Laporan Praktikum 4 Rhizoma & Pericarpium - D - 5
July 23, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum 4 Rhizoma & Pericarpium - D - 5...
Description
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN 6 IDENTIFIKASI FRAGMEN RHIZOMA
Disusun oleh : Kelompok 5D
Zalfa Neysa Salsabila
(10060319151) (10060319151)
Clarisa Ananda Putri
(10060319152) (10060319152)
Hana Tulia Fazin
(10060319153) (10060319153)
Siti Nur Fadhiilah
(10060319154) (10060319154)
Asisten Laboratorium
: Ayu Puspa, S. Farm.
Tanggal Praktikum
: Rabu, 16 Desember 2020
Tanggal Laporan
: Selasa, 22 Desember 2020
LABORATORIUM FARMASI FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2020 M/1442 H
PERCOBAAN 6 IDENTIFIKASI FRAGMEN RHIZOMA
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi fragmen yang berada pada sediaan Boesenbergiae Rhizoma,
Curcumae
Domesticae
Rhizoma,
Kaempferiae
Galangae
Rhizoma, Alpiniae Galangae Rhizoma, dan Zingiberis Officinalis Rhizoma.
II.
TEORI DASAR 2.1 Morfologi dan Anatomi
Rimpang merupakan modifikasi dari batang. Rimpang biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan dari kelas dicotyledoneae. Rimpang sesungguhnya adalah batang sejati yang merambat di dalam tanah. Karena merupakan modifikasi dari batang, sifat-sifat batang juga Nampak pada rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daundaun , dan tumbuh menjauhi pusat bumi. Fungsi rimpang antara lain adalah sebagai tempat penimbunan makanan. Selain itu, rimpang berfungsi sebagai alat perkembangbiakkan secara vegetative. (Rosanti, 2013). Umumnya batang berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari, selalu mengadakan percabanga dan selama hidupnya kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil. Struktur pada batang ini merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun. Sifat-sifat umum batang yang dapat di karakteristik antara lain selalu tumbuh ke atas daun dan menjauhi pusat bumi, istilah ini disebut fototrofi positif dan geotrofi negative. Selain itu batang berwarna coklat, batang memiliki bentuk yang beragam walaupun umunya berbentuk bulat (Gembong, 2005).
Pada batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya diantara xylem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya cambium pada monokotil menyebabakan batang monokotil tidak dapat tumbuh memebesar dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Batang
berperan
dalam
menyangga menyangga
posisi
daun,
melakukan
fotosintesis, mentranspor zat-zat mentah. Perbedaan utama pada batang
dikotil
dan
monokotil
adalah
pada
struktur
jaringan
pembuluhnya. Pada tumbuhan dikotil dan monokotil jaringan ja ringan primer batang memiliki beberapa perbedaan yaitu memiliki memili ki susunan jaringan epidermis, korteks batang dan silinder pusat (stele). Bagian batang sebelah luar dibatasi oleh selapis sel rapat yang memiliki bentuk yang khas memiliki sel penjaga dan berbagai berbagai tipe trikom. Pada tahun pertama epidermis pada batang digantikan oleh lapisan gabus. Pada beberapa tumbuhan parenkim batangnya
berfungsi sebagai alat
fotosintesis (Hayati, 2016). 1. Epidermis, terdiri atas selaput yang tersusun rapat tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan dibawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari cambium gabus. 2. Korteks, batang disebut juga kulit pertama. Terdiri dari beberapa lapis sel yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan. Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Korteks batang adalah daerah
berbentuk silinder pembuluh pembuluh
korteks dapat terdiri dari seluruhnya seluruhnya atas jaringan tipis. 3. Stele/ silinder pusat merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau prokambium. Ikatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xylem dan
floem. Letak saling bersisian xylem disebelah dalam dan floem disebelah luar. Antara xylem dan floem terdapat cambium intravaskuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. 4. Endodermis batang disebut juaga kulit dalam tersusun atas selapis sel merupakan lapisa pemisah antara korteks dengan stele (Mulyani, 2006). 2.2
Cara Pembuatan Simplisia
Untuk
menjamin
keseragaman
senyawa
aktif,
keamanan
maupunkegunaanya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk dapatmemenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara pengepakan dan penyimpanan (Agoes, 2007). Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabatimerupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,termasuk didalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tanah tempat tumbuh tanaman obat. Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yangdapat memenuhi mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisisenyawa kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian,simplisia sebagai produk olahan, fariasi senyawa kandungan dapat diperkecil,diatur atau diajegkan. Hal ini karena penerapan (aplikasi) IPTEK pertanian pasca panen yang terstandar. Tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (Laksana, 2010). Tahap-tahap pembuatansimplisia secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan bahan baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur
tanaman yang digunakan, waktu panen, liingkungan tempat tumbuh.
Waktu
panen
sangat
erat
hubungannya
dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. 2. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan bahan asing seperti tanah, t anah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. 3. Pencucian Pencucian
dilakukan
untuk
menghilangkan
tanah
dan
pengotoran lainnya yang mel melekat ekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. 4. Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan
bahan
simplisia
dilakukan
untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan.
Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan
akibat
reaksi
antara
bahan
dan
logam
pisau.
Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari. 5. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. 6. Sortasi kering Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan pengeringan
menggunakan bahan
alat
simplisia,
dari
plastik.
Selama
proses
faktor-faktortersebut
harus
diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh
suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dar i dalam kepermukaan tersebut,
sehingga
permukaan
bahan
menjadi
keras
dan
menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. 7. Pengepakan dan penyimpanan Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk simplisia simpli sia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip “pertama masuk, pertama keluar”, untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label dan dicantumkan nama jenis, asal bahan, tanggal ta nggal penerimaan, dan pemasukan dalam gudang. Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum, dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya tumbuh kapang, dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lainsebagainya dikeluarkan dari gudang dan dibuang (Laksana, 2010). 2.3 Boesenber Boesenbergiae giae Rhizoma (B oe oese senbe nberr gi a pa pandur ndurat ata a)
Klasifikasi Kingdom : Plantae Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida Liliopsida
Ordo
: Zingiberales Zingiberales
Familia
: Zingiberaceae
Genus Spesies
: Boesenbergia Boesenbergia : Boesenbergia pandurata (Backer : Boesenbergia pandurata (Backer & Bakhuizen, 1965).
