Laporan Praktikum 2
September 29, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum 2...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI ”Teknik Pengenceran dan Pemurnian Mikroba Mikroba ”
Disusun oleh Shafira Anggia Dini F1G018001
Diketahui Asisten Dosen
: Praktikan
Abe Novan Aditya Rahman F1B015056
Shafira Anggia Dini F1G018001
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BENGKULU 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh
suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara dan mencegah pencemaran dari luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencemaran dari luar terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme.pemindahan biakan cair dapat juga dilakukan dengan pipet , ujung pipet yang dihisap diberi kapas. Pencemaran dari luar dapat dikurangi dengan bekerja di bawah suatu cungkup. Secara alami, bakteri di alam ditemukan dalam populasi campuran. Hanya dalam keadaan tertentu t ertentu saja populasi ini ditemukan dalam keadaan murni. Untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat faalinya maka organism yang akan diteliti harus dapat dipisahkan. Ini berarti bahwa harus diperoleh biakan murni murni yang hanya mengandung satu macam bakteri. Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan ikroorganisme, dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh me mperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mecegah pencemaran dari luar (Trianda, 2011). Mikroorganisme di alam hampir selalu dalam keadaan tercampur. Campuran ini dapat sangat kompleks artinya banyak jenisnya atau walaupun jenisnya sedikit sifarnya berbeda. Mungkin pula terdapat perbedaan sifat khusus yang agak jauh walaupun dari sifa umunya sama (Judoamidjojo, 1991). Mikroorganisme terdapat dimna-mana di dalam lingkungan kita, ada di tubuh kita dan disekliling kita. Mereka merupakan komponenen penting dlam ekosistem di habitat alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme bersama spesies-spesies biologi lainnya. Di dalam komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa sifat menguntungkan dan beberapa sifat merugikan (Pelezar, 1988). Oleh karena itu pentingnya praktikum pemurnian dan pengenceran mikroba ini agar praktikan dapat memahami dan teknik pemurnian dan pengenceran mikroba dalam kehidupan yang lebih kompleks. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah ; 1. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan teknik pengenceran 2. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan metode-metode pemurnian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik pengenceran Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita mereka ada
pada tubuh kita, didalam tubuh kita, dan disekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem. Dihabitat alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mokroorganisme, bersama spesiesspesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat menguntungkan beberapa merugikan. Pengenceran adalah suatu kegiatan untuk mengencerkan larutan yang bertujuan untuk memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30-300 sel mikroba per ml. Pengenceran dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh biakan murni yaitu dengan menggunakan bahan cair atau bahan padat. Dasar melakukan suatu pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel didalam tabung (Lay, 1994). Teknik pengenceran pengencera n biasanya dilakukan dilakukan dengan dengan menambahkan menambahkan aquadest dalam dalam jumlah jumlah tertentu tertentu sebagai pelarut. Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan diencerkan lebih lanjut.Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung. Menurut Wasteson and Hornes (2009) dalam Yunita (2015) bahwa tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. Menurut Murtius (2018) larutan pengencer yang dapat digunakan, yaitu: a. Pengencer umum ( general purpose diluents): diluents): 0,1 % pepton ditambah 0,85%natrium klorida (NaCl). Hal ini sesuai dengan standar ISO. b. Pengenceran untuk mikroba anaerobic
