g x 3.5000 = 3.5000 g Vitamin = 1.0000 g x 3.5000 = 3.5000 g Air = 5.0000 g x 3.5000 = 17.5000 g Pati = 80.0000 g x 3.5000 = 280.0000 g

3.1150 3.5000 11.6550 227.6400

3.5000 3.5000 17.5000 280.0000

Data hasil perhitungan PER Tabel 1 Ransum standar air bening Tikus 1 (g) Tanggal 10 Nopember 2014 12 Nopember 2014 13 Nopember 2014 14 Nopember 2014 16 Nopember 2014 17 Nopember 2014 18 Nopember 2014 19 Nopember 2014 20 Nopember 2014 21 Nopember 2014 22 Nopember 2014 23 Nopember 2014 24 Nopember 2014 25 Nopember 2014 26 Nopember 2014 PER NPR

Berat Badan 44.00 52.00 55.00 57.00 67.00 69.00 35.00 35.00 33.00 34.00 34.00

Sisa ransum 0.00 8.72 6.22 7.09 6.00 7.18 6.98 11.38 8.48 12.56 10.92 6.50

Tikus 2 (g) Berat Sisa Badan 40.00 40.00 38.00 39.00 38.00 35.00

ransum 0.00 11.90 12.10 8.50 10.00 13.56 14.86

Tikus 3 (g) Berat Badan 37.00 36.00 35.00 35.00 35.00 35.00 53.00 55.00 54.00 55.00 54.00

Mati

Sisa ransum 0.00 10.16 9.84 8.50 10.00 8.98 11.78 6.32 7.66 6.82 5.48 7.56

Tikus 4 (g) Sisa Berat Badan ransum 48.00 0.00 51.00 6.54 50.00 8.00 48.00 7.09 52.00 6.00 53.00 7.26 10.38 45.00 6.80 51.00 6.70 49.00 6.92 55.00 7.26 55.00 6.04

Terminasi

-0.14 -1.99

Rata-Rata PER Rata-Rata NPR

2.36 2.99

0.81 1.34

Contoh Perhitungan Tikus 3: PER = Pertambahan BB / Jumlah protein yang dikonsumsi = (BB akhir – BB awal) / (10 % x Jumlah ransum yang dikonsumsi) = 17.00 g / 7.19 g = 2.36 Rata-Rata PER = (PER 1 +...+ PER 6) / 5 = 1.74 Tabel 2 Ransum standar air secang

Tikus 5 (g) Berat Sisa

Tikus 6 (g) Berat Sisa

Badan 41.00 38.00 37.00 39.00 43.00 43.00

Badan 48.00 44.00 40.00 43.00 45.00 47.00

ransum 0.00 9.36 9.76 7.09 6.00 5.02 15.28 9.62 10.98 5.14 5.66 6.74 7.14 4.12

69.00 70.00 71.00 75.00 74.00 76.00 80.00 4.64 5.17

ransum 0.00 0.50 5.64 1.42 2.00 2.74 12.62 7.30 5.80 0.24 3.06 12.70 2.40 3.56

51.00 53.00 53.00 57.00 61.00 64.00 62.00 Terminasi 1.04 1.37 1.74 1.78

Tanggal 10 Nopember 2014 12 Nopember 2014 13 Nopember 2014 14 Nopember 2014 16 Nopember 2014 17 Nopember 2014 18 Nopember 2014 19 Nopember 2014 20 Nopember 2014 21 Nopember 2014 22 Nopember 2014 23 Nopember 2014 24 Nopember 2014 25 Nopember 2014 26 Nopember 2014 PER NPR