Boesenbergia rotunda (L.) rotunda (L.) yang dikenal sebagai temu kunci di Indonesia banyak digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang mengandung minyak atsiri yang terdiri
dari
boesenbergin,
cardamonin,
pinostrobin,
5,7-
dimetoksiflavon, 1,8-sineol, dan panduratin. Diketahui bahwa minyak atsiri dari rimpang temu kunci efektif sebagai antimikroba. Selain itu temu kunci memiliki efek sebagai antioksidan dan antikanker (Taweechaisupapong, et al., 2010). Hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap tumbuhan temu kunci ( Boesenbergia Boesenbergia rotunda rotunda (L.) Mansf.)seperti manfaatnya sebagai peluruh dahak atau menanggulangi batuk, penambah nafsu makan, menyembuhkan sariawan dan sebagai pemacu keluarnya ASI, juga digunakan sebagai afrodisiak dan untuk pengobatan sakit perut. (Syamsuhidayat dan dan Hutapea, 1991). 2.4 Curcumae Domesticae Rhizoma (C ur urcuma cuma do dom mestica sti ca)
Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma domestica (Backer domestica (Backer & Bakhuizen, 1965).
Aktivitas anti-inflamasi rhizoma Curcuma Curcuma Domesticae Domesticae telah ditujikan pada binatang. Pemberian intraperitoneal obat pada tikus
secara efektif mengurangi baik yang akut dan peradangan kronis di carrageenin diinduksi kaki edema, tes kantung granuloma , dan tes cotton pellet granuloma. Efektivitas obat pada tikus dilaporkan menjadi mirip dengan hidrokortison asetat atau indometasin di inflamasi eksperimen diinduksi. Oral jus kunyit atau bubuk tidak menghasilkan efek anti-inflamasi; hanya intraperitoneal injeksi efektif. Minyak atsiri telah menunjukkan aktivitas anti-inflamasi pada tikus terhadap arthritis ajuvandiinduksi, carrageenin Terimbas kaki edema, dan peradangan hialuronidase-diinduksi. Aktivitas antiinflamasi tampaknya dimediasi melalui penghambatan enzim tripsin dan hialuronidase. Kurkumin dan turunannya adalah aktif konstituen obat anti-inflamasi. Setelah pemberian intraperitoneal, kurkumin dan natrium curcuminate menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang kuat dalam tes edema carrageenin-diinduksi pada tikus dan mencit. Kurkumin juga ditemukan efektif setelah pemberian oral dalam tes edema carrageenin-diinduksi akut pada tikus. Aktivitas antiinflamasi dari kurkumin mungkin karena kemampuannya untuk radikal oksigen mengais, yang telah terlibat dalam proses inflamasi. Efek-efek farmakologi pada kunyit tersebut membuatnya menjadi tumbuhan yang memiliki efek menguntungkan pada kesehatan manusia, salah satu diantaranya adalah untuk penyakit hati, kanker, aterosklerosis, masalah haid pada wanita, osteoarthritis, gangguan pencernaan, dan infeksi bakteri (Yadav, Tarun, Roshan, et al., 2017). 2.5 Kaempferiae Galangae Rhizoma (K aempfe pferr i a g ala alang nga a)
Klasifikasi Kingdom : Plantae Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta Magnoliophyta Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae Zingiberaceae
Genus : Kaempferia Kaempferia Spesies : Kaempferia : Kaempferia galanga (Backer galanga (Backer & Bakhuizen, 1965). Kencur ( Kaempferia Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus, rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut (Pujiharti, 2012). Selain itu kencur mampu mengobati proses penyembuhan luka bakar dari ekstrak alkohol Kaempferia galanga L pada tikus galur wistar. Ekstrak etanol Kaempferia galanga L dapat mempercepat proses epitelisasi pada jaringan luka dengan memfasilitasi proliferasi sel epitel, memiliki efek prohealing yang baik, dan salah satu komponen dari kencur yaitu flavonoid yang berperan sebagai antioksidan yang merupakan komponen penting dalam penyembuhan luka (Umar, 2012). 2.6 Alpiniae Galangae Rhizoma ( Alp A lpii nia gala galanga nga)
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi Kelas
: Magnoliophyta Magnoliophyta : Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Alpinia :
Spesies
: Alpinia galangal (Backer & Bakhuizen, 1965). : Alpinia
Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai antijamur dan antibakteri. Adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri ekstrak rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Infus ekstrak etanol rimpang
lengkuas yang berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen, yaitu: Tricophyton, Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum. Kandungan 3 ekstrak lengkuas yang menyebabkan efek antimikroba adalah minyak atsiri, flavonoid, terpenoid, fenol (Yuharmen, 2002) Dalam bidang pengobatan, lengkuas
digunakan
sebagai
antiseptik, pencegah kangker, antialergi, antijamur, dan antioksidan. Selain itu,
digunakan sebagai obat panu, pelancar haid, diuretik,
memperkuat lambung, meningkatkan nafsu makan, dan sebagai penyegar (Adji, 2004). 2.7 Zingiberis Officinalis Rhizoma ( Zingib Zingi ber o offi fficci na nale le)
Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi
: Magnoliophyta Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber :
Spesies
: Zingiber officinale (Backer & Bakhuizen, 1965). : Zingiber
Struktur kimia jahe mengandung senyawa seperti oleoresin, geranial, neral, b-fellandren, sineol, borneol, bisabolen, zingiberene, gingerol, shogaol, diterpenes, lypids, protein, pati dan vitamin. Tanaman ini dilaporkan memiliki efek anti inflamasi, antimikroba, anti kanker, anti diabetes, anti lipidemik dan antiemetik. Selama lebih dari 2.500 tahun, rimpang jahe ( Zingiber officinale) officinale) telah digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, serta nyeri sendi dan otot (Alparslan and Ozkarman, 2012). Jahe juga dapat digunakan sebagai Neuropatik, rematik, penawar racun ular, makanan, masuk angina, anti-emetik, sakit kepala, pusing, patah selera, stomakikum, keseleo, bengkak (Rosanti, 2013). 2013).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, dan jarum pengaduk. Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah serbuk dari simplisia rimpang temu kunci, rimpang kunyit, rimpang kencur, rimpang lengkuas, rimpang jahe, reagen kloral hidrat, reagen floroglusinol, dan HCl.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Diteteskan 2 sampai 3 tetes reagen pada kaca objek, lalu ditambahkan objek yang akan diamati kemudian ditutup dengan kaca penutup. Selanjutnya kaca objek dipanaskan di atas api kecil hingga gelembung yang terjebak dalam sediaan keluar, jika terdapat butir pati atau musilago penambahan reagen dan pemanasan kaca objek bisa diulang. Selanjutnya dicampurkan reagen floroglusinol dan serbuk yang akan diamati di atas kaca objek, setelah tercampur merata, dibiarkan hingga seluruh reagen menguap dan simplisia mongering, lalu ditambahkan HCl secukupnya pada sediaan dan ditutup dengan kaca penutup, segera diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 100x, dan 400x. Keseluruhan proses di atas dapat membantu untuk menyamarkan butir pati dan senyawa larut air yang menghalangi pengamatan. Lampu dan diafragma dapat diatur sedemikian rupa untuk pengaturan pencahayaan, serta makrometer dan mikrometer diatur sedemikian rupa untuk pengaturan fokus pengamatan objek. V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan identifikasi secara mikroskopik dan makroskopik pada rimpang temukunci (Boesenbergiae Rhizoma), rimpang kunyit (Curcumae Domesticae Rhizoma), rimpang kencur (Kaempferiae Galangae Rhizoma), rimpang lengkuas (Alpiniae Galangae Rhizoma), dan rimpang jahe (Zingiberis Officinalis Rhizoma). Rhizoma atau rimpang merupakan modifikasi dari batang yang tumbuh menjalar di bawah tanah.