Pada metode ini untuk pertumbuhan mikroba anaerobic diperlukan pengencer yang mampu untuk menjaga potensial oksidasi-reduksi pengencer tetap rendah. Mikroba anaerobic sangat rentan rentan terhadap oksigen sehingga perlu penggunaan teknik khusus seperyi aplikasi teknik hungate atau penggunaan ruang anaerob. c. Pengenceran untuk mikroba osmofilik dan halofilik Pengenceran yang digunakan untuk mikroba osmofilik adalah larutan pengenceran yang mengandung 20% larutan sukrosa steril. Pengenceran Pen genceran yang digunakan untuk mikroba halofilik adalah larutan pengenceran yang mengadung 15 % NaCl steril 2.2 Teknik Pemurnian Secara alami, mikroorganisme di alam ditemukan dalam populasi campuran. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini ditemukan dalam keadaan murni. Untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi, dan sifat faalinya, maka mikroorganisme yang akan diteliti harus dapat dipisahkan. Hal ini berarti harus
diperoleh biakan murni yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme (Dwidjoseputro, 2003). Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran dari luar terutama yang berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme (Lay, 1994). Bentuk cawan petri dengan tutup yang lebih luas dari dasarnya bertujuan mencegah pencemaran dari luar. Pencegahan pencemaran biakan dalam tabung menggunakan tutup kapas, plastik ataupun logam. Selain itu setiap kali menutup tabung, bibir tabung harus dipanaskan (Laya, 1994). Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan pengenceran dengan menggunakan bahan cair atau padat. Pada mulanya digunakan gelatin sebagai bahan pemadat, Gelatin terdiri dari protein sehingga dapat dicerna atau dicairkan oleh mikroorganisme. Bahan pemadat yang kemudian ditemukan adalah agar, yang merupakan polisakarida dari rumput laut. Agar dapat mencair pada suhu 100 0C masih dalam bentuk cair. Suhu ini masih memungkinkan mikroorganise dapat tumbuh, sehingga prinsip ini dipakai untuk mengisolasi bakteri dengan agar tuang. Pada umumnya mikroorganisme tidak dapat mencerna atau mencairkan agar (Dwidjoseputro, 2003). Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam bermacam-mac am mikroba. mikroba. Hal ini dapat dilakukan dilakukan dengan menumbuhkannya menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagaibiakan murni atau biakan aksenik . Biakan yang berisi lebih dari satu macam mikroorganisme (bakteri) dikenal seb sebagai agai biakan campuran, jika hanya terdiri dari dua jenismikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu sama lain dalam asosiasi, dikenal sebagai biakan dua-jenis. dua-jenis. Isolasi mikroba dilakukan dengan teknik pengenceran ekstrak tanaman, tanah atau air, atau dengan menanam langsung contoh tanah atau tanaman pada medium. Bakteri, jamur atau khamir yang tumbuh pada media dimurnikan secara terpisah pada tabung media agar miring untuk diidentifikasi diiden tifikasi ciri-cirinya (Machmud, 2002). Dalam praktikum ini akan dipelajari tiga cara untuk mendapatkan biakan murni yaitu 1. Teknik penggoresan agar 2. Teknik agar tuang 3. Teknik agar sebar Prinsip ketiga cara ini adalah pengenceran, sehingga nantinya akan diperoleh koloni terpisah yang mengandung satu macam bakteri (Lay, 1994). 1.Teknik penggoresan agar Cara gores umumnya digunakan untuk mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Isolasi mikroba adalah langkah pertama menuju identifikasi mikroba.Fungsi kegiatan isolasi adalah memisahkan sebuah kultur yang memiliki banyak jenis mikroba (mixed (mixed culture) culture) menjadi hanya satu jenis mikroba ( pure culture). culture). Metoda yang umum digunakan adalah metode gores kuadran (Murtius, 2018). Metode gores kuadran menggunakan prinsip memperkecil jumlah mikroba yang terbawa selama proses gores. Cawan petri dibagi atas empat area yang digores secara melingkar dan berakhir di tengah. Proses menggores tersebut dilakukan secara berurutan sehingga pada area terakhir diharapkan jumlah koloni mikroba yang tumbuh menjadi relatif jarang. Jumlah koloni yang sedikit akan memudahkan untuk diamati dan dipisahkan antara jenis yang berbeda, menuju proses selanjutnya (Murtius, 2018). Metoda gores sering kali dikombinasikan dengan penggunaan media selektif. Media selektif memiliki komposisi yang memudahkan pertumbuhan kelompok mikroba tertentu sembari menghambat pertumbuhan kelompok mikroba lainnya.Sering kali media selektif juga mengkondisikan pertumbuhan koloni mikroba tertentu sehingga koloni tersebut menunjukkan ciri khusus (Murtius, 2018). 201 8).
