LAPORAN PRAKTIKUM 6
October 26, 2017 | Author: rizal | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum 6...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM KARTOGRAFI DASAR
ACARA VI TATA LETAK PETA DAN NAMA GEOGRAFIS
Disusun oleh: Nama NIM Hari, Tanggal Waktu Asisten
: Rizal Aziz : 16/397552/GE/08431 : Kamis, 13 Oktober 2016 : 07.00 – 09.00 : Bayu Ramadhan Ignalius Salyvian Wisnu
LABORATORIUM KARTOGRAFI PROGRAM STUDI KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2016 ACARA VI
TATA LETAK PETA DAN NAMA GEOGRAFIS A. TUJUAN 1. Melatih ketrampilan dalam melakukan desain tata letak peta beserta kelengkapan informasi tepi. 2. Menuliskan nama geografis pada peta sesuai dengan kaidah yang berlaku. B. 1. 2. 3.
BAHAN DAN ALAT Peta RBI dan Peta Tematik Kertas kalkir Alat tulis
C. CARA KERJA Bagian 1&2 Peta Tematik
Peta RBI Skala 1:25.000 Gambar peta pada kertas kalkir
Sketsa Tata Letak Peta
Beri nama geografis Bagian 3 Labelling pada perangkat lunak
QuantumGIS
D. DAFTAR HASIL PRAKTIKUM 1. Sketsa tata letak Peta RBI 2. Sketsa tata letak Peta Tematik
3. Sketsa tata letak usulan 4. Peta hasil penulisan geografis
E. PEMBAHASAN Membuat peta merupakan hal dasar yang harus diakukan oleh seorang kartograf. Membuat suatu peta harus memilki tahapan-tahapan dalam pembuatannya. Membuat peta dikatakan baik apabila melalui proses pengumpulan data, pemrosesan, dan hasil peta. Pengumpulan data diperlukan untuk menyatukan data-data yang diperlukan untuk dicantumkan di dalam peta. Data terkumpul akan dijadikan sumber informasi untuk pembaca peta. Pemrosesan dilakukan setelah semua data terkumpul. Pemrosesan dilakukan untuk menyatukan proses pemetaan dengan data yang terkumpul. Pemrosesan yang dilakukan dengan cara menjiplak peta lain yan sudah ada. Pemrosesan menekankan banyak hal dalam memroses peta. Ketrampilan dalam melakukan desain dan peletakkan nama-nama geografis dipelukan dalam proses pembuatan peta. Salah satunya yaitu dalam penulisan nama-nama geografis yang menekankan penggunaan penulisan sesuai dengan pedoman yang ada. Pedoman itu merupakan sebagai landasan dasar dalam tata cara penulisan nama-nama geografis. Tiap nama unsur geografi di Indonesia terdiri atas dua bagian yaitu nama generik dan nama spesifik. Yang dimaksud dengan nama generik adalah nama yang menggambarkan bentuk dari unsur geografis tersebut, misalnya sungai, gunung, kota dan unsur lainnya. Sedang nama spesifik merupakan nama diri (proper name) dari nama generik tersebut yang juga digunakan sebagai unit pembeda antarunsur geografis. Nama spesifik yang sering digunakan untuk unsur geografis biasanya berasal dari kata sifat, misalnya ’baru’, ’jaya’, ’indah’, ’makmur’ atau kata benda yang bisa mencerminkan bentuk unsur tersebut, misalnya ’batu’, ’candi’ dan lain sebagainya. Nama-nama generik dari unsur geografi, antara lain:
l Sungai (bahasa Indonesia) atau air, aik, ai, oi, kali, batang, wai, ci, brang, jeh, nanga,krueung, Ie, (bahasa lokal). Pedoman itu dibagi atas enam yaitu pedoman pertama, pedoman kedua,pedoman ketiga, pedoman, keempat, pedoman kelima dan pedoman
keenam. Pedoman pertama, menekankan penulisan nama unsur geografis ditulis terpisah antara nama generik dan nama spesifiknya, contohnya Danau Toba, Sungai Musi, Laut Jawa, Selat Sunda. Pedoman kedua, banyak nama spesifik di Indonesia, khususnya nama kota dan pemukiman memuat juga nama generik dalam nama spesifiknya, seperti namanama kota memakai gunung, bukit, tanjung, ujung, pulau dst dalam nama spesifiknya. Dalam kasus ini nama spesifik tersebut ditulis dalam satu kata. Contohnya antara lain, Gunungsitoli, Cimahi, Ujungpandang, Bukittinggi, Muarajambi, dan Tanjungpinang. Pedoman ketiga, jika suatu nama spesifik ditambah dengan kata sifat di belakangnya atau penunjuk arah, maka ditulis terpisah. Contoh: Jawa Barat, Kebayoran Baru, Sungai Tabalong Kiwa, Kotamubago Selatan, dan Kampung Desatengah Selatan. Pedoman keempat, jika nama spesifik yang terdiri dari kata berulang, ditulis sebagai satu kata. Misalnya Bagansiapiapi, Siringoringo, Sigiringgiring, Mukomuko. Jika nama spesifik yang ditulis dengan angka sebagai penomoran, maka nomor ditulis dengan huruf, misalnya Depok Satu, Depok Dua, Depok Timur Satu, Koto Ampek. Jika nama spesifik terdiri dari dua kata benda, ditulis sebagai satu kata, misalnya Tanggabosi, Bulupayung, Pagaralam. Pedoman kelima, nama spesifik terdiri dari kata benda diikuti dengan nama generik, maka ditulis sebagai satu kata, misalnya: Pintupadang, Pagargunung, Pondoksungai, Kayulaut. Nama spesifik yang terdiri dari 3 kata, masing-masing 2 nama generik diikuti dengan kata sifat atau kata benda, maka ditulis sebagai satu kata, misalnya Torlukmuaradolok (torluk =teluk, muara = muara, dolok = gunung), Muarabatangangkola (muara dan batang adalah nama generik, angkola = nama benda). Pedoman keenam, anyak contoh nama spesifik terdiri dari 4 kata atau lebih, misalnya beberapa daerah di Tapanuli Selatan:Purbasinombamandalasena, Dalihannataluhutaraja, Hutalosungparandolok Lorong Tiga, Gunungmanaonunterudang. Untuk memudahkan disarankan tidak memakai nama yang panjang.