Morfologi luar dari rimpang atau rhizoma secara makroskopik terdiri dari nodus (buku), dan internodus (ruas). Rhizoma memiliki ruas-ruas yang jika dipotong akan menghasilkan individu baru. Pada nodus-nodusnya, rhizoma juga dapat menghasilkan daun serupa sisik dan akar lateral. Anatomi atau histologi rhizoma memiliki kesamaan dengan histologi batang, hal ini dikarenakan rhizoma merupakan modifikasi dari batang sehingga keduanya memiliki kesamaan. Anatomi (histologi) dari rimpang atau rhizoma yaitu memiliki fragmen pembuluh, parenkim, dan fragmen jaringan dermal. Secara umum, rhizoma berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya butir pati pada saat pengamatan mikroskopik, butir pati pada simplisia rhizoma atau rimpang berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makanan. makanan. Identifikasi fragmen rhizoma secara mikroskopik dapat menggunakan reagen kloral hidrat (Chloral Hydrate Solution) Solution) yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan kristal kalsium oksalat. Pada saat pembuatan preparat dengan kloral hidrat, jika terdapat butir pati atau musilago, reagen dapat kembali ditambahkan dan dilakukan pemanasan ulang pada kaca objek. Pada pengamatan mikroskopik untuk mengidentifikasi fragmen digunakan perbesaran yang bervariasi, yaitu perbesaran 40x, 100x, dan 400x. 5.1 Boesenber Boesenbergiae giae Rhizome / Rimpang Temu Kunci
Figure 1 Makroskopis Makroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 4 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 5 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 6 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 8 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Temu Temu Kunci
Figure 9 Sketsa Sketsa Makro Makroskopis skopis da dan n Mikrosk Mikroskopis opis Rimpang Rimpang Temu Kunci
Boesenbergiae rhizome atau rimpang temukunci berasal dari Boesenbergia pandurate Roxb. Roxb. berdasarkan klasifikasi ilmiah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Boesenbergia
Spesies
: Boesenbergia pandurate Roxb : Boesenbergia Roxb..
Secara makroskopis terlihat irisan hampir bulat, permukaan luar tidak rata, berkerut melintang dan membujur, dan bidang irisan berwarna coklat muda kekuningan. kekuningan. Berdasarkan
mikroskopis
dengan
perbesaran
400x
dan
ditambahnkan reagen kloral hidrat fragmen yang ditemukan terdapat berkas pengangkut penebalan tipe tangga, parenkim dengan sel sekresi, tetes minyak, periderm, amilum, dan berkas pengangkut
penebalan tipe tangga dengan serabut. Berdasarkan mikroskopik pada literature, fragmen pengenal adalah amilum, jaringan gabus, tetes minyak, dan berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga. Pada hasil pengamatan mikroskopik dari simplisia boesenbergiae rhizoma, hasil pengamatan menunjukkan bahwa fragmen yang ditemukan sudah sesuai dengan literatur. Hasil makroskopik juga menunjukkan kesesuaian dengan literatur Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. 5.2 Curcumae Domesticae Rhizoma / Rimpang Kunyit
Figure 1 Makroskop Makroskopis is Rimpang Kunyit
Figure 4 Mikroskopis Mikroskopis K Kunyit unyit Perbesaran Perbesara n 100x
Figure 7 Mikroskopis Mikroskopis Ku Kunyit nyit Perbesaran 400x
Figure 2 Serbuk Serbuk Kuny Kunyit it yang Telah diberi Kloral Hidrat
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis Kunyit Perbesaran Perbesaran 4 40x 0x
Figure 5 Mikroskopis Mikroskopis K Kunyit unyit Perbesaran 100x
Figure 6 Mikroskopis Mikroskopis Kunyit Kunyit Perbesaran 400x
Figure 8 Mikroskopis Mikroskopis K Kunyit unyit Perbesaran 400x
Figure 9 Mikroskopis Mikroskopis K Kunyit unyit Perbesaran 400x Perbesaran
Figure 10 Sketsa Sketsa Mak Makroskopis roskopis d dan an Mikroskopis Mikroskopis Kunyit Kunyit
Curcumae domesticae rhizome atau rimpang kunyit merupakan simplisia dari Curcuma domestica Val. Klasifikasi ilmiah dari Curcuma domestica Val. sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma domestica Val. domestica Val.
Secara makroskopis terlihat permukaan luar kasar, terdapat bekas ruas-ruas, warna kuning jingga, dan bekas patahan warna kuning hingga coklat kemerahan. Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik pada simplisia rimpang kunyit, hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur. Pada perbesaran 40x dengan kloral hidrat hanya tampak fragmen silindris dan bulat besar berwarna hitam. Pada perbearan 100x, dengan reagen kloral hidrat tampak fragmen parenkim korteks
berisi bahan warna kuning serta fragmen silindris. Pada perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat rambut penutup, pembuluh kayu penebalan tangga, parenkim dengan sel sekresi, dan butir pati. Hasil pengamatan mikroskopik sudah sesuai dengan literatur, dimana secara mikroskopik fragmen pengenal dari simplisia rimpang kunyit yaitu amilum, parenkim korteks berisi bahan berwarna kuning, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, rambut penutup, periderm dan parenkim stele. Sehingga
pada
hasil
pengamatan
mikroskopik
dan
makroskopik, hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur. Pada preparat serbuk simplisia rimpang kunyit saat ditetesi dengan kloral hidrat akan menghasilan warna kuning. Warna ini berasal dari senyawa kurkuminoid yang dihasilkan rimpang kunyit, sehingga saat diamati dibawah mikroskop akan terlihat warna kuning pada preparat. 5.3 Kaempfer Kaempferiae iae Galangae Rhizoma / Rimpang Kencur
Figure 1 Makroskopi Makroskopiss
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Rimpang
Rimpang Kencur Kencur
Kencur Perbesaran Perbesaran 400x 400x
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Kencur Kencur Perbe Perbesaran saran 400x
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis Rim Rimpang pang Kencur Perbesaran Perbesaran 400x 400x
Figure 5 Sketsa Sketsa Makro Makroskopis skopis da dan n Mikrosko Mikroskopis pis Rimpang Kencur Kencur
Kaempferiae galangae rhizome atau rimpang kencur merupakan simplisia dari Kaempferia galanga L. Klasifikasi ilmiah dari Kaempferia galanga L. L. adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas : Commelinidae Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Kaempferia
Spesies
: Kaempferia galanga L. : Kaempferia galanga L.