Teknik ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.Bakteri yang memiliki flagela sering kali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan agar yang basah. Untuk mencegah hal ini harus digunakan lempengan yang benar benar kering (Lay, 1994). Untuk mendapatkan koloni yang terpisah sewaktu penggoresan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Dinginkan lup inokulasi setelah dipijarkan. Lup inokulasi yang panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak terjadi pertumbuhan pada bekas goresan. Lup inokulasi disentuhkan pada lempengan agar, sewaktu disentuhkan biakan akan meluncur diatas permukaan lempengan. Agar yang lunak dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah. Pijarkan lup inokulasi setelah penggoresan satu daerah, tujuannya untuk mematikan organisme yang melekat dan mencegah pencemaran pada penggoresan berikutnya. Gunakan tutup cawan petri untuk untuk melindungi permukaan agar dari pencemaran. Balikkan lempengan agar untuk mencegah air kondensasi jatuh ke atas agar yang dapat merusak permukaan agar 2. Teknik agar tuang Isolasi dengan media cair dengan cara pengenceran. Pada cara agar tuang dilakukan pengenceran satu mata lup suspensi bakteri ke dalam tiga tabung agar tuang, sehingga akan diperoleh lempengan dengan jumlah bakteri yang optimum untuk isolasi. Teknik ini lebih mudah karena untuk mendapatkan koloni yang terpisah tidak diperlukan keterampilan seperti pada teknik penggoresan (Lay, 1994). 3.Teknik agar sebar Teknik agar sebarmerupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran dipermukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikroba yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung (Lay, 1994).
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis, 23 dan 26 September 2019 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung rekasi, pipet volume, lampu spiritus, cawan petri, jarum ose dan tabung tabun g biakan mikrob. 3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktiku ini adalah media cair steril, substrat, media NA dan PDA, alcohol 70% dan tisu. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Teknik Pengenceran Suspensi Mikrob Adapun pada teknik pengenceran suspensi mikrob ini tahap pertama yang dilakukan adalah menimbang 1 gram substrat dan memasukkannya ke tabung reaksi yang berisi media cair steril atau menimbang 5 gram substrat dan memasukkannya ke erlenmeyer yang berisi 45 ml media cair steril. Lalu, campuran diatas dishaker selama 30 menit dengan kecepatan 150 rpm. Kemudian, suspensi yang dihasilkan dipipet 1 ml secara aseptis, dimasukkan ke tabung rekasi 1 yang berisi 9 ml air steril. Selanjutnya, suspensi divortex sampai homogen sehingga dihasilakn suspensi dengan -1
pengenceran 10 . Kemudian dipipet 1 ml suspensi dari tabung 1 ke tabung reaksi 2. Suspensi divortex sampai homogeny, sehingga dihasilkan suspensi dengan pengenceran 10-3. Selanjunta dipipet 1 ml suspensi dari tabung reaksi 2 ke tabung rekasi 3. Suspensi divortex sampai homogeny, sehingga dihasilkan suspensi dengan pengenceran 10-5. 3.3.2 Cawan Gores
Pada metode cawan gores ini dibuat metode goresan kuadran T dan kuadran 4. Jarum ose dipijarkan setelah itu didinginkan. Jarum ose yang telah dingin digunakan untuk menngores pada permukaan lempengan agar. Ose yang panas mematikan mikroorganisme sehingga tidak terjadi pertumbuhan bakteri pada bekas goresan . lalu ose disentuhkan pada lempengan agar. Permukaan agar yang luka mengganggu
pertumbuhan mikroba sehingga sulit diperoleh koloni terpisah. Ose dipijarkan setelah menggoreskan satu aderah. Pemijaran ose mematikan mikrob yang sudah melekat pada mata ose dan mencegah pencemaran pada penggoresan daerah selanjutnya. Tutup cawan petri digunakan untuk melindungi permukaan agar dari pencemaran. Agar lempengan dibalikkan untuk mencegah air kondensi jatuh ke atas permukaan agar sehingga dapat terjadi penyebaran koloni. 3.3.3 Cawan Tuang