Tikus 1 (g) Berat Sisa

Tikus 2 (g) Berat Sisa

Badan 42.00 35.00 61.00 60.00 67.00 67.00

Badan 41.00 30.00 27.00 26.00 31.00 32.00

ransum 0.00 10.98 4.20 5.70 6.00 7.00 6.25 10.24 8.34 4.78 7.48 5.24

69.00 67.00 70.00 74.00 75.00

3.72 4.22

33.00 33.00 34.00 36.00 36.00

ransum 0.00 7.04 12.80 12.76 9.00 1.20 15.78 7.06 4.24 4.76 4.58 11.04 Terminasi

Tikus 3 (g) Sisa Berat Badan ransum 33.00 0.00 37.00 9.56 38.00 11.20 36.00 11.34 44.00 5.00 40.00 1.40 21.28 39.00 11.00 42.00 8.42 35.00 7.90 41.00 8.52 41.00 8.24

-0.67 -0.07 Rata-Rata PER Rata-Rata NPR

1.31 2.04

Tikus 4 (g) Berat Sisa

Tikus 5 (g) Berat Sisa

Tikus 6 (g) Berat Sisa

Badan 44.00 48.00 46.00 45.00 46.00 45.00

Badan 47.00 42.00 41.00 44.00 48.00 50.00

Badan 31.00 27.00 26.00 27.00 30.00 30.00

ransum 0.00 10.46 11.00 7.08 10.00 11.52 12.98 11.42 9.74 8.26 8.94 9.84 9.74 10.00

41.00 43.00 42.00 45.00 45.00 43.00 44.00

ransum 0.00 11.40 9.28 8.50 12.00 8.62 10.68 53.00 9.66 53.00 9.24 53.00 8.48 55.00 8.30 61.00 7.96 63.00 7.20 65.00 5.44 Terminasi 2.30 2.88 1.06 1.69

0.00 0.70

30.00 30.00 27.00 30.00 28.00 31.00 29.00

ransum 0.00 9.94 10.44 8.50 12.00 10.58 13.32 9.72 10.00 8.08 8.60 9.70 9.56 6.30 -0.29 0.37

Contoh Perhitungan Tikus 1: PER = Pertambahan BB / Jumlah protein yang dikonsumsi = (BB akhir – BB awal) / (10 % x Jumlah ransum yang dikonsumsi) = 33.00 g / 8.879 g = 3.72 Rata-Rata PER = (PER 1 +...+ PER 6) / 6 = 1.06 Tabel 3 Ransum tepung kedelai Tanggal

Tikus 1 (g) Berat Sisa

Tikus 2 (g) Berat Sisa

Tikus 3 (g) Berat Sisa

Tikus 4 (g) Berat Sisa

Tikus 5 (g) Berat Sisa

Berat

Badan

Badan

Badan

Badan

Badan

Badan

ransum

ransum

ransum

ransum

ransum

Tikus 6 (g) Sisa ransum

10 Nopember 2014 12 Nopember 2014 13 Nopember 2014 14 Nopember 2014 16 Nopember 2014 17 Nopember 2014 18 Nopember 2014 19 Nopember 2014 20 Nopember 2014 21 Nopember 2014 22 Nopember 2014 23 Nopember 2014 24 Nopember 2014 25 Nopember 2014 26 Nopember 2014 PER NPR

45.00 46.00 49.00 50.00 53.00 62.00 52.00 59.00 61.00 64.00 65.00

0.00 41.00 10.12 42.00 8.08 44.00 8.50 45.00 9.00 52.00 12.96 54.00 8.62 8.22 55.00 6.76 57.00 4.40 56.00 5.54 60.00 6.70 59.00 Terminasi

2.88 3.53

0.00 7.64 8.24 5.70 0.00 4.96 5.40 2.29 0.68 0.70 2.42 1.16

1.61 2.02 Rata-Rata PER Rata-Rata NPR

38.00 36.00 35.00 37.00 45.00 44.00

0.00 8.98 10.48 5.70 8.00 5.92 7.36 40.00 12.03 40.00 12.24 46.00 6.06 45.00 8.06 46.00 5.88 45.00 10.34 46.00 9.52 terminasi 0.95 1.48

50.00 37.50 36.00 34.00 41.00 42.00

0.00 6.10 9.98 4.30 1.00 8.96 4.50 43.00 4.73 44.00 5.24 45.00 1.50 48.00 2.66 49.00 8.74 terminasi