Berdasarkan makroskopis terlihat bentuk hampir bulat, bagian tepi berombak dan berkeriput, berserat halus, permukaan luar berwarna coklat, dan permukaan dalam berwarna putih kecoklatan. Hasil pengamatan makroskopik pada simplisia rimpang kencur menunjukkan kesesuaian dengan literatur, yaitu Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Berdasarkan perbesran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat fragmen parenkim dengan sel sekresi, parenkim, butir pati,
dan
pembuluh
kayu
dengan
penebalan
spiral.
Pada literatur
Farmakope Herbal Edisi II, secara mikroskopik fragmen pengenal pada simplisia rimpang kencur yaitu amilum, parenkim, periderm, berkas pengangut dengan penebalan tipe spiral, parenkim dengan sel sekresi, dan berkas pengangkut dengan penebalan tangga. Jika dibandingkan
dengan
hasil
pengamatan
menunjukkan
adanya
kesesuaian antara hasil pengamatan dengan literatur, namun fragmen yang terlihat pada saat pengamatan yaitu hanya terlihat berkas pengangkut dengan penebalan tipe spiral, sedangkan fragmen berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga tidak terlihat saat dilakukan pengamatan mikroskopik. Sehingga baik hasil pengamatan secara mikroskopik maupun makroskopik, keduanya telah menunjukkan kesesuaian dengan literatur. 5.4 Alpiniae Galangae Rhizoma / Rimpang Lengkuas
Figure 1 Makroskopis Makroskopis Rimpang Lengkuas
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Le Lengkuas Perbesaran Perbesara n ngkuas 400x
Figure 4 Mikroskopis Mikroskopis Rim Rimpang pang Lengkuas Perbesara Perbesaran n 400x
Figure 4 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Lengkuas Lengkuas Perbesaran Perbesara n 400x
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Lengkuas Lengkuas Perbesaran Perbesara n 400x
Figure 6 Sketsa Sketsa Makro Makroskopis skopis da dan n Mikrosk Mikroskopis opis Rimpang Rimpang Lengkua Lengkuass
Alpiniae galangae rhizoma atau rimpang lengkuas merupakan simplisia dari Alpinia galanga dengan klasifikasi ilmiah sebagai berikut : Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida/ monokotil
Sub Kelas: Commelinidae Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Alpinia
Spesies
: Alpinia galanga (L.) : Alpinia galanga (L.)
Berdasarkan makroskopis terlihat, permukaan tidak rata, lapisan luar kaku dan kasar, lapisan dalam tampak serat-serat kasar, lapisan luar berwarna merah kecoklatan, dan lapisan dalam putih kekuningan hingga putih kecoklatan. Hasil pengamatan secara makroskopik pada simpisia rimpang lengkuas telah menunjukkan kesesuaian dengan literatur Farmakope Herbal Edisi II. Sedangkan fragmen yang ditemukan berdasarkan perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terdapat jaringan berkas pembuluh,
parenkim dengan sel idioblas, sklerenkim, dan butir pati. Pada literature Farmakope Herbal Edisi II, secara mikroskopik fragmen pengenal simplisia rimpang ri mpang lengkuas yaitu amilum, parenkim korteks, berkas pengangkut, parenkim dengan idioblas, sklerenkim dan parenkim dengan amilum. Jika dibandingkan dengan literature, terdapat satu fragmen yang tidak terlihat pada saat pengamatan yaitu parenkim korteks. Sehingga pada pengamatan mikroskopik, mikroskopik, hasil yang didapatkan memiliki kesesuaian dengan literatur. 5.5 Zingiberis Officinalis Rhizoma / Rimpang Jahe
Figure 1 Makroskopis Makroskopis Rimpang Jahe Jahe
Figure 4 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Jahe Jahe Perbesaran Perbesara n 400x
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Jahe Jahe Perbes Perbesaran aran 400x
Figure 5 Mkroskopis Mkroskopis Rimpang Jahe Jahe Perbesa Perbesaran ran 400x
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis Rimpang Jahe Jahe Perbesaran Perbesara n 400x
Figure 5 Sketsa Sketsa Makro Makroskopis skopis dan Mikroskop Mikroskopis is Rimpang Jahe Jahe
Zingiberis officinalis rhizoma atau rimpang jahe merupakan simplisia yang berasal dari Zingiber officinale officinale Roxb. dengan klasifikasi ilmiah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Zingiber officinale Roxb. : Zingiber officinale Roxb. var. Rubrum
Berdasarkan makroskopis terlihat lapisan luar kasar, lapisan dalam halus, bekas patahan pendek dan berserat menonjol, lapisan luar berwarna coklat kekuningan, dan lapisan dalam berawarna putih kekuningan. Hasil pengamatan secara makroskopik pada simplisia rimpang jahe telah sesuai dengan literatur Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Secara mikroskopis berdasarkan perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat ditemukan fragmen berupa berkas pembuluh, jaringan parenkim kulit, amilum, dan periderm. Pada literatur Farmakope
Herbal Indonesia Edisi II fragmen pengenal pada simplisia rimpang jahe diantaranya sklerenkim, amilum, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga dan parenkim dengan idioblas berupa sel minyak. Pengamatan fragmen secara mikroskopik dalam percobaan sama seperti pada literatur, namun dalam percobaan sel idioblas berupa sel minyak dan berkas pengankut dengan penebalan tidak dapat terlihat. Sehinggga pada hasil pengamatan zingiberis officinalis rhizoma atau rimpang jahe, hasil pengamatan baik mikroskopik dan makroskopik
telah
menunjukkan
kesesuaian
dengan
literatur
Farmakope Herbal Edisi II.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum
identifikasi
fragmen
rhizoma
dapat
disimpulkan sebagai berikut : 1. Boesenbergiae Rhizoma Rimpang temukunci ( Boesenbergia pandurate Roxb.) Roxb.) secara makroskopik memiliki bau yang khas aromatik, rasa agak pahit menimbulkan rasa yang tebal, dan serbuk berwarna coklat muda kekuningan. Secara mikroskopik fragmen pengenalnya adalah butir-butir pati, gumpalan zat berwarna kuning coklat atau coklat, sel minyak atau sel damar minyak diantara sel parenkim, pembuluh kayu dengan penebalan dinding terutama berupa tangga dan jala, periderm, dan serabut sklerenkim. 2. Curcumae Domesticae Rhizoma Rimpang kunyit (Curcuma (Curcuma domestica Val .) .) secara makroskopik memiliki bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa yang tebal. Secara mikroskopik fragmen pengenalnya adalah butir pati, gumpalan tidak beraturan zat berwarna kuning sampai kuning coklat, parenkim dengan sel sekresi, fragmen pembuluh tangga dan pembuluh jala, dan fragmen rambut penutup warna kuning. 3. Kaempferiae Galangae Rhizoma