Pengerjaan cawan pertama kali dilakukan adalah diberi tanda pada tabung agar tuang I, II, dan III. Kemudian dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 10 -3 dan 10-5. Tabung satu sebagai suspensi dari bakteri diambil. Lalu divortex hingga homogen. Setelah itu, diambil 1 ml suspensi tabung I dimasukkan ke tabung II dan divortex hingga kembali. Selanjutnya diambil 0,1 ml suspensi suspensi tabung II dimasukkan ke dalam tabung III dan divortex hingga homogen. Kemudian suspensi dari tabung II sebanyak 1 ml dituang ke cawan petri yang belum diberi media. Begitu juga suspensi di tabung III sebanyak 0,1 ml dituang ke cawan petri yang belum berisi media. Setelah penuangan, dituang media NA ke dalam cawan petri yang telah berisi suspensi. Selajutnya diamkan cawan petri yang sudah berisi suspensi dan media tersebut sampai memadat dan dapat dibalikkan. 3.3.4 Cawan Sebar
Teknik cawan sebar dilakukan pengenceran terlebih dahulu seperti pada cawan tuang . setelah terbentuk isolat pengenceran yaitu 10 -3 dan 10-5. Sebanyak 1 ml suspensi dari tabung II dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah berisi media dan disebar menggunakan batang penyebar berbentuk segitiga. Sebanyak 0,1 ml suspensi dari tabung III diambil dan dituang ke cawan petri yang telah diberi media NA dan dilakukan penyebaran dengan batang penyebar pen yebar dan dilakukan secara aseptis.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, L. 2004. Menghitung 2004. Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan. Makanan . Cakrawala (Suplemen Pikiran Rakyat untuk iptek). Farmasi FMIPA. Bandung. Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar 1994. Dasar-Dasar mikrobiologi. mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. Judoamidjojo, M. 1991. Teknoologi Fermentasi. Fermentasi. Bandung : IPB. Lay,Bibiana W. 1994. Analisis 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Machmud, M., M.Sudjadi, dan Yadi S. 2002. Seleksi dan Karakteristik Mikroba Antagonis. Balai Antagonis. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian,120. Pertanian ,120. Murtius, W.S. 2018. Praktek 2018. Praktek Dasar Mikrobiologi.Padang: Mikrobiologi.Padang: Universitas Andalas. Riyanto, E.V., Ita W., dan Agus S. 2013. Skrining Aktivitas Antibakteri Pada Ekstrak Sargassum Polycystum Terhadap Bakteri Vibrio Harveyi dan dan Micrococcus Micrococcus Luteus Di Pulau PanjangJepara. Journal PanjangJepara. Journal Of Marine Research,1(1),117. Research,1(1),117. Yunita, M., Yusuf H., dan Rini Y. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan ( Aerofood Aerofood ACS ) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count ) Dengan Metode Pour Metode Pour Plate. Plate. Jurnal Keteknian PertanianTropis dan Biosistem, Biosistem, 3(3),240. Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang. UMM Press.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1. Perhitungan jumlah koloni bakteri cawan tuang dan cawan sebar pada media NA yang diperoleh dari pengenceran berseri Jumlah Koloni Bakteri 10-3 10-5 430 (TUBD) 35 140 93
Teknik
Cawan sebar Cawan tuang
Gambar 1. Hasil pengamatan dan perhitungan koloni bakteri (a) cawan gores 1 (b) cawan gores 2 (c) cawan tuang 1 (d) cawan tuang 2 (e) cawan sebar 1 dan (d) cawan sebar 2
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(d)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini yang dilakukan adalah pengenceran suspensi mikroba dan pemurnian mikroba. Pengencearan mikroba yang dilakukan adalah pengenceran bertingkat yang bertujuan un untuk tuk memperkecil atau mengurangi men gurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan (Afrianto, 2004). Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung perkiraan jumlah mikroba yang ada dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjunya, sehingga pengenceran berikunya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya (Lay, 1994). Pada pengenceran bertingkat ini pengenceran yang dilakukan adalah pengenceran 10-1, 10-3, dan 10-5. Dalam teknik pengenceran ini ada tahap dimana suspensinya divortex, divortex artinya suspensi tersebut diaduk secara merata agar homogeny. Pada setiap tabung reaksi pipet yang digunakan untuk mengambil suspensi berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar setiap suspensi tidak terkontaminasi satu sama lain. Hasil pengenceran yang benar adalah jika pengenceran bertingkat yang dilakukan semakin tinggi akan menghasilkan jumlah koloni k oloni mikroba yang saedikit karena hakikatnya pengenceran itu mengurangi atau memperkecil jumlah mikroba yang tersuspensi dalam suatu cairan (Afrianto, 2004). Pemurnian adalah teknik mendapatkan biakan murni. Pada teknik pemurnian mikroba ini ada tiga cara yang dilakukan. Ada teknik cawan gores ( streak streak plate), plate), teknik cawan tuang ( pour pour plate) plate) dan teknik cawan sebar ( spread plate). plate). Pada percobaan cawan gores ( streak streak plate) plate ) digunakan dua metode goresan yaitu gorean T yang dibagi menjadi tiga daerah dan goresan kuadran yang dibagi menjadi empat daerah. Pada metode cawan gores ini digunakan jarum ose untuk menggoreskan koloni yang diambil pada mediayang sudah disiapkan dan berisi banyak koloni mikroba. Jarum ose yang digunakan untuk mengambil koloni mikroba dipanaskan