35.00 57.00 57.00 64.00 69.00 63.00

0.00 36.00 4.24 38.00 5.14 37.50 2.90 38.00 7.00 46.00 0.94 48.00 4.16 4.12 48.00 4.90 55.00 3.96 57.00 3.76 63.00 3.06 56.00 7.76 65.00 2.23 65.00 Terminasi

76.00 78.00 77.00 83.00 84.00 84.00 89.00

-0.09 0.32

3.83 4.15

0.00 10.88 9.20 8.50 5.00 4.92 4.42 6.48 5.06 0.38 3.66 8.48 4.00 4.14 2.42 2.79

1.93 2.22

Contoh Perhitungan Tikus 1: PER = Pertambahan BB / Jumlah protein yang dikonsumsi = (BB akhir – BB awal) / (10 % x Jumlah ransum yang dikonsumsi) = 20.00 g / 6.932 g = 2.88 g Rata-Rata PER = (PER 1 +...+ PER 6) / 6 = 1.93 Tabel 4 Ransum tepung tempe Tanggal 10 Nopember 2014 12 Nopember 2014 13 Nopember 2014

Tikus 1 (g) Berat Sisa

Tikus 2 (g) Berat Sisa

Badan 46.00 47.00 47.00

Badan 40.00 42.00 41.00

ransum 0.00 6.62 8.74

ransum 0.00 8.46 10.72

Tikus 3 (g) Berat Sisa ransum Badan 38.00 0.00 34.00 12.88 36.00 11.36

Tikus 4 (g) Berat Sisa

Tikus 5 (g) Berat Sisa

Tikus 6 (g) Berat Sisa

Badan 50.00 36.00 39.00

Badan 33.00 33.00 35.00

Badan 34.00 34.00 35.00

ransum 0.00 12.12 9.36

ransum 0.00 5.38 8.60

ransum 0.00 9.52 7.18

14 Nopember 2014 16 Nopember 2014 17 Nopember 2014 18 Nopember 2014 19 Nopember 2014 20 Nopember 2014 21 Nopember 2014 22 Nopember 2014 23 Nopember 2014 24 Nopember 2014 25 Nopember 2014 26 Nopember 2014 PER NPR

42.00 42.00 40.00

8.50 12.00 11.06 11.34 13.06 9.10 6.34 8.34 10.24

38.00 40.00 46.00 40.00 37.00

46.00 40.00 49.00 53.00 56.00 57.00 66.00 70.00

9.92 8.00 5.18 5.52 3.16 4.50 0.00 2.98 3.86 Terminasi

-1.51 -0.75

40.00 41.00 46.00

8.50 9.00 7.36 8.34 7.06 10.32 8.26 9.54 9.00

48.00 46.00 47.00 51.00 53.00

2.92 3.36

38.00 41.00 38.00

8.50 13.00 12.32 13.62 10.60 12.20 9.60 10.38 11.56 12.00 13.10

34.00 36.00 35.00 37.00 39.00 37.00 36.00

2.37 3.08

-2.94 -1.99

Rata-Rata PER Rata-Rata NPR

35.00 40.00 34.00 40.00 40.00 40.00 42.00 41.00 42.00 41.00 Terminasi 0.84 1.32 0.64 1.26

5.67 8.00 8.50 7.24 5.80 7.88 8.18 10.16 9.34 7.40 8.52

35.00 45.00 40.00

5.67 5.00 7.48 7.20 5.24 6.08 5.12 6.28 7.82 5.30 5.44

44.00 48.00 50.00 55.00 56.00 55.00 58.00 2.15 2.55

Contoh Perhitungan Tikus 2: PER = Pertambahan BB / Jumlah protein yang dikonsumsi = (BB akhir – BB awal) / (10 % x Jumlah ransum yang dikonsumsi) = 30.00 g / 10.27 g = 2.92 Rata-Rata PER = (PER 1 +...+ PER 6) / 6 = 0.64 Tabel 5 Ransum non protein Tanggal 10 Nopember 2014 12 Nopember 2014 13 Nopember 2014 14 Nopember 2014 16 Nopember 2014 17 Nopember 2014