Rimpang kencur ( Kaempferia galanga) galanga) secara makroskopik memiliki bau yang khas aromatik, rasa pedas, hangat, agak pahit akhirnya menimbulkan rasa yang tebal, dan serbuknya berwarna putih, putih kecoklatan sampai coklat. Secara mikroskopik fragmen pengenalnya adalah butir pati yang hampir bulat dengan putting atau sisi bersudut, idioblas minyak, oleoresin berbentuk gumpalan atau tetesan kecil yang dengan iodium LP warnanya menjadi coklat kekuningan, fragmen periderm, dan pembuluh kayu. kayu. 4. Alpiniae Galangae Rhizoma Rimpang lengkuas ( Alpinia Alpinia galanga) galanga) secara makroskopik memiliki bau khas aromatik, dan rasa yang pedas. Secara mikroskopik fragmen pengenalnya adalah jaringan gabus, butir pati, idioblas berisi minyak dan zat samak, fragmen parenkim, serabut sklerenkim dan pembuluh kayu, dan parenkim dengan sel idioblas (khas). 5. Zingiberis Officinalis Rhizoma Rimpang jahe ( Zingiber officinale officinale Roxb.) secara makroskopik memiliki bau aromatik, rasa pedas, dan serbuk berwarna kuning muda. Secara mikroskopik fragmen pengenalnya adalah sel parenkimatik, serabut, pembuluh kayu, kadang-kadang didampingi sel zat warna, sel damar minyak, damar minyak berbentuk gumpalan, banyak sekali butir pati, dan fragmen periderm.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, S. (2004). Khasiat (2004). Khasiat dan Manfaat Manfaat Madu Herbal. Jakarta: Herbal. Jakarta: Agromedia Pustaka. Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: Alam. Bandung: ITB Press Bandung. Alparslan, G. O. (2012). Effect of Ginger on Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting in Cancer Patients. Journal of the Australian - Traditional Medicine society, society, 18 (1), 15-18. Backer, A. a. (1965). Flora ofJava (Spermatophytes Only), Volume I. I. The Nederlands: Noordhoff-Groningen. Gembong. (2005). Taksonomi Tmbuhan untuk Farmasi. Yogyakarta: Farmasi. Yogyakarta: UGM. Hayati. (2006). Pengaruh jenis Asidulan Terhadap mutu Pure Labu Kuning (Cucurbita pepo L.) Selama penyimpanan dan Aplikasinya dalam Pembuatan Pudding. Pudding. Bogor: Bogor: IPB. Laksana, T. (2010). Pembuatan (2010). Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Standarisasi Simplisia. Yogyakarta: Simplisia. Yogyakarta: UGM. Mulyani, S. (2006). Anatomi (2006). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Pujiharti, N. Y. (2012). Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga). (Toga). Jakarta: Erlangga. Rosanti. (2013). Morfologi (2013). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Syamsuhidayat, d. H. (1991). Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia I. I. Jakarta: Depkes RI. Taweechaisupapong, S. e. (2010). Antimicrobial Effects of Boesenbergia Pandurata and Piper Sarmentosum Leaf Extracts on Planktonic Cells and Biofilm of Oral Pathogens. In P. J. Sci.
Umar, M. I. (n.d.). Bioactivity-guided Isolation of Ethyl-p-methoxycinnamate an Anti-inflamatory constituents, from Kaempferia galanga L. Extracts. In Molecules (pp. Molecules (pp. Vol. 17, pp, 8720-8734). Yadav RP, T. G. (2017). Veersatility of tumeric: A review revie w the golden spice of life. Journal of Pharmacognosy and and Phytochemistry JPP , 41(61): 41-46. Yuharmen, Y. Y. (2002). Uji Aktivitas Antimikrobia Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Jurnal galanga). Jurnal Nature Indonesia, Indonesia, 4 (2): 178183.
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN 7 IDENTIFIKASI FRAGMEN PERIKARPIUM
Disusun oleh : Kelompok 5D
Zalfa Neysa Salsabila
(10060319151) (10060319151)
Clarisa Ananda Putri
(10060319152) (10060319152)
Hana Tulia Fazin
(10060319153) (10060319153)
Siti Nur Fadhiilah
(10060319154) (10060319154)
Asisten Laboratorium
: Ayu Puspa, S. Farm.
Tanggal Praktikum
: Rabu, 16 Desember 2020
Tanggal Laporan
: Selasa, 22 Desember 2020
LABORATORIUM FARMASI FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2020 M/1442 H
PERCOBAAN 7 IDENTIFIKASI FRAGMEN PERIKARPIUM
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi fragmen yang berada pada sediaan simplisia kulit buah delima (Punicae Granati Percarpium) dan simplisia kulit buah manggis (Garciniae Mangostanae Pericarpium). II.
TEORI DASAR 2.1 Morfologi dan Anatomi Kulit Buah
Morfologi tumbuhan membahas tentang fungsi masing - masing bagian dari bentuk dan susunan susunan tumbuhan dan susunan susunan tumbuhan. Jika Jika melihat daun dari berbagai macam jenis tumbuhan, dapat terlihat bahwa daun memiliki memiliki struktur morfologi morfologi daun daun yang bermacambermacam- macam (Rianawaty, 2011). Buah merupakan organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan modifikasi lanjutan bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melinudungi biji. Berdasarkan jenisnya buah ada dua macam yaitu buah sejati dan buah semu, aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan (Campbell, 2003). Pada umumnya buah berkembang dari alat kelamin betina (putik) yang disebut bagian bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap tersusun atas biji, daging buah dan kulit buah. Setelah masak, kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu epikarp, mesokarp dan endokarp. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, misalnya pada buah kelapa. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut pada kelapa. Endocarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang sangat keras dan tebal,
misalnya tempurung kelapa, berupa selaput tipis pada rambutan (Hidayat, 1995). Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak terdapat sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya telah gugur, umunya buah yang tidak terbungkus atau buah yang telanjang ( fructus ( fructus nudus). nudus ). Buah ini dinamakan buah sejati atau buah sungguh. Kecuali bakal buahnya sendiri sering kali terjadi bahwa ada bagian bunga bunga yang ikut mengambil bagian dalam pembentukan buah, bahkan seringkali menjadi bagian buah yang paling menarik perhatian. Buah yang demikian dinamakan buah palsu atau buah semu ( fructus spurius) spurius) (Campbell, 2003). Dinding buah yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga dikenal sebagai pericarp (pericarpium). Pericarp ini sering berkembang lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapis atau lebih, yang dibagian luar disebut dinding buah (eksocarp) atau pericarp yang dibagian dalam disebut dinding dalam atau endocarp serta lapisan tengah yang disebut dinding tengah atau mesokarp (Campbell, 2003). Kulit buah ada yang dua lapis dan ada yang tiga lapis. Kulit buah yang terdiri dari 2 lapis meliputi eksokarpium dan endokarpium sedang yang tiga lapis meliputi eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium.