terlebih dahaulu diatas api agar steril dan terhindar dari kontaminasi luar. Penggorean dilakukan bertahap pada setiap daerah agar mikorba yang didapat adala koloni tunggal. Pada metode cawan sebar ( spread plate) suspensi dituang padamedia yang telah padat. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan biakan murni pada permukaan media saja. Pada metode cawan sebar ini digunakan batang penyebar ( spreader ) yang digunakan untuk menyebarkan suspensi yang sudah dituang ke cawan petri. Batang penyebar harus dalam keadaan steril agar terhindar dari kontaminasi luar. Tetapi hal yang perlu diingat adalah batang penyebar yang panas tidak boleh diaplikasinkan langsung dalam cawan petri untuk menyebarkan suspensi karena akan menyebabkan sel-sel mikroba mati karena panas dari batang penyebar. Oleh karena itu, setelah batang penyebar dipanaskan agar steril didinginkan terlebih dahulu selama beberapa detik (Waluyo, 2007). Jumlah koloni yang didapat pada cawan sebar ini adalah 430 koloni untuk cawan sebar pertama dan 35 koloni pada cawan sebar kedua. Jumlah 300 koloni ini masuk dalam kategori TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung) yang artinya sudah melebihi dari 300. Dimana jumlah koloni yang layak dihitung itu adalah 30-300 koloni/cawan petri (Pelczar, 1988). Pada metode cawan tuang ( pour 0
plate) digunakan cawan petri yang sudah berisi media yang belum padat (>45 C) hal plate) ini dimaksudkan agar mikroba yang tumbuh bukan hanya berada di permukaan tetapi juga di dalam media sehingga terdapat mikroba yang tumbuh di media yang kaya O2 dan yang tumbuh di dalam media yang tidak banyak oksigen (Pelczar, 1988). Koloni yang didapat pada metode cawan tuang ini adalah 140 koloni untuk cawan tuang pertama dengan suspensi yang dituang pengenceran 10-3 dan untuk cawan tuang kedua ada 93 koloni dengan suspensi yang dituang pengenceran 10 -5. Pada metode cawan tuang ini jumlah suspensi yang dituang ke cawan petri lebih banyak dari jumlah suspensi yang dituang pada cawan sebar. Hal ini bertujuan agar mikroba yang tumbuh tidak hanya ada pada permukaan melainnkan juga didalam media. Sedangkan pada cawan sebar jumlah suspensi yang dituang lebih sedikit karena mikroba yang ditumbuhkan hanya pada permukaannya. Dari jumlah koloni yang dihitung, terjadi penurunan jumlah koloni pada setiap cawan sebar dan juga cawan tuang. Hal ini berarti pengenceran yang dilakukan benar yang menunjukkan adanya penuruan jumlah koloni dari pengenceran 10-3 dengan pengenceran 10-5 karena menurut teori yang ada bahwa pengenceran bersahil saat dalam suspensi tersebut semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit dan semakin minimum mikroba yang dihasilkan (Afrianto, 2004). Dalam praktikum ini hal yang paling penting adalah menjaga sterilisasi keadaan sekitar dan juga dalam teknik-teknik yang dilakukan harus benar benar steril karena hasil yang akan didapat sangat dipengaruhi oleh keadaan aseptis.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Untuk mendapatkan biakan murni ada dua metode yaitu teknik pengenceran dan teknik pemurnian mikrob. Teknik pengenceran adalah teknik yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Teknik pemurnian adalah teknik memisahkan mikrob dari campuran agar mendapat biakan murni. Dalam teknik pemurnian ada tida metode yang digunakan, yaitu teknik cawan gores ( streak streak plate), plate), teknik cawan sebar ( spread plate) plate) dan teknik cawan tuang ( pour pour plate). plate). 5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjunta digunakan pengenceran samapai tingkat yang lebih tinggi lagi agar bisa mendapatkan hasil pengenceran suspensi yang mengandung mikroba yang sangat sedikit. Kemudian pada metode cawan sebar, cawan tuang dan cawan gores harusnya lebih banyak lagi media yang disediakan supaya bisa membandingkan hasil setiap cawan dengan lebih banyak perbandingannya.
View more...
Comments