Tikus 1 (g) Berat Sisa

Tikus 2 (g) Berat Sisa

Tikus 3 (g) Berat Sisa

Tikus 4 (g) Berat Sisa

Badan 30.00 58.00

Badan 55.00 50.00 52.00 51.00 49.00 44.00

Badan 50.00 61.00 59.00 54.00 54.00 50.00

Badan 53.00 57.00 59.00 57.00 52.00 53.00

ransum 0.00 8.14 Mati

ransum 0.00 8.06 4.86 5.67 12.00 10.06

ransum 0.00 9.28 6.72 11.34 11.00 10.28

ransum 0.00 9.78 8.86 8.50 8.00 8.62

Tikus 5 (g) Berat Sisa ransum Badan 62.00 0.00 40.00 11.34 40.00 3.56 40.00 11.34 34.00 11.00 35.00 10.06

Tikus 6 (g) Berat Badan

Sisa ransum

66.00 52.00 66.00 45.00 51.00 48.00

0.00 15.76 10.82 9.90 10.00 10.76

18 Nopember 2014 19 Nopember 2014 20 Nopember 2014 21 Nopember 2014 22 Nopember 2014 23 Nopember 2014 24 Nopember 2014 Penurunan BB (g)

11.84 11.68

33.00

Mati

-

34.00 48.00 42.00 40.00 45.00

11.34 7.42 10.62 9.42 9.40 11.06

-5.00 Rata-Rata Penurunan BB (g)

Contoh Perhitungan Tikus 3: Penurunan Berat = Berat akhir – Berat awal = 45.00 g – 50.00 g = -5.00 g Rata-Rata Penurunan BB = (Penurunan BB 1 +...+ Penurunan BB 6) / 2 = -4.50 PER = Pertambahan BB / Jumlah protein yang dikonsumsi = (BB akhir – BB awal) / (10 % x Jumlah ransum yang dikonsumsi) = -5.00 g / 1.076g = -4.6475

50.00 51.00 50.00 49.00 49.00

10.20 11.04 9.06 7.14 6.45 9.42 terminasi -4.00

51.00 34.00 34.00 34.00 33.00

11.48 9.48 10.26 8.86 9.82 10.34

-29.00 (Pencilan)

10.96 7.05 8.08

45.00 42.00 Mati

-4.50

Tabel 1 Berat organ tikus Organ Berat badan Hati Limfa Pankreas Lambung Usus Fermenter Ginjal Jantung Paru-paru Testis

Gambar 1 Limfa

Berat Tikus 1 (g) [kelompok 2] 299.38 11.95 1.13 0.79 2.85 15.81 5.98 2.25 0.90 1.75 3.04

Gambar 2 Testis

Berat Tikus 2 (g) [Kelompok 1] 192.38 7.02 0.54 0.26 4.12 12.43 3.05 1.33 0.68 1.54 2.76