Endokarpium
berbatasan
dengan
kulit
biji.
Eksokarpium umumnya satu lapis sel, mesokarpium terdiri dari beberapa lapis sel, sedang endokarpium dapat satu lapis atau lebih. Buah tertentu memiliki endokarpium yang terdiri dari sel batu. Daging buah yang kita makan sehari-hari sebenarnya mesokarpium. Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam,
kadang-kadang
bagian-bagian
bunga
yang
lain
(umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau
benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu disebut buah semu. Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah (Campbell, 2003). Buah pada umunya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: 1. Buah semu atau buah tertutup yaitu buah yang terbentuk dari bakal buah beserta bagian - bagian lain bungayang perlahan menjadi bagian utama bua ini sedangkan buah yang sesungguhnya kadangkadang tersembunyi (Tjitrosoepomo, 2003). Buah semu dapat dibedakan mejadi tiga golongan yaitu: a. Buah semu tunggal yaitu buah yang terjadi dari satu buah dengan satu bakal buah. Pada buah ini selain bakal buah ada bagian bunga yang ikut membentuk buah, misalnya tangkai buah pada buah jambu monyet dan kelopak bunga pada buah ciplukan (Tjitrosoepomo, 2003). b. Buah semu ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian bah yang mencolok. Misalnya pada buah arbei (Tjitrosoepomo, 2003). c. Buah semu majemuk yaitu buah semu yang terjadi dari bunga majemuk tetapi seluruhnya tampak dari luar seperti satu buah saja, misalnya buah nangka dan keluwih yang terjadi dari ibu tangkai bunga yang tebal dan berdaging, beserta daun-daun dan tenda bunga yang pada ujungnya berlekatan satu sama lain hingga merupakan kulit semu (Tjitrosoepomo, 2003). 2. Buah sejati atau buah telanjang terjadi dari bakal buah dan jika ada bagian bunga yang lainnya yang tertinggal bagian ini merupakan bagian buah yang tidak berarti (Tjitrosoepomo, 2003).
Buah sungguh dapat dibedakan menjadi : a.
Buah sejati tunggal, yaitu buah yang terjadi dari satu buah dengan satu bakal buah. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih dapat pula tersusun dari satu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak ruang, misalnya buah mangga, buah papaya, dan buah durian (Tjitrosoepomo, 2003). 2003).
b.
Buah sejati ganda yaitu jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal buah yang bebas satu sama lain dan kemudian masing-masing dapat tumbuh menjadi buah, tetapi disamping itu ada bagian lain pada bunga yang ikut tumbuh dan merupakan bagian
bah
yang mencolok.
Misalnya
pada
cempaka
(Tjitrosoepomo, 2003). c.
Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga majemuk, yang masing-masing bunga nya mendukung satu bakal buah tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul seperi pada pandan (Tjitrosoepomo, 2003). 2003).
2.2 Punicae Granati Pericarpium (Punica Granatum)
Delima (Punica granatum L.) adalah tanaman buah-buahan yang mudah tumbuh hampir disemua iklim. Pemanfaatan tanaman ini sebagai obat tradisional sangat bervariasi dan seluruh bagian tanaman delima (Punica granatum L.) ini bisa dimanfaatkan sebagai obat (Wahyuni, dkk. 2013). Pemeriannya
buah delima terbagi menurut warnanya yaitu
delima merah, putih dan ungu. Buah delima berbentuk bulat dan diameternya 5-12 cm. pada buah biasanya terdapat bercak-bercak yang agak menonjol dan berwarna lebih tua. Daging buah delima mengandung banyak air dan rasanya manis keasaman hingga manis. Didalam buah delima, terdapat butiran-butiran biji putih yang terbungkus oleh daging buah. Bijinya banyak dan berbentuk bulat panjang bersegi dan agak pipih, kecil, keras lalu tersusun tidak beraturan (Rianawaty, 2011).
Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales Myrtales
Familia
: Myristicaceae
Genus
: Punica Punica
Spesies
: Punica granatum (Backer : Punica granatum (Backer & Bakhuizen, 1965).
Proses pembuatan serbuk simplisia diawali dari tahap panen kemudian Sampel berupa buah delima (Punica granatum L.) yang telah dikumpulkan disortasi basah lalu dicuci dengan air mengalir, kemudian sampel dikeringkan, setelah kering sampel disortasi kering. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Sebanyak 500 gram simplisia buah delima (Punica granatum L.) yang telah dikeringkan lalu di maserasi dengan cara dimasukkan kedalam toples kaca lalu direndam dengan etanol 70 % menggunakan perbandingan 1 : 3 dilakukan pengadukan sebanyak 1 kali 24 jam selama 5 hari. Disimpan dalam toples tertutup dan terlindung dari cahaya. Setelah 5 hari dilakukan penyarian untuk memisahkan cairan dari residu kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. (Muthmainnah B. 2017) Kulit buah delima mengandung zat berkhasiat berupa alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, elligatain, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati. Kulit buah delima berkhasiat sebagai membantu meredakan diare kronis, disentri, radang lambung dan keputihan (Yani, 2015). Buah delima, banyak mengandung flavonoid kaya dengan anti karsinogenik, yaitu senyawa antioksidan yang mampu mencegah radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki
sel-sel
tubuh
yang
rusak.