Banyak nama-nama unsur geografi yang berasal dari nama asing yang terucapkan dengan lidah Indonesia atau diterjemahkan secara harafiah dalam bahasa Indonesia atau diganti dengan nama Indonesia. Kalimat yang berasal dari pengucapan bahasa asing: Tanjong Priok seharusnya ditulis Tanjungperiuk atau Tanjungpriok (kalau “priok” bahasa
Betawi dari “periuk”; Ayer Item seharusnya Air Hitam. Pengucapan yang berasal dari bahasa asing dengan pengucapan gaya bahasa Indonesia: Singerland menjadi Sangerlang, Glen More menjadi Glemor, Malborough menjadi Malioboro, Zandvoort menjadi Sanpur, Sampur (Prof. Jacub Rais dalam semiloka di ITB tahun 2005). Membaca peta merupakan tahap awal dalam penggunaan peta. Sebuah peta akan ditemukan dua informasi penting yaitu muka peta dan informasi tepi peta. Informasi yang ditampilkan pada muka peta berupa kenampakan seperti aslinya atau kenampakan alami atau buatan manusia. Unsur-unsur alami yang ditekankan seperti kenampakan gunung, sungai, danau, dan lain-lain. Unsur buatan manusia yang dimaksud dapat berupa bangunan-bangunan seperti masjid, gereja, hotel, bandara hotel dan lain-lain. Informasi tepi peta menekankan dalam menginformasikan muka peta. Informasi tepi peta memiliki unsur-unsur seperti judul peta, penulis peta, legenda, tanggal pembuatan, mata angin, skala dan informasi lainnya. Informasi tepi peta dibutuhkan untuk memudahkan pembaca peta dalam mendapatkan informasi secara jelas. Hasil akhir yang didapatkan yaitu sebuah peta yang bisa digunakan untuk kepentingan tertentu. Labelling merupakan pemberian nama atau informasi pada peta. Labelling dapat dilakukan secara manual maupun digital. Labellin secara manual dilakukan dengan menulisnya dengan tangan. Sedangkan labelling secara digital yaitu dilakukan dengan software QuantumGIS. Software ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan bagi penggunanya. Kelebihannya antara lain : dapat menambahkan label yang sama secara bersamaan, dapat memilih informasi yang dikehendaki, banya variasi objek, dan dapat diatur sesuai keinginan. Kelemahannya yaitu untuk pemula software ini agak membingungkan, untuk data tingkat sulit cenderung semakin sulit pengolahannya, dan harus sabar dan teliti supaya hasil menarik dan bagus.
F. KESIMPULAN 1. Ketrampilan dalam mendesain dan peletakan nama-nama geografis diperlukan dalam hal membuat peta. Salah satunya dalam penulisan nama-nama geografis yang menekankan cara penuulisannya sesuai pedoman yang ada.
2. Sebuah peta memiliki dua informasi penting yaitu muka peta dan informasi tepi peta. Penataan muka peta dan informasi harus dilakukan dengan benar, agar hasil yang didapatkan menarik dan mudah dipahami.
G. DAFTAR PUSTAKA Prof. Jacub Rais . 2005. Semiloka . Bandung http://bappeda.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2013/09/TutorialQuantumGIS_bab5.pdf (diakses 26/10/2016, 13.38)
TUGAS 1. Jelaskan beberapa istilah berikut ini (semua berhubungan dengan lettering): Literal Symbol, Locative Symbol, Nominal Symbol, dan Ordinal Symbol.
JAWAB : a. Hubungan antara Lettering dengan Literal simbol yaitu karena merupakan suatu keterangan berupa simbol dipeta yang dijelaskan dalam bentuk teks untuk menjelaskan nama tempat atau daerah b. Hubungan antara Lettering dengan Locative simbol yaitu karena merupakan suatu keterangan teks yang bisa bertujuan untuk menunjukan posisi di suatu tempat maupun areal. Areal yang nampak ditulis dengan jarak yang lebih besar dan cenderung renggang. Kenampakan garis yang ada ditulis sesuai kenampakan arah yang ada. c. Hubungan antara Lettering dengan Nominal simbol yaitu keterangan yang datanya dipetakan dengan level yang sama dalam kepentingannya, namun tidak memiliki tingkatan maupun besaran. d. Hubungan antara Lettering dengan Ordinal simbol yaitu suatu keterangan yang memiliki tingkatan seperti kecil, sedang, besar, tinggi, pendek.
LAMPIRAN
View more...
Comments