Gambar 3 Lambung

Gambar 4 Fermenter

Gambar 5 Paru-paru

Gambar 6 Usus

Gambar 7 Pankreas

Gambar 8 Ginjal

Gambar 9 Jantung tikus 1

Gambar 10 Jantung tikus 2

Jantun g Jantunginantung

ParuParu-paru paru Hati Usus Hati Usus

Limpa Lambu Testis ng Gambar 11 Pengenalan organ pada tikus

Limfa Lambung

PEMBAHASAN Percobaan dilakukan dengan 5 perlakuan pemberian ransum pada kelompok tikus, yaitu :1) kelompok tikus yang diberi ransum standar kasein dan air biasa; 2) kelompok tikus yang diberi ransum standar kasein dan air secang; 3) kelompok tikus yang diberi ransum tepung kedelai; 4) kelompok tikus yang diberi ransum tepung tempe; dan 5) kelompok tikus yang diberikan ransum non-protein. Ransum yang diberikan pada tikus dalam bentuk bubuk, berjumlah 15 gram/ekor/hari. Pemberian ransum tidak dilakukan pada jam yang sama setiap harinya. Hal tersebut dapat menyebabkan variabilitas pada kelompok tikus. Ransum sisa ditimbang setiap hari untuk mengetahui jumlah ransum yang benar-benar dikonsumsi setiap hari. Penimbangan berat badan tikus dilakukan setiap hari yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhandan kesehatan tikus percobaan. Pembersihan kandang dilakukan setiap2 hari sekali dengan cara mengganti sekam dalam kandang tikus. Nilai PER diperoleh dengan membagi perubahan berat badan rata-rata tiap kelompok tikus dengan jumlah protein yang dikonsumsi tikus (10% dari berat ransum yang dikonsumsi). Nilai PER menunjukkan asumsi jumlah protein terkonsumsi yang dipakai untuk pertumbuhan, tanpa memperhatikan protein yang digunakan untuk maintenance tubuh, misal hormon, enzim, dan lain-lain. Selain itu, dicari juga nilai NPR dari setiap perlakuan. Nilai NPR sendiri menunjukkan kemampuan protein dalam membantu memelihara pertumbuhan. Nilai ini diperoleh dengan membandingkan kelompok tikus yang diberi ransum berprotein dengan kelompok tikus yang diberi ransum non-protein (sebagai faktor koreksi). Data hasil penimbangan tikus menunjukkan bahwa perubahan berat badan tikus sangat beragam, bahkan dalam kelompok ransum yang sama. Hal ini bisa disebabkan konsumsi ransum yang tidak seragam, serta adanya kemungkinan tikus mengonsumsi sekam sehingga pertambahan dan penurunan berat badan tikus bervariasi. Penurunan berat badan signifikan terjadi pada kelompok ransum non-protein, bahkan menyebabkan kematian beberapa tikus. Hal ini disebabkan tidak tersedianya protein yang memiliki fungsi sebagai zat pembangun dan pemelihara tubuh. Data proksimat protein sampel menunjukkan bahwa kadar protein pada standar kasein, tepung kedelai, dan tepung tempe yaitu 79.01%, 43.40%, dan 46.00%, sehingga untuk menyetarakan jumlah protein, jumlah yang ditambahkan dalam tiap ransum pada basis 350 g yaitu 44.31 g kasein, 80.64 g tepung kedelai, dan 76.09 g tepung tempe. Pada ransum non-protein, tidak ada penambahan protein. Data hasil percobaan menunjukkan bahwa rata-rata nilai PER untuk kelompok ransum standar-air biasa, ransum standar-secang, ransum tepung kedelai dan ransum tepung tempe berturut-turut yaitu 1.74, 1.06, 1.93, dan 0.64. Nilai NPR rata-rata untuk kelompok ransum standar-air biasa, ransum standar-secang, ransum tepung kedelai dan ransum tepung tempe berturut-turut yaitu 1.78, 1.69, 2.22, dan 1.26. Semakin tinggi nilai PER berarti semakin baik mutu proteinnya karena pada konsumsi protein dalam jumlah sama memberikan efek pertambahan berat badan yang lebih besar. Nilai PER dan NPR tertinggi adalah tepung kedelai, sedangkan terendah adalah tepung tempe. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Kasein seharusnya memiliki nilai PER dan NPR tertinggi karena kasein memiliki skor asam amino yang lebih tinggi dibandingkan kedelai,bahkan dalam bentuk tempe sekalipun (WHO 1985). Selain itu, kasein merupakan protein hewani. Protein hewani lebih mudah dicerna sehingga bioavailabilitasnya dalam tubuh lebih tinggi (Zakaria dkk, 2007). Kesalahan mungkin disebabkan adanya variabilitas dalam pemberian ransum (waktu dan jumlah) serta penanganan tikus percobaan. Selain itu, adanya tikus yang sakit atau mati dapat meurunkan rata-rata pertambahan berat badan kelompok tikus sehingga mempengaruhi nilai PER dan NPR. Ransum kasein-secang dan ransum tepung tempe merupakan ransum yang memiliki kadar antioksidan signifikan. Studi literetur menunjukkan bahwa pemberian antioksidan pada tikus percobaan dapat menstimulasi