Mampu
memberikan
perlindungan terhadap penyakit jantung, kanker kulit, dan kanker prostat. Antioksidan yang terkandung di dalamnya membantu
mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah arteri oleh kolesterol, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi, delima membantu mengatur gula darah, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, mampu melawan peradangan, dan meningkatkan berbagai faktor lain yang terlibat dalam sindrom metabolis yang kerap dikaitkan dengan obesitas dan pemicu diabetes. Karena efek ini, delima dapat membantu penurunan berat badan. kanker k anker (Sudjijo,2014) 2.3 Garciniae Mangostanae Pericarpium ( Garcinia Mangostana)
Garcinia mangostana L. atau yang umum disebut manggis merupakan buah yang masuk ke dalam famili Clusiaceae, dengan komponen terbesarnya adalah bagian kulitnya yaitu 70-75% dari total massa buah (Iswarni, 2011). Pada kulit manggis terdapat pigmen berwarna coklat ungu dan bersifat larut dalam air. (Markakis,1982). Pemerinnya buah manggis berbentuk bulat dan berjuring, saat masih muda permukaan kulit berwarna hijau dan berubah menjadi ungu kemerah- merahan atau merah muda setelah matang. Pada bagian ujung terdapat juring berbentuk bintang yang mencirikan menci rikan dari jumlah segmen daging buah, jumlah juring 4-8 buah. Kulit buah manggis ukurannya tebal mencapai sepertiga ukuran keseluruhan buah. Kulit buah manggis mengandung mengandung getah yang pahit dan berwarna kuning. Bagian terpenting dari buah manggis adalah daging buah nya, warnanya putih bersih da rasanya manis keasaman (Rosanti, 2011). Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malpighiales
Familia
: Clusiaceae
Genus
: Garcinia
Species
: Garcinia mangostana (Backer mangostana (Backer & Bakhuizen, 1965).
Proses pembuatan pembuatan serbuk simplisia kulit bu buah ah manggis yang yang telah dikumpulkan (Panen), lalu dicuci, dan dipotong-potong kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 65°C selama 40 menit. Simplisia kering yang diperoleh selanjutnya diserbukan menggunakan blender. Serbuk simplisia kemudian diayak dengan mesh 20. Serbuk hasil ayakan disimpan dalam toples, terlindung dari cahaya, dan disimpan pada suhu ruangan (Satongaun, 2011). Selain buah manggis yang dapat dimakan, ternyata kulit buah manggis memiliki banyak manfaat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit buah manggis mengandung antioksidan kompleks dengan kadar yang tinggi, terutama senyawa fenolik atau polifenol termasuk di dalamnya senyawa xanton. KBM mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologis sebagai antiinflamasi, antihistamin, antibakteri, antijamur, antikanker, antihipertensi, antistroke dan terapi HIV (Nugroho, 2009). Kulit buah manggis mengandung senyawa yang berkhasiat berupa golongan flavonoid, saponin, alkaloid, triterpenoid, tannin dan polifenol. Kulit manggis berkhasiat sebagai antioksidan, anti jamur, antibakteri dan sitotoksik (Tjitrosoepomo, 2007). III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, dan jarum pengaduk. Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah serbuk dari kulit buah delima, kulit buah manggis, reagen kloral hidrat, reagen floroglusinol, dan HCl. IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Diteteskan 2 sampai 3 tetes reagen pada kaca objek, lalu ditambahkan objek yang akan diamati kemudian ditutup dengan kaca penutup. Selanjutnya kaca objek dipanaskan di atas api kecil hingga
gelembung yang terjebak dalam sediaan keluar, jika terdapat butir pati atau musilago penambahan reagen dan pemanasan kaca objek bisa diulang. Selanjutnya dicampurkan reagen floroglusinol dan serbuk yang akan diamati di atas kaca objek, setelah tercampur merata, dibiarkan hingga seluruh reagen menguap dan simplisia mongering, lalu ditambahkan HCl secukupnya pada sediaan dan ditutup dengan kaca penutup, segera diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 100x, dan 400x. Keseluruhan proses di atas dapat membantu untuk menyamarkan butir pati dan senyawa larut air yang menghalangi pengamatan. Lampu dan diafragma dapat diatur sedemikian rupa untuk pengaturan pencahayaan, serta makrometer dan mikrometer diatur sedemikian rupa untuk pengaturan fokus pengamatan objek.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada percobaan ini dilakukan identifikasi secara mikroskopik dan
makroskopik pada simplisia punicae granati percarpium atau kulit buah manggis dan garciniae mangostanae pericarpium atau kulit buah manggis. Perikarpium atau lapisan kulit buah dapat disebut juga dengan dinding buah. Anatomi (histologi) dari perikarpium yaitu terdiri dari tiga lapisan, diantaranya eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium. Perikarpium bisa terdiri hanya dari dua lapisan pelindung saja, tidak harus terdiri dari tiga lapisan tersebut. Perikarpium yang terdiri dari gabungan dua lapisan dapat berupa perikarpium yang terdiri dari eskokarpium dan mesokarpium, ataupun
berupa
perikarpium
yang
terdiri
dari
mesokarpium
dan
endokarpium. Pada percobaan kali ini, digunakan simplisia kulit buah dari delima dan manggis. Kulit buah delima dan kulit buah menggis memiliki perikarpium yang tebal dan terdiri dari eksokarpium dan mesokarpium. Identifikasi
fragmen
perikarpium
secara
mikroskopik
dapat
menggunakan reagen kloral hidrat (Chloral Hydrate Solution) Solution) yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan kristal kalsium oksalat. Pada saat pembuatan preparat dengan kloral hidrat, jika terdapat butir pati atau
musilago, reagen dapat kembali ditambahkan dan dilakukan pemanasan ulang
pada
kaca
objek.
Pada
pengamatan
mikroskopik
untuk
mengidentifikasi fragmen dengan reagen kloral hidrat digunakan dua perbesaran, yaitu perbesaran 100x, dan 400x. Pembuatan preparat untuk identifikasi simplisia kulit buah (perikarpium) dilakukan juga dengan reagen lain, yaitu reagen floroglusinol-HCl. Reagen floroglusinol bertujuan untuk uji keberadaan lignin pada sampel. Sampel yang mengandung lignin akan berwarna magenta. Penggunaan reagen floroglusinol ditambahkan dengan HCl yang bertujuan untuk membuat suasana asam. dalam reaksi antara sempel dengan florglusinol.
Perbesaran yang digunakan pada reagen
floroglusinol-HCl adalah perbesaran 100x dan 400x. 5.1 Punicae Granati Percarpium / Kulit Buah Delima
Figure 1 Makroskop Makroskopis is Kulit Buah Delima
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis Fragmen Kulit Kulit Buah Delim Delima a Perbesaran Perbesara n 100x
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis Kulit Kulit Buah Delima Perbesara Perbesaran n 400x
Figure 4 Sketsa Sketsa Mak Makroskopis roskopis da dan n Mikros Mikroskopis kopis Kulit Buah Buah Delima
Punicae granati percarpium atau kulit buah delima merupakan simplisia yang berasal dari Punica dari Punica Granatum L. Klasifikasi ilmiahnya sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Familia
: Punicaceae
Genus
: Punica
Spesies
: Punica granatum L. : Punica granatum L.
Berdasarkan makroskopis terlihat permukaan kulit buag agak mengilat dan kasar, permukaan luar berwarna kuning kecoklatan, dan permukaan dalam berwarna kuning kecoklatan. Hasil pengamatan secara makroskopik telah menunjukkan adanya kesesuaian dengan literatur. Secara mikroskopik berdasarkan perbesaran 400x dengan reagen kloral hidrat terlihat fragmen epikarpium. Hal ini sudah sesuai dengan literatur, namun pada pengamatan hanya tampak epikarpium, terdapat beberapa fragmen yang tidak ti dak terlihat atau tidak dapat ditemukan saat pengamatan. Berdasarkan literatur Farmakope Herbal Edisi II, fragmen pengenal yang menjadi ciri khas dari simplisia kulit buah delima yaitu epikarpium, sklereida, berkas pengangkut dengan penebalan tipe spiral, berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, parenkim, dan unsur-unsur xilem dengan noktah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada hasil pengamatan punicae granati percarpium atau kulit buah delima, pengamatan ssecara ecara mikroskopik menunjukkan bahwa fragmen yang ditemukan sudah sesuai dengan literatur. Hasil makroskopik juga menunjukkan kesesuaian dengan literatur Farmakope Herbal Edisi II.
Reagen florogusinal yang ditambahkan dengan HCl seharusnya menghasilkan warna magenta yang berfungsi untuk mengetahui keberadaan lignin pada preparat, namun pada hasil mikroskopik tidak terdapat adanya warna magenta sehingga simplisia tidak mengandung adanya lignin. 5.2 Garciniae Mangostanae Mangostanae Pericarpium / Kulit Buah Manggis
Figure 1 Makroskop Makroskopis is Kulit Buah Manggis Manggis
Figure 2 Mikroskopis Mikroskopis K Kuliat uliat Buah Manggis Manggis Perbe Perbesaran saran 400 x
Figure 3 Mikroskopis Mikroskopis K Kulit ulit Buah Manggis Manggis Perbes Perbesaran aran 100x
Figure 4 Perbesaran Perbesaran 400x
Figure 5 Perbesaran Perbesaran 400x
Fragmen A
Fragmen B
Figure 6 Sketsa Sketsa Mak Makroskopis roskopis da dan n Mikros Mikroskopis kopis Kulit Bua Buah h Manggis
Garciniae mangostanae pericarpium atau kulit buah manggis merupakan simplisia yang berasal dari Garcinia mangostana L. Klasifikasi ilmiah dari Garcinia mangostana L. yaitu : Kingdom : Plantae Divisi
: Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Clusiaceae
Genus
: Garcinia L.
Spesies
: Garcinia mangostana L. mangostana L.
Berdasarkan mikroskopis terlihat permukaan luar agak kasar, permukaan luar agak mengilat, permukaan dalam licin, bagian luar berwarna coklat tua, dan bagian dalam berwarna coklat, hasil pengamatan telah menunjukkan kesesuaian dengan dengan literatur. Secara mikroskopis ketika ditambahkan reagen kloral hidrat dengan perbesaran 400x terdapat fragmen sklereida dan parenkim. Sedangkan
fragmen
yang
ditemukan
menggunkan
reagen
florogusinol-HCl dengan perbesaran 400x adalah endokarpium. Berdasarkan pada literatur Farmakope Herbal Edisi II, fragmen pengenal yang menjadi ciri khas simplisia kulit buah manggis (garciniae mangostanae percarpium) diantaranya yaitu sklereida, endokarpium,
parenkim
dan
mesokarpium.
Hasil
pengamatan
mikroskopik telah sesuai seperti pada literatur, hanya fragmen mesokarpium yang tidak terlihat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada hasil pengamatan garciniae mangostanae percarpium atau kulit buah manggis, hasil pengamatan menunjukkan bahwa fragmen yang ditemukan sudah sesuai dengan literatur. Hasil makroskopik juga menunjukkan kesesuaian dengan literatur Farmakope Herbal Edisi II. Reagen kloral
hidrat digunakan untuk mengidentifikasi tipe sel spesifik dari keberadaan kristal kalsium oksalat yang yang menjadi objek utama tumbuhan tersebut, pada percobaan kali ini hasil yang didapat dari pengamatan mikroskopik dengan reagen kloral hidrat tidak terdapat adanya kristal kalsium oksalat pada simplisia, hal ini sudah sesuai dengan literatur.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum identifikasi fragmen perikarpium dapat disimpulkan bahwa : 1.
Punicae Granati Percarpium Kulit buah delima (Punica Granatum L.) serbuknya bau khas aromatik, agak pahit, dan berwarna coklat sampai coklat kemerahan Fragmen pengenalnya adalah jaringan gabus dan kumpulan sel batu.
2.
Garciniae Mangostanae Pericarpium Kulit buah manggis manggis (Garcinia mangostana L. ) ) serbuknya bau khas aromatik, agak pahit, dan berwarna coklat. Fragmen pengenalnya adalah sel batu, parenkim endokarp, parenkim eksokarp, parenkim mesokarp, dan periderm.
DAFTAR PUSTAKA
AE, N. (2009). Manggis (Garcinia magostana L.) Kulit Buah Yang Tebuang Hingga Menjadi Suatu Obat. Obat. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi & Taksilogi Universitas Gadjah Mada. Backer, A. a. (1965). Flora (1965). Flora of Java (Spermatophytes Only) Volume I, N.V.P. The N.V.P. The Nederlands: Noordhoff-Groningen. Campbell. (2003). Biologi (2003). Biologi Jilid 2. Jakarta: 2. Jakarta: Erlangga. Hidayat. (1995). Anatomi (1995). Anatomi Tumbuhan. Bandung: Tumbuhan. Bandung: ITB Press. Iswarni, K. (2011). Kulit (2011). Kulit manggis Berkhasiat Tinggi. Jakarta: Tinggi. Jakarta: Madya Centradifa. jitrosoepomo. (2007). Morfologi (2007). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. Markakis, P. (1982). Anthocyanin (1982). Anthocyanin as Food Colors. Colors. New New York: Academic Press. Mutmhainnah, B. (2017). Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Etanol Buah delima (Punica granatum L.) Dengan Metode Uji Warna. Makkasar: Warna. Makkasar: Stikes Nani Hasanudin. Rianawaty. (2011). Morfologi (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Rosanti. (2011). Morfologi (2011). Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Tumbuhan. Jakarta: Erlangga. Satongaun, W. R. (2011). The Influenca of Drying Temperature and Extraction Methods on a-Mangostin in mangosteen mangosteen Pericarp. J Pericarp. J Food Sci. Sudjijo. (2013). Kerangaan Beberapa Aksesi Kerabat Annona DI Indonesia. Indonesia. Sumatra Barat: Balai Penelitian Taman Buah Tropika Solok. Wahyuni, F. d. (2013). Pengaruh (2013). Pengaruh Ekstrak N-heksana Daging Buah Deli Delima ma Putih. Putih. Jember: FKIP Universitas Jember. Yani. (2015). Farmakognosi. (2015). Farmakognosi. Jakarta: Jakarta: EGC.
View more...
Comments