pembentukan protein yang semakin tinggi. Kandungan antioksidan mampu melindungi protein dan DNA sebagai unit pembentuk protein dari kerusakan (Handayani 2005). Hal tersebut tidak dapat dibuktikan dalam percobaan, karena nila PER dan NPR pada kelompok ransum standar-secang dan ransum tepung tempe tidak lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain. Hal ini mungkin disebabkan adanya faktor-faktor yang tidak dikontrol, misalnya penambahan pro-oksidan.

KESIMPULAN Data yang diperoleh dari perubahan bobot dan pertumbuhan organ tertentu hewan percobaan dapat digunakan untuk mengukur kualitas suatu sumber protein. Hasil praktikum menunjukkan bahwa nilai PER dari yang tertinggi dimiliki oleh ransum tepung kedelai (1.93), kemudian ransum standar-air biasa (1.74), ransum standar-secang (1.06), dan paling kecil adalah ransum tepung tempe (0.64). Begitupun dengan nilai NPR dari yang tertinggi berturut-turut adalah ransum tepung kedelai (2.22), ransum standar-air biasa (1.78), ransum standar-secang (1.69), dan ransum tepung tempe (1.26) Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Kasein seharusnya memiliki nilai PER dan NPR tertinggi karena kasein memiliki skor asam amino yang lebih tinggi dibandingkan kedelai,bahkan dalam bentuk tempe sekalipun. Selain itu, protein hewanilebih mudah dicerna daripada protein nabati,sehingga bioavailabilitasnya lebih tinggi. Kesalahan mungkin disebabkan adanya variabilitas dalam pemberian ransum (waktu dan jumlah) serta penanganan tikus percobaan. Selain itu, adanya tikus yang sakit atau mati dapat meurunkan rata-rata pertambahan berat badan kelompok tikus sehingga mempengaruhi nilai PER dan NPR. DAFTAR PUSTAKA

Fennema OR. 1996. Food Chemistry 3rd edition. New York : Marcel Dekker, Inc. Handayani CA. 2005. Pembuatan Tepung Kedelai Kaya Isoflavon Melalui Ekstraksi Asetonitril dan Hidrolisis Bromelin Serta Evaluasi Nilai Gizi Proteinnya secara Biologis. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Muchtadi D, M Astawan, dan NS Palupi. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Muchtadi,D. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung :CV Alfabeta. Palupi NS dan E Prangdimurti. 2008. Modul Teknik Evaluasi Nilai Biologis Vitamin dan Mineral. ITP-IPB, Bogor. Satsix. 2009 . Rat Anatomy Dissection [terhubung berkala]

http://blog.naver.com/ PostView.nhn?blogId=

satsix&logNo=94971644 (12 Desember 2014). Wati, DK. 2009. Sistem Organ Tikus Rattus norvegicus dan Pengamatan Sel Secara Mikroskopis. Blitar; Stikes Patria Husada. WHO, 1985. Energy and protein requirements. Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation, Rome, 5 October 1981. WHO Technical Report Series No. 724. Geneva, Switzerland. Zakaria FR, Mellasanti MA, Sanjaja, Pramudya SM, Richards L.1997. Aktivitas Proliferasi Limfosit Darah Tepi Konsumen Makanan Jajanan di Bogor, Jawa Barat. Bul Tek dan Ind Pangan VIII(2) pp. 57-65 Zakaria, FR, NS Palupi, E Prangdimurti.2007. Modul Prinsip Dasar Metode Evaluasi In Vivo : Penggunaan Hewan Percobaan. ITP-IPB, Bogor.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF